Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari
nyeriatau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau cepat
kenyang,dan sering bersendawa. Biasanya berhubungan dengan pola makan yang tidak
teratur, makanan yang pedas, asam, minuman bersoda, kopi, obat-obatan tertentu. ataupun
kondisi emosional tertentu misalnya stress (Wibawa,2006).
2. Etiologi
Beberapa perubahan dapat terjadi pada saluran cerna atas akibat proses penuaan,
terutama pada ketahanan mukosa lambung (Wibawa, 2006). Kadar asam lambung lansia
biasanya mengalami penuruna hingga 85%.
a. Gangguan penyakit dalam lumen saluran cerna: tukak gaster atau duodenum,
gastritis, tumor,infeksi bakteri Helicobacter pylori
b. Obat-obatan: anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin, beberapa jenis
antibiotik, digitalis, teofilin dan sebagainya.
c. Penyakit pada hati, pankreas, maupun pada sistem bilier seperti hepatitis,
pankreatitis, kolesistitiskronik.
d. Penyakit sistemik seperti diabetes melitus, penyakit tiroid, penyakit jantung
koroner.
a. Dispepsia mirip ulkus bila gejala yang dominan adalah nyeri ulu hati.
b. Dispepsia mirip dismotilitas bila gejala dominan adalah kembung, mual, cepat
kenyang.
c. Dispepsia non : spesifik yaitu bila gejalanya tidak sesuai dengan dispepsia mirip
ulkus maupun dispepsia mirip dismotilitis.
Peranan pemakaian OAINS dan infeksi H. Pylori sangat besar pada kasus:kasus dengan
kelainan organik (Wibawa,2006)
Menurut Guyton (1997) berikut ini berbagai penyakit (kondisi medis) yang dapat
menyebabkan keluhan dispepsia:
3. Manifestasi Klinis
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yan dominan, membagi
dyspepsia menjadi tiga tipe:
1) Dispesia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus – like dyspepsia), dengan gejala:
Nyeri epigastrium terlokalisasi
Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antacid
Nyeri saat lapar
Nyeri episodic
2) Dyspepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dismolilily-dyspepsia), dengan
gejala:
Mudah kenyang
Perut cepat terasa penuh saat makan
Mual
Muntah
Upper abdominal bloaling
3) Dyspepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas).
Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.(sujono,
2006)
5. Penatalaksanaan
a. Penantalaksanaan non farmakologis
1) Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
2) Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan
yang berlebihhadap, nikotin rokok, dan stres
3) Atur pola makan
b. Penantalaksanaan farmakologis yaitu;
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama
dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapay dimengerti karena pross
patofisiologinya pun masih belum jalas dilaporkan bahwa sampai 70% kasus
DF reponsif terhadap placebo. Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid
(menetralkan asam lambung) golongan antikolinergik (menghambat
pengeluaran asam lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya muntah)
6. Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya
komplikasi yang tidak ringan. Salah satunya komplikasi dispepsia yaitu luka di
dinding lambung. Bila keadaan dispepsia ini terus terjadi luka akan semakin
dalam dan dapat menimbulkan komplikasi pendarahan saluran cerna yang ditandai
dengan terjadinya muntah darah, dimana merupakan pertanda yang timbul di
belakangan. Awalnya penderita pasti mengalami buang air besar berwarna hitam
terlebih dahulu yang artinya sudah ada pendarahan awal . tapi komplikasi yang
paling dikuatirkan adalah terjadinya kanker lambung yang mengharuskan
penderitanya melakukan operasi (wibawa,2006)
7. WOC
Nausea
Merusak flora
Kelelahan
Intoleransi Aktivitas
B. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian fungsional gordon
a. Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
Ketidaktahuan klien tentang informasi dari penyakit yang dideritanya. Secara
umum dyspepsia adalah penyakit yang menyerang atau membuat penderitanya
nyeri di bagian perut
b. Pola nutrisi metabolik
Mual muntah, mudah merasa kenyang , rasa tak nyaman bertambah saat makan
c. Pola eliminasi
Tidak menentu tergantung pasien
d. Pola aktivitas latihan
Terganggu karena nyeri perut yang dirasakan
e. Pola istirahat dan tidur
Tidak mengalami gangguan yang serius
f. Pola kognitif perseptual
Adanya rasa nyeri dibagian perut, rasa tak nyaman bertambah saat makan
g. Pola persepsi diri
Gangguan pola aktivitas yang disebabkan karena nyeri perut yang dirasakan tidak
menentu
h. Pola peran hubungan
Tegang , gelisah, cemas , nyeri
i. Pola seksualitas reproduksi
Tidak ada gangguan
j. Pola koping toleransi stress
Mengalami stress yang sedang baik emosiaonal maupun fisik, nyeri bagian
abdomen
k. Pola nilai kepercayaan
Tergantung pada kebiasaan, ajaran dan aturan dari agama yang dianut oleh
individu tersebut.
2. Diagnosa
Menurut Inayah (2004) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien
dengan dispepsia .
1) Nyeri epigastrium b.d iritasi pada mukosa lambung
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d rasa tidak enak setelah makan, anorexia
3) Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d adanya mual muntah
4) Kecemasan b.d perubahan status kesehatannya
3. Intervensi keperawatan
Evaluasi
Pada tahap ini perawat mengkaji kembali hal hal yang telah dilakukan berdasarkan pada
kriteria hasil yang telah ditetapkan. Apabila masih terdapat masalah klien yang belum
teratasi, perawat hendaknya mengaji kembali hal hal yang berkenaan dengan masalah
tersebut dan kembali melakukan intervensi keperawatan. Dan sebaliknya bila masalah sudat
teratasi maka perlu dilakukan pengawasan dan pengontrolan yang terartur untuk mencegah
timbulnya serangan atau gejala yang memicu.
DAFTAR PUSTAKA
Wibawa, I Dewa Nyoman. 2006. Penanganan Dispepsia Pada Lanjut Usia. Volume 7 No 3
September 2006
Manjoer, A, et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 . Jakarta : Medika Aeusculapeus
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI
UNIVERSITAS ANDALAS
Disusun Oleh
BP : 1711311007
Kelompok :1
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019