LAPORAN PENDAHULUAN
DISPEPSIA
PADA (Ny.Y.D) DI RU.ANGGREK
RSUD MANEMBO-NEMBO BITUNG
Disusun Oleh :
ANATHASYA SALAMAT
20062038
CT : Cindi T.M.Oroh,S.Kep.,Ns.,M.Kep
FAKULTAS KEPERAWATAN
2020
A. Definisi
21
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti pencernaan.
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinisyang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di
perut bagian atas yang menetap atau mengalamikekambuhan. Keluhan refluks gastroesofagus
klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung, kini tidak lagi
termasuk dispepsia (Mansjoer, 2000). Menurut Mansjoer (2000) pengertian dispepsia terbagi
dua, yaitu :
1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya.Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh
misalnyatukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pankreas, radang empedu, dan
lain-lain.
2. Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus (DNU), bila tidak
jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur
organberdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi (teropong
saluranpencernaan).
Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri
atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau cepat kenyang,
dan sering bersendawa. Biasanya berhubungan dengan pola makan yang tidak teratur, makanan
yang pedas, asam, minuman bersoda, kopi, obat-obatan tertentu, ataupun kondisi emosional
tertentu misalnya stress (Wibawa, 2006).
B. Etiologi
Beberapa perubahan dapat terjadi pada saluran cerna atas akibat proses penuaan,
terutama pada ketahanan mukosa lambung (Wibawa, 2006). Kadar asam lambung lansia
biasanya mengalami penuruna hingga 85%.
Dispepsia dapat disebabkan oleh kelainan organik, yaitu :
a. Gangguan penyakit dalam lumen saluran cerna: tukak gaster atau duodenum, gastritis,
tumor, infeksi bakteri Helicobacter pylori.
C. Faktor Predisposisi
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit dan pola hidup. Menurut Guyton (1997)
berikut ini berbagai penyakit (kondisi medis) yang dapat menyebabkan keluhan dispepsia :
a. Dispepsia fungsional (nonulcer dyspepsia). Dispepsia fungsional adalah rasa tidak nyaman
hingga nyeri di perut bagian atas yang setelah dilakukan pemeriksaan menyeluruh tidak
ditemukan penyebabnya secara pasti. Dispepsia fungsional adalah penyebab maag yang
paling sering.
b. Tukak lambung (stomach ulcers). Tukak lambung adalah adanya ulkus atau luka di
lambung. Gejala yang paling umum adalah rasa sakit yang dirasakan terus menerus,
bersifat kronik (lama) dan semakin lama semakin berat.
c. Refluks esofagitis (gastroesophageal reflux disease)
d. Pangkreatitis
e. Iritable bowel syndrome
f. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat analgesik anti inflamasi
nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan
pada lambung. Jika pemakaian obat – obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan
terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya secara terus menerus atau
pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan maag.
g. Stress fisik. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi
berat dapat menyebabkan gastritis serta pendarahan pada lambung.
h. Malabsorbsi (gangguan penyerapan makanan)
23
i. Penyakit kandung empedu
j. Penyakit liver
k. Kanker lambung (jarang)
l. Kanker esofagus (kerongkongan)(jarang)
m. Penyakit lain (jarang)
D. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti
nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang
sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung
akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan
peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung,
sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak
adekuat baik makanan maupun cairan (Corwin,2001).
E. Manifestasi Klinis
a. Nyeri perut (abdominal discomfort),
b. Rasa perih di ulu hati,
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah,
d. Nafsu makan berkurang,
e. Rasa lekas kenyang,
f. Perut kembung,
g. Rasa panas di dada dan perut,
h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).
F. Pathway Dispepsia
Perubahan pola makan, pengaruh obat-obatan alkohol, nikotin, rokok, tumor/kanker saluran
pencernaan, stres
G. Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya komplikasi
yang tidak ringan. Salah satunya komplikasi dispepsia yaitu luka di dinding lambung yang
dalam atau melebar tergantung berapa lama lambung terpapar oleh asam lambung. Bila keadaan
dispepsia ini terus terjadi luka akan semakin dalam dan dapat menimbulkan komplikasi
pendarahan saluran cerna yang ditandai dengan terjadinya muntah darah, di mana merupakan
pertanda yang timbul belakangan. Awalnya penderita pasti akan mengalami buang air besar
berwarna hitam terlebih dulu yang artinya sudah ada perdarahan awal. Tapi komplikasi yang
25
paling dikuatirkan adalah terjadinya kanker lambung yang mengharuskan penderitanya
melakukan operasi (Wibawa, 2006).
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang harus bias menyingkirkan kelainan serius, terutama kanker
lambung, sekaligus menegakkan diagnosis bila mungkin. Sebagian pasien memiliki resiko
kanker yang rendah dan dianjurkan untuk terapi empiris tanpa endoskopi. Menurut Schwartz, M
William (2004) dan Wibawa (2006) berikut merupakan pemeriksaan penunjang:
a. Tes Darah
Hitung darah lengkap dan LED normal membantu menyingkirkan kelainan serius.
Hasil tes serologi positif untuk Helicobacter pylori menunjukkan ulkus peptikum namun
belum menyingkirkan keganasan saluran pencernaan.
b. Endoskopi (esofago-gastro-duodenoskopi)
Endoskopi adalah tes definitive untuk esofagitis, penyakit epitellium Barret, dan
ulkus peptikum. Biopsi antrum untuk tes ureumse untuk H.pylori (tes CLO).
Endoskopi adalah pemeriksaan terbaik masa kini untuk menyingkirkan kausa
organic pada pasien dispepsia. Namun, pemeriksaan H. pylori merupakan pendekatan
bermanfaat pada penanganan kasus dispepsia baru. Pemeriksaan endoskopi diindikasikan
terutama pada pasien dengan keluhan yang muncul pertama kali pada usia tua atau pasien
dengan tanda alarm seperti penurunan berat badan, muntah, disfagia, atau perdarahan yang
diduga sangat mungkin terdapat penyakit struktural.
Pemeriksaan endoskopi adalah aman pada usia lanjut dengan kemungkinan
komplikasi serupa dengan pasien muda. Menurut Tytgat GNJ, endoskopi
direkomendasikan sebagai investigasi pertama pada evaluasi penderita dispepsia dan
sangat penting untuk dapat mengklasifikasikan keadaan pasien apakah dispepsia organik
atau fungsional. Dengan endoskopi dapat dilakukan biopsy mukosa untuk mengetahui
keadaan patologis mukosa lambung.
c. DPL : Anemia mengarahkan keganasan
d. EGD : Tumor, PUD, penilaian esofagitis
e. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium termasuk hitung darah lengkap,
laju endap darah, amylase, lipase, profil kimia, dan pemeriksaan ovum dan parasit pada
tinja. Jika terdapat emesis atau pengeluaran darah lewat saluran cerna maka dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan barium pada saluran cerna bgian atas.
I. Pemeriksaan Fisik
26
Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien dyspepsia yang belum diinvestigasi
terutama hasrus ditujukan untuk mencari kemungkinan adanya kelainan organik sebagai
kausa dispepsia. Pasien dispepsia dengan alarm symptoms kemungkinan besar didasari
kelainan organik. Menurut Wibawa (2006), yang termasuk keluhan alarm adalah:
1. Disfagia,
2. Penurunan Berat Badan (weight loss),
3. Bukti perdarahan saluran cerna (hematemesis, melena, hematochezia, anemia defisiensi
besi,atau fecal occult blood),
4. Tanda obstruksi saluran cerna atas (muntah, cepat penuh).
Pasien dengan alarm symptoms perlu dilakukan endoskopi segera untuk
menyingkirkan penyakit tukak peptic dengan komplikasinya, GERD (gastroesophageal reflux
disease), atau keganasan.
J. Pencegahan
Pola makan yang normal, dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan
dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan yang berkadar asam
tinggi, cabai, alkohol dan, pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit,
misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung
(Wibawa, 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8), EGC,
Jakarta
Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, (Edisi III),
EGC, Jakarta.
27
Guyton dan Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran, (Edisi 9), EGC, Jakarta
Mansyoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I. Jakarta:Media
Acsulapius. FKUI.
Wibawa, I Dewa Nyoman. 2006. Penanganan Dispepsia Pada Lanjut Usia Volume 7 Nomor 3
September 2006.
I. IDENTIFIKASI
A. KLIEN
Nama initial : Ny. Y.D
Tempat / tgl lahir (umur) : Bitung / 18 Januari 1962 (54)
Jenis kelamin : Laki – laki Perempuan
Status perkawinan : Menikah
Jumlah anak :3
Agama / Suku : Protestan
Warga negara : Indonesia Asing
C. PENGUKURAN :
1. Lingkar Lengan Atas : cm
2. Lipat Kulit Triceps : cm
3. Tinggi Badan : cm Berat Badan : Kg
2
I.M.T. (Indeks Massa Tubuh) : Kg / m
Kesimpulan :
Catatan :
D. GENOGRAM :
5
Keterangan :
: Perempuan : Meninggal
: Klien
: Garis menikah
1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit :
- Klien mengatakan sebelum sakit klien belum pernah merasakan sakit
sebelumnya
2. Data Objektif
a. Observasi
Kebersihan rambut :
Bersih, tidak berketombe
Kulit kepala :
Bersih, tidak berketombe
Kebersihan kulit :
Bersih
Hygiene rongga mulut :
Bersih
Kebersihan genitalia :
Bersih
Kebersihan anus :
Bersih
BC Cac
Tanda/Scar Vaksinasi : G ar
Lain – lain :
d. Terapi :
c. Pemeriksaan Diagnostik :
Laboratorium :
Lain – lain :
d. Terapi :
Kanan :5
Reflex Fisiologik : Negatif
Reflex Patologik : Babinski, Kiri : Negatif
Positif
Kanan : Negatif
Positif
Clubbing Jari – jari : Negatif Positif
Varices Tungkai : Negatif Positif
Columna Vertebralis :
Inspeksi : Kelainan bentuk : Tidak ada
Palpasi : Nyeri tekan : Negatif
Positif
N. III – IV – VI : Baik
N. VIII Romberg Test : Negatif Positif
N. XI : Baik
Kaku kuduk : Tidak ada
c. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium :
Lain – lain :
d. Terapi :
E. KAJIAN POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit :
- Klien mengatakan
jam 8 sebelum sakit klien tidur seperti biasa kalua malam
- klien
Klien tidur
mengatakan kalua pagi klien bangun jam 5 pagi
Lain – lain :
d. Terapi
G. KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI
1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit :
- Klien
dirinyamengatakan sebelum sakit klien selalu percaya diri terhadap
2. Data Objektif
a. Observasi
- klien
tampak
b. Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium :
Lain – lain :
d. Terapi
( Anathasya
Salamat)
KLASIFIKASI DATA
N
DATA SUBJEKTIF (DS) DATA OBJEKTIF (DO)
O
Klien mengatakan nyeri di ulu hati TTV
Klien mengatakan lemah TD : 110/80 mmHg SB : 36◦ C Spo2 : 98%
Klien mengatakan selera makan berkurang N : 85×/menit R : 18×/menit
Klien mengatakan semoga cepat sembuh Klien tampak lemah
Klien sering menanyakan penyakitnya Porsi makan tidak dihabiskan (½ porsi)
Ekspresi wajah tampak murung
Klien tampak meringis
Klien tampak cemas
ANALISA DATA
N
DATA ETIOLOGI MASALAH
O
DS Adanya peningkatan produksi
Klien mengatakan nyeri di ulu
hati
Kerusakan sawar mukosa lambung
Klien mengatakan lemah
DO
Merangsang zat bradikanin,histamin,serotonin
Klien tampak lemah
Ekspresi wajah tampak murung
Rangsangan diteruskan ke talamus Nyeri ulu hati
Klien tampak meringis
TTV
Menurunkan ambang nyeri
TD : 110/80 mmHg
SB : 36◦ C Spo2 : 98%
Dipersepsikan sebagai nyeri ulu hati
N : 85×/menit
R : 18×/menit
4. Mengajarkan
duduk agar bisa
Kolaborasi duduk
5. Kolaborasi pemberian 5. Mengetahui
medikasi sebelum makan untuk
(mis, pereda nyeri, memberikan
antlemetik), jika perlu sebelum makan
6. Kolaborasi dengan ahli 6. Mengetahui agar
gizi untuk menentukan porsi makan
jumlah kalori dan jenis dapat tercukupi
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
Edukasi
Senin/7 5. Ajarkan teknik
Desember nonfarmakologis
2020/ 18.36 untukmengurangi rasa
nyeri
Hasil: Memebrikan
teknik relaksasi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Hasil: nyeri dapat
berkurang
Kolaborasi
Senin/7 5. Kolaborasi pemberian
Desember medikasi sebelum
dihabiskan (½ 2020/ 18.36 makan (mis, pereda
porsi) nyeri, antlemetik), jika
perlu
Hasil:
6. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
Hasil:
semoga cepat A
sembuh
Selasa/ 8 Terapeutik Masalah ansietas teratasi
Klien sering
Desember 2. Dorong klien untuk
menanyakan
2020/ 10.00 untuk mengungkapkan P
penyakitnya Pertahankan intervensi 1,2,3,4
perasaannya
Klien
Hasil:
mengatakan
lemah Selasa/ 8
DO Desember
cemas Hasil: