Anda di halaman 1dari 9

Kasus pemicu

Seorang anak usia 3 tahun, dirawat karena demam naik turun. Demam tertinggi
pada sore dan malam hari. Ibu mengatakan bahwa sudah 2 minggu ini anak
demam. Anak juga mengeluh mual dan kadang-kadang muntah. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan lidah kotor, hepar teraba 1 cm bawah arcus costarum dan anak
apatis. Tanda-tanda vital anak (TD: 90/70 mmHg, nadi: 120x/menit, nafas:
40x/menit dan suhu 38,7°C) , kulit teraba hangat dan kemerahan.

Pertanyaan kasus:

a. Apakah masalah yang dialami anak tersebut?

b. Apakah penyebab anak mengalami masalah tersebut?

c. Jelaskan patofisiologi penyakit anak disertai dengan WOC.

d. Apa tanda dan gejala yang khas pada anak?

e. Apakah pemeriksaan diagnostik standar untuk menegakkan diagnosis medis


anak?

f. Bagaimanakah penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada anak


tersebut?

g. Bagiamanakah prognosis dan komplikasi dari penyakit pada anak tersebut?

h. Jelaskan hal apa saja yang perlu dikaji anak bayi?

i. Rumuskan masalah keperawatan yang muncul pada anak dan buat analisa
datanya!

j. Buatlah rencana intervensi sesuai dengan masalah keperawatan yang muncul


pada anaki!

Penyelesaian Kasus :

a. Masalah ayang dialami oleh anak tersebut adalah Demam Typoid.


b. Penyebab anak mengalami masalah tersebut adalah : salmonella thypi atau
Paratyphi A, Paratyphi B.
c. Patofisiologis penyakit pada anak tersebut adalah Kuman masuk kedalam
saluran pencernaan melalui makanan/minuman yang mengandung salmonella
thypi. Kuman masuk melewati lambung dan mencapai usus halus (ileum).
Kuman kemudian menembus dinding usus halus dan masuk ke folikel limfoid
usus halus (plaque peyeri). Kuman ikut dalam aliran limfe mesenterial ke
dalam sirkulasi darah (bakterimia primer) dan mencapai jaringan RES (hepar,
lien, sumsum tulang untuk bermultiplikasi). Setelah mengalami bakterimia
kedua, kuman menyebar ke organ lain (intra dan ekstra intestinal) melalui
sirkulasi darah. Masa inkubasi adalah 10-14 hari (Sastroasmoro. dkk, 2007).
d. Tanda dan gejala khas pada anak yaitu:
1. Demam sudah dua minggu.
2. Mual dan muntah.
3. Lidah kotor.
4. Hepar teraba 1cm dibawah arcus kostarum
5. Anak apatis.
6. Napas cepat daan dangkal 40x / menit
7. Suhu tinggi pada sore dan malam hari 38,7°C
8. Nadi 120x/ menit.
9. Tekanan darah menurun 90/70 mmHg
10. Kulit teraba hangat dan kemerahan (rose spot)
e. Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan :
1. Pemeriksaan darah tepi.
 Anemia, pada umumnya terjadi krena supresi sumsum tulang,
defisiensi besi dan perdarahan usus.
 Leukopenia, namun jarang kurang dari 3000/μl.
 Limfosistosis relatif.
 Trombositopenia terutama pada demam tifoid berat.
2. Pemeriksaan bakteriogis dengan isolasi dan biakan kuman.
Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri S. typhi
dalam biakan dari darah terutama pada minggu 1-2 dari perjalanan penyakit.
Berkaitan dengan patogenesis penyakit, maka bakteri akan lebih mudah
ditemukan dalam darah dan sumsum tulang pada awal penyakit, sedangkan pada
stadium berikutnya dapat ditemukan juga dalam urine dan feses.
3. Uji serologis
Beberapa uji serologis yang dapat digunakan pada demam tifoid ini meliputi : (1)
uji Widal; (2) tes TUBEX®; (3) metode enzyme immunoassay (EIA); (4) metode
enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).
4. Pemeriksaan kuman secara molekuler
Metode lain untuk identifikasi bakteri S. typhi yang akurat adalah mendeteksi
DNA (asam nukleat) gen flagellin bakteri S. typhi dalam darah dengan teknik
hibridisasi asam nukleat atau amplifikasi DNA dengan cara polymerase chain
reaction (PCR) melalui identifikasi antigen Vi yang spesifik untuk S. Typhi.
f. Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada anak tersebut:
Antipiretik bila suhu tubuh > 38,3°C. kartikosteroid dianjurkan pada demam
tifoid berat.
 Kloramfenikol : 50-100mg/kg BB/hari, oral atau IV, dibagi dalam 4
dosis selama 10-14 hari, tidak dianjurkan pada leukosit < 2000/μl,
dosis maksimal 2g/hari.
 Amoksisilin 150-200mg/kgBB/hari, oral atau IV selama 14 hari.
 Sefriakson 20-80mg/kgBB/hari selama 5-10 hari.
g. Prognosis dan komplikasi dari penyakit anak tersebut:

Prognosis demam tifoid tergantung tepatnya terapi, usia, keadaan kesehatan

sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Karena keterlambatan diagnosis,

perawatan, dan pengobatan, akan muncul komplikasi seperti perforasi

gastrointestinal atau perdarahan hebat, meningitis, endokarditis, dan pneumonia,

mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Prognosis juga menjadi

kurang baik atau buruk bila terdapat gejala klinis yang berat seperti :

1. Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinu

2. Kesadaran menurun sekali yaitu stupor, koma, atau delirium

3. Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi energi protein)


h. Hal yang perlu dikaji pada anak :
1. RKS; klien mengeluh tidak enak badan, letih, nyeri kepala, bibir pecah-
pecah, tidak nafsu makan, nyeri kepala, demam terutama sore/ malam hari.
2. RKD; riwayat sakit saluran cerna,
3. RKK; riwayat keluarga menderita typoid, higiene keluarga jelek
4. Pemeriksaan Fisik:
 Mata cekung
 Mulut; bibir kering dan pecah-pecah, lidah berselapu/kotor
 Abdomen ; distensi abdomen, nyeri tekan, splenomegali,
hepatomegali
 Integumen ; rose spot
5. Keadaan umum
6. Tingkat kesdaran: menurun
7. TTV: suhu meningkat, nafas cepat dangkal, nadi bradikardi relatif, TD
normal/menurun
8. Pengkajian sistem tubuh
9. Ekstremitas; kekuatan otot menurun, kelemahan
i. Rumusan masalah, intervensi, criteria hasil keperawatan yang muncul pada
anak:

DIAGNOSA NANDA NOC NIC


1. Hipertermia : suhu inti 1. Termogulasi 1. Perawatan
tubuh diatas kisara Indicator: demam
normal diurnal karena a. Tingkat pernapasan Aktivitas:
kegagalan termogulasi. b. Penurunan suhu a. Pantau suhu dan
d/d : tubuh. tanda – tanda vital
a. Kulit kemerahan c. Hipertermia lainnya.
b. Kulit terasa hangat d. Perubahan warna b. Monitor asupan dan
c. Takikardia kulit keluaran, sadari
d. Takipnea e. Melaporkan perubahan
b/d: kenyamanan suhu kehilangan cairan
a. Penyakit tubuh yang tidak
b. Peningkatan laju 2. Tanda – tanda dirasakan.
metabolisme vital c. Monitor warna kulit
a. Suhu tubuh dan suhu.
b. Tingkat pernapasan d. Tutup pasien
c. Tekanan darah dengan selimut atau
sistolik. pakaian ringan,
d. Tekanan nadi tergantung fase
demam.
e. Pantau komplikasi
– komplikasi yang
berhubungan
dengan demam
serta tanda dan
gejala kondisi
penyebab demam.
f. Tingkatkan
sirkulasi udara.
2. Pengaturan
suhu
Aktivitas:
a. Monitor suhu
paling tidak 2 jam
sesuai kebutuhan.
b. Pasang alat monitor
inti suhu secara
kontinu, sesuai
kebutuhan.
c. Monitor tekanan
darah, nadi, dan
respirasi sesuai
kebutuhan.
d. Monitor suhu dan
warna kulit.
e. Monitor dan
laporkan adanya
tanda dan gejala
dari hipotermia.
2. Ketidakefektifan 1. Status pernapasan 1. Manajemen
pola napas : Indicator: jalan napas
inspirasi dan/ tidak a. Frekuensi pernapasan. Aktivitas:
ekspirasi yang tidak b. Irama pernapsan a. Buka jalan napas
memberi inspirasi c. Kedalaman inspirasi dengan teknik chin
adekuat. d. Kepatenan jalan lift atau jaw trust
d/d : napas. sebagaimana
 pola pernapasan mestinya.
abnormal b. Posisiskan pasien
(kecepatan, irama, untuk
kedalama) memaksimalkan
 Takikardia ventilasi.
c. Lakukan fisioterapi
dada sebagaimana
mestinya.
d. Auskultasi suara
napas, catat area
yang ventilasinya
menurun atau tidak
ada atau adanya
suara tambahan.
2. Monitor
pernafasan
Aktivitas:
a. Monitor kepatenan,
irama, kedalaman,
dan kesulitan
bernafas.
b. Catat pergerakan
dada, catat ketidak
simetrisan,
penggunaan otot –
otot bantu nafas,
dan retraksi pada
orot
supraklavikulas dan
intrakosta.
c. Monitor suara
napas tambanhan
seperti ngorok atau
mengi,
d. Monitor ola nafas.
e. Auskultasi suara
nafas, catat area
dimana terjadi
penurunan atau
tidak adanya
ventilasi dan
keberadaan sura
nafas tambahan.
3. Resiko 1. Keparahan mual 1. Pantauan
ketidakseimbangan dan muntah elektrolit.
elektrolit : a. Frekuensi mual a. Monitor serum
kerentanan b. Intensitas mual elektrolit
mengalami c. Frekuensi muntah b. monitor
perubahan kadar d. Intensitas muntah ketidakseimbangan
elektrolit serum, 2. Keseimbangan asam basa.
yang dapat cairan c. Identifikasi
mengganggu a. Tekanan darah kemungkinan
kesehatan. b. Denyut nadi radial penyebab
Factor resiko: muntah c. Keseimbangan intake ketidakseimbangan
dan output dalam 24 elektrolit.
jam d. Kenali dan laporkan
adanya
ketidakseimbangan
elektrolit.
e. Monitor adanya
kehilangan cairan
dan elektrolit bila
diperlukan.
2. Manajemen
mual
a. Dorong pasien
untuk memantau
pengalaman diri
terhadap mual.
b. Dorong pasien
untuk memantau
pengalaman diri
terhadap mual.
c. Evaluasi dampak
dari pengalaman
mual pada kualitas
hidup.
d. Identifikasi factor –
factor yang dapat
menyebabkan atau
berkontribusi
terhadap mual.
e. Identifikasi strategi
yang sudah berhasil
dilakukan dalam
upaya mengurangi
mual.
3. Manajemen
muntah
a. Dapatkan riwayat
lengkap perawatan
sebelumnya.
b. Dapatkan riwayat
makanan seperti
makanan yang
disukai, yang tidak
disukai, dan
preferensi makan
yang sesuai budaya.
c. Identifikasi factor-
fakto yang apat
menyebabkan atau
berkontribusi
terhadap muntah.
d. Kendalikan factor –
factor lingkungan
yang mungkin
membangkitkan
keinginan untuk
muntah.
e. Berikan dukungan
fisik selama
muntah.

Anda mungkin juga menyukai