Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
KATA PENGANTAR
Ucapan terimakasih tidak lupa kami haturkan kepada dosen dan teman –
teman yang banyak membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami
menyadari didalam penyusuhan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, baik dari segi tata bahasa
maupun hal pengkonsilidasian.
Oleh karena itu kami minta maaf atas ketidak sempurnaannya dan juga
memohon kritik dan saran untuk kami agar bisa lebih baik lagi dalam membuat
karya tulis ini. Harapan kami mudah – mudahan apa yang kami susun bisa
memberikan manfaat untuk diri sendiri ,teman – teman serta orang lain.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
BAB II
KERANGKA TEORI
2
2.1 Definisi
3
1. Pesan disampaikan tepat waktu, pesan berubah secara konstan dan bila
terjadi keterlamabatan dalam penyampaian pesan menyebabkan
informasi ketingggalan zaman.
2. Pesan hendaknya disampaikan dengan lengkap sehingga pendengar
dapat mengerti informasi yang ingin disampaikan.
3. Informasi disampaikan dengan jelas
4. Informasi harus akurat dan inti permaslahan, tidak membingungkan
pendengar
5. Pesan di verifikasi oleh penyampai berita.
Menurt Zumrun (2006) untuk menjasi seorang pendengar yang baik
menganjurkan :
1. Jangan memeotong pembicaraan
2. Jangan lompat langsung ke kesimpulan
3. Jangan mengadili pembicara
4. Catat yang menarik bagi pendengar
5. Ajukan pertanyaan dengan kata yang baik
Hambatan dalam berkomunikasi antara lain :
1. Hambatan fisik, komunikasi melihat ruangan dengan cara berteriak-
teriak, atau komunikasi dengan lokasi antara pembicara dengan
pendengan.
2. Hambatan persepsi, beda dalam menggunakan istilah kata.
3. Hambatan emosi, perasaan tidak senang dalam berkomunikasi
4. Hambatan bahasa, kata yang dipergunkan dalam berkomunikasi
mengandung bahasa yang kurang dimengerti oleh pendengar.
5. Hambatan budaya, budaya dapat menghambat komunikasi.
Dampak salah dalam berkominikasi :
1. Menimbukan kejadian ysng tidsk diharapkan
2. Menimbukkan konflik antara penyampai berita dengan penerima berita.
2.2 Urgensi
1. Lakukan komunikasi, baik lisan maupun tertulis dengan sejelas-jelasnya.
4
2. a. Jika pesan lisan meragukan, segera Klarifikasi dengan phonetic
alfabeth kepada pemberi pesan, sbb :
A Alfa N November
B Bravo O Oscar
C Charlie P Papa
D Delta Q Quebec
E Echo R Romeo
F Foxtrot S Sierra
G Golf T Tango
H Hotel U Uniform
I India V Victor
J Juliet W Whiskey
K Kilo X X ray
L Lima Y Yankee
M Mike Z Zulu
3. Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan secara lengkap
dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
5
2.3 Standar Sasaran Keselamatan Pasien
Standar SKP II Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk
meningkatkan efektifitas komunikasi antar para pemberi pelayanan.
6
A ; Assessment
R : Recommendation
Tujuan dan keuntungan menggunakan SBAR ( Byred et al, 2009) :
a. Meningkatkan keamanan keselamatan pasien
b. Memberikan standar untuk penyebaran atau berbagai informasi
c. Meningkatkan kekuatan atau kejelasan dari para pemberi pelayanan
kesehatan dalam mengajukan permintaan perubahan perawatan
pasien atau untuk menyelesaikan informasi dalam keadaan kritis
dengan benar dan kurat.
d. Meningkatkan efektivitas kerja tim
e. Dapat dipergunakan pada daerah spesifik COPD
2. Pengunaan SBAR
SBAR dipergunakan sebagai landasan menyusun komunikasi verbal,
tertulis menyusun surat, dari berbagai keadaan perawatan pasien antara
lain :
a. Pasien rawat jalan dan pasien rawat inap
b. Komunikasi pada kasus atau kondisi urgent dan non urgent
c. Komunikasi dengan pasien, perorangan atau lewat telepon
d. Keadaan khusus antara dokter dengan perawat
e. Membatu konsultasi anatar dokter dengan dokter
f. Mendiskusiskan dengan konsultan professional lain misalnya
terapi respiasi, fiotherapi.
g. Komunikasi dengan mitra bestari
h. Komunikasi pada saat perubahan shift jaga
i. Meningkatkan perhatian
j. Serah terima dari petugas ambulans kepada staf rumah sakit
3. Unsur SBAR dan penjelasan
a. Situation (situasi).
Mengawali suatu komunikasi diperlukan pengenalan antara
penyamapai berita dan penerima berita. Dalam hal ini identitas
petugas dan unit pelayanan kesehatan diinformasikan. Selain itu
7
juga perlu disampaikan kepada penerima informasi yang petugas
ajak berkomunikasi.
Dalam situasi ini perlu petugas menjelaskan permasalahan yang
dihadapinya misalnya pasien serta kekhawatiran bila tidak
dilakukan tindakan. Dalam hal menginformasikan pasien disebutkan
identitas pasien.
b. Background (basis masalah)
Berilah informasi riwayat medis pasien, atau informasi yang
berkaitan dengan permasalahn yang ditemukan. Untuk pasien perlu
dijelaskan atau digaris bawahi riwayat medis yang bermakna. Bila
permasalaahn dibidang lain misalnya sampel darah salah atau
permasalahan obat maka poin penting dari permasalahan tersebut
ditonjolkan.
c. Assesment (Assesment)
Penilaian terhadap masalah yang ditemukan terkait dengan apa yang
menjadi masalah pada pasien. Berilah kesan pasien secara klinis
serta hal yang terkait dengan hal tersebut. Jelaskan pula tindakan
yang sudah diberikan kepada pasien untuk mengatasi permasalahan
sambil menungggu krekomendasi yang diterima petugas.
d. Recommendation (rekomendasi)
Jelaskan kepada petugas yang diberikan untuk mengatasi
permaslahan tersebut. Saran disampaikan dengan jelas, bagaimana
cara melaksanakan serta tentukan waktu pelaksanaannya serta
tidaklanjutnya.
Terakhir rekomendasi yangdiberikan, apakah sudah sesuai dengan
harapan pada akhir pembicaraan dengan klinik atau petugas
tersebut.
8
Setiap pesan yang dilaksanakan melalui telpon, perlu dibaca ulang
(readback) ringkasan oleh penerima berita (receiver) untuk mengecek
akurasi berita dan kejelasan isis informasi tersebut. Hal ini diperlukan
untuk meyakinkan bahwa penerima informasi mengerti dan jelas
tindakan yang akandilakukan sesuai dengan informasi yang diterima.
Setiap informasi yang diterima, harus ditulis dalam catatan medic
(rekam medic) pasien.
2) Recording SBAR
komunikasi efektif harus dicatata dengan akurat pada rekam medis atau
catatan pasien. Catatatn tersebut pada harus dapat dibaca (Legible),
ditanda tangani (Signed), diberi tangggal (Dated), dituliskan waktu serta
ditulis dengan menggunakan tinta warna hitam.
4. Contoh SBAR
CONTOH SBAR PASIEN DALAM KEADAAN KRITIS
S Saya nama : ……(nama petugas yang menelpon dokter)
Saya menelpon tetang …………..( nama pasien, lokasi pasein
di rawat)
Yang dituju …..(DPJP)
Masalah pasien tentang ……(masalah yang akan dilaporkan)
B Saya telah melakukukan pemerikaan pasien dan terjadi
perubahan status pasien ( Sebutkan perubahan yang terjadi pada
pasien )
Kesadaran menurun, suhu semula 37ºC meningkat menjadi
39ºC, pernafasan semula 24 x/ menit menjadi 36 x/menit.
Sebutkan obat-obatan yang telah diberikan
……………………..
A Masalah yang ditemukan pada pasien dikaitkan dengan apa
yang menjadi masalah pada pasien :
Problem kemungkinan karena ………………
Sudah dilakukan tindakan apa ………………………
R Saya mengajurkan (……….apa rekomendasi yang diberikan
oleh DPJP)
9
Petugas (yang melaporkan mencatat, dan memabaca ulang
tentang rekomendasi DPJP)
10
Standar akreditasi RS 2012 SKP.2 / JCI IPSG.2 mensyaratkan agar rumah sakit
menyusun cara komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan
dapat dipahami penerima. Hal itu untuk mengurangi kesalahan dan menghasilkan
perbaikan keselamatan pasien. Bentuk komunikasi yang rawan kesalahan
diantaranya adalah instruksi untuk penatalaksanaan pasien yang diberikan secara
lisan atau melalui telepon. Bentuk lainnya berupa pelaporan hasil tes abnormal,
misalnya petugas laboratorium menelepon ke ruang perawatan untuk melaporkan
hasil tes pasien. Rumah sakit perlu menyusun kebijakan dan atau prosedur untuk
mengatur pemberian perintah / pesan secara lisan dan lewat telepon. Kebijakan dan
atau prosedur itu harus memuat:
1. Perintah lengkap, lisan dan lewat telepon, atau hasil tes dicatat si penerima.
2. Perintah lengkap, lisan dan lewat telepon, atau hasil tes dibaca-ulang si penerima.
3. Perintah dan hasil tes dikonfirmasikan oleh individu si pemberi perintah atau
hasil tes.
4. Pelaksanaan yang konsisten dari verifikasi tepat-tidaknya komunikasi lisan dan
lewat telepon.
5. Alternatif yang diperbolehkan bila proses membaca-ulang tidak selalu
dimungkinkan, misalnya di ruang operasi dan dalam situasi darurat di bagian gawat
darurat atau unit perawatan intensif.
Komunikasi adalah penyebab pertama masalah keselamatan pasien (patient safety).
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan
antar manusia. Komunikasi yang efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas,
dan dipahami oleh penerima mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan
pasien.
Jadi, manfaat dari komunikasi efektif adalah untuk mengurangi kesalahan dan
untuk meningkatkan keselamatan pasien.
2.5 SOP Komunikasi Terapeutik
Fase interaksi
Dalam tahapan ini perawat menggali perasaan dan menilik
dirinya dengan cara mengidentifikasi kelebihan dan
kekurangannya. Pada tahap ini juga perawat mencari informasi
tentang klien sebagai lawan bicaranya. Setelah hal ini dilakukan
11
perawat merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan
klien. Tahapan ini dilakukan oleh perawat dengan tujuan
mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang mungkin dirasakan
oleh perawat sebelum melakukan komunikasi terapeutik dengan
klien.
Kecemasan yang dialami seseorang dapat sangat
mempengaruhi interaksinya dengan orang lain (Ellis, Gates dan
Kenworthy, 2000 dalam Suryani, 2005). Hal ini disebabkan oleh
adanya kesalahan dalam menginterpretasikan apa yang diucapkan
oleh lawan bicara. Pada saat perawat merasa cemas, dia tidak akan
mampu mendengarkan apa yang dikatakan oleh klien dengan baik
(Brammer, 1993 dalam Suryani, 2005) sehingga tidak mampu
melakukan active listening (mendengarkan dengan aktif dan penuh
perhatian).
1. Pre interaksi
Persiapan ( belum bertemu )
a. Merencakan interaksi/ kegiatan
b. Analisis dan persiapan diri
c. Persiapan intonasi/ data yang akan disampaikan
d. Persiapan alat yang diperlukan
e. Setting/ kontak waktu & iq
12
Kerja
Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses
komunikasi terapeutik (Stuart,G.W,1998). Tahap kerja merupakan
tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena
didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung
klien untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian
menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan non
verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam tahap ini pula perawat
mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga
mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang
sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan
mengevaluasinya.
Dibagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu
menyimpulkan percakapannya dengan klien. Teknik
menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan
menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu
perawat dan klien memiliki pikiran dan ide yang sama (Murray,B.
& Judith,P,1997 dalam Suryani,2005). Dengan dilakukannya
penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan
bahwa keseluruhan pesan atau perasaan yang telah
disampaikannya diterima dengan baik dan benar-benar dipahami
oleh perawat.
Tehapan pelaksanaan
a. Menyampaikan informasi
b. Melaksakan tindakan ( prosedur sesuai )
c. Standar operasional prosedur ( SOP )
d. Ciptakan hub. Terapetik
e. Beri kesempatan pelanggar untuk merespon atau bertanya
f. Member support mental
g. Berikan pasien safety.
13
Terminasi/ akhir
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien.
Tahap terminasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan
terminasi akhir (Stuart,G.W,1998). Terminasi sementara adalah
akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini
dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada
waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah
disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh
perawat setelah menyelesaikan seluruh proses keperawatan.
Tugas perawat dalam tahap ini adalah:
1. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah
dilaksanakan (evaluasi objektif). Brammer dan McDonald
(1996) menyatakan bahwa meminta klien untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan
merupakan sesuatu yang sangat berguna pada tahap ini.
BAB III
PENUTUP
14
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga
dapat di pertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
15
Arizona Hospital and Health Care Association. 2007. SBAR Communication
Standardization in Arizona : Implementasi Tool Kit. www.azhha.org.
16