Disusun Oleh :
Kelompok 1
Deshinta Maharani 2014314201021
Erlina Puspita Putri 201431420193
Astura Ollong
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG
TAHUN 2022
1
KATA PENGANTAR
Segala puji atas kebesaran tuhan maha esa yang telah menciptakan alam semesta
dalam suatu keteraturan hingga dari lisan terpetik berjuta rasa syukur kehadirat ALLAH
SWT. Karena atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nyalah sehingga kami diberikan
kesempatan dan kesehatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Konsep
perawatan anak dan asuhan keperawatan dengan penyakit kronis (HIV)” yang
merupakan tugas kami dalam mata kuliah Keperawatan Anak 2. Shalawat dan salam
senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang diutus ke permukaan
bumi ini menuntun manusia dari lembah kebiadaban menuju ke puncak peradaban seperti
sekarang ini.
Kami menyadari sepenuhnya,dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari
tantangan dan hambatan. Namun berkat usaha dan motivasi dari pihak-pihak langsung
maupun tidak langsung yang memperlancar jalannya penyusunan makalah ini sehingga
makalah ini dapat kami susun seperti sekarang ini. Olehnya itu, secara mendalam kami
ucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan motivasi yang diberikan sehingga
Penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami menyadari bahwa hanya kepada
ALLAH SWT jugalah kita menyerahkan segalanya. Semoga makalah ini dapat menjadi
referensi dan tambahan materi pembelajaran bagi kita semua, Aamiin Yaa Robb.
Malang,
22 Sep 2022
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Judul.....................................................................................1
Kata Pengantar....................................................................................2
Daftar Isi..........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................5
1.2 Rumusan masalah...............................................................................................6
1.3 Tujuan.................................................................................................................6
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengertian defisit nutrisi pada anak HIV/AIDS..................................................23
4.2 Penyebab defisit nutrisi pada anak HIV/AIDS....................................................23
4.3 Tanda dan gejala defisit nutrisi pada anak HIV/AIDS......................................24
4.4 Patofisiologi defisit nutrisi pada anak HIV/AIDS...............................................25
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................28
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang , maka dapat dirumuskan masalah
"Bagimanakah Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Anak yang sudah terinveksi
HIV sejak di dalam kandungan ?”.
1.3 Tujuan penelitian studi kasus
1. Tujuan umum
Mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada anak penderita HIV sejak
didalam kandungan.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui proses penularan HIV pada Anak.
b. Mengetahui cara Diagnosis HIV/AIDS pada Anak.
c. Mengetahui cara pencegahan HIV/AIDS pada anak.
d. Mengetahui penatalaksanan HIV/AIDS pada Anak.
e. Mengetahui pandangan Islam tentang HIV/AIDS pada Anak.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit terminal adalah suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan lagi.
Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba tanpa
peringatan atau mengikuti priode sakit yang panjang.Terkadang kematian
menyerang usia muda tetapi selalu menunggu yang tua. Kondisi Terminal adalah:
Suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu tahapan
proses penurunan fisik , psikososial dan spiritual bagi individu. (Carpenito , 2018
). Pasien Terminal adalah : Pasien –psien yang dirawat , yang sudah jelas bahwa
mereka akan meninggal atau keadaan mereka makin lama makin memburuk.
(P.J.M. Stevens, dkk ,hal 282)
Pendampingan dalam proses kematian adalah Suatu pendampingan dalam
kehidupan , karena mati itu termasuk bagian dari kehidupan . Manusia dilahirkan
,hidup beberapa tahun , dan akhirnya mati. Manusia akan menerima bahwa itu
adalah kehidupan, dan itu memang akan terjadi, kematian adalah akhir dari
kehidupan ( P.J.M. Stevens, dkk, 282). Penyakit yang tidak dapat disembuhkan
dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang
bervariasi. (Stuard & Sundeen, 2018).
Pasien Terminal adalah : Pasien–pasien yang dirawat, yang sudah jelas
bahwa mereka akan meninggal atau keadaan mereka makin lama makin
memburuk. (P.J.M. Stevens, dkk ,hal 282) Bisa dikatakan Penyakit terminal
adalah lanjutan dari penyakit kronik/ penyakit akut yang sifatnya tidak bisa
disembuhkan dan mengarah pada kematian. Pasien terminal illness adalah pasien
yang sedang menderita sakit dimana tingkat sakitnya telah mencapai stadium
lanjut sehingga pengobatan medis sudah tidak mungkin dapat menyembuhkan
lagi. Penjelasan tersebut mengindikasi bahwa pasien terminal illness adalah
orang-orang sakit yang diagnosis dengan penyakit berat yang tidak dapat
disembuhkan lagi dimana prognosisnya adalah kematian.
6
2.2 Etiologi
7
Transmisi nonseksual terjadi melalui kontak darah yang terinfeksi dengan
mukosa, jaringan yang luka, atau injeksi langsung ke aliran darah. HIV dapat
bertahan hidup sampai 42 hari di dalam jarum suntik yang telah digunakan.
Transmisi Vertikal
Transmisi vertikal dari ibu ke bayi dapat terjadi intrauterin, intrapartum,
atau pasca-natal (saat menyusui). Transmisi intrauterin terjadi melalui penyebaran
hematogen melewati plasenta atau ascending infection ke cairan dan membran
amnion.
Transmisi intrapartum terjadi melalui kontak mukokutan antara bayi
dengan darah ibu, cairan amnion, dan sekret servikovaginal saat melewati jalan
lahir. Transmisi intrapartum juga dapat terjadi melalui ascending infection dari
serviks serta transfusi fetal maternal saat uterus berkontraksi intrapartum.
Transmisi pasca-natal terutama terjadi pada hari–hari pertama laktasi saat
kolostrum diproduksi. Kolostrum dilaporkan memiliki jumlah virus tertinggi
dibandingkan produksi air susu ibu (ASI) selanjutnya, meskipun begitu risiko
transmisi HIV melalui ASI tetap ada sampai pemberian ASI dihentikan.
9
perhatian khusus pada kurva pertumbuhan abnormal untuk tinggi dan berat
badan.
b) Kulit: Catat semua keluhan dermatologis, termasuk ruam, perubahan
warna kulit, ulserasi, gatal, atau memar.
c) Kepala: Masalah kulit kepala, termasuk area rambut rontok, bersisik,
mengelupas, mengalir, dan pembengkakan harus diperhatikan.
d) Mata: Setiap riwayat gangguan penglihatan, sakit mata, sekret, floaters,
atau trauma harus dicatat.
e) Telinga: Gangguan pendengaran, termasuk berkurangnya pendengaran
atau tinitus, serta nyeri atau keluarnya cairan dari telinga, harus
diperhatikan.
f) Hidung dan sinus: Informasi tentang kuantitas dan kualitas sekret hidung,
serta nyeri atau nyeri sinus, membantu dalam diagnosis proses infeksi
saluran napas atas dan harus dicatat dalam tinjauan sistem.
g) Mulut dan tenggorokan: Riwayat yang signifikan untuk masalah mulut,
seperti perdarahan, nyeri, ulserasi, lesi, sekret, air liur, sulit atau nyeri
menelan, dan masalah dengan gigi dan penurunan asupan oral tampaknya
terkait dengan salah satu faktor ini, dapat menunjukkan proses penyakit
terkait HIV yang serius pada bayi dan anak-anak.
h) Pernapasan: Karakteristik dan durasi gejala pernapasan, termasuk mengi,
batuk, produksi sputum, sesak napas, nyeri dada, dan paparan orang lain
dengan gejala serupa, sering dilaporkan di antara bayi dan anak-anak
dengan Infeksi HIV dan mungkin mewakili penyakit umum pada masa
kanak-kanak atau penyakit terkait HIV yang lebih serius.
i) Kardiovaskular: Riwayat pucat, sianosis, sesak napas, murmur, edema,
atau detak jantung tidak teratur, jika diidentifikasi, harus
didokumentasikan dan dalam beberapa kasus diikuti dengan pemeriksaan
kardiologi terperinci.
j) Gastrointestinal: Catatan di bagian review sistem adalah laporan nyeri
perut, kembung, atau kram. Mual, muntah, diare, dan riwayat yang
mendahului timbulnya gejala juga harus dicatat. Frekuensi gejala, faktor
yang memperburuk dan meringankan, serta kualitas dan kuantitas tinja,
1
juga harus diperhatikan. Paparan kepada anggota keluarga atau anak-anak
lain dengan keluhan serupa juga penting.
k) Genitourinari: Gejala dan keluhan penting yang sering konsisten dengan
infeksi genitourinari atau masalah ginjal termasuk riwayat urgensi,
frekuensi, nyeri saat buang air kecil, nyeri punggung bawah, atau urin
berbau tajam atau berubah warna, termasuk urin yang mengandung darah.
l) Ginekologi: Bila sesuai usia, riwayat menstruasi dan onset dan norma
(durasi, nyeri, pembekuan) harus dipastikan. Riwayat kehamilan, termasuk
kelahiran hidup, keguguran, dan aborsi, mungkin juga relevan untuk
wanita remaja. Setiap riwayat keputihan, nyeri, atau lesi juga harus
didokumentasikan.
m) Muskuloskeletal: Nyeri otot, nyeri dan kram, nyeri sendi, kekakuan,
pembengkakan, riwayat trauma, dan setiap kejadian dan aktivitas yang
mendahului atau memperburuk gejala harus dicatat.
n) Neurologis: Perubahan neurologis, termasuk perubahan tingkat kesadaran,
kegagalan untuk memperoleh atau kehilangan tonggak perkembangan,
atau perubahan fungsi neurologis umum, sering merupakan tanda-tanda
perkembangan penyakit HIV atau proses infeksi. Onset dan gejala spesifik
yang diidentifikasi dalam tinjauan sistem (misalnya, ataksia, kehilangan
memori, kejang) membantu dengan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut
dari keluhan ini.
o) Penilaian nutrisi: Setiap riwayat defisiensi nutrisi yang signifikan,
gangguan makan, keracunan timbal, masalah diet lainnya, termasuk
masalah dengan asupan makanan, dan penarikan kembali diet terkandung
dalam komponen tinjauan ini.
p) Psikiatri dan emosional: Masalah signifikan yang terungkap dalam bagian
tinjauan sistem ini dapat mencakup gejala depresi, perilaku bertingkah di
rumah atau di sekolah, hubungan interpersonal dengan anggota keluarga
dan teman sebaya, kinerja sekolah, dan pengetahuan tentang diagnosis
HIV.
Pemeriksaan fisik: Secara umum, kecuali ada alasan yang sangat spesifik
untuk kunjungan layanan kesehatan, bayi dan anak dengan infeksi HIV harus
1
menjalani pemeriksaan fisik lengkap pada setiap kunjungan layanan kesehatan.
Pendekatan ini membantu pemantauan masalah yang sedang berlangsung dan
memungkinkan diagnosis dini masalah kesehatan baru saat muncul.
Umum: Parameter pertumbuhan dan tanda-tanda vital merupakan
komponen penting dari setiap pemeriksaan karena seringkali
merupakan indikator pertama dari masalah HIV dan non-HIV yang
mendasari yang signifikan.
Pertumbuhan dan perkembangan: Skrining awal pertumbuhan dan
perkembangan diindikasikan untuk setiap bayi dan anak yang
memasuki layanan HIV. Penilaian ini dapat dilakukan oleh spesialis
perkembangan atau oleh penyedia yang terlatih dalam administrasi tes,
seperti Tes Skrining Perkembangan Denver, untuk menetapkan dasar
perkembangan yang dapat digunakan untuk membandingkan penilaian
di masa depan.
Pemeriksaan neurologis: Karena HIV adalah penyakit yang secara
khusus dapat mempengaruhi fungsi neurologis bayi dan anak-anak,
pemeriksaan neurologis yang komprehensif diperlukan pada
kunjungan awal. Perhatian khusus harus diberikan pada saraf kranial,
refleks, dan status perkembangan untuk menentukan sejauh mana
masalah neurologis saat ini dan untuk memberikan perbandingan untuk
penilaian di masa depan.
Pemeriksaan mulut dan tenggorokan: Masalah mulut dan kesehatan
mulut dapat berdampak signifikan pada pertumbuhan dan
kesejahteraan bayi dan anak dengan infeksi HIV. Temuan penting
termasuk lesi seperti ulkus aphthous dan sariawan, karies gigi, dan lesi
herpes.
Evaluasi kardiovaskular: Kardiomiopati terkait HIV dapat terjadi pada
bayi dan anak dengan infeksi HIV; oleh karena itu, temuan termasuk
murmur jantung dan kelainan denyut jantung, ritme, atau tekanan
darah memerlukan evaluasi lebih lanjut oleh praktisi kardiologi
terlatih.
1
Pemeriksaan pernapasan: Pneumonia virus dan bakteri, serta asma,
bronkiektasis, dan pneumonitis interstisial limfoid (LIP), dapat
menjadi penyebab penurunan fungsi pernapasan pada bayi dan anak
dengan HIV. Temuan batuk, mengi, sesak napas, aerasi yang buruk,
dan kresek mungkin merupakan indikasi penyakit terkait HIV. LIP
melibatkan infiltrasi limfoid difus dari parenkim paru. Sel-sel inflamasi
direkrut ke dalam interstitium paru, dinding alveolar, dan jaringan
perialveolar, menghasilkan alveolitis. Gejala mungkin tidak ada atau
ringan. Gejala yang parah termasuk dispnea, kelelahan, takipnea,
batuk, mengi, sianosis, dan jari tabuh.
Pemeriksaan perut: bayi dan anak yang terinfeksi HIV harus dinilai
untuk nyeri perut, massa, dan organomegali. Gejala-gejala ini mungkin
menunjukkan penyakit terkait HIV yang semakin parah.
Pemeriksaan muskuloskeletal: Tonus dan massa otot, serta rentang
gerak dan nyeri tekan atau pembengkakan sendi, harus dievaluasi pada
setiap kunjungan. Lipodistrofi dapat disebabkan oleh infeksi HIV
dan/atau terapi antiretroviral. Indikator umum adalah pengecilan lemak
wajah dan ekstremitas atau penumpukan lemak di perut, payudara, atau
dorsum leher (punuk kerbau).
Pemeriksaan kulit: Bayi dan anak dengan infeksi HIV rentan terhadap
berbagai jenis masalah dermatologis, termasuk tinea, herpes zoster,
eksim, infeksi kulit stafilokokus, ruam akibat reaksi obat yang
merugikan, moluskom, papiloma, dan berbagai eksantema virus.
1
HIV RNA PCR (viral load): Diperoleh pada awal untuk
dibandingkan dengan nilai selanjutnya untuk menentukan
kebutuhan dan efektivitas rejimen antiretroviral terapeutik. Viral
load yang tidak terdeteksi dapat mengindikasikan perkembangan
resistensi virus dan/atau kurangnya kepatuhan terhadap
pengobatan.
Hitung darah lengkap (CBC) dengan diferensial dan trombosit:
CBC dengan diferensial dan trombosit dilakukan pada kunjungan
awal untuk menyaring anemia, neutropenia, trombositopenia, dan
kelainan hematologi lain yang mungkin terkait HIV atau
pengobatan.
Panel kimia komprehensif: Kimia darah berguna dalam
mengidentifikasi kelainan pankreas, hati, ginjal, jantung, dan
elektrolit pada bayi dan anak-anak dengan infeksi HIV.
Urinalisis (UA): Skrining UA direkomendasikan pada awal untuk
mengidentifikasi infeksi tanpa gejala dan kelainan lain, seperti
proteinuria atau glukosuria, yang mungkin mengindikasikan proses
penyakit terkait HIV dan non-HIV lainnya. Selanjutnya, UA
tahunan direkomendasikan (Laufer & Scott, 2000). Obat
antiretroviral tertentu mungkin memerlukan skrining yang lebih
sering.
Tes kulit tuberkulin (TST): TST direkomendasikan untuk anak-
anak pada atau sebelum usia 9-12 bulan dan setiap tahun
setelahnya. Karena peningkatan risiko pengembangan TB aktif
(TB) pada orang koinfeksi TB dan HIV, ini adalah tes skrining
awal yang penting yang harus diulang setiap tahun atau lebih
sering jika pertanyaan tentang pajanan muncul.
Toksoplasmosis: Bayi terpajan HIV perinatal yang lahir dari
wanita seropositif toksoplasmosis harus dievaluasi untuk
toksoplasmosis kongenital. Beberapa ahli menyarankan titer
antibodi toksoplasmosis awal untuk semua anak terinfeksi HIV
yang berusia lebih dari 18 bulan. Namun, di Amerika Serikat,
1
skrining rutin untuk anak kecil adalah tidak direkomendasikan
karena prevalensinya yang rendah. Di sisi lain, remaja dan orang
dewasa yang terinfeksi HIV berisiko lebih tinggi untuk tertular
penyakit toksoplasmosis daripada bayi atau anak-anak dan harus
menjalani tes serologis. Pengujian tahunan harus dipertimbangkan
pada orang dengan gangguan kekebalan yang parah (Subauste,
2006; USPHS/ISDA, 2002). Orang yang kekurangan antibodi IgG
terhadap toksoplasmosis harus menerima konseling pencegahan
mengenai perilaku berisiko tinggi (misalnya, mencuci tangan
dengan baik setelah mengganti kotak pasir atau bersentuhan
dengan tanah, memastikan semua daging dimasak dengan baik dan
buah-buahan dan sayuran dicuci dengan baik sebelum dikonsumsi).
Cytomegalovirus (CMV): Bayi terpajan HIV perinatal yang juga
terpajan CMV harus dievaluasi untuk CMV kongenital. Beberapa
ahli menyarankan titer antibodi CMV awal untuk semua anak
terinfeksi HIV yang berusia lebih dari 18 bulan. Titer CMV awal
harus diperoleh untuk semua orang yang terinfeksi HIV yang
berusia lebih dari 18 bulan. Pengujian tahunan harus
dipertimbangkan pada mereka dengan gangguan kekebalan yang
parah.
Tes serologi varisela: Titer varisela berguna dalam menetapkan
potensi kekebalan anak terhadap penyakit anak yang umum ini.
Karena varicella dapat memiliki gejala sisa yang parah pada anak
yang terinfeksi HIV, pengetahuan tentang status kekebalan sangat
penting dalam mengidentifikasi anak-anak yang paling berisiko
untuk penyakit varicella. Tes serologi komersial mungkin tidak
cukup sensitif untuk menunjukkan antibodi yang diinduksi vaksin
(yaitu, mungkin tidak mengambil antibodi yang sebenarnya ada).
Tes skrining sifilis–rapid plasma reagin (RPR): Tes ini
direkomendasikan pada awal untuk individu yang aktif secara
seksual. Pertimbangan harus diberikan untuk menguji bayi dengan
1
status sifilis ibu yang tidak diketahui. Anak-anak yang mengalami
pelecehan seksual juga harus diskrining.
Panel lipid awal: Tingginya insiden peningkatan kolesterol LDL
dan trigliserida pada anak-anak yang menggunakan jenis terapi
antiretroviral tertentu memerlukan penilaian awal. Bayi dan anak-
anak yang berisiko harus memiliki panel lipid yang diulang setiap
6 bulan atau sesuai kebutuhan.
2.4 Klasifikasi/Prognosis
Prognosis infeksi HIV ditentukan oleh diagnosis dini dan pengobatan
pemeliharaan dengan terapi antiretroviral (ARV). Pasien yang didiagnosis lebih
dini dapat segera memulai terapi ARV untuk meningkatkan kualitas hidup secara
keseluruhan, menurunkan risiko komplikasi, dan memperpanjang kesintasan
hidup pasien.
1. Komplikasi
Komplikasi infeksi HIV dapat terjadi akibat infeksi oportunistik yang
serius, munculnya sekuele, dan superinfeksi HIV.
2. Infeksi Oportunistik
Secara umum, semua pasien dengan infeksi HIV memiliki risiko infeksi
oportunistik selama 6 bulan pertama terapi ARV. Pasien dengan jumlah CD4
rendah yang persisten berisiko tinggi untuk terjadi infeksi oportunistik walaupun
sudah memulai terapi dan viral load tersupresi dengan efektif. Infeksi oportunistik
yang pernah dilaporkan terjadi di antaranya:
- Kandidiasis esofagus, bronkus, trakea, paru-paru
- Kanker serviks
- Coccidioidomycosis, disseminated atau extrapulmonary
- Cryptococcosis dengan manifestasi ekstrapulmoner
- Cryptosporidiosis dengan manifestasi intestinal kronik (>1 bulan)
- Infeksi cytomegalovirus, termasuk cytomegalovirus retinitis dengan
gangguan penglihatan
- Herpes simpleks dengan ulkus kronik >1 bulan
1
- Masih banyak infeksi oportunistik lain yang dapat terjadi pada pasien
HIV, seperti sarkoma Kaposi, Burkitt limfoma, immunoblastic
Lymphoma, pneumocystis pneumonia, hingga toxoplasmosis otak.
- Infeksi oportunistik yang sering terjadi di Indonesia adalah
tuberkulosis (TB), kandidiasis oral, diare, pneumocystis pneumonia
dan pruritic papular eruption.
3. Sekuele Infeksi HIV
Infeksi HIV itu sendiri dapat menyebabkan sekuele, antara lain dementia
atau ensefalopati yang berkaitan dengan AIDS. Pasien juga bisa mengalami
HIV wasting syndrome yang ditandai dengan diare kronik dan penurunan
berat badan yang tidak diketahui penyebabnya.
4. Superinfeksi HIV
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap suatu masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk megidentifikasi respon klien individu, keluarga
atau komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (SDKI DPP
PPNI, 2016). Diagnosa keperawatan dalam masalah ini adalah defisit nutrisi.
Defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme (SDKI DPP PPNI, 2016).
Diagnosis dan evaluasi bayi yang terpajan HIV sebuah. Semua bayi yang
lahir dari ibu dengan infeksi HIV akan memiliki antibodi HIV yang didapat
secara transplasenta (Nielsen & Bryson, 2000; Working Group on Antiretroviral
Therapy and Medical Management of HIV-Infected Children, 2001).
Antibodi yang didapat dari ibu dapat hadir hingga usia 18 bulan
(Kelompok Kerja Terapi Antiretroviral dan Manajemen Medis Anak
Terinfeksi HIV, 2001).
Diagnosis HIV pada bayi harus dibuat dengan menggunakan tes
virologi yang mengidentifikasi keberadaan antigen HIV (Nielsen &
Bryson, 2000).
Reaksi rantai polimerase HIV (PCR) memiliki sensitivitas 90% pada 3
bulan dan hampir 100% pada usia 6 bulan (Nielsen & Bryson, 2000).
Diagnosis dugaan infeksi HIV dapat dibuat pada satu PCR HIV positif
dan diagnosis definitif dengan tes konfirmasi pada sampel darah yang
1
berbeda (Working Group on Antiretroviral Therapy and Management
of Children with HIV Infection, 1998).
HIV dapat disingkirkan secara wajar dengan dua hasil PCR HIV negatif
pada sampel yang berbeda jika keduanya diperoleh setelah usia 1 bulan
dan yang kedua setelah usia 4 bulan; beberapa dokter juga
menggunakan ELISA negatif yang dikonfirmasi pada usia - 18 bulan
(Kelompok Kerja Terapi Antiretroviral dan Manajemen Anak dengan
Infeksi HIV, 1998).
Anak-anak - usia 18 bulan dapat didiagnosis dengan ELISA HIV positif
dan konfirmasi Western blot (Working Group onAntiretroviral Therapy
and Management of Children with HIV Infection, 1998).
AIDS dapat didiagnosis berdasarkan gejala klinis dalam hubungannya
dengan bukti laboratorium disfungsi humoral dan imunitas seluler
menggunakan 1994 Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
Pediatric HIV Classification System (CDC, 1994).
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilain klinis untuk mencapai
peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan klien (SIKI DPP PPNI,
2018). Luaran (outcome) keperawatan merupakan aspek-aspek yang dapat
diobservasi dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau dari persepsi pasien,
keluarga atau komunitas sebagai respons terhadap intervensi keperawatan
4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Tujuan dari implementasi keperawatan yaitu membantu klien
memenuhi tujuan dan hasil yang diharapkan ; meningkatkan kesejahteraan ;
mencegah sakit dan penyakit ; memulihkan kesehatan ; dan memfasilitasi
koping terhadap perubahan fungsi. Aktivitas yang dilakukan pada
implementasi yaitu melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan
1
untuk intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudia
mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan
respon klien terhadap lingkungan tersebut.(Kozier et al., 2010).
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah menilai atau menghargai yang merupakan fase
kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Evaluasi yang dilakukan
ketika atau segera setelah mengimplementasikan program keperawatan.
Tujuan dari evaluasi keperawatan untuk menentukan apakah melanjutkan,
memodifikasi atau mengakhiri rencana asuhan. (Kozier et al., 2010).
2
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
spiritual pasien (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2010). Pada anak dengan defisit
nutrisi dalam kategori fisiologis dengan subkategori nutrisi dan cairan, perawat
harus mengkaji data mayor dan minor yang tercantum dalam buku Standar
Diagnosa Keperawatan Indonesia (2016). Keluhan utama dari defisit nutrisi seperti
tidak nafsu makan, mual atau muntah, makan hanya sedikit atau kurang dari porsi
2013) yaitu :
a. Identitas
1) Pengkajian identitas anak berisi tentang : nama, anak yang ke, tanggal
2
2) Pengkajian identitas orang tua berisi tentang : nama, umur, pekerjaan,
b. Alasan dirawat
1) Keluhan utama seperti perasaan tidak enak badan, lesu, pusing, nyeri kepala
dan kurang bersemangat, serta nafsu makan menurun (teutama pada saat masa
inkubasi).
2) Riwayat penyakit
b) Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang bersifat menular dan
menurun.
c. Riwayat anak
d. Riwayat imunisasi
Tabel 1
Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar
Usia Vaksin
0 – 7 hari
Hep B 0 (HB 0)
1 bulan
BCG, Polio 1
2 bulan
DPT, HB, Hib 1, Polio 2
3 bulan
DPT, HB, Hib 2, Polio 3
4 bulan
DPT, HB, Hib 3, Polio 4, IPV
9 bulan
Campak
(Sumber : Hadianti et al., 2015)
Tabel 2
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Usia Batita
Usia Vaksin
18 bulan
DPT/HB/Hib
24 bulan
Campak
(Sumber : Hadianti et al., 2015)
2
Tabel 3
Usia Vaksin
1 SD DT, Campak
2 SD TD
3 SD TD
(Sumber : (Hadianti et al., 2015)
1) Bernafas : bagaimana suara nafas anak, ada tidaknya kesulitan bernafas yang
2) Pola nutrisi (makan dan minum) : tanyakan pada pasien atau keluarga berapa
3) Eliminasi (BAB/BAK) : kaji pola BAB dan BAK pad anak. Pada BAB tinjau
konsistensi, warna, bau, dan ada atau tidaknya darah. Pada BAK tinjau
4) Aktifitas : kaji permainan yang paling disukai pada anak, dan kapan waktu
bermainnya.
6) Istirahat dan tidur : kaji pola tidur anak pada siang dan malam hari, dan berapa
7) Kebersihan diri : kaji berapa kali anak mandi dalam 1 hari, ada membantu atau
8) Pengaturan suhu tubuh : Suhu anak diukur apakah normal, hipotermi ataukah
mengalami Hipertermia.
2
9) Rasa nyaman : kaji kondisi dan keadaan anak saat mengobrol dengan orang
lain.
10) Rasa aman : kaji lingkungan tempat anak bermain, apakah sudah aman dari
11) Belajar (anak dan orang tua) : kaji pengetahuan orang tua dalam merawat dan
mendidik anak.
12) Prestasi : kaji bagaimana pencapaian dan kemampuan anak mengenai tingkah
laku social, gerak motoric harus, bahasa, dan perkembangan motoric kasar.
13) Hubungan sosial anak : kaji bagimana hubungan anak dengan orang tua,
keluarga lain serta teman-temannya. Siapakah orang yang paling dekat dengan
anak.
14) Melaksanakan ibadah (kebiasaan, bantuan yang diperlukan terutama saat anak
sakit) : apa agama yang dianut dan bagaimana pelaksanaan ibadah yang
f. Penyakit yang pernah diderita : kaji jenis penyakit, akut / kronis / menular /
menilai dalam 4 sektor perkembangan pada anak yang meliputi : motoric kasar,
2
kesehetan RI, 2016). Interprestasi hasil KPSP dapat dihitung dengan cara
1) Jumlah jawaban „Ya‟ = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya.
i. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum yang meliputi suhu, nadi, pernafasan, tekanan darah, warna
a) Mulut, terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan
konstipasi, atau diare dan bahkan bisa saja normal, kulit teraba hangat dan
kemerahan.
l. Pemeriksaan penunjang
pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya, lebih sering ditemukan dalam
2
3) Pemeriksaan widal. Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yng diperlukan
ialah titer zat anti terhadap antigen O. titer yang bernilai 1/200 atau lebih
m. Hasil observasi
Tuliskan respon umum anak dengan keluarganya serta hal-hal baru yang
ditunjukan anak.
klien terhadap suatu masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
situasi yang berkaitan dengan kesehatan (SDKI DPP PPNI, 2016). Diagnosa
keperawatan dalam masalah ini adalah defisit nutrisi. Defisit nutrisi adalah asupan
nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme (SDKI DPP PPNI,
2016)
2
b. Resiko : diagnosis ini menggambarkan respons klien terhadap kondisi
minor pada klen, namun klien memiliki factor risiko mengalami masalah
kesehatan.
Metode penulisan ini terdiri atas masalah, penyebab dan tanda/gejala. Metode
penulisan ini hanya dilakukan pada diagnosis actual, dengan formulasi sebagai
berikut :
Metode penulisan ini dilakukan pada diagnosis risiko dan diagnosis promosi
1) Diagnosis risiko
2
Tabel 4
peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan klien (SIKI DPP PPNI, 2018).
dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau dari persepsi pasien, keluarga atau
komunitas
2
sebagai respons terhadap intervensi keperawatan (Tim Pokja SLKI DPP PPNI,
2019).
Tabel 5
Intervensi Keperawatan pada Anak Terinfeksi HIV/AIDS dengan Defisit Nutrisi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
Intervensi Keperawatan (SIKI)
Keperawatan Hasil (SLKI)
1 2 3
Defisit Nutrisi Setelah diberikan asuhan
Manajemen Nutrisi
keperawatan selama 1 x 45 1. Observasi
menit diharapkan status a. Identifikasi status nutrisi
nutrisi membaik dengan b. Identitifikasi alergi dan intoleransi makanan
kriteria hasil : c. Identifikasi makanan yang disukai
1. Porsi makanan yang d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
dihabiskan meningkat e. Identifikasi perlunya penggunaan selang
2. Kekuatan otot nasogastric
pengunyah meningkat f. Monitor asupan makana
3. Kekuatan otot g. Monitor berat badan
menelan meningkat h. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
4. Serum albumin 2. Terapeutik
meningkat a. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
5. Verbalisasi keinginan perlu
untuk meningkatkan b. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
nutrisi meningkat Piramida makanan)
6. Pengetahuan tentang c. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
pilihan makanan yang yang sesuai
sehat meningkat d. Berikan makanan yang tinggi serat untuk
7. Pengetahuan tentang mencegah konstipasi
standard asupan e. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
nutrisi protein
f. Berikan suplemen makanan, jika perlu
g. Hentikan pemnerian makanan melalui selang
nasogastric jika asupan oral dapat ditoleransi
3. Edukasi
2
1 2 3
yang tepat meningkat a. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
8. Penyiapan dan
b. Ajarkan diet yang diprogramkan
penyimpanan
4. Kolaborasi
makanan yang aman a. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
meningkat makan (mis. Pereda nyeri,antiemetic), jika
9. Penyiapan dan perlu
penyimpanan b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
minuman yang aman jumlah kalori dan jenis nutrient yang
meningkat dibutuhkan, jika perlu
10. Sikap terhadap
Promosi Berat Badan
makanan/minuman 1. Observasi
sesuai dengan tujuan a. Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
kesehatan b. Monitor adanya mual dan muntah
11. Perasaan cepat c. Monitor jumlah kalori yang dikonsumi sehari-
kenyang menurun hari
12. Nyeri abdomen d. Monitor berat badan
menurun e. Monitor albumin,limfosit, dan elektrolit serum
13. Sariawan menurun 2. Terapeutik
14. Rambut rontok a. Berikan perawatan mulut sebelum pemberian
menurun makan, jika perlu
15. Diare menurun b. Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi
16. Berat badan membaik pasien (mis. Makanan dengantekstur halus,
17. Indeks massa tubuh makanan yang di blender, makanan cair yang
(IMT) membaik diberikan melalui NGT atau gastrostomy, total
18. Frekuensi makanan
parenteral nutrition sesuai indikasi)
membaik
c. Hidangkan makanan secara menarik
19. Nafsu makan
d. Berikan suplemen, jika perlu
membaik
e. Berikan pujian pada pasien/keluarga untuk
20. Bising usus membaik
peningkatan yang dicapai
21. Tebal lipatan kulit
3. Edukasi
trisep membaik
a. Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi,
22. Membrane mukosa
namun tetap terjangkau
membaik
b. Jelaskan peningkatan asupan kalori yang
dibutuhkan
(Sumber : (SDKI DPP PPDNI, 2016), (SLKI DPP PPNI, 2018), (SIKI DPP PPNI, 2018)
3
3.4 Implementasi keperawatan
intervensi, yaitu :
Tabel 6
Implementasi Keperawatan pada Anak Terinfeksi HIV/AIDS dengan Defisit
Nutrisi
Diagnosa
Intervensi Keperawatan (SIKI)
Keperawatan
1 2
Defisit Nutrisi Manajemen Nutrisi
1. Observasi
a. Identifikasi status nutrisi
b. Identitifikasi alergi dan intoleransi makanan
c. Identifikasi makanan yang disukai
d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
e. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
f. Monitor asupan makana
g. Monitor berat badan
h. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
2. Terapeutik
a. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
b. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
c. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
d. Berikan makanan yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi
3
1 2
e. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
f. Berikan suplemen makanan, jika perlU
g. Hentikan pemnerian makanan melalui selang nasogastric jika asupan
oral dapat ditoleransi
3. Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
b. Ajarkan diet yang diprogramkan
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda
nyeri,antiemetic), jika perlu
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
Promosi Berat Badan
1. Observasi
a. Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
b. Monitor adanya mual dan muntah
c. Monitor jumlah kalori yang dikonsumi sehari-hari
d. Monitor berat badan
e. Monitor albumin,limfosit, dan elektrolit serum
2. Terapeutik
a. Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan, jika perlu
b. Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien (mis. Makanan
dengantekstur halus, makanan yang di blender, makanan cair yang
diberikan melalui NGT atau gastrostomy, total parenteral nutrition
sesuai indikasi)
c. Hidangkan makanan secara menarik
d. Berikan suplemen, jika perlu
e. Berikan pujian pada pasien/keluarga untuk peningkatan yang dicapai
3. Edukasi
a. Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap terjangkau
b. Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan
3
3.5 Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah menilai atau menghargai yang merupakan fase kelima dan
fase terakhir proses keperawatan. Evaluasi yang dilakukan ketika atau segera
adalah format SOAP akronim untuk data subyektif, data obyektif, pengkajian, dan
perencanaan. Subyektif adalah data yang terdiri atas informasu yang diperoleh dari
pernyataan klien. Obyektif adalah data yang terdiri atas informasi yang diukur atau
dan sinar-x). Pengkajian adalah interpretasi atau kesimpulan yang ditarik tentang
data subyektif dan obyektif. Rencana adalah rencana asuhan yang dirancang untuk
Tabel 7
Evaluasi Keperawatan pada Anak Terinfeksi sHIV/AIDS dengan Defisit Nutrisi
3
yang sehat meningkat
3
f. Pengetahuan tentang standard asupan nutrisi
yang tepat meningkat
g. Penyiapan dan penyimpanan mkanan yang aman
meningkat
h. Penyiapan dan penyimpanan
i. minuman yang aman meningkat
j. Sikap terhadap makanan/minuman sesuai dengan
tujuan kesehatan
k. Perasaan cepat kenyang menurun
l. Nyeri abdomen menurun
m. Sariawan menurun
n. Rambut rontok menurun
o. Diare menurun
p. Berat badan membaik
q. Indeks massa tubuh (IMT) membaik
r. Frekuensi makanan membaik
s. Nafsu makan membaik
t. Bising usus membaik
u. Tebal lipatan kulit trisep membaik
v. Membrane mukosa membaik
A:
a. Tujuan tercapai apabila respon pasien sesuai
dengan tujuan dan kriteria hasil
b. Tujuan belum tercapai apabila respon pasien tidak
sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan
P:
a. Pertahankan kondisi pasien apabila tujuan tercapai
b. Lanjutkan intervensi apabila terdapat tujuan
yang belum mampu dicapai oleh pasien
3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.A DENGAN HIV-AIDS
PENGKAJIAN
I. Identitas Klien :
Nama/nama panggilan : An. A.
Tempat tanggal lahir/usia : Poasia, 27 Mei 2005/ 6 bulan 8 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Alamat : BTN Kendari Permai Blok J No.14
Tanggal masuk : 18 Mei 2011
Tanggal pengkajian : 19 Mei 2011
Diagnosa Medik : HIV-AIDS
8
3. Identitas Saudara Kandung
No. N am a Usia Hubungan Status Kesehatan
1. - - - -
1) Prenatal Care
Pemeriksaan kehamilan 3 kali
Keluhan selama hamil Ngidam, kadang-kadang demam dan lemas
Riwayat terkena sinar tidak ada
Kenaikan berat badan selama kehamilan 2 kg
Imunisasi 2 kali
Golongan darah Ibu : lupa /golongan darah ayah : A
2) N a t a l
Tempat melahirkan di Puskesmas oleh bidan
Lama dan jenis persalinan : Spontan/normal
Penolong persalinan Dokter Kebidanan
Tidak ada komplikasi selama persalinan ataupun setelah persalinan (sedikit perdarahan
daerah vagina).
3) Post Natal
9
Kondisi Bayi : BB lahir 2 kg, PB 45 cm
Pada saat lahir kondisi anak baik
(untuk semua usia)
Penyakit yang pernah dialami demam setelah imunisasi
Kecelakaan yang pernah dialami: tidak ada
Imunisasi belum lengkap
Alergi belum nampak
Perkembangan anak dibanding saudara-saudara : Anak pertama
1
5. Berjalan : belum
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : lupa
7. Bicara pertama kali : belum
8. Berpakaian tanpa bantuan : masih di bantu ibunya
secara penuh
VIII. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI
1. Pertama kali di susui : satu jam setelah lahir
2. Cara Pemberian : Setiap Kali menangis dan tanpa menangis
3. Lama Pemberin : 15-20 manit
4. Diberikan sampai usia : sampai saat ini
X. Riwayat spiritual
1. Anggota Keluarga tidak taat melaksanakan ibadah
2. Kegiatan keagamaan : jarang mengikuti kegiatan keagamaan
1
a. Pengalaman Keluarga tentang Sakit dan rawat inap
1. Orang tua membawa anaknya ke RS karena khawatir dan cemas tentang keadaan
anaknya yang demam terus
2. Dokter menceritakan sebagaian kecil kondisi anaknya dan kelihatannya orang
tua belum mengerti hal ini dibuktikan dengan ekspresi wajah orang tua dan
pertanyaan yang timbul sekitar keadaan anaknya
3. Orang tua saat masuk di RS sangat merasa khwatir dengan keadaan anaknya dan selalu
menanyakan kondisi anaknya
4. Orang tua selalu menjaga anaknya bergantian antara ayah, ibu dan dan keluarga yang
lain.
b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat Inap
1. Anak belum mampu berbicara
b. Cairan
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
Jenis minuman ASI Tidak ada
Frekwensi minum Setiap kali haus Sering
Kebutuhan cairan Tidak diketahui Tergantung
Cara pemberian ASI Infuse
1
Kesulitan Sering encer sehari
Obat pencahar Tidak ada Encer
Tidak pernah Tidak ada
digunakan
d. Istirahat/Tidur
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
Jam tidur
Siang 12.00 – 14.00 Jam 14.00-15.00
Malam Jam 20.00- 06.00 Jam 21.00-7.30
Pola tidur Tidur dilaksanakan Tidur
pada siang dan dilaksanakan pada
Kebiasaan sebelum tidur malam hari siang dan malam
Kesulitan tidur Menyusu hari
Menyusu
Gelisah
Sering terbangun
karena popoknya
basah oleh feses.
e. Olahraga
Tidak dikaji
f. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
Mandi
Cara Dikerjakan oleh Tidak pernah
orang tua mandi hanya dilap
frekwensi badan
alat mandi 2 x sehari 1 x sehari/melap
Cuci rambut Sabun badan
frekwensi Kadang-kadang Pake air hangat
Cara Tidak menentu belum pernah
Gunting kuku Dikerjakan oleh dilakukan
1
frekwensi orang tua
g. Aktifitas/mobilitas fisik
Tidak dikaji
h. Rekreasi
Tidak dikaji
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum klien : Lemah, gelisah dan batuk sesak
Ekspresi wajah biasa kadang tersenyum dan cengeng bila diajak bermain.
Berpakaian bersih karena selalu dijaga oleh ibunya.
b. Tanda-tanda vital:
Suhu : 38,5 º C
Nadi : 120x/m
Pernafasan : 28x / m
TD : 95/60 mmHg
c. Antropometri
- Panjang badan : 50 cm
- Berat badan : 5 kg
- Lingkaran lengan atas : tidak dikaji
- lingkaran kepala : tidak dikaji
- lingkaran dada : tidak di kaji
1
- Lingkaran perut : tidak dikaji
- Skin fold : tidak dikaj
d. Head To Toe
Kulit :
Pucat dan turgo kulit jelek dipenuhi dengan bercak-bercak dan gatal
Kepal dan leher :
I: Normal tidak ada kerontokan rambut, warna hitam dan tidak ada
Peradangan.
P: Normal, tidak ada benjolan dikepala
P: -
A: -
Kuku : Jari tabuh
Mata / penglihatan :
Sklera pucat dan nampak kelopak mata cekung
Hidung :
Tidak ada Peradangan, tidak ada reaksi alergi, tidak ada polip, dan fxungsi penciuman
normal
Telinga :
Bentuk simetris kanan/kiri, tidak ada peradangan, tidak ada perdarahan
Mulut dan gigi
Terjadi peradangan pada rongga mulut dan mukosa, terjadi Peradangan dan
perdarahan pada gigi ,gangguan menelan(-), bibir dan mukosa mulut klien nampak
kering dan bibir pecah-pecah
Leher: Terjadi peradangan pada eksofagus.
Dada :
I : Dada terlihat normal, Tidak ada kelainan gerakan dada
P: Terdapat nyeri tekan pada epigastrium, Tidak nampak adanya pembesaran hati
P: nada sonor
A: Tidak terdengar adanya bunyi nafas tambahan
Tidak ada retraksi dinding dada (+).
Abdomen :
1
I : Nampak normal, simetris kiri kanan
P: Turgor jelek ,tidak ada massa, terdapat nyeri tekan pada bagian
kanan bawah
P : Bunyi timpany (+). Kembung (-)
A: terdengar bunyi peningkatan peristaltic/ bising usus dan tidak ada krepitasi abdomen.
Perineum dan genitalia
Pada alat genital terdapat bintik-bintik radang
Ekstremitas : klien tidak mampu mengerakkan extremitas atas dan extremitas bawah
tonus otot lemah akibat tidak ada energi karena diare dan proses penyakit
I: Bentuk kaki simetris, tidak terdapat gejala / tanda oedema. Jumlah
jari lengkap.terdapat keterbatasan gerak ekstremitas bawah
P: Akral hangat, terdapat keterbatasan gerak ekstremitas atas.
P: reflek tendon kurang
A: -
f. Sistem kardiovaskuler :
Conjungtiva : Tidak anemia, bibir : pucat/cyanosis, arteri carotis : berisi reguler , tekanan
vena jugularis : tidak meninggi
Ukuran Jantung : tidak ada pembesaran
Suara jantung : Tidak ada bunyi abnormal
1
Capillary refilling time > 2 detik
g. Sistem pencernaan:
Mulut : terjadi peradangan pada mukosa mulut
Abdomen : distensi abdomen, peristaltic meningkat > 25x/mnt akibat adanya virus yang
menyerang usus
Gaster : nafsu makan menurun, mules, mual muntah, minum normal,
Anus : terdapat bintik dan meradang gatal
h. Sistem indra
1. Mata : agak cekung
2. Hidung : Penciuman kurang baik,
3. Telinga
o Keadaan daun telinga : kanal auditorius kurang bersih akibat benyebaran penyakit
o Fungsi pendengaran kesan baik
i. Sistem Saraf
2. Fungsi serebral:
Status mental : Orientasi masih tergantung orang tua
Bicara : -
Kesadaran : Eyes (membuka mata spontan) = 4, motorik (bergerak mengikuti perintah) =
6, verbal (bicara normal) = 5
3. Fungsi kranial :
Saat pemeriksaan tidak ditemukan tanda-tanda kelainan dari Nervus I – Nervus XII.
4. Fungsi motorik : Klien nampak lemah, seluruh aktifitasnya dibantu oleh orang tua
5. Fungsi sensorik : suhu, nyeri, getaran, posisi, diskriminasi (terkesan terganggu)
6. Fungsi cerebellum : Koordinasi, keseimbangan kesan normal
7. Refleks : bisip, trisep, patela dan babinski terkesan normal.
1
4. Tangan tidak bengkak, gerakan dan ROM aktif
k. Sistem integumen
warna kulit pucat dan terdapat bintik-bintik dengan gatal, turgor menurun > 2 dt,
suhu meningkat 39 derajat celsius, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill
time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
l. Sistem endokrin
Kelenjar tiroid tidak nampak, teraba tidak ada pembesaran
Suhu tubuh tidak tetap, keringat normal,
Tidak ada riwayat diabetes
m. Sistem Perkemihan
Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam), frekuensi berkurang.
Tidak ditemukan odema
Tidak ditemukan adanya nokturia, disuria , dan kencing batu
n. Sistem Reproduksi
Alat genetalia termasuk glans penis dan orificium uretra eksterna merah dan gatal
o. Sistem Imun
Klien tidak ada riwayat alergi
Imunisasi lengkap
Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca tidak ada
Riwayat transfusi darah tidak ada
1
XIV. Terapi Saat ini :
Infus RL 20 tts/m
Imunisasi disarankan untuk anak-anak dengan infeksi HIV, sebagai pengganti vaksin
poliovirus (OPV), anak-anak diberi vaksin virus polio yang tidak aktif (IPV)
Keperawatan :
Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan mencegah
kemungkinan terjadi infeksi
Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan yang ada
Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan dideosinukleotid, yaitu
azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim RT dengan berintegrasi ke DNA
virus, sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV
Mengatasi dampak psikososial
Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit, dan prosedur
yang dilakukan oleh tenaga medis
Hasil Laboratorium tanggal 28 Maret 2011: Tidak dikaji
Data Objektif
Klien selama di RS nampak batuk terus dan gelisah nampak sesak sesak
Klien nampak teraba panas dengan suhu 39 0C, Nadi : 120x/m, P : 28x /m dan TD :
95/60 mmHg
Nampak terlihat bercak-bercak dan klien selalu menangis menggaruk badannya yang gatal.
Klien nampak cengeng bila ingin disusui, berat badan klien turun dari 5 kg menjdi 4 kg.
1
Klien nampak selalu mengeluh ingin BAB dan diRS terhitung 4-5/hari
Kulit klien nampak kering, nampak cekung pada mata
Keluarga klien nampak gelisah dan selalu menanyakan kondisi anaknya.
XVI. Analisa Data
No Data Etilogi Masalah
1 DS : Bersihan jalan
Ibu klien mengatakan nafas tidak efektif
Kandidiasis
anaknya batuk-batuk dan
sesak
DO :
Klien selama di RS Menginfeksi
nampak batuk terus dan bronkus
gelisah nampak sesak
sesak Aktivitas bronkus
Tanda-tanda vital: berkurang
Suhu : 38,5 º C
Nadi : 120x/m
Pernafasan : 28x / m Penumpukan sekret
TD : 95/60 mmHg
Batuk inefektif
2 DS : Hipertermi
Ibu klien mangatakan Kuman
anaknya demam terus- mengeluarkan
menerus endotoksin
DO :
Klien nampak teraba panas
dengan suhu 38,5 Merangsang
0
C, Nadi : 120x/m, pengeluaran zat
2
jaringan yg
meradang
prostaglandin E2
(pirogen leukosi &
pirogen endokrin
Mencapai
hipotalamus (set
point)
3 DS : Perubahan nutrisi
kandidiasis
ibu klien mengatakan, kurang dari
klien tidak mau kebutuhan tubuh
makan/malas makan
Lesi oral
Ibu klien mengatakan
anaknya susah menelan
akibat luka-luka pada
mulutnya
DO : Ketidakmampuan
menyusu
Klien nampak cengeng
bila inbin diberi makan
dan porsi makannya tidak
habis serta BB turun Perubahan indra
menjadi 20 kg dari pengecap
25kg.Inter
Menurunkan
keinginan menyusu
5 DS : Kerusakan
Timbul jamur dan
Ibu klien mengatakan integritas kulit
2
2
muncul bercak-bercak di bintik-bintik
tubuh anaknya
DO :
Nampak terlihat bercak- Lesi kulit
bercak dan klien selalu
menangis menggaruk
badannya yang gatal Dermatitis
6 DS : Cemas
Keluarga klien
AIDS
mengatakan sangat
khawatir dengan kondisi
anaknya, maka dari itu
Gelisah
anaknya di bawa ke RS.
DO :
Keluarga klien nampak Merasa ketakutan
gelisah dan selalu akan penyakit
menanyakan kondisi anaknya
anaknya.
Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan factor : tidak
akuratnya pemasukan nutrisi sebagai factor sekunder HIV pada system
pembuangan (GI)
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan faktor kehilangan yang
berlebihan (diare berat , berkeringat , muntah)
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan faktor penurunan respon
imun , kerusakan kulit.
4. Kekurangan volume cairan tubuh b/h output yang berlebihan
2
BAB IV
PEMBAHASAN
Defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme (SDKI DPP PPNI, 2016). Defisit nutrisi adalah suatu keadaan ketika
individu yang tidak puasa mengalami atau berisiko mengalami penurunan berat
badan yang berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat atau metabolisme
nutrient yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik (Carpenito, 2013).
4.2 Penyebab defisit nutrisi pada anak HIV/AIDS
Penurunan berat badan yang drastis berkaitan dengan kekurangan nutrisi atau
gizi. Penyebab kurang gizi bersifat multifaktoral, antara lain hilangnya nafsu
makan, gangguan penyerapan sari makanan pada saluran pencernaan, hilangnya
cairan tubuh akibat muntah dan diare, dan (Nursalam, Susilaningrum, &
Utami,2008).
2
b. Ketidakmampuan mencerna makanan dan mengabsorbsi nutrient
d. Faktor ekonomi
Respon stress pada individu berbeda, ada individu yang mengalami stress
akan meningkatkan nafsu makan, namun juga sebaliknya tidak nafsu makan.
Menurut (SDKI DPP PPNI, 2016) tanda dan gejala pada defisit nutrisi dibagi
menjadi :
a. Tanda gejala mayor yaitu :
1) Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal b. Tanda
gelaja minor yaitu :
2
1) Cepat kenyang setelah makan
2) Kram/nyeri abdomen
3) Nafsu makan menurun
4) Bising usus hiperaktif
5) Otot pengunyah lemah
6) Otot menelan lemah
7) Membrane mukosa pucat
8) Sariawan
9) Serum albumin turun
10) Rambut rontok berlebih
11) Diare
Secara spesifik tanda gejala defisit nutrisi pada pasien HIV/AIDS umumnya
mengalami penurunan nafsu makan. Penurunan nafsu makan ditandai dengan
penurunan berat badan lebih dari 10 % sehingga pada keadaan yang berat ODHA
akan tampak kurus kering (Depkes RI, 2003 dalam (Nursalam & Kurniawati,
2009)
2
asimptomatik, dimana pada tahap ini, di dalam organ tubuh terdapat HIV, tetapi
tubuh tidak menunjukkan gejala apa pun, keadaan ini dapat berlangsung rata-rata
selama 5-10 tahun (Nursalam et al., 2008).
Pasien HIV/AIDS pada umumnya mengalami penurunan nafsu makan. Hal
ini bisa disebabkan karena pengaruh obat ARV dan kesulitan menelan akibat
infeksi jamur kandida pada mulut. Penderita HIV/AIDS juga menderita diare yang
menyebabkan dehidrasi, absorbsi makanan yang buruk sehingga terjadi penurunan
berat badan secara signifikan. Saat diare juga terjadi hilangnya zat gizi dalam
tubuh seperti vitamin dan mineral sehingga harus diberikan asupan zat gizi yang
tepat. Terjadinya demam yang lama sehingga menyebabkan kehilangan kalori dan
cairan. (Nursalam & Kurniawati, 2009)
2
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. HIV/AIDS yang terjadi pada anak dapat karena penularan dari ibu saat
kehamilan, ataupun saat kelahiran selain itu, HIV pada anak juga dapat terjadi
akibat pelecehan seksual pada anak.
2. Diagnosis HIV pada anak dengan pemeriksaan darah untuk mendeteksi virus
HIV pada anak, dapat dilakukan 2 kali yaitu sebelum dan setelah umur 18
bulan.Salah satu pencegahan penularan HIV pada anak akibat transmisi maternal
yaitu dengan sectio caesaria.
3. Penatalaksanaan kasus HIV pada Anak, tidak hanya pengaturan ART, namun
juga faktor Nutrisi harus diperhatikan mengiingat anak adalah fase
pertumbuhan.
4. Kasus HIV pada anak, menurut Kajian dalam Islam dapat dikategorikan sebuah
takdir dari penipta, sehingga perlu kesabaran.
5.2 Saran
Transmisi penularan HIV pada anak disominasi akibat penularan dari ibu ke
anak, sehingga untuk memutuskan mata rantai HIV pada anak, peranan berbagai tim
kesehatan sangat mengingat anak sebagai generasi lanjutan yang sangat diperlukan
untuk berlangsungnya proses regenerasi, sehingga tim kesehatan terkhususnya, harus
memberikan perhatian khusus pada kasus tersebut. Salah satu upaya nyata adalah
memberikan edukasi kepada masyarakat luas, terutama ibu hamil agar malakukan
pemeriksaan deteksi HIV. Dan mengkonsumsi ART apabila positif HIV. Serta Sectio
Caesaria saat partus.
2
DAFTAR PUSAKA
https://ejurnal.universitas-bth.ac.id/index.php/P3M_JKBTH/article/view/505