ABSTRAK
RSUD Kelas B Cianjur merupakan rumah sakit satu-satunya yang dijadikan rumah
sakit rujukan di Kabupaten Cianjur. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan lama rawat
(hospitalisasi) anak dengan tingkat kecemasan orang tua. Metode penelitian yang digunakan
adalah observasional dengan sampel orang tua yang anaknya dirawat di RSUD Kelas B
Cianjur. Sebanyak 87 sampel terpilih secara consecutive sampling. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Uji statistiknya adalah regresi linear sederhana. Hubungan antara
hospitalisasi anak dengan tingkat kecemasan orang tua tergolong sedang (r=0287) dan
berpola positif artinya semakin lama rawat anak, maka semakin tinggi tingkat kecemasan
orang tua. Hospitalisasi anak mempengaruhi tingkat kecemasan orang tua sebesar 8.3% dan
sisanya 91.7% tingkat kecemasan orang tua dipengaruhi oleh variabel lain. Hasil uji statistik
didapatkan ada hubungan yang signifikan antara lama rawat anak dengan tingkat kecemasan
orang tua (p=0.007). Perawat dapat memberikan dukungan kepada orang tua, mengenai
informasi, emosional, penilaian, dan instrumental.
PENDAHULUAN
Angka kesakitan anak di Indonesia besar adalah sedih, takut dan rasa bersalah
berdasarkan Survei Kesehatan Nasional karena menghadapi sesuatu yang belum
(Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan pernah dialami sebelumnya, rasa tidak
menurut kelompok usia 0-4 tahun sebesar aman, rasa tidak nyaman, perasaan
25,8%, usia 5-12 tahun sebanyak 14,91%, kehilangan sesuatu yang biasa dialami dan
usia 13-15 tahun sekitar 9,1%, usia 16-21 sesuatu yang dirasakan menyakitkan. Ball
tahun sebesar 8,13%. Angka kesakitan dan Blinder (2003) menjelaskan bahwa
anak usia 0-21 tahun apabila dihitung dari reaksi hospitalisasi berbeda pada setiap
keseluruhan jumlah penduduk adalah tahapan tumbuh kembang anak.
14,44%. Anak yang dirawat di rumah sakit
Keluarga sering merasa cemas
akan berpengaruh pada kondisi fisik dan
dengan perkembangan anaknya,
psikologinya, hal ini disebut dengan
pengobatan, peraturan, dan keadaan di
hospitalisasi.
Rumah Sakit, serta biaya perawatan.
Hospitalisasi adalah suatu proses Semakin lama perawatan anak, semakin
oleh karena suatu alas an yang berencana besar biaya yang dikeluarkan orang tua.
atau darurat mengharuskan anak untuk sehingga orang tua menjadi stress.
tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan Meskipun dampak tersebut tidak
perawatan sampai pemulangannya kembali berlangsung pada anak, secara psikologis
ke rumah. Wright (2008) dalam anak akan merasakan perubahan perilaku
penelitiannya tentang efek hospitalisasi dari orang tua yang mendampinginya
pada perilaku anak menyebutkan bahwa selama perawatan. Anak akan semakin
reaksi anak pada hospitalisasi secara garis stres dan hal ini berpengaruh terhadap
proses penyembuhan yaitu menurunnya kurang adalah penyebab stress yang paling
respon imun. Hal ini telah dibuktikan dirasakan orang tua.
bahwa pasien yang mengalami
RSUD Cianjur adalah satusatunya Rumah
kegoncangan jiwa akan mudah terserang
Sakit milik pemerintah daerah yang ada di
penyakit, karena pada kondisi stres terjadi
Kabupaten Cianjur yang memiliki jumlah
penekanan sistem imun. Respon
kunjungan pasien klinik penyakit anak
kecemasan merupakan perasaan yang
terbesar di Kabupaten Cianjur. Tercatat
paling umum yang dialami oleh orang tua
jumlah kunjungan pasien klinik penyakit
ketika ada masalah kesehatan pada
anak pada tahun 2012 sebanyak 12.131
anaknya. Hal itu dapat disebabkan oleh
orang pasien anak, dimana 2.781 orang
beberapa sebab, seperti penyakit kronis,
adalah pasien baru, 9.350 orang
perawatan (caring) yang kurang
merupakan pasien lama. Mayoritas jenis
menyenangkan, tingkat ekonomi keluarga,
pembayaran menggunakan Asuransi
yang semua itu dapat berdampak pada
Kesehatan (ASKES), Jaminan Kesehatan
proses penyembuhan. Kecemasan ini
Masyarakat (JAMKESMAS), Surat
dapat meningkat apabila orang tua merasa
Keterangan Tidak Mampu (SKTM),
kurang informasi terhadap penyakit
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
anaknya dari rumah sakit terkait sehingga
(JAMSOSTEK), serta perusahaan (Rekam
dapat menimbulkan reaksi tidak percaya
Medik RSUD Cianjur, 2013).
apabila mengetahui tiba-tiba penyakit
anaknya serius. Reaksireaksi cemas yang Hasil wawancara pada tanggal 23
timbul akibat hospitalisasi berbeda pada Maret 2013 terhadap 10 orangtua yang
setiap orang, karena tinggal di rumah sakit anak dirawat di ruang anak RSUD Cianjur
bukanlah suatu pengalaman yang diperoleh 8 orang mengatakan cemas
menyenangkan, dimana klien harus terhadap kondisi anaknya, dan mengatakan
mengikuti peraturan serta rutinitas ruangan ingin cepat pulang. Dari 10 orang tua
(Sukoco, 2002). Beberapa orang tua yang diwawancarai 4 orang tua
merasa cemasan terhadap hospitalisasi ini mengatakan anaknya telah dirawat selama
dapat berkembang menjadi perasaan yang dua minggu, 2 orang tua mengatakan
tidak nyaman dan cenderung menakutkan anaknya telah dirawat selama seminggu, 2
(Ibrahim, 2002). orang tua mengatakan anaknya telah
dirawat selama tiga hari, 1 orang tua
Trask, et. al .(2003) dalam
mengatakan anaknya telah dirawat satu
penelitiannya tentang koping dan
hari dan 1orang tua mengatakan anaknya
dukungan social keluarga bahwa perawat
baru masuk. Dari lamanya perawatan 10%
memiliki peran dan fungsi yang penting
orang tua cemas ringan, 20% orangtua
dalam membantu koping orang tua selama
cemas sedang dan 70% cemas berat. Orang
hospitalisasi. Sarajarvi et al (2006)
tua juga mengatakan menjadi gelisah,
meneliti tentang dukungan emosional dan
perasaan tidak tenang, kurang istirahat,
informasi untuk keluarga saat anak
cepat lelah, serta takut akan tindakan yang
sakit,terutama pada orang tua yang
dilakukan terhadap anak. Selain itu didapat
anaknya lama mendapatkan perawatan.
bahwa kurangnya aplikasi tenaga
Hasil dari penelitian tersebut yaitu
kesehatan khususnya perawat mengenai
keluarga sangat menginginkan untuk
pemberian informasi dan komunikasi
didengarkan oleh perawat.Pada penelitian
terapeutik yang diberikan perawat kepada
ini, disebutkan bahwa informasi yang
orang tua yang anaknya dirawat di ruangan
anak menyebabkan orang tua menjadi cemas dan gelisah.
METODE PENELITIAN
B. Skor Rerata Kecemasan Orang Tua di Ruang Anak Kelas B RSUD Cianjur.
Berdasarkan tabel 2 terdapat nilai Mean tingkat kecemasan orang tua di Ruang Anak RSUD
Kelas B Cianjur adalah 54.18, dengan standar deviasi 17.157. Skor tingkat kecemasan anak
terendah adalah 22, dan tertinggi 80. Hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95%
diyakini rata-rata skor tingkat kecemasan anak berkisar antara 50.53 - 57.84.
Tabel 2. Skor Kecemasan Orang Tua di Ruang Anak Kelas B RSUD Cianjur.
Hal tersebut terlihat dari hasil kecemasan orang tua kedalam tingkatan
penelitian yang didapat, dimana sebagaian kecemasan menurut Zung Anxiety
responden masih banyak menjawab sering SelfAssessment Scalehanya merupakan
dan bahkan hampir setiap waktu, seperti asumsi penelitian. Cemas merupakan
merasa lebih gugup dan cemas dari respon individu terhadap suatu keadaan
biasanya. Sehingga kecemasan orang tua yang tidak menyenangkan dan dialami
anak yang mengalami hospitalisasi di oleh setiap mahluk hidup dalam kehidupan
ruang anak RSUD Kelas B Cianjur masih seharihari.Kecemasan merupakan
di kategorikan tinggi hingga sedang. Hal pengalaman sebjektif dari individu dan
ini dilihat dari hasil uji statistik yang tidak dapat diobservasi secara langsung
menunjukan hasil rata-rata kecemasan serta merupakan suatu keadaan emosi
orang tua 54.18. Namun dalam penelitian tanpa objek yang spesifik.Kecemasan pada
ini peneliti tidak mengkategorikan individu dapat memberikan motovasi
untuk mencapai sesuatu dan merupakan didapatkan bahwa sebagian responden
sumber penting dalam memberikan memiliki kecemasansedang (moderate
keseimbangan hidup (Suliswati, 2005). anxiety)dengan nilai rata-rata 54.18. Dari
orang tua anak yang dijadikan responden
di RSUD Kelas B Cianjur rata-rata
Faktor kecemasan sendiri ditemukannya tanda kecemasan sedang
dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu yang ditandai dengan, perubahan respon
faktor instrinsik, faktor instrinsikyang fisiologis seperti peningkatan ketegangan
mempengaruhi kecemasan adalah usia dan dalam batas toleransi, perhatian terfokus
jenis kelamin orang tua, pengalaman (lama pada penglihatan dan pendengaran, dan
rawat), jenis pekerjaan, dan tingkat kewaspadaan meningkat, misalkan
pendidikan. Selain itu faktor ekstrinsik responden mengatakan kadang-kadang
seperti diagnosis penyakit, suku bangsa hingga sering kaki dan tangannya gemetar,
orang tua, jenis kelamin dan usia anak, dan mudah merasa lelah dan capek. Respon
status pernikahan orang tua juga dapat kognitif seperti lapang persepsi
mempengaruhi kecemasan. Untuk menyempit, mampu memecahkan masalah,
mengurangi kecemasan orang tua fase yang baik untuk belajar, dapat fokus
diperlukan dukungan informasi perawat pada hal-hal yang spesifik, misalnya
tentang informasi kesehatananaknya responden memilih jawaban dari kuesioner
tersebut(Stuart & Sundeen, 2006). Jadi dengan pernyataan tidak pernah dan
dapat disimpulkan bahwa kecemasan kadang-kadang merasa takut tanpa alasan.
orang tua anak yang menjalani
hospitalisasi di RSUD Kelas B Cianjur
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, D., el al. (1988). Anxiety levels of rooming in and non rooming in parents of
young hospitalized children. Maternal Child Nursing Journal, 17, 79-99
American Academy of Pediatric. (2003). Family centered care and the pediatrician’s role.
Journal of American Academy of Pediatrics, 112(3): 691 Arikunto, S., (2006). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Edisi Revisi VI. Jakarta :Rineka Cipta
Heryati.(1993). Peranan Rehabilitas Medik dalam Menurunkan Lama Hari Rawat (LOS).
darihttp://www.kalbe.co.id/files/22Re habilitasMedikdlmLamaRawat91.pdf
/22_RehabilitasiMedikdlmLamaRaw at91.htm