Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
DAFTAR ISI
Daftar Isi.....................................................................................................................................2
Kata Pengantar...........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................................5
1.3. Tujuan.................................................................................................................................5
BAB II KONSEP DASAR.........................................................................................................6
2.1 Pengertian Polisitemia..........................................................................................................6
2.2 Etiologi.................................................................................................................................7
2.3 Gambaran Klinis..................................................................................................................7
2.4 Patofisiologi.........................................................................................................................9
2.5. Komplikasi........................................................................................................................12
2.6. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................................12
2.7. Penatalaksanaan................................................................................................................12
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................15
3.1. Pengkajian.........................................................................................................................15
3.2. Pemeriksaan Fisik.............................................................................................................15
3.3. Diagnosa Keperawatan .....................................................................................................15
3.4. Intervensi...........................................................................................................................15
3.5. Evaluasi.............................................................................................................................17
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................18
4.1 Kesimpulan........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19
KATA PENGANTAR
2
Puji syukur kehadirat Allah SWT hingga saat ini kami diberikan kesempatan untukdapat
memenuhi tugas yang diberikan dan menulis sebuah makalah yang berjudul
“POLISITEMIA”. Hanya karena rahmat yang diberikan-Nya kami dapat membuat
makalah ini hingga selesai. Apapun yang kami sajikan semoga selalu bermanfaat bagi
para pembacanya.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingandari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan setulus hati penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
terutama kepada Ibuk dosen Sistem Imunologi dan Hematologi ”Ns. Wiwik Sofiah, APP,
M.Kep” yang telah rela meluangkan waktunya demi selesainya makalah ini.
Kelompok 3
BAB I
3
PENDAHULUAN
4
pengobatan simtomatik yang dapat menormalkan jumlah darah dan kebanyakan
pasien dapat hidup normal selama bertahun-tahun.
1.3. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui tentang penyakit yang berkaitan dengan sistem
Imunologi yaitu Polisitemia
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui konsep teoritis penyakit polisitemia.
b. Untuk mendapat informasi tentang pengertian, klasifikasi, etiologi, gejala
klinis,patofisiologi, pemeriksaan diagnostik untuk pasien dengan
Polisitemia.
c. Mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit polisitemia, yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan rasional.
BAB II
5
KONSEP DASAR
6
karena mereka mati. Dalam polisitemia, proses ini tidak normal karena berbagai
penyebab dan menghasilkan terlalu banyak sel darah merah dan kadang-kadang sel-
sel darah lainnya. Hal ini menyebabkan penebalan darah.
2.2. ETIOLOGI
1. Polisitemia primer
Polisitemia Primer terjadi di sekitar 2 pada setiap 100.000 orang. Penyebabnya
tidak diketahui. Namun, polisitemia ini hadir saat lahir, biasanya disebabkan
oleh kelainan genetik warisan yang abnormal menyebabkan tingkat tinggi
prekursor sel darah merah.
2. Polisitemia sekunder
polisitemia sekunder umumnya terjadi sebagai respon terhadap faktor-faktor
lain atau kondisi yang mendasarinya atau gangguan, seperti:
a. tumor hati,
b. tumor ginjal atau sindroma Cushing
c. peningkatan eritropoietin (EPO) produksi, baik dalam respon terhadap
hipoksia kronis (kadar oksigen rendah) atau dari tumor mensekresi
eritropoietin
d. perilaku, gaya hidup, seperti merokok, tinggal di tempat yang tinggi,
penyakit paru- paru parah, dan penyakit jantung.
Bila ada kekurangan oksigen, tubuh merespon dengan memproduksi lebih banyak
sel darah merah yang membawa oksigen ke sel-sel tubuh.
Tanda dan gejala yang predominan pada polisitemia vera adalah sebagai akibat
dari:
1. Hiperviskositas
Peningkatan jumlah total eritrosit akan meningkatkan viskositas darah yang
kemudian akan menyebabkan :
a. Penurunan kecepatan aliran darah (shear rate), lebih jauh lagi akan
menimbulkan eritrostasis sebagai akibat penggumpalan eritrosit.
b. Penurunan laju transpor oksigen
7
Kedua hal tersebut akan mengakibatkan terganggunya oksigenasi jaringan.
Berbagai gejala dapat timbul karena terganggunya oksigenasi organ sasaran
(iskemia/infark) seperti di otak, mata, telinga, jantung, paru, dan
ekstremitas.
5. Splenomegali
Splenomegali tercatat pada sekitar 75% pasien polisitemia vera. Splenomegali
ini terjadi sebagai akibat sekunder hiperaktivitas hemopoesis ekstramedular.
6. Hepatomegali
Hepatomegali dijumpai pada kira-kira 40% polisitemia vera. Sebagaimana
halnya splenomegali, hepatomegali juga merupakan akibat sekunder
hiperaktivitas hemopoesis ekstramedular.
8
penurunan shear rate. Artritis Gout dijumpai pada 5-10% kasus polisitemia
vera.
10. Keluhan lain yang tidak khas seperti : cepat lelah, sakit kepala, cepat lupa,
vertigo, tinitus, perasaan panas.
2.4. PATOFISIOLOGI
Terdapat 3 jenis polisitemia yaitu relatif (apparent), primer, dan sekunder.
1. Polisitemia relatif berhubungan dengan dehidrasi. Dikatakan relatif karena
terjadi penurunan volume plasma namun massa sel darah merah tidak
mengalami perubahan.
2. Polisitemia primer disebabkan oleh proliferasi berlebihan pada sel benih
hematopoietic tanpa perlu rangsangan dari eritropoietin atau hanya dengan
kadar eritropoietin rendah. Dalam keadaan normal, proses proliferasi terjadi
karena rangsangan eritropoietin yang kuat.
3. Polisitemia sekunder, dimana proliferasi eritrosit disertai peningkatan kadar
eritropoietin. Peningkatan massa sel darah merah lama kelamaan akan mencapai
9
keadaan hemostasis dan kadar eritropoietin kembali normal. Contoh polisitemia
ini adalah hipoksia.
Mekanisme terjadinya polisitemia vera (PV) disebabkan oleh kelainan sifat sel
tunas (stem cells) pada sumsum tulang. Selain terdapat sel batang normal pada
sumsum tulang terdapat pula sel batang abnormal yang dapat mengganggu atau
menurunkan pertumbuhan dan pematangan sel normal. Bagaimana perubahan sel
tunas normal jadi abnormal masih belum diketahui.
Progenitor sel darah penderita menunjukkan respon yang abnormal terhadap faktor
pertumbuhan. Hasil produksi eritrosit tidak dipengaruhi oleh jumlah eritropoetin.
Kelainan- kelainan tersebut dapat terjadi karena adanya perubahan DNA yang
dikenal dengan mutasi.Mutasi ini terjadi di gen JAK2 (Janus kinase-2) yang
memproduksi protein penting yang berperan dalam produksi darah.
Terjadi peningkatan produksi semua macam sel, termasuk sel darah merah, sel
darah putih, dan platelet. Volume dan viskositas darah meningkat. Penderita
cenderung mengalami thrombosis dan pendarahan dan menyebabkan gangguan
mekanisme homeostatis yang disebabkan oleh peningkatan sel darah merah dan
tingginya jumlah platelet.
10
Mekanisme yang diduga untuk menyebabkan peningkatan poliferesi sel induk
hematopoietik adalah sebagai berikut:
11
2.5. KOMPLIKASI
Kelebihan sel darah merah dapat dikaitkan dengan komplikasi lain, termasuk
Kemungkinan Komplikasi
a. Perdarahan dari lambung atau bagian lain pada saluran pencernaan.
b. Batu Ginjal Asam urat
c. Gagal jantung
d. Leukemia / leukositosis
e. Myelofibrosis
f. Penyakit ulkus peptikum
g. Trombosis (pembekuan darah, yang dapat menyebabkan stroke atau serangan
jantung)
2.7. PENATALAKSANAAN
Terapi-terapi yang sudah ada saat ini belum dapat menyembuhkan pasien. Yang
dapat dilakukan hanya mengurangi gejala dan memperpanjang harapan hidup
pasien.
Tujuan terapi yaitu:
1. Menurunkan jumlah dan memperlambat pembentukan sel darah merah
(eritrosit)
2. Mencegah kejadian trombotik misalnya trombosis arteri-vena, serebrovaskular,
thrombosis vena dalam, infark miokard, oklusi arteri perifer, dan infark
pulmonal.
12
3. Mengurangi rasa gatal dan eritromelalgia ekstremitas distal.
Prinsip terapi
1. Terapi PV
a. Flebotomi
Flebotomi adalah terapi utama pada PV. Flebotomi mungkin satu-satunya
bentuk pengobatan yang diperlukan untuk banyak pasien, kadang-kadang
selama bertahun-tahun dan merupakan pengobatan yang dianjurkan. Indikasi
flebotomi terutama pada semua pasien pada permulaan penyakit,dan pada
pasien yang masih dalam usia subur.Pada flebotomi, sejumlah kecil darah
diambil setiap hari sampai nilai hematokrit mulai menuru. Jika nilai
hematokrit sudah mencapai normal, maka darah diambil setiap beberapa
bulan, sesuai dengan kebutuhan. Target hematokrit yang ingin dicapai adalah
<45% pada pria kulit putih dan <42% pada pria kulit hitam dan perempuan.
b. Kemoterapi Sitostatika/ Terapi mielosupresif (agen yang dapat mengurangi
sel darah merah atau konsentrasi platelet).
Tujuan pengobatan kemoterapi sitostatik adalah sitoreduksi. Lebih baik
menghindari kemoterapi jika memungkinkan, terutama pada pasien uisa
muda. Terapi mielosupresif dapat dikombinasikan dengan flebotomi atau
diberikan sebagai pengganti flebotomi. Kemoterapi yang dianjurkan adalah
13
Hidroksiurea (dikenal juga sebagai hidroksikarbamid) yang merupakan salah
satu sitostatik golongan obat antimetabolik karena dianggap lebih aman, tetapi
masih diperdebatkan tentang keamanan penggunaan jangka panjang.
Penggunaan golongan obat alkilasi sudah banyak ditinggalkan atau tidak
dianjurkan lagi karena efek leukemogenik dan mielosupresi yang serius.
Walaupun demikian, FDA masih membenarkan klorambusil dan Busulfan
digunakan pada PV. Pasien dengan pengobatan cara ini harus diperiksa lebih
sering (sekitar 2 sampai 3 minggu sekali). Kebanyakan klinisi menghentikan
pemberian obat jika hematokrit: pada pria < 45% dan memberikannya lagi
jika > 52%, pada wanita < 42% dan memberikannya lagi jika > 49%.
c. Fosfor Radiokatif (P32)
Isotop radioaktif (terutama fosfor 32) digunakan sebagai salah satu cara untuk
menekan sumsum tulang. P32 pertama kali diberikan dengan dosis sekitar 2-
3mCi/m2 secar intravena, apabila diberikan per oral maka dosis dinaikkan
25%. Selanjutnya jika setelah 3-4 minggu pemberian pertama P32
Mendapatkan hasil, reevaluasi setelah 10-12 minggu. Jika diperlukan dapat
diulang akan tetapi hal ini jarang dibutuhkan.Tidak mendapatkan hasil,
selanjutnya dosis kedua dinaikkan 25% dari dosis pertama, dan diberikan
sekitar 10-12 minggu setelah dosis pertama.
d. Kemoterapi Biologi (Sitokin)
Tujuan pengobatan dengan produk biologi pada polisitemia vera terutama
untuk mengontrol trombositemia (hitung trombosit . 800.00/mm3). Produk
biologi yang digunakan adalah Interferon (Intron-A, Roveron-) digunakan
terutama pada keadaan trombositemia yang tidak dapat dikendalikan.
Kebanyakan klinisi mengkombinasikannya dengan sitostatik Siklofosfamid
(Cytoxan).
2. Pengobatan pendukung
a. Hiperurisemia diobati dengan allopurinol 100-600 mg/hari oral pada pasien
dengan penyakit yang aktif dengan memperhatikan fungsi ginjal.
b. Pruritus dan urtikaria dapat diberikan anti histamin, jika diperlukan dapat
diberikan Psoralen dengan penyinaran Ultraviolet range A (PUVA).
c. Gastritis/ulkus peptikum dapat diberikan penghambat reseptor H2.
d. Antiagregasi trombosit Analgrelide turunan dari Quinazolin.
e. Anagrelid digunakan sebagai substitusi atau tambahan ketika hidroksiurea
tidak memberikan toleransi yang baik atau dalam kasus trombositosis
sekunder (jumlah platelet tinggi). Anagrelid mengurangi tingkat pembentukan
trombosit di sumsum. Pasien yang lebih tua dan pasien dengan penyakit
jantung umumnya tidak diobati dengan anagrelid.
14
BAB III
3.1. PENGKAJIAN
1. Umur
2. Alergi terhadap obat, makanan tertentu
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat penyakit sekarang
5. Keluhan
3.4. INTERVENSI
Dx 1:
Kelebihan volume cairan b/d kelebihan sel darah merah dan volume cairan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, volume cairan pada tubuh klien
dalam batas normal.
Intervensi :
1. Batasi masukan cairan bila gejala kelebihan terjadi
15
R/ : untuk mencegah kelebihan cairan lebih lanjut
Dx 2:
Intervensi :
Dx3:
Intrvensi :
16
3.5. EVALUASI
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Bunyi nafas bersih
3. Penurunan berat badan
4. CRT < 2 detik
5. Lidah cyanosis
6. Akral hangat
7. Klien mampu mengungkapkan pemahaman tentang kondisi.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Polisitemia adalah suatu keadaan yang menghasilkan tingkat peningkatan
sirkulasi sel darah merah dalam aliran darah. Orang dengan polisitemia
memiliki peningkatan hematokrit, hemoglobin, atau jumlah sel darah merah
di atas batas normal melebihi 6 juta/ mm atau hemoglobinnya melebihi 18
g/dl.
Ada dua jenis utama polisitemia: polisitemia vera( primer) dan polisitemia
sekunder. Polisitemia vera (yang secara harfiah diterjemahkan sebagai
"polisitemia benar") juga dikenal sebagai suatu jenis polisitemia primer.
Primer berarti bahwa polisitemia tidak disebabkan oleh gangguan lain.
Polisitemia Primer: Dalam polisitemia primer peningkatan sel darah merah
adalah karena masalah yang melekat dalam proses produksi sel darah
merah.
18
DAFTAR PUSTAKA
19