Anda di halaman 1dari 19

Nama : Helmida Br Ginting

Nim : 2105059

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
SISTEM KARDIOVASKULER DENGAN ANGINA PEKTORIS

1.1 Defenisi
Angina merupakan keadaan dimana klien mendapat serangan sakit dada yang
khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang sering kali menjalar ke
lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas
berhenti (Setiati, 2019).
Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan
jenis rasa tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum. Angina
pektoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan episode atau paroksismal
nyeri atau perasaan tertekan di dada depan ( Black & Joice, 2018 )  
Angina pectoris ialah keadaan di mana klien merasa sakit dada yang kuat
akibat dari penyakit jantung ischemicia itu kekurangan suplai aliran darah dan
oksigen ke myocardium jantung.

1.2 Etiologi
Penyebab paling umum Coronary Artery Disease (CAD) adalah Aterosklerosis.
Arterosklerosis digolongkan sebagai akumulasi sel-sel otot halus, lemak dan jaringan
konektif (connectif tissue) di sekitar lapisan intima arteri. Suatu plak fibrosus adalah
lesi khas dari arterosklerosis. Lesi ini dapat bervariasi ukurannya dalam dinding
pembuluh darah, yang dapat mengakibatkan obstruksi aliran darah parsial maupun
komplit. Komplikasi lebih lanjut dari dari lesi tersebut terdiri atas plak fibrosa
dengan deposit kalsium, disertai oleh pembentukan thrombus. Obstruksi pada lumen
mengurangi atau menghentikan aliran darah kepada jaringan disekitarnya.
Penyebab lain dari CAD adalah spasme arteri koroner. Penyempitan dari lumen
pembuluh darah terjadi bila serat otot halus dalam dinding pembuluh darah
berkontraksi (vasokontriksi). Spasme arteri koroner dapat menggiring terjadinya
iskemik actual atau perluasan dari infark miokard.
Penyebab lain di luar aterosklerotik yang dapat memengaruhi diameter lumen
pembuluh darah koroner dapat berhubungan dengan abnormalitas sirkulasi. Hal ini
meliputi hipoperfusi, anemia hipovolemik, polisitemia dan masalah-masalah
gangguan katup jantung. (Anna & Budi, 2018)

1.3 Tanda dan Gejala


1) Nyeri dada substernal atau retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan daerah
inter skapula atau lengan kiri.
2) Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas,
kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
3) Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih dari 30 menit.
4) Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.
5) Gejala penyerta: sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin,
palpitasi.
6) Gambaran EKG: depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.
7) Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.
1.4 Mind Mapping

Arterosklerosis, spasme arteri, ↑rangsang system saraf Konstriksi vascular,↑ frekuensi Tidak mampu mengalirkan
anemia,hipovolemik, simpatis nadi, TD & kontraktilitas darah & O2 adekuat ke
polisitemia, gangguan katup Iskemia dan hipoksia jantung
Merusak sel-sel jantung,↑ kadar
jantung
Mengeluarkan potassium, leukosit (proses inflamasi Penurunan curah
histamine, & serotonin jaringan), platelet jantung
Iskemia miokard
Merangsang ujung- Asam laktat ↑ Ketidakefektifan perfusi
Nyeri akut ujung saraf jaringan perifer
Metabolisme sel berubah dari
aerob menjadi anaerob

Saraf sensori jantung merangsang


saraf sensori pada bagian badan lain Angina Pectoris Energy ATP menurun
(pada medulla spinalis – tyorakal) pH miokard ↑
nyeri menjalar dan merangsang
system saraf Meningkatkan Na+ >> dalam sel Kontraksi miokard
Norephineprin Nyeri dada K+ diluar sel terganggu
katekolamin

Kebutuhan energy sel ↓


Ekspansi paru ↓
Agregasi
thromboxane A ↑
O2 kembali adekuat
O2 tidak seimbang

Tidak mampu Sel-sel kembali ke


Intoleransi aktivitas melakukan kebutuhan Sesak proses fosforilasi
ADL secara mandiri

Ketidakefektifan pola
nafas Asam laktat
menghilang

Nyeri angina mereda


1.5 Klasifikasi
Angina diklasifikasikandalam 3 tipe, yaitu :
1. Angina stabil, adalah bentuk angina yang paling umum dan dapat diprediksi.
Angina stabil terjadi pada jumlah aktivitas atau stress yang dapat diprediksi dan
merupakan manifestasi umum CHD. Angina stabil biasanya terjadi saat kerja
jantung meningkat karena latihan fisik, terpajan dingin, atau stress. Angina stabil
berkurang dengan istirahat dan nitrat.
2. Angina prinzmental (varian), adalah angina atipikal yang gterjadi mendadak
(tidak terjadi dengan aktivitas) dan sringkali pada malam hari. Angina ini
disebabkan oleh spasme arteri koroner dengan atau tanpa lesi arterosklerotik.
Mekanisme pasti spasme arteri koroner tidak diketahui. Dapat terjadi akibat
respons system simpatis hiperaktif, perubahan aliran kalsium dalam otot polos,
atau penurunan prostaglandin yang meningkatkan prostaglandin yang
meningkatkan vasodilatasi.
3. Angina tak stabil, terjadi pada peningkatan frekuensi, keparahan, dan durasi.
Nyeri tidak dapat diduga dan terjadi pada saat istirahat. Pasien angina tidak stabil
beresiko mengalami infark miokardium. Angina tidak stabil dibahas kemudian di
bagian sindromnkoroner akut.
Silent myocardial ischemia, atau iskemia asimtomatik, di duga umum terjadi
pada orang penderita CHD. Silent ischemia dapat terjadi dengan aktivitas atau
dengan tekanan mental. Tekanan mental meningkatkan frekuensi jantung dan
tekanan darah meningkatkan kebutuhan oksigen miokardium. Seperti angina
asimtomatik, silent myocardial ischemia dikaitkan dengan peningkatan peluang
infark miokardium dan kematian.

1.6 Pemeriksaan Diagnostik


1) Elektrokardiografi
a. Normal saat klien istirahat
b. Segmen ST elevasi atau depresi, gelombang T inversi selama serangan
berlangsung atau timbul saat tes treadmill (gambaran iskemia miokard)
c. Disritmia (Takikardia Abnormal, AV Block, Atrial Fibrilasi) bila ada harus
dicatat
2) Laboratorium darah
a. Complete Blood Cells Count: anemia dan hematokrit menurun. Leukositosis
mengindikasikan adanya penyakit infeksi yang menimbulkan kerusakan katup
jantung dan menimbulkan keluhan angina
b. Fraksi lemak: terutama kolesterol (Low Density Lipoprotein/LDL) dan
trigliserida yang merupakan faktor risiko terjadinya Artery Coronary Disease
(CAD)
c. Serum tiroid: menilai keadaan hipotiroid dan hipertiroid
d. Cardiac Isoenzym: normal (CPK-Creatinin Phospokinase, CK-MB-Creatinin
Kinase-MB, SGOT-Serum Glutamic Osaloacetic Transminase dan LDH-
Lactate Dehydrogenase) dan troponin.
3) Radiologi
a. Thorax rontgen: melihat gambaran kardiomegali seperti hipertrofi ventrikel
atau Cardio-Thorax (CTR) lebih dari 50%.
b. Echocardiogram: melihat adanya penyimpangan gerakan katup dan dilatasi
ruang jantung. Gerakan katup abnormal dapat menimbulkan keluhan angina.
c. Scanning jantung: melihat luas daerah iskemik pada miokard.
d. Ventrikulografi sinistra: melihat kemampuan kontraksi miokard dan
pemompaan darah yang kecil akibat kelainan katup atau septum jantung.
e. Kateterisasi jantung (bila diperlukan): melihat kepatenan arteri koroner, lokasi
sumbatan dengan tepat, dan memastikan kekuatan miokard (Muttaqin, 2015).

1.7 Penatalaksanaan
Obat-obatan dapat digunakan baik untuk peredaan angina akut maupun jangka
panjang. Tujuan penanganan memakai obat-obatan adalah untuk mengurangi
kebutuhan oksigen dan meningkatkan suplai oksigen menuju miokardium. Tiga kelas
utama obat-obatan digunakan untuk mengatasi angina: nitrat, penyekat beta, dan
penyekat saluran kalsium.
1. Nitrat
Nitrat termasuk nitrogliserin dan preparat nitrat kerja lama, digunakan untuk
mengatasi serangan angina akut dan mencegah angina.
Nitrogliserin sublingual adalah obat pilihan untuk mengatasi angina akut.
Kerjanya 1 hingga 2 menit, mengurangi kerja miokardium dan kebutuhan
oksigen melalui dilatasi vena dan arteri, yang akhirnya mengurai preload dan
afterload. Selain itu juga dapat memperbaiki suplai oksigen miokardium dengan
mendilatasi pembuluh darah kolateral dan mengurangi stenosis. Nitrogliserin
kerja cepat juga tersedia sebagai semprotan bukal di system bermeter. Untuk
sebagian pasien, ini mungkin lebih mudah diterima daripada tablet nitrogliserin
kecil.
Preparat nitrogliserin kerja lama (tablet oral, selep, atau transdermal patches)
digunakan untuk mengatasi serangan akut. Masalah utama pada pemakaian nitrat
jangka panjang adalah perkembangan toleransi, penurunan efek dari dosis
medikasi yang sama. Toleransi dapat dibatasi dengan jadwal pendosisan yang
memungkinkan periode bebas nitrat minimal 8 hingga 10 jam sehari. Obat ini
biasanya dijadwalkan pada malam hari, saat angina cenderung jarang terjadi.
Sakit kepala adalah efek samping minum nitrat dan dapat membatasi
manfaatnya. Mual, pusing, dan hipotensi juga merupakan efek umum terapi.
2. Penyekat Beta
Penyekat beta termasuk propanolol, metoprolol, nadolol, dan atenolol,
dipertimbangkan sebagai obat-obatan lini pertama untuk mengatasi angina stabil.
Obat ini menghambat efek perangasang jantung norepineprin dan epineprin,
mencegah serangan angina dengan menurunkan frekuensi jantung, kontraktilitas
miokardium, dan tekanan darah sehingga menurunkan kebutuhan oksigen
miokardium. Penyekat beta dapat digunakan tunggal atau bersama obat-obatan
lain untuk mencegah angina.
Penyekat beta dikontraindikasikan untuk pasien asma atau COPD berat
karena dapat menyebabkan bronkospasme berat. Obat tidak digunakan pada
pasien bradikardia signifikan, atau blok konduksi AV, dan digunakan secara hati-
hati pada gagal jantung, penyekat beta tidak digunakan untuk mengobati angina
prinzmetal.
3. Penyekat Saluran Kalsium
Penyekat saluran kalsium mengurangi kebutuhan oksigen miokardium dan
meningkatkan suplai darah dan oksigen miokardium. Obat-obatan ini, yang
mencakup verapamil, diltiazem, dan nifedipin, menurunkan tekanan darah,
mengurangi kontraktilitas miokardium dan pada beberapa kasus menurunkan
frekuensi jantung, menurunkan frekuensi jantung, menurunkan kebutuhan
oksigen miokardium. Selain itu juga merupakan vasodilator koroner kuat, secara
efektif meningkatkan suplai oksigen. Seperti penyekat beta, penyekat saluran
kalsium bekerja sangat lambat untuk mengatasi serangan akut angina secara
efektif, peneyekat saluran kalsium digunakan untuk profilaksis jangka panjang.
Karena obat dapat secara actual meningkatkan iskemia dan kematian pada pasien
gagal jantung atau disfungsi ventrikel jantung, obat-obatan ini tidak lazim
diresepkan pada pengobatan awal angina. Obat digunakan secara hari-hati pada
pasien disritmia, gagal jantung, atau hipotensi.
4. Aspirin
Pasien angina, khususnya angina tidak stabil berisiko mengalami infark
miokardium karena penyempitan signifikan pada arteri koroner. Aspirin dosis
rendah (80 hingga 325 mg/hari) seringkali diprogramkan untuk mengurangi
risiko agregasi trombosit dan pembentukan thrombus.

1.8 Pengkajian Keperawatan


1. Pengkajian
b. Anamnesa
1) Identitas Pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku,
pendidikan, pekerjaan)
2) Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien angina mengatakan nyeri dada sebelah kiri yang tidak tertahankan
(Morton dkk, 2013).
3) Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri yang terasa menjalar pada dada sebelah kiri yang
berlangsung 30 detik sampai berjam-jam (Morton, 2014).
4) Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan nyeri dada di anterior, prekordial, substernal yang menjalar ke
lengan kiri, leher, rahang, punggung, dan epigastrium. Nyeri dada seperti
tertekan beban berat, terasa berat, dan seperti diremas yang timbul
mendadak. Nyeri dada yang timbul berhubungan dengan aktivitas fisik
berat atau emosi yang hebat (marah dan rangsangan seksual). Durasi
serangan nyeri bervariasi tergantung diameter arteri koroner yang
tersumbat dan luasnya area iskemik miokard. Nyeri dada dapat disertai
dengan gejala mual, muntah, diaforesis, dan sesak napas. Bila nyeri timbul
saat klien istirahat atau tidur, maka prognosisnya buruk (kemungkinan
telah menjadi infark miokard) (Muttaqin, 2015).
5) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit vaskular,
anemia, peningkatan kadar kolesterol (low density lypoprotein/LDL, dan
high density lypoprotein/HDL), trigliserida, hipertiroid, keniasaan
merokok, konsumsi minuman beralkohol, asupan makanan tinggi gulam
lemak, garam, kafein, asupan cairan dan berat badan (Muttaqin, 2015).
6) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit jantung dan pembuluh darah (arteri koroner) dalam
keluarga merupakan faktor risiko tinggi bagi klien (Muttaqin, 2015).
7) Riwayat Pengobatan
Toleransi terhadap obat-obatan dan terapi yang didapat saat timbul serangan
(Muttaqin, 2015).

c. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas dan istirahat: kelelahan, perasaan tidak berdaya setelah aktivitas,
terbangun bila nyeri dada, dispnea saat aktivitas.
2) Sirkulasi: takikardia, disritmia, kulit atau membran mukosa lembab,
dingin, adanya vasokonstriksi. Adanya riwayat penyakit jantung,
hipertensi, kegemukan.
3) Makanan, cairan: mual, nnyeri ulu hati/epigastrium saat makan, distensi
gaster. Memiliki riwayat mengkonsumsi diet tinggi kolesterol/lemak,
kafein, minuman keras.
4) Intergritas ego: ketakutan, mudah marah.
5) Nyeri/kenyamanan: nyeri dada substernal, anterior yang menyebar ke
rahang, leher, bahu dan ekstremitas atas kiri dengan kualitas ringan hingga
sedang, tekanan berat, seperti tertekan, terjepit, atau terbakar. Biasanya
berlangsung kurang dari 15 menit terkadang lebih dari 30 menit (rata-rata
3 menit).
6) Pernapasan: peningkatan frekuensi atau irama pernapasan dan gangguan
kedalaman napas.
1.9 Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan aliran darah koroner.
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan posisi tubuh yang menghambat
ekspansi paru
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan menurunnya curah
jantung, hipoksemia jaringan, asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuan oksigen akibat iskemia jantung, imobilitas lama
1.10 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan
Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
(NOC ) (NIC)
1 Nyeri akut  Tingkat nyeri 1. Catat karakteristik 1. Variasi penampilan
berhubungan  Nyeri nyeri, lokasi, dan perilaku klien
dengan iskemia terkontrol karena nyeri terjadi
intensitas, lama
miokard akibat  Tingkat sebagai temuan
sumbatan arteri kenyamanan dan pengkajian.
koroner. Tujuan : Terdapat penyebarannya. 2. Istirahat akan
menurunkan
penurunan 2. Lakukan
kebutuhan O2
respons nyeri manajemen nyeri jaringan perifer
dada. keperawatan. sehingga akan
menurunkan
Kriteria Hasil : 3. Istirahatkan klien.
kebutuhan
 Secara 4. Berikan oksigen miokardium serta
subjektif klien
tambahan dengan akan meningkatkan
menyatakan
nasal kanul atau suplai darah dan
penurunan rasa
oksigen ke
nyeri dada, masker sesuai miokardium yang
secara objektif
dengan indikasi. membutuhkan O2
didapatkan
5. Ajarkan teknik untuk menurunkan
 TTV dalam
iskemia.
batas normal relaksasi
3. Meningkatkan
(TD 90-120/60-
pernapasan dalam. jumlah oksigen
90 mmHg,
6. Kolaborasi yang ada untuk
suhu 36,5-
pemakaian
37,5o C, nadi pemberian terapi
miokardium
60-100x/menit,
farmakologis sekaligus
RR16-24x/men
Antiangina mengurangi
it), wajah
ketidaknyamanan
rileks, tidak (nitrogliserin).
karena iskemia.
terjadi Analgesik. 4. Meningkatkan
penurunan
asupan O2
perfusi perifer.
sehingga akan
menurunkan nyeri
sekunder dan
iskemia jaringan
otak.
5. Nitrat berguna
untuk kontrol nyeri
dengan efek
vasodilatasi
koroner.
6. Menurunkan nyeri
hebat, memberikan
sedasi, dan
mengurangi kerja
miokard.
2 Penurunan curah NOC : 1. Auskultasi 1. Biasanya terjadi
jantung  Cardiac Pump nadi apikal, kaji takikardi
berhubungan effectiveness frekuensi dan (meskipun pada
dengan respon  Circulation irama jantung saat istirahat)
fisiologis otot Status untuk
jantung,  Vital Sign mengkompensasi
peningkatan Status penurunan
frekuensi, dilatasi, kontraktilitas
hipertrofi atau Kriteria Hasil: ventrikel.
peningkatan isi Tanda Vital
sekuncup dalam rentang 2. Catat bunyi 2. S1 dan S2
normal (Tekanan jantung mungkin lemah
darah, Nadi, karena
respirasi) menurunnya kerja
pompa. Irama
 Dapat Gallop umum (S3
mentoleransi dan S4) dihasilkan
aktivitas, sebagai aliran
tidak ada darah ke serambi
kelelahan yang distensi.
 Tidak ada Murmur dapat
edema paru, menunjukkan
perifer, dan inkompetensi/
tidak ada stenosis katup.
asites 3. Palpasi nadi 3. penurunan curah
 Tidak ada perifer. jantung dapat
penurunan menunjukkan
kesadaran menurunnya nadi
radial, popliteal,
dorsalis, pedis dan
posttibial. Nadi
mungkin cepat
hilang atau tidak
teratur untuk
dipalpasi dan
pulsus alternan.
4. Pantau TD. 4. Pada GJK dini,
sedang atau kronis
tekanan darah
dapat meningkat.
Pada HCF lanjut
tubuh tidak mampu
lagi
mengkompensasi
dan hipotensi tidak
dapat normal lagi.

5. pucat
5. Kaji kulit menunjukkan
terhadap pucat dan menurunnya
sianosis. perfusi perifer
sekunder terhadap
tidak adekuatnya
curah jantung,
vasokontriksi dan
anemia. Sianosis
dapat terjadi
sebagai refraktori
GJK. Area yang
sakit sering
berwarna biru atau
belang karena
peningkatan
kongesti vena.
6. Tipe dan dosis
diuretik tergantung
6. Berikan obat pada derajat gagal
sesuai indikasi : jantung dan status
diuretik, fungsi ginjal.
vasodilator, Penurunan preload
antikoagulan paling banyak
digunakan dalam
mengobati pasien
dengan curah
jantung relative
normal ditambah
dengan gejala
kongesti. Diuretik
mempengaruhi
reabsorpsi natrium
dan air.
Vasodilator
digunakan untuk
meningkatkan
curah jantung,
menurunkan
volume sirkulasi
dan tahanan
vaskuler sistemik,
juga kerja
ventrikel.
Antikoagulan
digunakan untuk
mencegah
pembentukan
thrombus/emboli
pada adanya faktor
risiko seperti statis
vena, tirah baring,
disritmia jantung.

3 Ketidakefektifan NOC : 1. Ajarkan pasien 1. Membantu pasien


Pola nafas  Kowlwdge : pernafasan memperpanjang
berhubungan disease process diafragmatik dan waktu ekspirasi.
dengan posisi  Kowledge : pernafasan bibir Dengan teknik ini
tubuh yang health Behavior pasien akan
menghambat Kriteria Hasil : 2. Berikan dorongan bernafas lebih
ekspansi paru  Ajarkan untuk menyelingi efisien dan efektif.
Definisi : inspirasi pasien aktivitas dan
dan atau ekspirasi pernafasan periode istirahat 2. Memungkinkan
yang tidak diafragmatik pasien untuk
memberikan dan 3. Berikan dorongan melakukan
ventilasi adekuat. pernafasan penggunaan aktivitas tanpa
Batasan bibir pelatihan otot-otot distres berlebihan
karakteristik :  Berikan pernafasan jika
- Dyspnea dorongan diharuskan 3. Menguatkan dan
untuk mengkondisikan
- Nafas pendek
menyelingi otot-otot pernafasa
- Penurunan aktivitas dan
tekanan periode
inspirasi/ekspirasi istirahat
- Penurunan  Berikan
pertukaran udara dorongan
per menit penggunaan
- Menggunakan pelatihan otot-
otot pernafasan otot
tambahan pernafasan
jika
- Orthopnea
diharuskan
- Pernafasan
pursed-lip
- Tahap ekspirasi
berlangsung
sangat lama
- Penurunan
kapasitas vital
- Respirasi: < 11 –
24 x /mnt

4 Ketidakefektifan NOC : 1. Kaji secara 1. Sirkulasi perifer


perfusi jaringan  Circulation status komprehensif dapat menunjukan
perifer berhubungan  Tissue Prefusion :
sirkulasi perifer tingkat keparahan
dengan menurunnya cerebral
curah jantung, 2. Evaluasi nadi penyakit
hipoksemia jaringan, Kriteria Hasil perifer dan edema 2. Pulsasi yang
asidosis dan Mendemonstrasikan
3. Elevasi anggota lemah
kemungkinan status sirkulasi yang
thrombus atau emboli ditandai dengan : badan 200 atau menimbulkan
Definisi : lebih kardiak output
Penurunan pemberian  Tekanan systole
4. Ubah posisi 3. Untuk
oksigen dalam dandiastole
kegagalan memberi dalam rentang pasien setiap 2 meningkatkan
makan jaringan pada yang diharapkan jam venous return
tingkat kapiler 5. Dorong latihan 4. Mencegah
Batasan karakteristik :  Tidak ada
Renal ROM sebelum komplikasi
ortostatikhiperte
Perubahan tekanan nsi bedrest dekubitus
darah di luar batas 6. Monitor 5. Menggerakan otot
parameter  Tidak ada tanda
laboratorium (Hb, dan sendi agar
Hematuria tanda
Oliguri/anuria peningkatan hmt) tidak kaku
Elevasi/penurunan tekanan 7. Kolaborasi 6. Nilai laboratorium
BUN/rasio kreatinin intrakranial
pemberian anti dapat menunjukan
Gastro Intestinal (tidak lebih dari platelet atau anti komposisi darah
-  Secara usus 15 mmHg) perdarahan 7. Meminimalkan
hipoaktif atau tidak
adanya bekuan
ada  Mendemonstrasi
-  Nausea kan kemampuan 8. Kaji TTV dalam darah
-  Distensi abdomen kognitif yang 8. Mengetahui status
-  Nyeri abdomen atau ditandai dengan:
kardiorespirasi
tidak terasa lunak
(tenderness)  berkomunikasi pasien
Peripheral dengan jelas dan
-  Edema sesuai dengan
-  Tanda Homan kemampuan
positif
-  Perubahan  menunjukkan
karakteristik kulit perhatian,
(rambut, kuku, konsentrasi dan
air/kelembaban) orientasi
- Denyut nadi lemah
atau tidak ada  memproses
- Diskolorisasi kulit informasi
- Perubahan suhu  membuat
kulit keputusan
- Perubahan sensasi dengan benar
- Kebiru-biruan
- Perubahan tekanan  menunjukkan
darah di ekstremitas fungsi sensori
-  Bruit motori cranial
-  Terlambat sembuh yang utuh :
-  Pulsasi arterial tingkat
berkurang kesadaran
- Warna kulit pucat mambaik, tidak
pada elevasi, warna ada gerakan
tidak kembali pada gerakan
penurunan kaki involunter
Cerebral
- Abnormalitas bicara
- Kelemahan
ekstremitas atau
paralis
- Perubahan status
mental
- Perubahan pada
respon motorik
- Perubahan reaksi
pupil
-  Kesulitan untuk
menelan
- Perubahan kebiasaan
Kardiopulmonar
- Perubahan frekuensi
respirasi di luar batas
parameter
-  Penggunaan otot
pernafasan tambahan
-  Balikkan kapiler >
3 detik (Capillary
refill)
-  Abnormal gas darah
arteri
-  Perasaan
”Impending Doom”
(Takdir terancam)
Bronkospasme
Dyspnea
- Aritmia
- Hidung kemerahan
- Retraksi dada
- Nyeri dada
Faktor-faktor yang
berhubungan :
-  Hipovolemia
-  Hipervolemia
-  Aliran arteri
terputus
-  Exchange problems
-  Aliran vena terputus
-  Hipoventilasi
-  Reduksi mekanik
pada vena dan atau
aliran darah arteri
- Kerusakan transport
oksigen melalui
alveolar dan atau
membran kapiler
-Tidak sebanding
antara ventilasi
dengan aliran darah
- Keracunan enzim
- Perubahan
afinitas/ikatan O2
dengan Hb
- Penurunan
konsentrasi Hb dalam
darah

5 Intoleransi aktivitas NOC : 1. Periksa TTV 1. hipotensi ortostatik


berhubungan  Energy sebelum dan dapat terjadi dengan
dengan curah conservation segera setelah aktivitas karena
jantung yang  Self Care : aktivitas, efek obat
rendah, ADLs khususnya bila (vasodilasi),
ketidakmampuan Kriteria Hasil : klien perpindahan cairan
memenuhi  Berpartisipasi menggunakan (diuretik) atau
metabolisme otot dalam vasodilator, pengaruh fungsi
rangka, kongesti aktivitas fisik diuretik dan jantung.
pulmonal yang tanpa disertai penyekat beta.
menimbulkan peningkatan
hipoksinia, dyspneu tekanan darah,
dan status nutrisi nadi dan RR 2. Catat respons 2. penurunan/
yang buruk selama kardiopulmonal ketidakmampuan
sakit  Mampu terhadap aktivitas, miokardium untuk
Intoleransi aktivitas melakukan catat takikardi, meningkatkan
b/d fatigue aktivitas sehari disritmia, dispnea volume sekuncup
Definisi : hari (ADLs) dan pucat selama aktivitas
Ketidakcukupan secara mandiri dapat menyebabkan
energu secara peningkatan segera
fisiologis maupun frekuensi jantung
psikologis untuk dan kebutuhan
meneruskan atau oksigen juga
menyelesaikan peningkatan
aktifitas yang kelelahan dan
diminta atau kelemahan.
aktifitas sehari hari.
3. Evaluasi
Batasan
peningkatan
karakteristik :
intoleransi 3. dapat menunjukkan
a.  melaporkan
aktivitas peningkatan
secara verbal
adanya kelelahan dekompensasi
atau kelemahan. jantung daripada
b. Respon abnormal kelebihan aktivitas
4. program
dari tekanan darah
atau nadi terhadap rehabilitasi
aktifitas jantung aktivitas 4. peningkatan
c. Perubahan EKG bertahap pada
yang menunjukkan aktivitas
aritmia atau iskemia menghindari kerja
d. Adanya dyspneu jantung/konsumsi
atau oksigen berlebihan.
ketidaknyamanan Penguatan dan
saat beraktivitas. perbaikan fungsi
Faktor factor yang jantung dibawah
berhubungan : stress, bila fungsi
· Tirah Baring atau jantung tidak dapat
imobilisasi membaik kembali.
·Kelemahan
menyeluruh
·   Ketidakseimbang
an antara suplei
oksigen dengan
kebutuhan
·Gaya hidup yang
dipertahankan.
DAFTAR PUSTAKA

Anna, Budi. (2018). Nanda Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Edisi
11. Jakarta: EGC
Black & Joyce. (2018). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Singapore: Elsevier
LeMone, Priscilla. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 5.
Jakarta: EGC
Udjianti, Wajan Juni.(2020). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Kardiovaskular.
Jakarta: Salemba Medika
Fikriana, Riza. (2018). Sistem Kardiovaskuler.Yogyakarta. DEEPUBLISH
Manurung, Nixon.(2018). Keperawatan Medikal Bedah Konsep, Mind Mapping
Dan Nanda Nic Noc, Solusi Cerdas Lulus UKOM Bidang Keperawatan
Jilid 2. Jakarta Timur. CV. Trans Info Media
Muttaqin arif (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular Dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
Morton, G. P., D, F., C, H. M., & B, G. M. (2018). Keperawatan Kritis, Pendekatan Asuhan
Holistik. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai