Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KESELAMATAN PASIEN

DAN KESELAMATAN TENAGA KERJA

Sasaran Keselamatan Pasien : Komunikasi Efektif

Dosen Pengampu :

Vetty Pricilla M.Kep, Sp.Mat, MP

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

1. Adzkia Pinta Dano (1711312013)


2. Mutiara Salam (1711313017)
3. Mutya Amal Dwi S (1711311033)
4. Putri Annelydia (1711313013)
5. Tika Nelsya Putri (1711313035)
6. Yola Fitria (1711312029)
7. Indah Mardiani (1711313045)

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah subhanawata’ala yang telah memberikan kami


berbagai macam nikmat, sehingga aktivitas hidup ini banyak yang
diberikankan keberkahan. Dengan kemurahan yang telah diberikan oleh Tuhan
Yang Maha Esa sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Ucapan terimakasih tidak lupa kami haturkan kepada dosen dan teman –
teman yang banyak membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami
menyadari didalam penyusuhan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, baik dari segi tata bahasa
maupun hal pengkonsilidasian.

Oleh karena itu kami minta maaf atas ketidak sempurnaannya dan juga
memohon kritik dan saran untuk kami agar bisa lebih baik lagi dalam membuat
karya tulis ini. Harapan kami mudah – mudahan apa yang kami susun bisa
memberikan manfaat untuk diri sendiri ,teman – teman serta orang lain.

Padang, 26 Februari 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................... i

Kata Pengantar .................................................................................................... ii

Daftar Isi .............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1

1. Latar Belakang ...............................................................................................1


2. Rumusan Masalah ........................................................................................1
3. Tujuan Penulisan ...........................................................................................1
BAB II KERANGKA TEORI ..............................................................................3
1. Definisi ..........................................................................................................3
2. Urgensi .........................................................................................................5
3. Standar SKP ..................................................................................................6
4. Manfaat Komunikasi .................................................................................11
5. SOP Komunikasi ........................................................................................11
BAB III PENUTUP ............................................................................................15
1. Kesimpulan .................................................................................................15
2. Saran ............................................................................................................15
Daftar Pustaka ....................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


1691/PER/VII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, terdapat enam
sasaran keselamatan pasien, salah satunya yaitu ‘Komunikasi Efektif’. Rumah sakit
mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektifitas komunikasi antar para
pemberi pelayanan, sehingga komunikasi tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan
mudah dipahami oleh antar tenaga kesehatan. Hal tersebut akan mengurangi
kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien di rumah sakit.

Komunikasi efektif menggunakan suatu format baku agar komunikasi dapat


terstandar dan berlangsung secara efektif dan efesien. Salah satu format baku yang
dipergunakan adalah format SBAR. Penggunaan SBAR dalam komunikasi
merupakan keharusan dalam program keselamatan pasien dengan harapan
meminimalkan kesalahan dalam berkomunikasi antar tenaga kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa itu sasaran keselamatan pasien dengan komunikasi efektif?

1.2.2 Bagaimana urgensi komunikasi efektif?

1.2.3 Bagaimana standar dalam komunikasi efektif?

1.2.4 Apa manfaat komunikasi efektif?

1. 2.5 Bagaimana SOP komunikasi terapeutik/ efektif?


1.3 Tujuan Penulisan Makalah
1.3.1 Untuk mengetahui apa itu sasaran keselamatan pasien dengan komunikasi
efektif.
1.3.2 Untuk mengetahui urgensi dan standar dalam komunikasi efektif.
1.3.3 Untuk mengetahui manfaat komunikasi efektif dalam meningkatkan
keselamatan pasien.

1
BAB II

KERANGKA TEORI

2
2.1 Definisi

Komunikasi merupakan hal mendasar yang menjadi salah satu


faktor keselamatan pasien dan kepuasan pelanggan. Berbeda dengan
komunikasi lainnya seperti komunikasi dibidang pendidikan, bisnis, dan
sebagainya, komunikasi efektif dalam bidang pelayanan rumah sakit
memiliki tingkat kompleksitas yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan
komunikasi yang terlibat sangat banyak, informasi yang dibutuhkan sangat
banyak, serta menyangkut emosi pasien/keluarga pasien, dan petugas
kesehatan yang cukup tinggi.

Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan


perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam
komunikasi. Proses komunikasi efektif artinya proses dimana komunikator
dan komunikan saling bertukar informasi, ide, kepercayaan, perasaan dan
sikap antara dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai dengan harapan.
Sederhananya, komunikasi efektif adalah proses komunikasi dimana
komunikan mengerti apa yang disampaikan dan melakukan apa yang
komunikator inginkan.

Komunikasi merupakan proses bicara dalam bahasa Inggris


diakronimkan sebagai TALK. TALK menrupakan akronim dari T (talk to
each other) yakni berbicara satu dengan orang lainnya, A (act together to
care for our reseidents, patients and families) secara bersama memeberikan
pelayanan antar petugas, residen, pasien dan keluarga, L (listen to each
other) yaitu satu dengan yang lain nya saling mendengarkan dan K (know
and understand each other) yakni tahu dan mengerti satu dengan yang lain
nya.

Komunikasi melibatkanpembicaraan (orang yang memberikan


informasi), proses penyampaian informasi, isi informasi dan pendengar
(Zumbrum, 2006).

Tibodeau (2003) menyampaikan enam hal untuk meningkatkan komunikasi


efektif yakni:

3
1. Pesan disampaikan tepat waktu, pesan berubah secara konstan dan bila
terjadi keterlamabatan dalam penyampaian pesan menyebabkan
informasi ketingggalan zaman.
2. Pesan hendaknya disampaikan dengan lengkap sehingga pendengar
dapat mengerti informasi yang ingin disampaikan.
3. Informasi disampaikan dengan jelas
4. Informasi harus akurat dan inti permaslahan, tidak membingungkan
pendengar
5. Pesan di verifikasi oleh penyampai berita.
Menurt Zumrun (2006) untuk menjasi seorang pendengar yang baik
menganjurkan :
1. Jangan memeotong pembicaraan
2. Jangan lompat langsung ke kesimpulan
3. Jangan mengadili pembicara
4. Catat yang menarik bagi pendengar
5. Ajukan pertanyaan dengan kata yang baik
Hambatan dalam berkomunikasi antara lain :
1. Hambatan fisik, komunikasi melihat ruangan dengan cara berteriak-
teriak, atau komunikasi dengan lokasi antara pembicara dengan
pendengan.
2. Hambatan persepsi, beda dalam menggunakan istilah kata.
3. Hambatan emosi, perasaan tidak senang dalam berkomunikasi
4. Hambatan bahasa, kata yang dipergunkan dalam berkomunikasi
mengandung bahasa yang kurang dimengerti oleh pendengar.
5. Hambatan budaya, budaya dapat menghambat komunikasi.
Dampak salah dalam berkominikasi :
1. Menimbukan kejadian ysng tidsk diharapkan
2. Menimbukkan konflik antara penyampai berita dengan penerima berita.

2.2 Urgensi
1. Lakukan komunikasi, baik lisan maupun tertulis dengan sejelas-jelasnya.

4
2. a. Jika pesan lisan meragukan, segera Klarifikasi dengan phonetic
alfabeth kepada pemberi pesan, sbb :

A Alfa N November

B Bravo O Oscar

C Charlie P Papa

D Delta Q Quebec

E Echo R Romeo

F Foxtrot S Sierra

G Golf T Tango

H Hotel U Uniform

I India V Victor

J Juliet W Whiskey

K Kilo X X ray

L Lima Y Yankee

M Mike Z Zulu

b. Komunikasi tertulis wajib menggunakan tulisan yang mudah dibaca


minimal oleh 3 orang.

2. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan


dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan
tersebut.

3. Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan secara lengkap
dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.

4. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi


perintah atau hasil pemeriksaan tersebut

5
2.3 Standar Sasaran Keselamatan Pasien
Standar SKP II Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk
meningkatkan efektifitas komunikasi antar para pemberi pelayanan.

Elemen Penilaian Sasaran II :


1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dibacakan secara lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau
yang menyampaikan hasil pemeriksaan.
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan
komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.
- IMPLEMENTASI KOMUNIKASI EFEKTIF
Komunikasi efektif dapat terjadi dengan menggunakan suatau format baku
agar komunkikasi terstandar dan berlangsung secra efektif dan efesien.
Salah satu format baku yang dipergunakan oleh JAHo adalah format SBAR.
1. Apakah SBAR ?
Komukiasi verbal atau komunikasi tulis yang kurang adekuat
merupakan sumber kesalahan yang serius pada pusat pelayanan
kesehatan. Analisis akar masalah ditemukan sebagai sumber kesalahan
yang terjadi secara umum disebabkan dari kedua macam komunikasi ini.
Terdapat beberapa hambatan dalam komunikasi antar petugas pemberi
pelayanan karena factor hirarki, gender, suku, perbedaab gaya
komunikasi antar disiplin ilmu dan gaya komunikasi individual.
SBAR merupakan kerangkan komunikasi yang mempermudah
mengatasi hambatan dalam komunikasi. SBAR merupakan bentuk
struktur mendasari komunikasi anatar pemberi informasi dengan
penerima informasi. SBAR mudah diingat yang praktis untuk
komunikasi atau percapakan . SBAR tersusun sebagai berikut :
S : Situation
B : Background

6
A ; Assessment
R : Recommendation
Tujuan dan keuntungan menggunakan SBAR ( Byred et al, 2009) :
a. Meningkatkan keamanan keselamatan pasien
b. Memberikan standar untuk penyebaran atau berbagai informasi
c. Meningkatkan kekuatan atau kejelasan dari para pemberi pelayanan
kesehatan dalam mengajukan permintaan perubahan perawatan
pasien atau untuk menyelesaikan informasi dalam keadaan kritis
dengan benar dan kurat.
d. Meningkatkan efektivitas kerja tim
e. Dapat dipergunakan pada daerah spesifik COPD
2. Pengunaan SBAR
SBAR dipergunakan sebagai landasan menyusun komunikasi verbal,
tertulis menyusun surat, dari berbagai keadaan perawatan pasien antara
lain :
a. Pasien rawat jalan dan pasien rawat inap
b. Komunikasi pada kasus atau kondisi urgent dan non urgent
c. Komunikasi dengan pasien, perorangan atau lewat telepon
d. Keadaan khusus antara dokter dengan perawat
e. Membatu konsultasi anatar dokter dengan dokter
f. Mendiskusiskan dengan konsultan professional lain misalnya
terapi respiasi, fiotherapi.
g. Komunikasi dengan mitra bestari
h. Komunikasi pada saat perubahan shift jaga
i. Meningkatkan perhatian
j. Serah terima dari petugas ambulans kepada staf rumah sakit
3. Unsur SBAR dan penjelasan
a. Situation (situasi).
Mengawali suatu komunikasi diperlukan pengenalan antara
penyamapai berita dan penerima berita. Dalam hal ini identitas
petugas dan unit pelayanan kesehatan diinformasikan. Selain itu

7
juga perlu disampaikan kepada penerima informasi yang petugas
ajak berkomunikasi.
Dalam situasi ini perlu petugas menjelaskan permasalahan yang
dihadapinya misalnya pasien serta kekhawatiran bila tidak
dilakukan tindakan. Dalam hal menginformasikan pasien disebutkan
identitas pasien.
b. Background (basis masalah)
Berilah informasi riwayat medis pasien, atau informasi yang
berkaitan dengan permasalahn yang ditemukan. Untuk pasien perlu
dijelaskan atau digaris bawahi riwayat medis yang bermakna. Bila
permasalaahn dibidang lain misalnya sampel darah salah atau
permasalahan obat maka poin penting dari permasalahan tersebut
ditonjolkan.
c. Assesment (Assesment)
Penilaian terhadap masalah yang ditemukan terkait dengan apa yang
menjadi masalah pada pasien. Berilah kesan pasien secara klinis
serta hal yang terkait dengan hal tersebut. Jelaskan pula tindakan
yang sudah diberikan kepada pasien untuk mengatasi permasalahan
sambil menungggu krekomendasi yang diterima petugas.
d. Recommendation (rekomendasi)
Jelaskan kepada petugas yang diberikan untuk mengatasi
permaslahan tersebut. Saran disampaikan dengan jelas, bagaimana
cara melaksanakan serta tentukan waktu pelaksanaannya serta
tidaklanjutnya.
Terakhir rekomendasi yangdiberikan, apakah sudah sesuai dengan
harapan pada akhir pembicaraan dengan klinik atau petugas
tersebut.

Hal-hal yang perlu diperhatikan


1) Baca ulang (readback)

8
Setiap pesan yang dilaksanakan melalui telpon, perlu dibaca ulang
(readback) ringkasan oleh penerima berita (receiver) untuk mengecek
akurasi berita dan kejelasan isis informasi tersebut. Hal ini diperlukan
untuk meyakinkan bahwa penerima informasi mengerti dan jelas
tindakan yang akandilakukan sesuai dengan informasi yang diterima.
Setiap informasi yang diterima, harus ditulis dalam catatan medic
(rekam medic) pasien.
2) Recording SBAR
komunikasi efektif harus dicatata dengan akurat pada rekam medis atau
catatan pasien. Catatatn tersebut pada harus dapat dibaca (Legible),
ditanda tangani (Signed), diberi tangggal (Dated), dituliskan waktu serta
ditulis dengan menggunakan tinta warna hitam.
4. Contoh SBAR
CONTOH SBAR PASIEN DALAM KEADAAN KRITIS
S Saya nama : ……(nama petugas yang menelpon dokter)
Saya menelpon tetang …………..( nama pasien, lokasi pasein
di rawat)
Yang dituju …..(DPJP)
Masalah pasien tentang ……(masalah yang akan dilaporkan)
B Saya telah melakukukan pemerikaan pasien dan terjadi
perubahan status pasien ( Sebutkan perubahan yang terjadi pada
pasien )
Kesadaran menurun, suhu semula 37ºC meningkat menjadi
39ºC, pernafasan semula 24 x/ menit menjadi 36 x/menit.
Sebutkan obat-obatan yang telah diberikan
……………………..
A Masalah yang ditemukan pada pasien dikaitkan dengan apa
yang menjadi masalah pada pasien :
Problem kemungkinan karena ………………
Sudah dilakukan tindakan apa ………………………
R Saya mengajurkan (……….apa rekomendasi yang diberikan
oleh DPJP)

9
Petugas (yang melaporkan mencatat, dan memabaca ulang
tentang rekomendasi DPJP)

- STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI EFEKTIF


1. Mewujudkan pengetahuan komunikasi menurut format SBAR
Pedoman komunikasi efektif ini merupakan pedoman dasar dengan
konsep SBAR. Selanjutnya masing-masing unit pelayanan medis
melakukan penyesuaian dengan lingkungan kerjanya dan profesinya.
Perlu dilakukan penyamaan persepsi litas unit pelayanan persepsi lintas
unit pelayanan dalam melakukan komunikasi efektif. Sehinggga perlu
dibuatkan susatu petujuk teknisnya.
2. Menata infrastruktur komunikasi efektif
Infrastruktur yang diberlukan dalam pelaksanaan komunikasi efektif
adalah media komunikasi, alat untuk mendokumentasikan hasil
komunikasi serta petujuk praktis dalam berkomunikasi efektif. Petunjuk
teknis dapat berupa poster atau leaflet.
3. Penyebaran pengetahuan komunikasi efektif
Penyebaran pengetahuan tentang komunikasi efektif kepada semua
petugas perlu dilakukan dengan berbagai cara. Untuk pengetahuan yang
sifatnya tacit dilakukan kegiatan internalisasi sedangakn pengetahuan
eksplesit dilakuakn sosialisasi. Kegiatan yangdiperlukan dalam bentuk
pelatihan, seminar, praktek, diskusi kelompok serta melakukan
peragaan.
4. Membudayakan komunikasi efektif
Membudayakan pelaksanaan komunikasi efektif merupakan hal yang
cukup sulit. Sehinggga perlu ditanamkan pengertian nilai serta
kepercayaan kepada semua petugas bahwa melakukan komunikasi
efektif dapat menyelamatkan pasien.

2.4 Manfaat Komunikasi

10
Standar akreditasi RS 2012 SKP.2 / JCI IPSG.2 mensyaratkan agar rumah sakit
menyusun cara komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan
dapat dipahami penerima. Hal itu untuk mengurangi kesalahan dan menghasilkan
perbaikan keselamatan pasien. Bentuk komunikasi yang rawan kesalahan
diantaranya adalah instruksi untuk penatalaksanaan pasien yang diberikan secara
lisan atau melalui telepon. Bentuk lainnya berupa pelaporan hasil tes abnormal,
misalnya petugas laboratorium menelepon ke ruang perawatan untuk melaporkan
hasil tes pasien. Rumah sakit perlu menyusun kebijakan dan atau prosedur untuk
mengatur pemberian perintah / pesan secara lisan dan lewat telepon. Kebijakan dan
atau prosedur itu harus memuat:
1. Perintah lengkap, lisan dan lewat telepon, atau hasil tes dicatat si penerima.
2. Perintah lengkap, lisan dan lewat telepon, atau hasil tes dibaca-ulang si penerima.
3. Perintah dan hasil tes dikonfirmasikan oleh individu si pemberi perintah atau
hasil tes.
4. Pelaksanaan yang konsisten dari verifikasi tepat-tidaknya komunikasi lisan dan
lewat telepon.
5. Alternatif yang diperbolehkan bila proses membaca-ulang tidak selalu
dimungkinkan, misalnya di ruang operasi dan dalam situasi darurat di bagian gawat
darurat atau unit perawatan intensif.
Komunikasi adalah penyebab pertama masalah keselamatan pasien (patient safety).
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan
antar manusia. Komunikasi yang efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas,
dan dipahami oleh penerima mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan
pasien.
Jadi, manfaat dari komunikasi efektif adalah untuk mengurangi kesalahan dan
untuk meningkatkan keselamatan pasien.
2.5 SOP Komunikasi Terapeutik
 Fase interaksi
Dalam tahapan ini perawat menggali perasaan dan menilik
dirinya dengan cara mengidentifikasi kelebihan dan
kekurangannya. Pada tahap ini juga perawat mencari informasi
tentang klien sebagai lawan bicaranya. Setelah hal ini dilakukan

11
perawat merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan
klien. Tahapan ini dilakukan oleh perawat dengan tujuan
mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang mungkin dirasakan
oleh perawat sebelum melakukan komunikasi terapeutik dengan
klien.
Kecemasan yang dialami seseorang dapat sangat
mempengaruhi interaksinya dengan orang lain (Ellis, Gates dan
Kenworthy, 2000 dalam Suryani, 2005). Hal ini disebabkan oleh
adanya kesalahan dalam menginterpretasikan apa yang diucapkan
oleh lawan bicara. Pada saat perawat merasa cemas, dia tidak akan
mampu mendengarkan apa yang dikatakan oleh klien dengan baik
(Brammer, 1993 dalam Suryani, 2005) sehingga tidak mampu
melakukan active listening (mendengarkan dengan aktif dan penuh
perhatian).

1. Pre interaksi
Persiapan ( belum bertemu )
a. Merencakan interaksi/ kegiatan
b. Analisis dan persiapan diri
c. Persiapan intonasi/ data yang akan disampaikan
d. Persiapan alat yang diperlukan
e. Setting/ kontak waktu & iq

2. Fase Orientasi/ perkenalan


a. Membangun hub. Saling percaya
b. Mengoreksikan
c. Perkenalan diri ( bagian/ tugas/ jabatan 0
d. Tanya nama pelanggan
e. Panggil dengan nama yang disesuaikan
f. Jelaskan tujuan interaksi/ kegiatan
g. Jelaskan kapan, dimana, bilamana sikap k saat prosedur,
dsb.

12
 Kerja
Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses
komunikasi terapeutik (Stuart,G.W,1998). Tahap kerja merupakan
tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena
didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung
klien untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian
menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan non
verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam tahap ini pula perawat
mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga
mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang
sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan
mengevaluasinya.
Dibagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu
menyimpulkan percakapannya dengan klien. Teknik
menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan
menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu
perawat dan klien memiliki pikiran dan ide yang sama (Murray,B.
& Judith,P,1997 dalam Suryani,2005). Dengan dilakukannya
penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan
bahwa keseluruhan pesan atau perasaan yang telah
disampaikannya diterima dengan baik dan benar-benar dipahami
oleh perawat.

Tehapan pelaksanaan
a. Menyampaikan informasi
b. Melaksakan tindakan ( prosedur sesuai )
c. Standar operasional prosedur ( SOP )
d. Ciptakan hub. Terapetik
e. Beri kesempatan pelanggar untuk merespon atau bertanya
f. Member support mental
g. Berikan pasien safety.

13
 Terminasi/ akhir
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien.
Tahap terminasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan
terminasi akhir (Stuart,G.W,1998). Terminasi sementara adalah
akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini
dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada
waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah
disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh
perawat setelah menyelesaikan seluruh proses keperawatan.
Tugas perawat dalam tahap ini adalah:
1. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah
dilaksanakan (evaluasi objektif). Brammer dan McDonald
(1996) menyatakan bahwa meminta klien untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan
merupakan sesuatu yang sangat berguna pada tahap ini.

2. Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan


perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat.

3. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah


dilakukan. Tindak lanjut yang disepakati harus relevan dengan
interaksi yang baru saja dilakukan atau dengan interaksi yang
akan dilakukan selanjutnya. Tindak lanjut dievaluasi dalam
tahap orientasi pada pertemuan berikutnya

BAB III
PENUTUP

14
3.1 Kesimpulan

Komunikasi merupakan hal mendasar yang menjadi salah satu


faktor keselamatan pasien dan kepuasan pelanggan. Berbeda dengan
komunikasi lainnya seperti komunikasi dibidang pendidikan, bisnis, dan
sebagainya, komunikasi efektif dalam bidang pelayanan rumah sakit
memiliki tingkat kompleksitas yang cukup tinggi. Komunikasi efektif
adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude
change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Proses komunikasi
efektif artinya proses dimana komunikator dan komunikan saling bertukar
informasi, ide, kepercayaan, perasaan dan sikap antara dua orang atau
kelompok yang hasilnya sesuai dengan harapan. Sederhananya, komunikasi
efektif adalah proses komunikasi dimana komunikan mengerti apa yang
disampaikan dan melakukan apa yang komunikator inginkan.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga
dapat di pertanggung jawabkan.

DAFTAR PUSTAKA

15
Arizona Hospital and Health Care Association. 2007. SBAR Communication
Standardization in Arizona : Implementasi Tool Kit. www.azhha.org.

Journal on Quality and Safety.2006.JACHO

16

Anda mungkin juga menyukai