Anda di halaman 1dari 12

.

KONSEP DASAR PENYAKIT GANGGUAN KELOPAK MATA (BLEFARITIS)

Definisi

Blefaritis adalah radang pada kelopak mata, sering mengenai bagian kelopak mata dan tepi kelopak
mata. Pada beberapa kasus disertai tukak atau tidak pada tepi kelopak mata, biasanya melibatkan
folikel dan kelenjar rambut.

Blefaritis adalah inflamasi kronik batas kelopak mata. Dapat disebabkan yang paling umum oleh
seborea (nonulseratif), atau infeksi stapilokokus (ulseratif), atau keduanya. (Keperawatan Medikal
Bedah vol.3).

Epidemiologi

Pada 5% dari total jumlah penyakit mata yang dilaporkan pada rumah sakit (sekitar 2-5% berasal dari
konsultasi pasien yang punya kaitan dengan penyakit mata). Insidensi blefaritis menurut WHO :
Blefaritis staphylococcal sering terjadi pada wanita pada usia rata-rata 42 tahun dan biasanya
disertai dengan mata kering pada 50% kasus, blefaritis seboroik umumnya terjadi pada pria dan
wanita pada rata-rata usia 50 tahun dan disertai mata kering pada 33% kasus, sedangkan pada
blefaritis meibom juga umum terjadi pada pria dan wanita pada usia rata-rata 50 tahun, dan disertai
syndrom mata kering sekitar 20-40%.

Etiologi

Berdasarkan penyebabnya blefaritis dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Blefaritis Ulseratif

Penyebabnya adalah staphylococcus aureus, staphylococcus epidermidis.

b. Blefaritis Non-Ulseratif

Penyebabnya adalah kelainan metabolisme dan jamur pitirusponem ovale.

Secara umum :

Infeksi/alergi yang biasanya berjalan kronik/akibat disfungsi kelenjar meibom.

Contoh : Debu, asap, bahan kimia, iritatif/bahan kosmetik.

Infeksi bakteri stafilokok, streptococcus alpha/beta hemolyticus, pnemokok, psedomonas, demodex


folliculorum, hingga pityrosporum ovale.

c. Infeksi oleh virus disebabkan herpes zoster, herpes simplex, vaksinia dan sebagainya.

d. Jamur dapat menyebabkan superfisial (sistemik).

Faktor predisposisi
Sebenarnya yang mempengaruhi untuk terjadinya blefaritis, khususnya Staphylococcus Aureus,
Staphylococcus epidermidis, ada faktor lainnya yaitu :

- Kesehatan yang buruk

- Malnutrisi

- Hygiene yang buruk

5. pathway

DOWNLOAD

6. Klasifikasi

a. Blefaritis Ulseratif

Blefaritis ulseratif adalah infeksi yang terjadi pada kelopak mata. Penyebabnya Staphylococcus
aureus atau staphylococcus epidermidis. Pada kasus ini bulu mata rontok dan tidak dapat diganti
oleh yang baru karena ada destruksi folikel rambut. Pada pangkal rambut terdapat sisik kering
(krusta) berwarna kuning pada bulu mata. Jika sisik dilepas tampak ulkus-ulkus kecil di tepian
palpebra. Palpebra merah. Apabila menetap akan menyebabkan distorsi permanen dari folikel-
folikel rambut dan akhirnya akan terjadi pertumbuhan bulu mata yang mengarah ke dalam atau
kearah bola mata (trikiasis) yang akan menyebabkan ulserasi kornea. Infeksi ini juga dapat timbul
karena kesehatan atau kebersihan yang buruk dan malnutrisi.

b. Blefaritis Seboreik

Blefaritis seboreik adalah inflamasi kelenjar kulit di daerah bulu mata atau kelenjar bulu mata.
Penyebabnya adalah kelainan metabolisme dan jamur pitirusporum ovale. Pada kasus ini bulu mata
cepat jatuh tetapi dapat diganti yang baru karena tidak ada destruksi folikel rambut. Pada pangkal
bulu mata tidak tampak krusta tetapi didapatkan skuama, tidak terjadi ulserasi dan tepian palpebra
tidak begitu merah . Seborea/ ketombe di kepala, alis, mata atau telinga seringkali menyertai
blefaritis seboreik . Kodisi dapat diperberat dengan menggosok atau mengucek palpebra.

7. Gejala Klinis

a. Blefaritis Ulseratif:

- Pada kasus blefaritis ini bulu mata rontok dan tidak dapat diganti oleh yang baru sehingga
menyebabkan pasien fotofobi.

- Iritasi, rasa terbakar dan gatal pada tepi kelopak mata

- Pada pangkal rambut terdapat sisik kering (krusta) berwarna kuning pada bulu mata. Jika sisik
dilepas tampak ulkus-ulkus kecil di tepian palpebra

- Palpebra merah.
- Terjadi pertumbuhan bulu mata yang mengarah ke dalam atau kearah bola mata (trikiasis)
yang akan menyebabkan ulserasi kornea.

b. Blefaritis Seboreik

- Bulu mata cepat rontok tetapi masih dapat diganti dengan yang baru

- Iritasi, rasa terbakar dan gatal pada tepi kelopak mata

- Tidak ditemukan krusta tetapi terdapat skuama pada pangkal bulu mata, kepala, alis, telinga

- Tidak terjadi ulserasi

- Tepian palpebra tidak begitu merah

8. Pemeriksaan fisik

Difokuskan pada pemeriksaan kelopak mata

Inspeksi :

- Pada kasus blefaritis ini diinspeksi bulu mata rontok sehingga menyebabkan pasien fotofobi

- Pada pangkal rambut terdapat sisik kering (krusta) berwarna kuning pada bulu mata atau
terdapat skuama.

- Jika sisik dilepas tampak ulkus-ulkus kecil di tepian palpebra

- Palpebra merah atau tidak terlalu merah.

- Terjadi pertumbuhan bulu mata yang mengarah ke dalam atau kearah bola mata (trikiasis)
yang akan menyebabkan ulserasi kornea.

Palpasi:

- Terdapat penebalan palpebra, nyeri tekan daerah palpebra (kelopak mata)

9. Pemeriksaan penunjang

Dilakukan pemeriksaan mikrobiologi untuk mengetahui penyebabnya:

a. Uji Laboratorium

b. Radiografi

- Fluorescein Angiografi

- Computed Tomografi

- Pemeriksaan dengan slit lamp

10. Prognosis
Bisa menyebabkan komplikasi dan terjadi kekambuhan. Namun, blefaritis tidak menyebabkan
kerusakan pandangan dan penglihatan.

11. Penatalaksanaan

Pengobatan tergantung dari jenis blefaritisnya, namun kunci dari semua jenis blefaritis adalah
menjaga kebersihan kelopak mata dan menghindarkan dari kerak. Sangat dianjurkan untuk
mengurangi dan menghentikan penggunaan bedak atau kosmetik saat dalam penyembuhan
blefaritis, karena jika kosmetik tetap digunakan maka akan sulit untuk menjaga kelopak mata tetap
bersih.

Terapi meliputi pembersihan secara cermat setiap hari batas tepi kelopak mata (palpebra)
menggunakan aplikator berujung kapas, shampo noniritatif seperti shampoo bayi tidak pedih
dimata, air dan gosokan lembut. Dapat diberikan kompres air hangat pada kedua mata.

Menggunakan teknik aseptic, pasien atau perawat mengangkat krusta dengan waslap dan
memberikan antibiotika dan steroid topical untuk kasus yang disebabkan oleh infeksi bakteri.

12. Komplikasi

Syndrome mata kering

Adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada blefaritis. Syndrome mata kering
(keratokonjungtivis sica) adalah kondisi dimana mata pasien tidak bisa memproduksi air mata yang
cukup, atau air mata menguap terlalu cepat. Ini bisa menyebabkan mata kekurangan air dan menjadi
meradang. Syndrome ini dapat terjadi karena dipengaruhi gejala blefaritis, dermatitis seboroik, dan
dermatitis rosea, namun dapat juga disebabkan karena kualitas air mata yang kurang baik.

Gejalanya ditandai dengan nyeri atau kering, sekitar mata, dan ada yang mengganjal di dalam mata
dengan penglihatan yang buram. Semua gejala tersebut dapat dihilangkan dengan menggunakan
obat tetes mata yang mengandung cairan yang dibuat untuk bisa menggantikan air mata.

Konjungtivitis

Adalah peradangan pada mata. Ini terjadi ketika ada bakteri didalam kelopak mata. Kondisi ini
menyebabkan efek buruk pada penglihatan. Pada banyak kasus konjungtivitis akan hilang setelah
dua atau tiga minggu tanpa perlu pengobatan. Antibiotik berupa obat tetes mata disarankan untuk
mengurangi gejala, atau untuk menghindari infeksi berulang. Akan tetapi, pada beberapa kasus
masih didapatkan bahwa penggunaan antibiotik tetes tidak lebih cepat memperbaiki kondisi
dibanding dengan menunggu sampai kondisi itu kembali lagi tanpa pengobatan apapun.

Kista meibom

Adalah pembengkakan yang terjadi pada kelopak mata. Ini bisa terjadi ketika salah satu kelenjar
meibom meradang da menyebabkan blefaritis. Kista umumnya tapa rasa sakit, kecuali jika disertai
dengan infeksi, yang memerlukan antibiotik. Penggunaan kompres hangat untuk kista bisa membuat
kista mengecil, akan tetapi kista itu sering menghilang dengan sendirinya. Jika kista tetap ada, ini
dapat dihilangkan dengan bedah sederhana dengan anastesi lokal.
Bintil pada kelopak mata

Bintil pada kelopak mata ini merupakan benjolan yang nyeri yang terbentuk di luar kelopak mata. Ini
disebabkan karena infeksi bakteri pada folikel bulu mata (yang berlokasi di dasar bulu mata). Pada
kasus ringan bisa disembuhkan dengan kompres hangat pada daerah sekitar bintil. Namun, pada
kasus yang berat perlu diberikan antibiotik salep dan tablet.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Data Subjektif

- Pasien mengeluh ada rasa terbakar dan gatal pada tepi kelopak mata yang mengalami iritasi

- Nyeri (ringan sampai berat) pada kelopak mata

- Lakrimasi (mata selalu berair)

- Sensitif terhadap cahaya (fotofobia)

- Gelisah akibat gatal-gatal/nyeri

- Penderita merasa ada sesuatu di matanya

- Malu dan kurang percaya diri akibat efek dari penyakitnya (bulu mata rotok dan tidak terganti)

- Pandangan mata kabur

b. Data objektif

- Kemerahan pada palpebra

- Kelopak mata dapat menjadi rapat ketika tidur

- Pada kelopak mata terdapat ulkus kecil-kecil di tepian palpebra

- Bulu mata rontok

- Iritasi pada tepi kelopak mata

- Pada pangkal bulu mata terdapat sisik kering (krusta) berwarna kuning atau terdapat skuama

- Terjadi pertumbuhan bulu mata yang mengarah ke dalam atau kearah bola mata (trikiasis)
yang akan menyebabkan ulserasi kornea.

- Lakrimasi
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

a. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) b.d agen injuri biologis (iritasi dan fotofobia sekunder akibat
peradangan di margo papebra ) d/d rasa terbakar dan gatal pada palpebra, sensitive terhadap
cahaya.

b. Kerusakan integritas kulit b.d proses inflamasi kelenjar kulit di daerah bulu mata

d/d pelepasan lapisan tanduk di kulit dan di daerah bulu mata, ulkus kecil di tepian palpebra.

c. Gangguan citra tubuh b.d perubahan kondisi fisik : bulu mata rontok dan tidak diganti dg yang
baru, adanya krusta berwarna kuning , adanya skuama pada palpebra d/d klien malu tidak percaya
diri

d. Ansietas b.d penyakit yang diderita d/d klien tampak cemas dan selalu bertanya tentang
penyakitnya

e. Kurang pengetahuan (tentang penyakit dan penatalaksanaannya) yang b.d kurang paparan
informasi d/d pasien tidak mengerti kondisinya, menggosok-gosok mata

3. Intervensi Keperawatan

NO

Dx. Keperawatan

Tujuan dan kriteria hasil

Intervensi

Rasional

1.

Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d agen injuri biologis (iritasi dan fotofobia sekunder akibat
peradangan di margo papebra )

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri dapat ditoleransi

Dengan KH klien:

- Melaporkan nyeri berkurang secara verbal

- Skala nyeri menurun (skala nyeri 0-4 pada skala nyeri 0-10 )

- Mampu beristirahat
1. Observasi karakteristik nyeri klien (PQRST)

2. Kompres daerah mata dengan air hangat

3. Berikan dan ajarkan klien teknik relaksasi atau teknik distraksi

4. Kolaborasi pemberian analgetik

1. Mengetahui karakteristik nyeri memudahan intervensi selanjutnya

2. Kompres menggunakan air hangat dapat mengurangi rasa nyeri

3. Teknik relaksasi akan membantu mengurangi nyeri yang dirasakan klien dan teknik distraksi
akan membantu mengalihkan perhatian sehingga nyeri berkurang.

4. Analgetik dapat menghilangkan nyeri

2.

Kerusakan integritas kulit b.d proses inflamasi kelenjar kulit di daerah bulu mata

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan terjadi perbaikan integritas
kulit/ penyembuhan luka dengan KH:

- Skuama/sisik berkurang

- Gatal berkurang sampai hilang

- Kondisi ulkus membaik


1. Bersihkan daerah palpebra secara teratur dan setiap hari

2. Gunakan teknik aseptic, pasien atau perawat mengangkat krusta, skuama

3. Kompres tepi kelopak mata dengan air hangat 3 kali atau sesuai kebutuhan

4. Kolaborasi pemberian antibiotika dan steroid topical untuk kasus yang disebabkan oleh infeksi
bakteri.

1. Pembersihan secara cermat setiap hari akan menjaga kebersihan palpebra sehingga luka cepat
sembuh

2. Teknik aseptic akan mencegah iritasi yang lebih berat/ kontak dengan bakteri.

3. Kompres membersihkan tepi kelopak mata dari krusta /skuama

4. Mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut dan mengurangi peradangan

3.

Gangguan citra tubuh b.d perubahan kondisi fisik : bulu mata rontok dan tidak diganti dg yang baru,
adanya krusta berwarna kuning, adanya skuama pada palpebra

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien tidak merasa malu dan
dapat menyesuaikan diri dengan keadaan fisiknya dengan KH:

- Menunjukkan penerimaan terhadap kondisi diri

- Secara aktif berpartisipasi dalam program terapi

1. Jalin hubungan terapeutik antara perawat dengan pasien


2. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan

3. Identifikasi masalah peran pasien saat ini

4. Dorong pasien untuk mengargai hidup sendiri dengan cara lebih sehat dengan membuat
keputusan sendiri dan menerima diri sebagai diri sendiri saat ini.

1. Dengan hubungan terapiutik, pasien akan merasa dihargai dan lebih terbuka

2. Dengan bercerita akan dapat mengurangi beban perasaan klien.

3. Untuk mengetahui permasalahan klien.

4. Membantu meningkatkan rasa percaya diri klien

4.

Ansietas b.d penyakit yang diderita

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan ansietas klien berkurang dan
dapat beradaptasi terhadap penyakitnya dengan KH:

- Melaporkan cemas berkurang sampai hilang

- Melaporkan pengetahuan yang cukup terhadap penyakitnya

- Klien menerima penyakit yang dialami

1. Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas


2. Tinggal bersama pasien, mempertahankan sikap yang tenang. Mengakui atau menjawab
kekhawatirannya

3. Berikan informasi yang akurat dan jujur tentang penyakitnya dan beri tahu bahwa pengawasan
dan pengobatan dapat mencegah gangguan penglihatan

4. Dorong klien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaannya.

1. Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan insomnia. Ansietas berat yang
berkembang kedalam keadaan panik dapat menimbulkan perasaan terancam, ketidakmampuan
untuk berbicara dan bergerak.

2. Menegaskan pada pasien atau orang terdekat bahwa walaupun perasaan pasien diluar kontrol
lingkungannya tetap aman

3. Memberikan informasi yang akurat yang dapat menurunkan kesalahan interpretasi yang dapat
berperan pada reaksi ansietas

4. Dengan bercerita dan mengekspresikan perasaanya klien akan merasa lebih tenang

5.

Kurang pengetahuan (tentang penyakit dan penatalaksanaannya) yang b.d kurang paparan informasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan klien mendapat informasi
yang cukup tentang penyakit dan penatalaksanaan penyakitnya dengan KH:

- Mengetahui dan mampu menyebutkan kembali tindakan yang harus dilakukan untuk
meningkatkan keadaan umum

1. Tekankan dan beri tahu klien tetang penting nya perbaikan keadaan umum, meliputi
kebersihan perorangan terutama mata dan peningkatan gizi.

2. Anjurkan klien untuk tidak mengerjakan pekerjaan dekat terlalu lama atau mengucek mata.

3. Anjurkan klien untuk tidak merokok.

4. Beri tahu klien bahwa pengobatan harus dilakukan secara teratur dan tuntas.

1. Blefaritis dapat timbul karena penurunan status kesehatan dan malnutrisi.


2. Akomodasi mata yang berlebihan akan memperberat kondisi penyakitnya dan mengucek mata
akan memperberat keadaan blefaritis

3. Pemajanan asap pada mata akan memperhebat iritasi pada mata.

4. Pengobatan yang tidak memadai akan membuat blefaritis dan menjadi menahun serta
menimbulkan berbagai macam komplikasi dan kerusakan kornea karena timbulnya trikiasis

4. Implementasi

Implementasi sesuai dengan intervensi

5. Evaluasi

Dx. 1 Nyeri klien dapat ditoleransi

- Klien melaporkan nyeri berkurang secara verbal

- Skala nyeri menurun (skala nyeri 0-4 pada skala nyeri 1-10 )

- Klien mampu beristirahat

Dx. 2 Terjadi perbaikan integritas kulit/ penyembuhan luka

- Skuama/sisik berkurang

- Gatal berkurang sampai hilang

- Kondisi ulkus membaik

Dx. 3 Pasien tidak merasa malu dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan fisiknya

- Menunjukkan penerimaan terhadap kondisi diri

- Secara aktif berpartisipasi dalam program terapi

Dx. 4 Ansietas klien berkurang dan dapat beradaptasi terhadap penyakitnya

- Melaporkan cemas berkurang sampai hilang

- Melaporkan pengetahuan yang cukup terhadap penyakitnya

- Klien menerima penyakit yang dialami


Dx.5 Klien mendapat informasi yang cukup tentang penyakit dan penatalaksanaan penyakitnya

- Mengetahui dan mampu menyebutkan kembali tindakan yang harus dilakukan untuk
meningkatkan keadaan umum.

DAFTAR PUSTAKA

Istiqomah, dkk. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Mata. EGC; Jakarta.

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta

Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 6. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran, EGC

Anda mungkin juga menyukai