Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP MEDIS
1. Defenisi Angina Pectoris
Angina pektoris didefinisikan sebagai nyeri dada substernal,
seperti tertekan, atau ketidaknyamanan yang biasanya diperburuk oleh
aktivitas. dan kecemasan atau tekanan emosional lainnya, berlangsung
lebih dari 30 sampai 60 detik, dan berkurang dengan istirahat atau
nitrogliserin (Kloner & Chaitman, 2017).
Angina pectoris adalah nyeri atau ketidaknyamanan yang
dirasakan pada dada anterior, umumnya menyebar ke lengan dan rahang
kiri. Nyeri disebabkan oleh insufisiensi arteri coroner yang
mengakibatkan iskemia miokardium intermiten (Kalim, 2015).
2. Etiologi
Penyebab utama angina adalah ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan oksigen di jantung. Penyebab paling umum
adalah penyakit arteri koroner di mana plak aterosklerosis telah
menyempitkan lumen pembuluh darah yang memasok oksigen dan
nutrisi ke kardiomiosit. Selain itu, beberapa pasien yang mengalami
angina karena penurunan suplai oksigen ketika arteri koroner mengalami
vasospasme. Penyebab lainnya angina termasuk kardiomiopati
hipertrofik, penyakit katup, dan terutama stenosis aorta; dalam kasus ini,
sekali lagi ada ketidaksesuaian antara suplai oksigen dan kebutuhan
oksigen oleh jantung (Kloner & Chaitman, 2017).
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
penyakit janutng coroner yang bisa menyebabkan angina adalah:
kebiasaan merokok, riwayat tekanan darah tinggi atau hipertensi, kadar
kolestrol jahat (LDL) dan trigliserida yang tinggi, menderita diabetes,
riwayat penyakit jantung didalam keluarga, jarang olahraga dan tidak
aktif bergerak, mengalami obesitas (Luhtifiyah, et al., 2022), faktor usia
dan jenis kelamin (Nair & Peate, 2015).
3. Klasifikasi Angina Pectoris
Terdapat tiga jenis angina yaitu angina stabil, angina tidak stabil,
dan angina varian (Nair & Peate, 2015).
a. Angina stabil
Angina stabil merupakan jenis angina yang paling umum dan terjadi
ketika kebutuhan jantung lebih besar dari biasanya. Angina stabil
sebagian besar disebabkan oleh iskemia miokardium. Nyeri biasanya
berlangsung sekitar 3-5 menit. Jika aliran darah diperbaiki dengan
terapi segera, tidak ada kerusakan permanen yang terjadi.
b. Angina tidak stabil
Angina tidak stabil ditandai dengan perubahan pada frekuensi,
intensitas, dan durasi nyeri. Angina tidak stabil lebih berbahaya
dibandingkan angina stabil dan kejadiannya tidak dapat diprediksi.
Angina tidak stabil juga dapat terjadi ketika individu beristirahat dan
tidak mereda dengan istirahat atau pemberian medikasi. Pasien yang
mengalami angina tidak stabil berisiko mengalami infark miokardium.
c. Angina varian
Angina varian merupakan jjenis angina yang jarang terjadi. Angina
varian diyakini terjadi karena vasospasme arteri coroner yang
mengakibatkan penurunan aliran darah. Angina varian menimbulkan
nyeri dan terjadi mulai tengah malam hingga pagi hari. Angina
variann biasanya terjadi saat istirahat dan waktu yang sama setiap
hari.
4. Patofisiologi
Angian terjadi ketika ketidakseimbangan antara suplai oksigen
dan kebutuhan oksigen di jantung. Penyebab paling umum adalah
penyakit arteri koroner di mana plak aterosklerosis telah menyempitkan
lumen pembuluh darah yang memasok oksigen dan nutrisi ke
kardiomiosit. Selain itu faktor resiko seperti hipertensi, kebiasaan
merokok, diabetes, kolestrol yang tinggi juga dapat beresiko
menyebabkan panyakit jantung coroner, yang bisa menyebabkan angina
pectoris. Ketika terjadi penyempitan arteri coroner akibat dari
aterosklerosis, dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap
peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka yang terjadi adalah iskemik
(kekurangan suplai darah) miokardium yang bersifat intermiten yaitu
terjadi hanya pada saat meningkatnya kebutuhan akan O2 seperti pada
saat berkativitas atau pada saat mengalami peristiwa emsional (stress)
dan kemudian keadaan iskemia tersebut akan mereka ketika pasien
beristirahat. Keadaan seperti ini dikenal sebagai angina yang stabil
(stable angina) (Kumar, 2015).
Saat istirahat, suplai darah mungkin mencukupi untuk
memberikan nutrein dan oksigen ke otot jantung, namun selama aktivitas
misalnya berjalan atau berlari, frekuensi jantung meningkat karena kerja
jantung juga meningkat. Jika aliran darah ke otot jantung tidak adekuat,
suplai oksigen juga menurun sehingga menyebabkan nyeri yang hebat.
Pasien dapat juga menunjukkan gejala pucat, dyspnea, sianosis,
diaphoresis, dan takikardi (Nair & Peate, 2015).
Kurangnya suplai darah (membawa O2) dan hipoksia
menyebabkan metabolism sel berubah dari aerob menjadi anaerob,
sehingga asam laktat yang dihasilkan dari proses metabolisme tersebut
meningkat. Hal ini dapat merangsang ujung-ujung saraf sensorik
sehingga menyebabkan nyeri yang hebat pada anterior dada dan kadang
menjalar sampai ke belakang, bahu, leher dan juga lengan kiri. Nyeri
dada hebat pada bagian dada menyebabkan ekspansi paru menurun dan
O2 tidak seimbang, menyebabkan perubahan pada frekuensi dan juga
pola napas, sehingga penderita mengalami sesak napas.
5. Pathway atau Penyimpangan KDM

STRES (Fisik atau Faktor resiko (usia, pola hidup,


psikis) riwayat penyakit dahulu)

Asterosklerosis
Spasme arteri, anemia

Peningkatan rangsang
system saraf simpatis

Kontriksi vascular, Tidak mampu


peningkattan frekuensi nadi,
mengalirkan darah dan
tekanan darah dan O2 adekuat ke jantung
kontraktilitas
Merusak sel-sel jantung,
meningkatkan kadar
MK : Penurunan
leukosit (proses inflamasi
Curah Jantung
jaringan) dan platelet

Iskemia dan Iskemia


Mengeluarkan potassium, Hipoksia Miokard
histamine, dan serotinin

Metabolisme sel berubah


dari aerobic menjadi
MK : Perubahan
anaerobik
perfusi jaringan
Asam laktat
jantung
meningkat
Energi ATP
menurun
Merangsang ujung-
ujung saraf
Na+ >> di dalam sel
Meningkatkan
K+ >> di luar sel
pelepasan
Nyeri
Norephineprine
Kontraksi miokard katekolamin
terganggu

Saraf sensoris jantung merangsang Anggregasi platelet


saraf sensoris pada badan lain (pada Angina dan Thromboxane A
bidang spinalis-torakal) Nyeri Pectoris meningkat
menjalar dan merangsang system
saraf
pH miokard MK :
meningkat Nyeri dada 1. Nyeri akut
2. Ansietas
3. Defisit pengetahuan
Ekspansi paru
menurun
Kebutuhan energy
O2 tidak sel menurun
seimbang

MK : Intoleransi O2 kembali
aktivitas Sesak adekuat

Sel-sel otot kembali


Tidak mampu MK : Pola napas ke proses fosforilasi
melakukan kebutuhan tidak efektif
ADL secara mandiri
Asam laktat
menghilang
MK : Defisit
Perawatan Diri
Nyeri angina mereda
dengan cepat

6. Manifestasi Klinik
Angina pectoris ditandai dengan nyeri dada kiri seperti tertindih,
terbakar, tertusuk ataupun terasa penuh. Rasa sakitnya dapat menjalar ke
lengan, bahu, punggung, leher, dan rahang. Gejala lain yang dapat
menyertai rasa nyeri tersebut antara lain: sesak napas, mual, lelah,
pusing, dan keringat yang muncul berlebihan, meski cuaca tidak panas
(Luhtifiyah, et al., 2022).
7. Komplikasi
Angina pectoris sering disebabkan oleh penyakit jantung coroner.
Bila pembuluhh darah coroner semakin sempit dan tersumbat total, maka
akan muncul serangan jantung yang bisa mengancam nyawa. Oleh
karena itu, angina pectoris perlu diperiksakan
8. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendiagnosis angina pectoris, dapat dilakukan beberapa tes
penunjang untuk pemeriksaan jantung (Luhtifiyah, et al., 2022) yaitu:
a. EKG, biasanya ditemukan adanya gelombang T datar/inversi, depresi
segmen ST, dan blok berkas cabang kiri parsial atau komplit (Nair &
Peate, 2015).
b. Echo jantung, untuk menemukan letak kerusakan otot jantung dan
area jantung yang tidak mendapat aliran darah yang cukup.
c. EKG treadmill (stress test, tujuan pemeriksaan ini sama dengan EKG,
tetapi dilakukan saat pasien sedang beraktivitas.
d. Rontgen dada, untuk memeriksan apakah terjadi pembesaran jantung.
e. Katerisasi jantung, untuk melihat penyempitan pada pembuluh darah
jantun dengan bantuan alat kateter, zat pewarna khusus (kontras) dan
foto rontgen.
f. Pemindaian jantung, seperti CT Scan jantung dan nuklir jantung,
untuk menunjukkan bagian pembuluh jantung yang tersumbat dan
bagian jantung yang tidak mendapatkan aliran darah.
g. Tes darah, untuk mendeteksi keberadaan enzim jantung, yang
kadarnya di dalam darah dapat meningkat saat jantung tidak
mendapatkan suplai darah yang cukup.
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non-farmakologi
1) Anjurkan pasien untuk makan makanan yang sehat dan
menghindari lemak jenuh. Hal ini akan membantu menurunkan
kolestrol karena kolestrol tinggi dapat menyebabkan komplikasi
vascular.
2) Pasien yang mengalami kelebihan berat badan harus dianjurkan
untuk menurunkan berat badan melalui aktivitas yang
diprogramkan secara khusus kecuali dikontraindikasikan.
3) Informasikan pada pasien bahwa mengkonsumsi alkohol yang
berlebihan dan merokok berkaitan dengan masalah jantung.
4) Monitor atau pantau tekanan darah, pernapasan dan juga
frekuensi nadi (Nair & Peate, 2015).
5) Modifikasi gaya hidup (berhenti merokok dan berolahraga yang
rutin) (Gillen & Goyal, 2021).
b. Penatalaksanaan Farmakologi
Pengobatan angina pectoris bertujuan untuk mengurangi keluhan dan
gejala serta mencegah terjadinya komplikasi berupa serangan jantung
(Luhtifiyah, et al., 2022). Berikut adalah beberapa obat-obatan yang
dapat diberikan yatu :
1) GTN (Nitroglycerin) diberikan dalam bentuk tablet (sublingual),
IV dan semprot. GTN merupakan obat yang bekerja dengan cepat
dan dapat mendilatasikan pembuluh darah serta memperbaiki
aliran darah.
2) Obat pengencer darah seperti aspirin, clopidogrel, atau ticaglerol.
3) Obbat penghambat beta, untuk memperlambat denyut jantung,
dan merelaksasi pembuluh darah, sehingga aliran darah ke
jantung lebih baik.
4) Obat untuk mengontrol penyakit diabetes, kolestrol, dan
hipertensi yang merupakan faktor risiko dari penyakit jantung
coroner penyebab angina.
10. Prognosis
Prognosis pada angina pectoris bervariasi tergantung pada
etiologinya. Dalam setiap kasus, terlepas dari etiologi, modifikasi faktor
resiko agresif sangat penting.pada individu dengan angina stabil (stable
angina), skrining untuk peningkatan frekuensi gejala atau transisi ke
angina tidak stabil (unstable angina) harus dilakukan secara rutin (Gillen
& Goyal, 2021).
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
dengan mengadakan kegiatan mengumpulkan data-data atau mendapatkan
data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan
yang ada (Hidayat, 2021). Pengkajian yang dilakukan meliputi :
a) Identitas klien
b) Keluhan utama : Keluhan yang dirasakan klien sebelum masuk
Rumah Sakit dan saat MRS. Biasanya klien mengeluh nyeri pada
dada menjalar sampai ke bahu, leher, lengan kiri dan juga menembus
ke belakang.
c) Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang : Sejak kapan serangan itu timbul,
lokasi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi dan
memperberat keluhan sehingga dibawa ke Rumah Sakit.
Sedangkan pengkajian pada masalah nyeri seperti lokasi nyeri,
intensitas nyeri, kualitas dan waktu serangan. Pengakajian dapat
dilakukan dengan cara PQRST.
2) Riwayat kesehatan dahulu : Apakah klien mempunyai riwayat
penyakit tertentu seperti Hipertensi, riwayat merokok.
3) Riwayat kesehatan keluarga : Gambaran mengenai kesehatan
keluarga dan adanya penyakit keturunan atau menular di keluarga.
d) Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat : Perubahan
penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga dapat
menimbulkan perawatan diri.
2) Pola nutrisi dan metabolisme : Terjadi gangguan nutrisi karena
klien merasakan nyeri sehingga tidak toleran terhadap makanan
dan klien selalu ingin muntah.
3) Pola eliminasi : Terjadi gangguan karena klien tidak toleran
terhadap makanan sehingga terjadi konstipasi.
4) Pola aktivitas dan latihan Akan : Terjadi kelemahan dan kelelahan
akibat sesak napas.
5) Pola persepsi dan konsep diri : Adanya kecemasan yang dirasakan
yang berkaitan dengan kondisi klien.
6) Pola sensori dan kognitif : Kurangnya pengetahuan akan
menyebabkan serangan nyeri yang berulang.
7) Pola reproduksi dan seksual : Tidak terjadi dalam gangguan
dalam pola reproduksi dan seksual.
8) Pola hubungan peran : Kemungkinan akan terjadi perubahan peran
selama klien sakit sehubungan dengan proses penyakitnya.
9) Pola penanggulangan stress : Meliputi penyebab stress, koping
terhadap stress dan pemecahan masalah.
10) Pola tata nilai dan kepercayaan : Tidak terjadi gangguan pada pola
tata nilai dan kepercayaan.
e) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan secara head to too (kepala –
ekstremitas), dengan menggunkan teknik IPPA (inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi). Pada daerah dada pemeriksaan harus
dilakukan dengan teliti dan sistematis dengan cara :
1) Inspeksi : Melihat pada daerah daerah bagian depan dan belakang
diteliti apakah mengalami ekskoriasi atau memar, ekspansi dada
saat inspirasi dan ekspirasi simetris atau tidak, adanya sesak,
peningkatan frekuensi napas.
2) Palpasi : Pada palpasi didapatkan bentuk dada yang simetris kanan
dan kiri, dan vokal fremitus sama.
3) Perkusi : Perkusi dilakukan dengan mengetuk ujung jari tengah
tangan kanan pada jari kiri pada dan lakukan gerakan bersumbu
pada pergelangan tangan. Bunyi ketok yang mungkin dihasilkan
adalah sonor.
4) Auskultasi : Pemeriksaan auskultasi dilakukan untuk mendegarkan
apakah terdapat bunyi napas dan bunyi jantung tambahan.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pilihan klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosa keperawatan yang kemungkinan
muncul atau ditemukan pada klien dengan angina pectoris adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan asam laktat ditandai
dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah, sulit tidur.
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan nyeri ditandai dengan:
sesak napas, nyeri dada, frekuensi napas meningkat.
c. Intoleransi aktivitas berhubunagn dengan
d. Ansietas berhubungan dengan kondisi terkait penyakit yang ditandai
dengan verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi,
menunjukkan perilaku gelisah, perubahan frekuensi napas, nadi dan
tekanan darah, perubahan pola tidur.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan segala treatment atau terapi
yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai tujuan luaran (outcome)
yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2017).

Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan intervensi Observasi
dengan peningkatan keperawatan selama 2x24 1) Identifikasi lokasi,
asam laktat ditandai Jam maka tingkat nyeri karakteristik, durasi,
dengan mengeluh
menurun, dengan kriteria frekuensi, kualitas,
nyeri, tampak meringis,
gelisah, sulit tidur. hasil: intensitas nyeri.
 Keluhan nyeri berkurang 2) Identifikasi skala
 Ekspresi wajah tenang nyeri.
 TTV dalam batas normal 3) Identifikasi respons
(TD : 120/80 mmHg, N : nyeri non verbal.
60-100 x/m, RR : 16-20 4) Identifikasi faktor
x/m, S : 36,5-37,2°C) yang memperberat
dan memperingan
nyeri.
5) Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan.
Terapeutik
1) Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri.
Edukasi
1) Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
2) Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri.
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
analgetik.

2. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi Observasi


berhubungan dengan keperawatan selama ....x24 1) Monitor pola napas
nyeri ditandai dengan: jam maka pola napas (frekuensi, kedalaman,
sesak napas, nyeri dada, membaik dengan kriteria usaha napas)
frekuensi napas hasil: 2) Monitor bunyi napas
meningkat. a. Dispnea (sesak napas) tambahan.
berkurang Terapeutik
b. Penggunaan otot bantu 1) Posisikan semi-fowler
napas menurun atau fowler
c. Frekuensi napas membaik 2) Berikan oksigen sesuai
(16-20 x/m) kebutuhan (mis. Nasal
kanul, masker wajah,
masker rebreathing
atau non-rebreathing)
Edukasi
1) Ajarkan mengubah
posisi secara mandiri.
Kolaboratif
1) Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi Observasi
berhubungan dengan keperawatan selama …x24 1) Identifikasi gangguan
ketidakseimbangan jam maka toleransi aktivitas fungsi tubuh yang
antara suplai dan meningkat dengan kriteria mengakibatkan
kebutuhan oksigen hasil : kelelahan.
ditandai dengan a. Kemudahan dalam 2) Monitor kelelahan fisik
mengeluh lelah, melakukan aktivitas dan emosional.
dyspnea saat/setelah sehari-hari meningkat 3) Monitor pola dan jam
aktivitas, merasa lemah, b. Perasaan lemah menurun tidur.
TD berubah, frekuensi c. Keluhan lelah menurun Terapeutik
jantung meningkat, d. Dyspnea saat dan setelah 1) Sediakan lingkungan
sianosis, gambaran aktivitas menurun yang nyaman dan
EKG menunjukkan e. Tekanan darah dan rendah stimulus (mis.
aritmia dan iskemia. frekuensi napas membaik Cahaya, suara,
kunjungan).
2) Lakukan latihan
rentang gerak pasif dan
atau aktif.
3) Berikan aktivitas
distraksi yang
menyenangkan.
Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
2) Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
3) Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
Kolaboratif
1) Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan.

4. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan intervensi Observasi


dengan kondisi terkait keperawatan selama …x24 1) Identifikasi saat tingkat
penyakit yang ditandai jam maka tingkat ansietas ansietas berubah.
menurun dengan kriteria
dengan verbalisasi 2) Monitor tanda-tanda
hasil :
khawatir akibat kondisi a. Verbalisasi khawatir ansietas (verbaldan
yang dihadapi, akibat kondisi yang nonverbal)
menunjukkan perilaku dihadapi menurun. Terapeutik
gelisah, perubahan b. Perilaku gelisah 1) Temani pasien unntuk
frekuensi napas, nadi menurun. mengurangi
dan tekanan darah, c. Frekuensi napas, nadi kecemasan.
perubahan pola tidur. dan tekanan darah 2) Pahami situasi yang
menurun.
membuat ansietas
d. Pola tidur membaik.
3) Dengarkan dengan
penuh perhatian.
Edukasi
1) Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien.
2) Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
3) Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
4) Latih teknik relaksasi.
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu.

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan atau
aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan untuk membantu klien dari
masalah akibat status kesehatan yang dihadapi (Tim Pokja SIKI DPP
PPNI, 2017).
5. Evaluasi
Evaluasi merupaka keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan
antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon
perilaku klien yang tampil tujuan dari evaluasi antara lain :
a. Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien
b. Untuk menilai efektifitas, efisiensi dan produktivitas dan tindakan
keperawatan yang telah diberikan.
c. Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan, dan untuk
mendapatkan umpan balik.

DAFTAR PUSTAKA

Gillen C, Goyal A. Stable Angina. (2021) Dec 21. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan–. PMID: 32644442.

Hidayat, A. A. (2021). Proses Keperawatan: Pendekatan NANDA, NIC, NOC,


dan SDKI. Surabaya: Health Books Publishing

Kalim, H. (2015). Kardiologi dan Kelainan Vaskular, 1st Indonesian edition.


ELSEVIER.

Kloner R. A, Chaitman B. Angina and Its Management. J Cardiovasc Pharmacol


Ther. (2017) May;22(3):199-209. doi: 10.1177/1074248416679733. Epub
2016 Dec 14. PMID: 28196437.

Kumar, R. (2015). Dasar-dasar Patofisiologi Penyakit. Jakarta: BINAPURA


AKSARA Publisher.

Luthfiyah, S., Wijayanti, A. R., Kuntoadi, G. B., Sulistiawati, F, Arma, N.,


Mustamu, A. C., Kushayati, N., Rubiyanti, R., Kaseger, H., & Avelina, Y.
(2022). Penyakit Sistem Kardiovaskular. Yayasan Penerbit Muhammad
Zaini.

Reeves, C. J. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika

TIM Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia,
Edisi: 1, Cetakan III (Revisi). Jakarta: DPP PPNI

TIM Pokja SIKI DPP PPNI (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,
Edisi: 1, Cetakan III (Revisi). Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai