0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
11 tayangan17 halaman
Ringkasan jurnal ini adalah sebagai berikut:
Jurnal ini membahas masalah keperawatan dalam pemberian nutrisi enteral melalui selang nasogastric pada pasien kritis yang ditempatkan dalam posisi tengkurap. Jurnal ini melakukan tinjauan literatur sistematis terhadap masalah-masalah yang muncul akibat pemberian nutrisi enteral pada pasien dalam posisi tengkurap seperti peningkatan volume lambung sisa dan regurgitasi. Tujuan
Ringkasan jurnal ini adalah sebagai berikut:
Jurnal ini membahas masalah keperawatan dalam pemberian nutrisi enteral melalui selang nasogastric pada pasien kritis yang ditempatkan dalam posisi tengkurap. Jurnal ini melakukan tinjauan literatur sistematis terhadap masalah-masalah yang muncul akibat pemberian nutrisi enteral pada pasien dalam posisi tengkurap seperti peningkatan volume lambung sisa dan regurgitasi. Tujuan
Ringkasan jurnal ini adalah sebagai berikut:
Jurnal ini membahas masalah keperawatan dalam pemberian nutrisi enteral melalui selang nasogastric pada pasien kritis yang ditempatkan dalam posisi tengkurap. Jurnal ini melakukan tinjauan literatur sistematis terhadap masalah-masalah yang muncul akibat pemberian nutrisi enteral pada pasien dalam posisi tengkurap seperti peningkatan volume lambung sisa dan regurgitasi. Tujuan
“Nursing Issues in Enteral Nutrition During Prone Position in Critically Ill
Patients: A Systematic Review ofThe Literature”
Kelompok S
Echia Srikandi Permai S.Kep 2141312026
Desrila Indra Sari S.Kep 2141312028 Fara Annisa S.Kep 2141312011 Nafania Nur Efniyati S.Kep 2141312027 Febi Sagitaria S.Kep 2141312033 Rahmi Ferdilla Rafli S.Kep 2141312060 Selang nasogastric/nasogastric tube (NGT) adalah alat yang digunakan untuk memasukkan nutrisi cair dengan selang plastik yang dipasang melalui hidung sampai lambung. Selain memasukkan makanan berbentuk cairan, NGT juga berfungsi untuk memasukkan obat-obatan (Santosa 2019). Selang NGT ini dimasukkan saat pasien posisi semi fowler/fowler jika tidak ada kontraindikasi, namun jika pasien tidak bisa melakukan posisi tersebut dapat dilakukan dengan posisi supine. Namun ada beberapa kondisi klinis yang mengharuskan pasien dalam posisi prone/tengkurap. Contohnya pasien dengan LATAR gagal napas akut posisi prone dapat meningkatkan pertukaran gas pasien tersebut dan jika diterapkan lebih 16 jam dapat mengurangi BELAKANG mortalitas 28 hari pada pasien ARDS (Piehl & Brown ; Guerin, dkk 2013) . Ketika pasien diintervensi posisi prone namun juga harus menggunakan NGT untuk pemenuhan nutrisi, ini menyebabkan gangguan pada lambung seperti volume sisa lambung meningkat, regurgitasi dan muntah (Linn, dkk 2015). Oleh sebab itu makalah ini akan menelaah jurnal tentang “Masalah Keperawatan dalam Nutrisi Enteral Selama Posisi Tengkurap Pada Pasien Krisis” A. Pengertian Sitem Susunan saluran Pencernaan pencernaan terdiri dari : 1. Oris (mulut)
Sistem pencernaan adalah 2. Faring (tekak)
suatu sistem menerima 3. Esofagus (kerongkongan)
makanan, mencernanya 4. Ventrikulus (lambung)
untuk dijadikan energi dan 5. Intestinum minor (usus halus): nutrien. Secara umum, sistem TINJAUAN pencernaan bisa digambarkan 6. Intestinum mayor (usus besar)
7. Rektum PUSTAKA sebagai struktur yang memanjang dan berkelok- Anus (Syaifuddin, 2003 :167).
kelok, dimana makanan Alat penghasil getah cerna:
dimasukkan melalui mulut Kelenjar ludah: serta mengeluarkan sisa zat Kelenjar (glandula) parotis Kelenjar (glandula) yang tidak diperlukan oleh submaksilaris Kelenjar (glandula) sublingualis
tubuh melalui feses (Saefudin Kelenjar getah lambung
& Rosi T. R. 2015: 11). Kelenjar hati
Kelenjar pankreas
Kelenjar getah usus (Syaifuddin, 2003 :167).
Enzim Yang Berperan Dalam B. Fungsi Sistem Proses Pencernaan Pencernaan Didalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah usus yang menyempurnakan Fungsi primer saluran pencernaa makanan yaitu: adalah menyediakan suplai terus Enterokinase menerus pada tubuh akan air, Mengaktifkan enzim tripsinogen pancreas menjadi elektrolit dan zat gizi, sehingga siap tripsin yang kemudian mengurai protein dan peptida yang lebih kecil. diabsorbsi. Selama dalam proses Aminopeptidase tetrapeptidase, dan dipeptidase pencernaan, makanan dihancurkan yang mengurai peptida menjadi asam amino menjadi zat-zat sederhana yang bebas. dapat diserap dan digunakanoleh sel Amilase usus yang menghidrolisis zat tepung jaringan tubuh. Berbagai perubahan menjadi disakarida (maltosa, sukrosa dan laktosa) sifat makanan terjadi karena kerja Maltase, isomaltase, lactase dan sukrose yang berbagai enzim yang terkandung memecah disakarida maltosa, laktosa dan sukrosa menjadi monosakarida dalam barbagai cairan pencerna. Lipase usus, yang memecah monogliseral menjadi Setiap jenis zat ini mempunyai asam lemak dan gliserol tugas khusus menyaring dan bekerja Erepsin, menyempurnakan pencernaan protein atau satu jenis makanan dan tidak menjadi asam amino. mempunyai pengaruh terhadap Laktase, mengubah laktosa menjadi monosakarida jenis lainnya (setiadi, 2007 : 62). Maltose, mengubah maltosa menjadi monosakarida Sukrose, mengubah sukrosa menjadi monosakarida C. Mekanisme Proses Sistem Pencernaan Mulut adalah Organ pertama yang berperan dalam proses pencernaan makanan. Dalam mulut terjadi proses pencernaan secara mekanik dan kimiawi. Bolus-bolus yang diproses dalam mulut, selanjutnya lidah mendorong bolus ke bagian belakang dari rongga mulut (faring) kemudian bolus akan masuk ke dalam kerongkongan (esofagus). Setelah dari kerongkongan, makanan yang berupa bolus tadi akan memasuki lambung dikit demi sedikit yang disebabkan adanya sfinkter esofagus, sfinkter esofagus ini berfungsi mencegah agar makanan tidak kembali lagi ke kerongkongan. Setelah melalui pencernaan kimiawi di dalam lambung, bolus menjadi bahan kekuningan yang disebut khim atau kimus (bubur usus). Kimus akan masuk sedikit demi sedikit ke dalam usus halus. Sisa-sisa makanan yang sudah diabsornsi diusus halus akan masuk kedalam usus besar. Di dalam usus besar terdapat banyak sekali mikroorganisme yang membantu membusukkan sisa-sisa makanan tersebut. Sisa makanan yang tidak terpakai oleh tubuh beserta gas-gas yang berbau disebut tinja (feses) dan dikeluarkan melalui anus. 1. Judul Jurnal Kelebihan Jurnal Jurnal harus memiliki judul 1. Judul jurnal sudah baik dan terdiri yang jelas dan tidak ambigu. Judul jurnal sudah baik dan terdiri dari 18 kata, dimana syarat judul jurnal adalah tidak Dengan membaca judul akan boleh lebih dari 20 kata, singkat dan TELAAH memudahkan pembaca mengetahui konsep pikiran jelas. Judul jurnal menjelaskan tinjauan literatur tentang masalah keperawatan
JURNAL apa yang dibahas pada
dalam pemberian nutrisi enteral dengan posisi prone (tengkurap) pada pasien kritis. penelitian tersebut. Pada judul 2. Nama penulis pada jurnal ini ditulis dengan jurnal ini telah menunjukkan benar, tanpa menggunakan gelar yaitu: kriteria tersebut dengan judul Andrea Bruni., Eugenio Garofalo., Laura “Nursing issues in enteral Grande., Gaetano Auletta., Davide Cubello., Manfredi Yunani., Nicola Lombardo., Pietro nutrition during prone Garieri., Anna Papaleo., Patrizia Dolddo., position in critically ill Rocco Spagnuolo., Federico Longhin. patients: A systematic review 3. Pada judul jurnal juga di paparkan penerbit of the literature”. jurnal sehingga kita mengetahui jurnal ini diterbitkan dari mananya yaitu “Elsevier”. 2. Abstrak 3. Pendahuluan Abstrak pada jurnal berfungsi untuk menjelaskan secara singkat tentang Pendahuluan jurnal terdiri dari latar keseluruhan isi jurnal. Penulisan sebuah belakang penelitian, tujuan penelitian, abstrak terdiri dari sekitar 250 kata yang penelitian sejenis yang mendukung berikasan mengenai latar belakang, tujuan, penelitian dan manfaat penelitian. metode, bahan, hasil, dan kesimpulan isi Pendahuluan terdiri dari 4-5 paragraf, jurnal. Pada abstrak dilengkapi dengan dimana setiap paragraf teridiri dari 4-5 kata kunci jurnal, sehingga mempermudah kalimat. dalam penelurusan literatur secara cepat dan tepat. Kelebihan Jurnal Kelebihan Jurnal 1. Pada jurnal ini, sudah terdapat penelitian lain yang sejenis 1. Jurnal ini memiliki penjelasan abstrak yang mendukung penelitian jurnal. yang rinci sehingga dapat menjelaskan isi 2. Pada jurnal ini fenomena yang dibahas jurnal secara isi jurnal adalah masalah keperawatan pemberian 2. Abstrak pada jurnal ini sudah baik dan nutrisi enteral dengan posisi tengkurap berurutan yang terdiri dari latar belakang pada pasien kritis. sampai dengan hasil kesimpulan 3. Pada jurnal ini, sudah terdapat penelitian serta kata kunci jurnal. penelitian lain yang sejenis yang mendukung penelitian jurnal. Kelemahan Jurnal 5. Tujuan Penelitian 1. Pada jurnal pendahuluan terdiri dari 3 paragraf 2. Pada pendahuluan kurang Dalam jurnal ini sudah menjelaskan terkait kenapa pemberian EN sedini mungkin dipaparkan dengan jelas pada pasien kritis dilakukan tujuan penelitiannya dengan prone posisition secara yaitu Tinjauan sistematis ini bersamaan bertujuan untuk menilai terjadinya volume residu lambung yang tinggi, 4. Pernyataan Masalah regurgitasi atau episode alam jurnal ini terdapat pernyat muntah, yang dapat ditemui pada pasien yang menerima aan masalah tang jelas yaitu EN selama posisi tengkurap. masalah pemberian nutrisi enteral dengan posisis tengkurap pada pasien kritis. 6. Tinjauan Pustaka 7. Kerangka Konsep dan Hipotesis
pada jurnal ini telah
Dalam penulisan jurnal ini mencantumkan tinjauan kepustakaan sebagai sebagai memiliki kerangka konsep acuan konsep. yang telah digambarkan dan dicantumkan, hopotesis tidak tercantum pada kerangka konsep dan hopotesis. 8. Metodologi 9. Sampel dan instrument pada jurnal ini metode penelitian Semua artikel relevan yang menggunakan tinjauan mendaftarkan pasien dewasa yang sistematis. Dengan menanyakan menerima ventilasi mekanis invasif dan mengevaluasi penggunaan EN awal tiga basis data ilmiah (MEDLINE, selama posisi tengkurap dimasukkan. EMBASE dan CINAHL) dari awal Jumlah sampel dalam penelitian ini enam hingga 19 November 2019 tanpa studi termasuk 241 pasien, dengan rata- batasan bahasa, menggunakan rata 30 [21-6] pasien per studi. Usia rata- kata kunci dan istilah terkait rata adalah 55 [50-61] tahun. Dari 241 MeSH. Semua artikel relevan pasien, 96 dirawat karena pneumonia, 65 yang mendaftarkan pasien untuk ARDS, 23 untuk sepsis/syok septik, 21 untuk trauma, 13 untuk kardio syok dewasa yang menerima ventilasi genik dan 23 karena alasan lain-lain. jenis mekanis invasif dan kelamin; 149 pasien adalah laki-laki dan mengevaluasi penggunaan EN 67 perempuan. awal selama posisi tengkurap Instrumen dalam penelitian ini dimasukkan. menggunakan tiga basis data ilmiah (MEDLINE, EMBASE dan CINAHL). 10. Hasil Penelitian Tabel 2. Residu lambung dan volume makan enteral harian, seperti yang dilaporkan dalam studi yang disertakan Empat penelitian telah melaporkan jumlah pasien yang menunjukkan volume residu lambung yang tinggi (Lucchini dkk., 2017, Reignier dkk., 2010, Saez dela Fuente dkk., 2016, van der Voort dan Zandstra, 2001). Yang perlu diperhatikan, definisi volume residu yang tinggi berbeda di antara penelitian. Van der Voort dan Zandstra mendefinisikan volume residu lambung sebagai "tinggi" ketika >150ml setelah 6 jam nutrisi (van der Voort dan Zandstra, 2001), Reignier jika >250ml ( Reignier et al., 2010), Lucchini jika >300ml (Lucchini dkk., 2017) dan Saez de la Fuente jika >500ml (Saez dela Fuentedkk., 2016). Dalam studi oleh van der Voort dan Zandstra, enam pasien menunjukkan volume residu lambung >150ml pada posisi terlentang dan tengkurap, sementara satu pasien menunjukkan volume tinggi >150ml hanya selama posisi tengkurap (van der Voort dan Zandstra, 2001). Dalam studi oleh Reignier dkk (2010), intoleransi terhadap EN terjadi pada 71% pasien kontrol dan 63% pasien intervensi (p = 0,5). Selanjutnya, adanya volume residu yang tinggi serupa antara kelompok intervensi (58%) dan kontrol (59%) (p = 0,6) (Reignier et al., 2010). Lucchini melaporkan bahwa hanya satu pasien (4%) yang menderita volume residu lambung yang tinggi selama posisi terlentang dan tengkurap ( Lucchini dkk., 2017). Terakhir, Saez de la Fuente dan rekan tidak melaporkan perbedaan jumlah kejadian residu lambung yang tinggi per hari antara posisi terlentang dan tengkurap (0,06 vs 0,09; p=0,39) (Saez dela Fuente dkk., 2016). Muntah atau regurgitasi dilaporkan oleh empat penelitian (Reignier dkk., 2010, Reignier dkk., 2004, Saez dela Fuente dkk., 2016, van der Voort dan Zandstra, 2001). Van der Voort dan Zandstra melaporkan hanya satu (5%) pasien muntah selama posisi tengkurap, sementara tidak ada saat terlentang. Reignier dan rekan-rekannya (2004) melaporkan peningkatan risiko muntah selama posisi tengkurap (p<0,001; risiko relatif, 2,5; interval kepercaaan 95%, 1,5-4,0). Dalam studi lain oleh Reignier (Reignier et al., 2010), muntah terjadi pada semua pasien menerima protokol pemberian makan 18 jam, sedangkan pada 9 dari 12 pasien yang menerima protokol pemberian makan 24 jam (Reignier et al., 2010). Saez de la Fuente dan rekan melaporkan tidak ada perbedaan antara posisi terlentang dan tengkurap sehubungan dengan muntah (0,016 vs 0,03; p=0,53) dan kejadian regurgitasi diet per hari (0 vs 0,04; p=0,051) (Saez dela Fuente dkk., 2016). Akhirnya, Sams dan rekan menunjukkan bahwa penyisipan selang makanan pasca pilorus dapat memberikan sedikit, meskipun tidak signifikan, efek perlindungan untuk risiko aspirasi dalam posisi tengkurap, bila dibandingkan dengan pemberian nasogastrik (rasio odds 0,778; interval kepercayaan 95%:0,09–6,98) (Sams et al., 2012). 11. Pembahasan 12. Kesimpulan Jurnal ini sudah menampilkan hasil penelitian yang didapat, pendapat penulis serta didukung oleh teori-teori yang mendasari atau mendukung Kesimpulan yang disampaikan ringkas penulisannya.Pemberian nutrisi enteral selama posisi tengkurap tampaknya tidak meningkatkan dan berisi penarikan informasi penting volume residu lambung ke tingkat yang relevan dari penelitian dan sesuai dengan secara klinis (Lucchini dkk.,) tujuan penelitian. Temuan dari Kelebihan Pembahasan: penelitian ini memberikan bukti Pada penelitian ini sudah memaparkan hasil dari kepada pelayanan sistem kesehatan penelitiannya dan penelitian lain yang dan kepada yang bertanggung jawab mendukung. Dalam penelitian ini juga dijelaskan untuk menyusun panduan pemberian kekurangan penelitiannya, sehingga dapat dipertimbangkan lagi untuk update ilmu nutrisi enteral bahwa pemberian selanjutnya agar lebih pasti. dengan posisi tengkurang Kelemahan Pembahasan: direkomendasikan. Baik staf medis dan perawat harus mengikuti protokol Dalam pembahasan, peneliti sedikit menemukan literatur tentang administrasi untuk meningkatkan volume makanan nutrisi enteral dengan posisi tengkurap. Dalam enteral, sambil menghindari pembahasann hanya ditemukan satu jurnal intoleransi nutrisi enteral (seperti pembanding yang yang melaporkan penghentian nutrisi enteral, volume peningkatan kebutuhan untuk menghentikan nutrisi enteral dan frekuensi muntah pada posisi residu tinggi, regurgitasi dan muntah). tengkurap. 13. Implikasi dan Hasil 14. Daftar Pustaka Empat penelitian telah melaporkan jumlah pasien yang menunjukkan volume residu lambung yang tinggi (Lucchini dkk., 2017, Penulisan daftar pustaka Reignier dkk., 2010, Saez dela Fuente dkk., 2016, van der Voort dan Zandstra, 2001). Yang dalam jurnal ini perlu diperhatikan, definisi volume residu yang tinggi berbeda di antara penelitian. menggunakan metode APA Muntah atau regurgitasi dilaporkan oleh empat Style. Daftar pustaka yang penelitian (Reignier dkk., 2010, Reignier dkk., dijadikan referensi pada 2004, Saez dela Fuente dkk., 2016, van der Voort dan Zandstra, 2001). penelitian ini sebanyah 18 Jurnal ini dapat dijadikan panduan atau acuan bagi referensi dan ada beberapa perawat di Rumah Sakit sebagai upaya dalam mengatasi masalah pemberian nutri enteral. referensi yang menggunakan Pemberian nutrisi enteral ini selama posisi tengkurap disarankan oleh pedoman klinis saat ini, referensi lebih dari lima namun mungkin dipengaruhi oleh beberapa tahun terakhir, referensi masalah relevansi keperawatan. Perawat harus mengenali dan mengelola komplikasi dan masalah paling lama yang ditemukan yang berkaitan dengan nutrisi enteral selama posisi tengkurap bersama dengan dokter. Protokol yaitu pada tahun 2001. yang ditetapkan untuk pemberian makanan enteral selama posisi tengkurap tampaknya berguna dalam manajemen dan perawatan pasien. TERIMAKASIH