Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan,
tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis
makanannya. pada hewan invertebrata alat pencernaan makanan umumnya masih
sederhana, dilakukan secara fagositosis dan secara intrasel, sedangkan pada
hewan-hewan vertebrata sudah memiliki alat pencernaan yang sempurna yang
dilakukan secara ekstrasel (Wulandari, 2014).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sistem pencernaan ?
2. Bagaimana proses pencernaan makanan pada hewan vertebrata ?
3. Apa saja fungsi dari saluran pencernaan ?
4. Bagaimana perbedaan lambung monogastrik, digastrik, dan poligastrik ?
5. Apa saja kelenjar pada proses pencernaan ?
6. Bagaimana pengendali saraf pada proses pencernaan ?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari sistem pencernaan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui proses pencernaan makanan pada hewan
vertebrata.
3. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dari saluran pencernaan.
4. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan lambung monogastrik, digastrik,
dan poligastrik.
5. Mahasiswa dapat mengetahui kelenjar pada proses pencernaan.
6. Mahasiswa dapat mengetahui pengendali saraf pada proses pencernaan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan merupakan proses pemecahan senyawa kompleks
menjadi molekul-molekul sederhana yang dapatbdiserp oleh tubuh (Wulandari,
2014).
Fungsi utama digesti adalah memecah molekul kompleks dan molekul besar
dalam makanan sehingga molekul itu dapat diserap dan digunakan tubuh.
Penguraian komponen kompleks menjadi komponen sederhana disebut hidrolisis
(Tillman,. At al, 1984).
Sistem saluran pencernaan terdiri atas saluran yang dilapisi oleh membran
mukosa yang berhubungan dengan kulit luar, pada mulut dan anus. Empat lapisan
yang menyusun dinding saluran pencernaan dari luar ke dalam adalah epitel
squamous (di dalam bagian glandular dari perut serta kolon sederhana), lamina
propria (termasuk mukosa dan sub mukosa muskularis), otot-otot (seran lintang
esophagus, otot halus, pada bagian selainnya esofagus yang umumnya bagian
dalam sirkuler juga bagian luar longitudinal), arah kaudal terhadap diafragma
serta yang menutupi sebagian besar saluran pencernaan (suatu penutup serosa
bagian luar yang disebut peritonium viseral) (Frandson,1992).
Terdapat empat kelas nutrien esensial : asam amino essensial, asam lemak
essensial, vitamin, dan mineral. Hewan memerlukan 20 asam amino untuk
membentuk protein, dan sebagian besar spesies hewan dapat mensintesis sekitar
separuh di antaranya, selama makanannya mengandung nitrogen organik. Asam
amino sisanya, asam amino esensial (essential amino acid), harus diperoleh dari
makanan dalam bentuk siap pakai (Campbell, 2000).
2.2 Proses pencernaan makanan pada hewan
1. Proses pencernaan makanan pada pisces
Saluran pencernaan ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris) yang di
dalamnya terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah
dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakan dan bnyak menghasilkan

2
lendir tetapi tidak mneghasilkan ludah. dari rongga mulut makanan masuk ke
dalam esofagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang (Purnamasari
& Santi, 2017).
Esofagus berbentuk kerucut, pendek terdapat di belakang insang dan bila tidak
dilalui makanan makan lumen akan menyempit. dari kerongkongkongan,
makanan di dorong masuk ke lambung sehingga lambung menjadi besar. anatara
lambung dan usus tidak jels batasnya. pada beberapa jenis ikan terdapat tonjolan
buntu yang berfungsi untuk memperluas bidang penyerapan makanan, dari
lambung makanan masuk ke dalam usus yang berbentuk pipa panjang berkelok-
kelok dan sama besarnya bermuara pada anus (Purnamasari & Santi, 2017).
Kelenjar pencernaannnya berupa hati dan pankreas. Hati merupakan kelenjar
yang berukuran cukup besar, berwarna merah kecoklatan, terletak di bagian depan
rongga badan dan mengelilingi usus, bentuknya tidak tetap dan terbagi atas lobus
kanan dan lobus kiri serta bagian yang menuju ke arah punggung (Purnamasari &
Santi, 2017).
Fungsi hati adalah menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantung
empedu untuk membantu proses pencernaan lemak. kantong empedu berbentuk
bulat berwarna kehijauan terletak di sebeah kanan hati dan salurannya bermuara
pada lambung. Kantong empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan
menyalurkan cairan empedu ke usus bila diperlukan. Pankreas berukuran
mikroskopik sehingga sukar dikenali. Pankres berfungsi untuk mneghasilkan
enzim-enzim pencernaan dan hormon insulin (Purnamasari & Santi, 2017).

Gambar 1. Sistem Pencernaan Pada Pisces (Purnamasari & Santi, 2017).


2. Proses pencernaan makanan pada aves

3
Pencernaan burung dimulai dengan mulut. Paruh burung mengganti bibir dan
gigi mamalia dan bervariasi dalam bentuk, ukuran, panjang dan fungsi sesuai
dengan jenis makanan yang dikonsumsi. Benih-kerupuk seperti pipit memiliki
paruh kerucut pendek, sedangkan burung pemangsa seperti elang memiliki paruh
bengkok yang kuat untuk merobek daging. Lidah burung, seperti paruh,
disesuaikan dengan jenis makanan burung mengkonsumsi. Pelatuk memiliki lidah
panjang sempit yang berfungsi sebagai tombak, yang memungkinkan mereka
untuk mengekstrak serangga dari lubang mereka mengebor di kayu mati. Burung
pemangsa dan finch memiliki pendek, tebal, lidah berdaging yang memungkinkan
mereka untuk memanipulasi makanan mereka (Purnamasari & Santi, 2017).
Unggas dan pelikan memiliki lidah yang memungkinkan makanan menjadi
mudah didorong ke bagian belakang mulut untuk menelan. Mulut burung relatif
tidak penting dalam makan dan mencerna makanan dibandingkan dengan,
misalnya, mulut mamalia. Namun, sebagian besar burung yang memiliki kelenjar
ludah dan paruh dan lidah yang membantu burung memanipulasi makanan untuk
menelan (Purnamasari & Santi, 2017).
Setelah meninggalkan mulut, makanan melewati kerongkongan dalam
perjalanan ke perut (pada burung yang disebut proventrikulus). Burung memiliki
dua bagian perut, bagian kelenjar yang dikenal sebagai proventrikulus dan
sebagian otot yang dikenal sebagai lambung otot. Asam klorida, lendir dan enzim
pencernaan, pepsin, disekresikan oleh sel-sel khusus dalam proventrikulus dan
memulai proses mogok struktur bahan makanan. Makanan kemudian melewati ke
bagian kedua dari perut, lambung otot. Rempela tersebut melakukan fungsi yang
sama seperti gigi mamalia, grinding dan pembongkaran makanan, sehingga
memudahkan enzim pencernaan untuk memecah makanan. Dalam kebanyakan
burung rempela mengandung butiran pasir atau batu-batu kecil untuk membantu
proses penggilingan (Purnamasari & Santi, 2017).
Usus kecil adalah di mana makanan dicerna dan diserap. Usus kecil bervariasi
panjang dan struktur tergantung pada diet spesies. Burung karnivora cenderung
memiliki lebih pendek, usus kecil kurang kompleks. Burung herbivora memiliki
panjang, lebih berkembang usus kecil. Enzim, diproduksi di pankreas, memecah

4
protein dan lemak di usus kecil. Nutrisi tersebut kemudian diserap melalui
membran usus dan ke dalam aliran darah. Pada burung l Arge usus direduksi
menjadi pendek, koneksi tanpa sifat antara usus halus dan kloaka. Kloaka adalah
daerah memegang final untuk produk limbah pencernaan sampai mereka voided
melalui ventilasi (Purnamasari & Santi, 2017).

Gambar 2. Sistem Pencernaan Pada Aves (Purnamasari & Santi, 2017).


3. Proses pencernaan makanan pada amphibi
Alat pencernaan makanan diawali oleh cavum oris dan di akhiri oleh anus.
Pada beberapa bagian dari trackus digestoria mempunyai struktur dan ukuran
yang berbeda. Mangsa yang berupa hewan kecil yang ditangkap untuk dimakan
akan dibasahi oleh air liur. Katak tidak begitu banyak mempunyai kelenjar ludah.
Dari cavum oris makanan akan melalui pharynx, oesophagus yang menghasilkan
sekresi alkalis dan mendorong makanan masuk ke dalam vetriculus yang
berfungsi sebagai gudang pencernaan. Kontraksi dinding otot ventriculus
meremas makanan menjadi hancur dan dicampur dengan sekresi ventriculus yang
mengandung enzim, yang merupakan katalisator. Enzim yang dihasilkan oleh
ventriculus dan intestinum terdiri atas pepsin, tripsin, erepsin untuk protein, lipase
untuk lemak. Di samping itu ventrikulus menghasilkan asam klorida untuk
mengasamkan bahan makanan. Gerakan yang menyebabkan bahan makanan
berjalan dalam saluran disebut gerak peristaltik. Makanan masuk ke dalam
intestinum dari ventriculus melalui klep pyloris. Kelenjar pencernaan yang besar
ialah hepar dan pancreaticum yang memberikan sekresinya pada intestinum.
Hepar yang besar terdiri dari beberapa lobus dan bilus (zat empedu) yang

5
dihasilkan akan ditampung sementara dalam vesica felea, yang kemudian akan
dituangkan dalam intestinum melalui ductus Cystecus dahulu kemudian melalui
ductus cholydocus yang merupakan saluran gabungan dengan dengan saluran
yang dari pankreas. Fungsi bilus untuk mengemulsikan zat lemak. Bahan yang
merupakan sisa di dalam intestinum mayor menjadi feses dan selanjutnya di
keluarkan melalui anus (Frandson,1992).
Amfibi darat juga memiliki kelenjar intermaksilari pada dinding mulutnya.
Ada beberapa amfibi yang lidahnya tidak dapat bergerak, tetapi sebagian besar
bangsa Amfibi mempunyai lidah yang dapat dijulurkan ke luar serta katak dan
kodok lidah digulung ke lambung. Usus menunjukkan berbagai variasi. Pada
Caecillia menunjukkan ada gulungan kecil dan tidak dibedakan antara usus kecil
dan usus besar, pada katak dan kodok terdapat usus yang relatif panjang,
menggulung yang membuka kloaka (Wulandari, 2014).

D. Proses pencernaan makanan pada reptil


Saluran pencernaan terdiri dari mulut,kerongkongan,lambung,usus,dan
kloaka.Kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan pankreas.Hati menghasilkan
empedu Di dalam mulut buaya terdapat lidah,gigi,dan kelenjar ludah.Kelenjar
ludah menghasilakn lendir yang berfungsi untuk mempermudah menelan
makanan. (Wulandari, 2014).

Pada proses pencernaan,makanan dari mulut menuju kerongkongan dan


selanjutnya ke lambung.Dari lambung,makanan menuju usus.Di usus,bermuara 2
saluran kelenjar perncernaan,yaitu hati dan pankreas.Di usus terjadi pencernaan
kimiawi oelh enzim-enzim pencernaan dan terjadi proses penyerapan sari-sari
makanan.Sisa-sisa makanan yang tidak diserap akan dikeluarkan melalui kloaka.
(Wulandari, 2014).
E. Proses pencernaan makanan pada mamalia
Pencernaan pakan di mulut dan kerongkongan (esofagus)
Proses pencernaan di dalam mulut sebagian besar adalah pencernaan
secara mekanik yang meliputi prehensi (pengambilan pakan dengan lidah),

6
mastikasi (pengunyahan) dan deglutisi (Frandson, 1996). Organ utama dalam
proses prehensi adalah lidah. Lidah sapi perah panjang, kuat, lentur, kasar dan
dapat melilit hijauan maupun makanan lainnya, yang ditarik di antara gigi seri
bawah dan lapisan gigi atas untuk selanjutnya mengalami proses mastikasi oleh
gigi. (Murti, 2014).
Pakan di dalam mulut juga mengalami pencampuran dengan saliva agar
mudah ditelan. Saliva disekresikan ke dalam mulut oleh 3 pasang glandula saliva,
yaitu glandula parotid di depan telinga, glandula mandibular (submaxillaris) yang
terletak pada rahang bawah dan glandula sublingual yang terletak di bawah lidah
(Frandson, 1996). Saliva berperan sangat penting dalam proses pencernaan di
dalam rumen, saliva pada sapi mengandung urea, fosfor (P) dan natrium (Na)
yang dapat dimanfaatkan oleh mikroba rumen. Saliva juga memiliki kandungan
senyawa alkali yang berikatan dengan senyawa karbon yaitu buffer bicarbonate.
yang sangat berguna dalam menjaga pH rumen agar tidak turun terlalu tajam
(Hungate, 1966; Rianto dan Purbowati, 2009).
Pakan yang sudah mengalami proses mastikasi dan pencampuran dengan
saliva, kemudian mengalami proses deglutisi melalui esofagus menuju rumen.
Esofagus adalah saluran memanjang dari mulut ke rumen dengan panjang 3,5 kaki
(1,07 meter) pada sapi perah dewasa (Prihartini, 2013). Dinding muskular
esofagus terdiri dari 2 lapis yang saling melintas miring, kemudian spiral dan
akhirnya membentuk suatu sirkuler. Esofagus hewan ruminansia bertugas
mengalirkan makanan dari mulut ke rumen dan berfungsi untuk mengalirkan
makanan dari rumen menuju mulut untuk mengalami proses re-mastikasi
(Frandson,1996).
Pencernaan pakan di rumen dan retikulum
Rumen merupakan kantong yang besar sebagai tempat penampungan dan
pencampuran bahan pakan untuk proses fermentasi oleh mikroorganisme. Fungsi
utama rumen adalah tempat untuk mencerna serat kasar dan zat-zat pakan lainnya
dengan bantuan mikroba (Rianto dan Purbowati, 2009). Isi rumen dibagi dalam 4
zona, yaitu zona gas, zona apung, zona cairan dan zona padatan. Besar kecilnya

7
zona ini sangat bergantung pada macam pakan yang dikonsumsi (Prihartini,
2013).
Pakan di dalam rumen akan bercampur dengan ingesta (cairan rumen) dan
menjadi obyek pencernaan oleh mikroba rumen yang terdiri dari bakteri
(Bacteriodes, Ruminococcus, Butyrivibrio), protozoa dan fungi dalam jumlah
relatif sedikit. Kemampuan bakteri rumen antara lain mendegradasi serat kasar
untuk membentuk volatile fatty acid (VFA), mensintesis protein, mensintesis
vitamin B dan mendegradasi komponen beracun dari berbagai pakan (Murti,
2014).
Aktivitas mikroorganisme rumen dapat berlangsung dengan baik pada pH
5,5-7,3 dan kondisi ini akan dipertahankan oleh saliva yang masuk ke dalam
rumen yang berfungsi sebagai buffer (Hoover dan Miller, 1991). Salah satu faktor
yang mempengaruhi pH rumen ialah sifat fisik, jenis dan komposisi kimia pakan
yang dikonsumsi, apabila pakan lebih banyak mengandung pati atau karbohidrat
yang mudah larut maka pH cenderung rendah (Aswandi dkk., 2012).
Rumen dan retikulum dihubungkan oleh suatu lipatan dari jaringan yang
disebut reticulo-rumen fold yang memungkinkan ingesta dapat
berpindah/mengalir dengan leluasa dari rumen ke retikulum atau sebaliknya 6
(Prihartini, 2013). Letak retikulum yang berada dibawah rumen menyebabkan
beberapa benda asing seperti potongan tali, kabel atau lainnya yang termakan di
pastura menjadi tertahan di retikulum untuk waktu yang lama tanpa merusaknya
(Murti, 2014). Retikulum memiliki fungsi untuk mengatur aliran digesta dari
rumen ke omasum (Rianto dan Purbowati, 2009).
Pencernaan pakan di omasum
Omasum merupakan suatu organ seferis yang terisi oleh laminae muscular
yang turun dari bagian dorsum atau bagian atap. Membran mukosa yang menutupi
laminae, ditebar dengan papillae yang pendek dan tumpul yang akan menggiling
hijauan atau serat-serat sebelum masuk ke abomasum (Frandson, 1996). Fungsi
omasum adalah untuk digesti, menyaring partkel pakan yang besar, absorpsi dan
mengatur arus ingesta ke abomasum (Prihartini, 2013). Partikel yang masih terlalu
besar akan dikembalikan ke retikulum dan akan mengalami regurgitasi

8
(dikeluarkan kembali ke mulut) untuk mengalami proses re-mastikasi
(pengunyahan kembali) (Rianto dan Purbowati, 2009).
Pencernaan pakan di abomasum
Abomasum atau perut sejati pada ternak ruminansia (sapi perah) berfungsi
seperti perut pada ternak non-ruminansia. Fungsi abomasum adalah mengatur
pencernaan secara enzimatis dan kimiawi (Prihartini, 2013). Dinding abomasum
memiliki kelenjar-kelenjar pencernaan yang menghasilkan cairan lambung berupa
pepsinogen, garam anorganik, mukosa, asam hidroklorat (HCl) dan faktor 7
interistik yang penting untuk absorpsi vitamin B12 secara efisien. Pepsinogen
merupakan bentuk inaktif dari enzim pepsin yang nantinya akan diaktifkan
dengan kondisi asam di dalam lambung. Enzim pepsin bertugas untuk
menghidrolisis protein menjadi polipeptida dan sedikit asam amino. Digesta yang
keluar dari abomasum akan memasuki usus halus (Rianto dan Purbowati, 2009).
Pencernaan pakan di usus halus
Usus halus merupakan organ pencernaan yang memiliki fungsi penyerapan
zat-zat makanan. Usus halus terdiri atas 3 bagian, yaitu duodenum, jejenum dan
ileum (Frandson, 1996). Digesta yang masuk ke dalam duodenum mengalami
pencampuran dengan hasil sekresi dari duodenum itu sendiri, hati dan pankreas.
Kelenjar duodenum menghasilkan cairan yang bersifat alkali yang berguna
sebagai pelumas dan melindungi dinding duodenum dari asam hidrokhlorat (HCl)
dari abomasum. Kelenjar empedu menghasilkan cairan yang berisi garam sodium
dan potassium dari asam empedu. Garam-garam empedu berfungsi mengaktifkan
enzim-enzim lipase yang dihasilkan oleh pankreas dan mengemulsikan lemak
digesta sehingga mudah diserap melalui dinding usus. Kelenjar pankreas
menghasilkan cairan yang berfungsi menetralisir ingesta asam lambung berupa
ion-ion bikarbonat berkonsentrasi tinggi yang disekresikan akibat rangsangan dari
asam lambung. Kelenjar pankreas juga mensekresikan proenzim dan enzim seperti
trypsinogen, khimotripsinogen, prokarboksipeptidase A dan B, proelastase,
αamilase, lipase, lecithinase dan nuclease. Enzim-enzim ini bertugas untuk
memecah zat-zat nutrisi pakan (karbohidrat, protein dan lemak) menjadi 8

9
senyawa sederhana sehingga dapat diserap oleh dinding usus halus (Rianto dan
Purbowati, 2009).
Pencernaan pakan di usus besar
Digesta yang masuk ke dalam usus besar merupakan materi yang tidak
tercerna di usus halus. Kelenjar mukosa pada usus besar tidak mengeluarkan
enzim, pencernaan yang terjadi di usus besar karena adanya enzim dari usus halus
yang terbawa bersama digesta serta adanya aktivitas mikroba (Rianto dan
Purbowati, 2009). Aktivitas mikroba di dalam usus besar terjadi di caecum dan
menghasilkan vitamin-vitamin B yang dapat diserap tubuh ternak. Materi yang
tidak terserap di usus besar akan dikeluarkan berupa feses melalui rektum
(Prihartini, 2013).
2.3 Fungsi Dari Saluran Pencernaan
A. Fungsi organ pencernaan pada aves
1. Mulut
Aves tidak mempunyai bibir, lidah, pipi dan gigi sejati, bagian mulut atas
dan bawah tersusun atas lapisan tanduk, bagian atas dan bawah mulut
dihubungkan ke tengkorak dan berfungsi seperti engsel (North, 1978). Lidah
unggas keras dan runcing seperti mata anak panah dengan arah ke depan. Bentuk
seperti kail pada belakang lidah berfungsi untuk mendorong makanan ke
kerongkongan sewaktu lidah digerakkan dari depan ke belakang (Akoso, 1993).
Lidah berfungsi untuk membantu menelan makanan. Kelenjar saliva
mengeluarkan sejenis mukosa yang berfungsi sebagai pelumas makanan untuk
mempermudah masuk ke kerongkongan (Nesheim et al., 1979).
2. Kerongkongan (oesophagus)
Kerongkongan (oesophagus) merupakan saluran memanjang berbentuk
seperti tabung yang merupakan jalan makanan dari mulut sampai permulaan
tembolok dan perbatasan faring pada bagian atas dan kelenjar lambung pada
bagian bawah (North, 1978). Fungsi kerongkongan adalah menyalurkan makanan
ke tembolok (Sarwono, 1988). Dinding kerongkongan dilapisi selaput lendir yang
membantu melicinkan makanan untuk masuk ke tembolok (Prihartini, 2013).
3. Tembolok (crop)

10
Tembolok (crop) mempunyai bentuk seperti kantong atau pundi-pundi
yang merupakan perbesaran dari kerongkongan. Pada bagian dindingnya terdapat
banyak kelenjar mukosa yang menghasilkan getah yang berfungsi untuk
melembekkan makanan. Tembolok berfungsi menyimpan dan menerima makanan
untuk sementara sebelum masuk ke kelenjar lambung (Nesheim et al., 1979).
4. Kelenjar lambung (proventriculus)
Kelenjar lambung (proventriculus) merupakan perbesaran terakhir
darikerongkongan dan merupakan kelenjar lambung sejati dari ayam. Juga
merupakan kelenjar, tempat terjadinya pencernaan secara enzimatis, karena
dindingnya disekresikan asam klorida, pepsin dan getah lambung yang berguna
mencerna protein (Nesheim et al., 1979).
5. Empedal (gizzard atau ventriculus)
Empedal (gizzard atau ventriculus) berbentuk oval dengan dua lubang
masuk dan keluar pada bagian atas dan bawah. Bagian atas lubang masuk berasal
dari kelenjar lambungdan bagian bawah lubang pengeluaran menuju
ke duodenum (Nesheim et al., 1979).
Fungsi empedal adalah untuk mencerna makanan secara mekanik dengan
bantuan grit dan batu-batu kecil yang berada dalam empedal yang ditelan oleh
ayam (Nesheim et al., 1979). Partikel batuan ini berfungsi untuk memperkecil
partikel makanan dengan adanya kontraksi otot dalam empedal sehingga dapat
masuk ke saluran usus halus (North, 1978).
6. Usus halus (intestinum tenue)
Usus halus (intestinum tenue) memanjang dari empedal sampai usus besar dan
terbagi atas tiga bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum. Selaput mukosa pada
dinding usus halus memiliki jonjot yang lembut dan menonjol seperti jari yang
berfungsi sebagai penggerak aliran pakan dan memperluas permukaan penyerapan
nutrient (Akoso, 1993). Pada bagian duodenum disekresikan enzim pankreatik
yang berupa enzim amilase, lipase dan tripsin. Ada beberapa enzim yang
dihasilkan oleh dinding sel dari usus halus yang dapat mencerna protein dan
karbohidrat (North, 1978).
7. Usus buntu (ceca)

11
Usus buntu (ceca) mempunyai panjang sekitar 10 sampai 15 cm dan berisi
calon tinja (Akoso, 1993). Fungsi utama usus buntu secara jelas belum diketahui
tetapi di dalamnya terdapat sedikit pencernaan karbohidrat dan protein dan
absorbsi air (North, 1978).
8. Usus besar (intestinum crassum atau rektum)
Pada usus besar terjadi reabsorbsi air untuk meningkatkan kandungan air pada
sel tubuh dan mengatur keseimbangan air pada unggas (North, 1978).
9. Kloaka
Air kencing yang sebagian berupa endapan asam urat dikeluarkan melalui
kloaka bersama tinja dengan bentuk seperti pasta putih (Akoso, 1993). Pada
kloaka terdapat tiga muara saluran pelepasan yaitu urodeum sebagai muara
saluran kencing dan kelamin, coprodeumsebagai muara saluran makanan
dan proctodeum sebagai lubang keluar dan bagian luar yang berhubungan dengan
udara luar disebut vent (Nesheim et al., 1979). Kloaka pada bagian terluar
mempunyai lubang pelepasan yang disebutvent, yang pada betina lebih lebar
dibanding jantan, karena merupakan tempat keluarnya telur (North, 1978).
B. Fungsi organ pencernaan pada pisces

1. Mulut

12
Bagian terdepan dari mulut adalah bibir, pada ikan-ikan tertentu
bibir tidak berkembang dan malahan hilang secara total karena digantikan oleh
paruh atau rahang (Prihartini, 2013).
2. Rongga mulut (cavum oris)
Di bagian belakan mulut terdapat ruang yang disebut rongga mulut.
Rongga mulut ini berhubungan langsung dengan segmen faring. Secara anatomis
organ yang terdapata pada rongga mulut adalah gigi, lidah dan organ palatin.
Permukaan rongga mulut diselaputi oleh lapisan sel permukaan (epitelium) yang
berlapis. Pada lapisan permukaan terdapat sel-sel penghasil lendir (mukosit) untuk
mempermudah masuknya makanan. Disamping mukosit, di bagian mulut juga
terdapat organ pengecap (organ penerima rasa) yang berfungsi menyeleksi
makanan. (Nesheim et al., 1979).
3. Farings
Lapisan permukaan faring hampir sama dengan rongga mlut, masih
ditemukan organ pengecap, Sebagai tempat proses penyaringan makanan.
(Purnamasari & Santi, 2017).
4. Esofagus
Permulaan dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti pipa,
mengandung lendir untuk membantu penelanan makanan. Pada ikan laut,
esofagus berperan dalam penyerapan garam melalui difusi pasif menyebabkan
konsentrasi garam air laut yang diminum akan menurun ketika berada di lambung
dan usus sehingga memudahkan penyerapan air oleh usus belakang dan rectum
(proses osmoregulasi) (Nesheim et al., 1979).
5. Lambung
Lambung merupakan segmen pencernaan yang diameternya relatif lebih
besar bila dibandingkan dengan organ pencernaan yang lain. Besarnya ukuran
lambung berkaitan dengan fungsinya sebagai penampung makanan(Nesheim et
al., 1979).
6. Pilorus

13
Pilorus merupakan segmen yang terletak antara lambung dan usus depan.
Segmen ini sangat mencolok karena ukurannya yang mengecil/menyempit.
(Nesheim et al., 1979).
7. Usus ( intestinum)
Merupakan segmen yang terpanjang dari saluran pencernaan. Intestinum
berakhir dan bermuara keluar sebagai anus. Merupakan tempat terjadinya proses
penyerapan zat makanan (Nesheim et al., 1979).
8. Rektum
Rektum merupakan segmen saluran pencernaan yang terujung. Secara
anatomis sulit dibedakan batas antara usus dengan rektum. Namun secara
histologis batas antara kedua segmen tersebut dapat dibedakan dengan adanya
katup rektum.
9. Kloaka
Kloaka adalah ruang tempat bermuaranya saluran pencernaan dan saluran
urogenital. Ikan bertulang sejati tidak memiliki kolaka, sedangkan ikan bertulang
rawan memiliki organ tersebut. (Nesheim et al., 1979).
C. Fungsi organ pencernaan pada amphibi
1. Rongga mulut
Rongga mulut atau cavum oris pada katak dilengkapi dengan gigi berbentuk
kerucut untuk memegang mangsa dan lidah untuk menangkap mangsa. Gigi
Amphibi berbentuk V dengan perkembangan yang tidak sempurna. Giginya
terdapat pada rahang atas dan rahang bawah. Pada rahang atas disebut gigi
maxilaris sedangkan pada rahang bawah disebut gigi vomerin. (Nesheim et al.,
1979).
Lidah katak berbentuk menggulung, panjang dan bertekstur kenyal dan
lengket, digunakan untuk menangkap mangsa. Mangsa yang berupa hewan kecil,
kebanyakan serangga, akan dibasahi oleh air liur. Meskipun demikian, Amphibi
tidak begitu banyak memiliki kelenjar ludah. (Nesheim et al., 1979).

14
Gambar: morfologi rongga mulut Amphibi
2. Kerongkongan ( esofagus )
Setelah dari dari cavum oris, makanan menuju esofagus yang berupa saluran
pendek. Esofagus akan menghasilkan sekresi alkalis dan mendorong makanan
masuk lambung. (Nesheim et al., 1979).
3. Lambung ( ventrikulus )
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan. Berbentuk kantung yang
bila terisi makanan menjadi lebar. Lambung katak dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu tempat masuknya esofagus dan lubang keluar menuju usus. Bagian muka
ventrikulus yang besar disebut cardiac, sedang bagian posterior mengecil dan
berakhir di pyloris. Kontraksi dinding otot ventrikulus meremas makanan
menjadi hancur dan dicampur dengan sekresi ventrikulus yang mengandung
enzim atau fermen, yang merupakan katalisator. Tiap – tiap enzim mengubah
sekelompok makanan menjadi ikatan – ikatan yang lebih sederhana. Enzim yang
dihasilkan oleh ventrikulus dan intestinum terdiri atas pepsin, tripsin, erepsin
untuk protein, lipase untuk lemak. Di samping itu, ventrikulus juga menghasilkan
asam klorida untuk mengasamkan bahan makanan. Mengasamkan bahan makanan
berguna untuk membunuh mangsa dan membunuh kuman penyakit, mengingat
mangsa katak adalah serangga atau hewan kecil lainnya yang mungkin masih
hidup. Gerakan yang menyebabkan makanan berjalan dalam saluran disebut
gerakan peristaltik. Di dekat lambung, menempel pankreas yang berwarna kuning
yang menghasilkan enzim untuk mencerna makanan. (Nesheim et al., 1979).

15
Selain itu juga terdapat hepar yang menghasilkan cairan empedu yang
menetralisir racun dan zat – zat toxic yang masuk ke saluran pencernaan katak.
Hepar yang besar terdiri ats beberapa lobus dan bilus ( zat empedu ) yang
dihasilkan akan ditampung sementara dalam vesica felea yang kemudian akan
dituangkan dalam intestinum melalui ductus cystecus dahulu kemudian melalui
ductus cholydocus yang merupakan saluran gabungan dengan saluran yang dari
pancreas. Fungsi bilus untuk mengemulsi zat lemak. (Nesheim et al., 1979).
4. Usus ( intestinum )
Dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Usus halus meliputi:
duodenum. jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya. Di dalam usus
terjadi penyerapan makanan oleh enzim yang dihasilkan pankreas. Makanan
masuk ke dalam intestinum melalui ventrikulus melalui klep pyloris. (Nesheim et
al., 1979).
5. Usus besar
Di dalam usus besar katak hanya terjadi penyerapan air dan pembusukan
sisa makanan. Bahan makanan yang merupakan sisa dalam intestinum mayor akan
menjadi feses. Usus besar berakhir pada rektum dan akan menuju kloaka.
(Nesheim et al., 1979).
6. Kloaka
Merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran
reproduksi, dan urine.
D. Fungsi organ pencernaan pada reptil
1. rongga mulut: bagian rongga mulut disokong oleh rahang atas dan bawah,
asing-masing memiliki deretan gigi yang berbentuk kerucut, gigimenempel
pada gusi dan sedikit melengkung ke arah rongga mulut. Pada rongga mulut
juga terdapat lidah yang melekat pada tulang lidah dengan ujung bercabang
dua, (Nesheim et al., 1979).
2. esofagus (kerongkongan) merupakan saluran di belakang rongga mulut yang
menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Di dalam esophagus
tidak terjadi proses pencernaan. (Nesheim et al., 1979).

16
3. ventrikulus(lambung) merupakan tempat penampungan makanan dan
pencernaan makanan berupa saluran pencernaan yang membesar dibelakang
esophagus. Disini makanan baru mengalami proses pencernaan. Pada bagian
fundus pylorus makanan dicerna secara mekanik dan kimia. (Nesheim et al.,
1979).
4. intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada anus.
5. Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan.
E. Fungsi organ pencernaan pada mamalia
1. Rongga mulut
Pencernaan di mulut pertama kali di lakukan oleh gigi molar dilanjutkan
oleh mastikasi dan diteruskan ke pencernaan mekanis. Proses akan dibantu oleh
kelenjer saliva, sehingga makanan berbentuk halus dan masuk ke lambung
melalui esophangus. Dalam rongga mulut dibantu oleh gigi, lidah, kelenjer
lidah(glandulla salivares) dan bibir. (Nesheim et al., 1979).
2. Esopangus
Kerongkongan merupakan saluran panjang yang tipis yang senantiasa
basah oleh kelenjer yang teradapat di dinding kerongkongan. Fungsi
kerongkongan ini sebagai jalan bolus dari mulut menuju ke lambung (Nesheim et
al., 1979).
3. Lambung
Lambung pada ruminansia terdiri dari 4 bagian yaitu Rumen (perut besar),
Retikulum (perut jala), Omasum (perut kitab), dan Abomasum (perut masam).
(Nesheim et al., 1979).
4. Rumen
Berupa kantong yang besar yang memiliki kapasitas 80%, terdiri dari beberapa
bagian yang mempunyai pupil-pupil seperti handuk dan tidak mempunyai
kelenjer. Dari oesophangus makanan masuk ke rumen dan setelah berhenti maka
makanan akan kembali kerongga mulut berbentuk bolus-bolus kemudian langsung
ke reticulum. (Nesheim et al., 1979).
5. Reticulum

17
Lambung yang memiliki fungsi sebagai penahan partikel pakan pada saat
regurgitasi rumen.Epitelnya berbentuk kotak-kotak seperti sarang lebah yang
terletak berdekatan dengan jantung. Reticulum mempunyai kapasitas 5%,
(Nesheim et al., 1979).
6. Omasum
Omasum sering juga disebut perut kitap karena permukaannya berbuku-buku. Ph
omasum berkisar berkiar antara 5,2 sampai 6,5 letak omasum di sebelah kanan
reticulum, berfungsi sebagai grinder, filtering, fermentasi.Dengan kapasitas 7-8%.
(Nesheim et al., 1979).
7. Abomasum
Abomasums disebut juga perut sejati. Ph pada abomasums berkisar antara 2
sampai 4,1. Permukaannya dilapisi oleh mukosa yang berfungsi untuk melindungi
dinding sel oleh enzim dari abomasum.Terletak di dasar perut, dengan kapasitas
7-8%. (Nesheim et al., 1979).
8. Usus halus
Usus halus terdiri dari 3 bagian pada dasarnya yaitu :
· Duo denum
· Jejunum
· Ileum
Usus halus terikat pada mencenterium atau penggantung usus.Disepanjang usus
ada kelenjer liberkhum yang menghasilkan enterokanisme untuk mengaktifkan
enzim tripsinogen. (Nesheim et al., 1979).

9. Usus besar
Usus besar terdiri dari 2 bagian pada dasarnya yaitu :
· Keakum (kantong buntu)
Usus ini adalah usus yang seperti kantong yang mencabangkan diri dari usus
besar.Pada ternak ruminansia terletak mengarah kearah belakang. (Nesheim et al.,
1979).
· Kolon

18
Yang mempunyai bagian naik, datar dan turun.pada ternak ruminansia
membentuk gulungan seperti obat nyamuk. (Nesheim et al., 1979).
10. Rectum
Pada bagian ini usus mengembangkan yang siap menampung kotoran dan terletak
lurus di rongga pelvis.
11. Anus
Bagian terakhir dari susuna pencernaan yang mempunyai spincter anii dan otot
polos yang menutup dan membuka anus saat defeksi (buang jahat). (Nesheim et
al., 1979).
2.4 Perbedaan Lambung Monogastrik, Digastrik, Dan Poligastrik
Macam dari lambung antara lain :
a. Lambung Monogastrik
Monogastrik adalah organisme dengan perut yang sederhana dan single-bilik
pada sistem pencernaan mereka. Monogastrik adalah hewan yang memiliki satu
lambung (Rizal, 2006 dalam Tungga & Rafleliwati, 2015). Monogastrik dalam
esofagus mempunyai bentuk lurus membesar dan berbentuk tembolok. Ciri
khusus pada monogastrik yaitu memiliki tembolok pada bagian esofagus. Pakan
akan disimpan di dalam tembolok selama beberapa jam untuk proses pelunakan
serat kasar (Akoso, 1998 dalam Tungga & Rafleliwati, 2015).
Saluran pencernaan monogastrik terdiri dari mulut, esofagus, tembolok,
lambung kelenjar, lambung keras, usus halus, sekum, usus besar, kloaka dan anus.
Saluran pencernaan hewan pseudo-ruminansia terdiri dari mulut, esofagus,
lambung, usus halus, sekum, usus besar dan anus. Contoh hewan monogastrik
yaitu ayam, bebek dan itik (Tungga & Rafleliwati, 2015).
Pencernaaan makanan secara mekanik dilakukan dengan berbagai cara.
Lambung monogastrik merupakan suatu kantung tunggal dari otot yang kuat, khas
pada vertebrata carnivora, omnivora. Kantung muskular tunggal ini berkontraksi
sehingga mengaduk isinya dengan cairan pencernaan. Lambung beberapa
invertebrata, termasuk insecta yang memiliki kantung luar yang disebut “Gastric-
ceca” (lambung buntu) yang memiliki dinding sel yang dapat mensekresikan
enzim-enzim dan sel-sel fagosit yang meneruskan proses pencernaan setelah

19
makanan yang telah dicerna sebagian itu ditelan. Dalam sistem pencernaan ini
proses-proses pencernaan dan absorbsi dilakukan dalam “ceca”, dan sisanya
terutama dikaitkan dengan keseimbangan air, elektrolit dan ekskresi nitrogen
(Soewolo, 2000).
b. Lambung Digastrik
Beberapa burung dan serangga memiliki lambung yang terdiri dari 2 bagian,
yaitu lambung kelenjar dan lambung urat daging yang berotot kuat
(gizzard) lambung demikian disebut Lambung Digastrik. Burung sering mengisi
lambung urat dagingnya dengan pasir, kerikir, atau yang memang sengaja ditelan
untuk membantu menggiling biji-bijian yang dimakan. Proventrikulus serangga
dan lambung udang-udangan Decapoda mengandung alat penggiling untuk
mengunyah makanan yang ditelan (Soewolo, 2000).
c. Lambung Poligastrik
Poligastrik adalah hewan berperut ganda (kompleks) seperti ruminansia sejati
(hewan yang mempunyai rumen) yaitu sapi kerbau, kambing, domba, rusa, anoa,
antelope dan pseudo-ruminant (onta, llama). Sistem pencernaannya disebut
Pollygastric System (Candrawati, 2016).
Lambung poligastrik merupakan lambung yang terdiri lebih dari 2 kamar,
dijumpai pada mamalia subordo ruminansia (kijang, menjangan, jerapah, bison,
biri-biri, dsb). Agak mirip dengan lambung poligastrik diluar subordo ini terdapat
pada subordo tylopoda(Onta, lama, alpaca, dsb). Semua kelompok mamalia ini
melakukan memamahbiak, suatu proses pencernaan makanan secara bertahap
(sebagian-sebagian), yang dimulai dengan makanan ditelan tanpa dikunyah,
dimuntahkan untuk dikunyah kembali setelah mengalami fermentasi oleh
mikroorganisme dalam lambung bagian pertama. Cara makan demikian
memungkinkan hewan pemamahbiak menelan makanannya secara langsung
selama merumput dan kemudian mengunyahnya pelan-pelan pada saat istirahat
setelah makanan yang dimuntahkan dikunyah, kemudian ditelan kembali. Pada
saat ini makanan masuk kedalam bagian perut kedua untuk dicerna yang kedua,
dimana terjadi proses hidrolisis, dibantu oleh enzim-enzim pencernaan yang
disekresikan oleh dinding lambung (Soewolo, 2000).

20
Lambung poligastrik Ruminansia memiliki 4 kamar, dipisahkan menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama terdiri dari lumen dan retikulum; kelompok kedua
terdiri dari omasum dan abomasum (lambung sebenarnya). Rumen dan retikulum
bertindak sebagai ruang fermentasi terhadap makanan yang ditelan tanpa
dikunyah selama merumput. Bakteria dan Protozoa dalam ruang ini berkembang
dengan pesat, menyebabkan pencernaan yang ekstensif dari karbohidrat menjadi
butirat, laktat, acetat dan propionat. Hasil fermentasi yang berupa peptida, asam
amino, dan asam lemak rantai pendek diabsorbsi ke dalam aliran darah dari cairan
rumen. Mikroorganisme simbiotik yang tumbuh dalam rumrn bersama-sama
dengan partikel-partikel yang tidak dicerna, masuk ke dalam omasum (pada
Tylopoda tidak ada), dan kemudian ke dalam abomasum (Soewolo, 2000).
Fermentasi dalam lambung tidak terbatas pada hewan memamah biak saja,
tetapi terdapat juga pada hewan-hewan lain yang perjalanan makanannya tertunda
dalam lambung yang memungkinkan pertumbuhan mikroorganisme simbiotik.
Misalnya terdapat pada lambung kengguru dan tembolok burung seperti ayam
(Soewolo, 2000).
2.5 Kelenjar Pada Proses Pencernaan
1. Kelenjar pencernaan pada pisces
Kelenjar pencernaannnya berupa hati dan pankreas. Hati merupakan kelenjar
yang berukuran cukup besar, berwarna merah kecoklatan, terletak di bagian depan
rongga badan dan mengelilingi usus, bentuknya tidak tetap dan terbagi atas lobus
kanan dan lobus kiri serta bagian yang menuju ke arah punggung (Purnamasari &
Santi, 2017).
Fungsi hati adalah menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantung
empedu untuk membantu proses pencernaan lemak. kantong empedu berbentuk
bulat berwarna kehijauan terletak di sebeah kanan hati dan salurannya bermuara
pada lambung. Kantong empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan
menyalurkan cairan empedu ke usus bila diperlukan. Pankreas berukuran
mikroskopik sehingga sukar dikenali. Pankreas berfungsi untuk mneghasilkan
enzim-enzim pencernaan dan hormon insulin (Purnamasari & Santi, 2017).

21
2. Kelenjar pencernaan pada aves
Pada saluran pencernaan aves juga terdapat organ tambahan yang mempunyai
hubungan dengan saluran pencernaan yang berfungsi sebagai saluran untuk
mengekskresikan material dari organ tambahan ke saluran pencernaan yang
berguna untuk kelancaran proses pencernaan pakan. Ada tiga organ tambahan
yang berfungsi sebagai kelenjar pencernaan yaitu hati, pankreas dan limpa (North,
1978). Keterangannya sebagai berikut:
a. Hati
Hati terletak diantara empedal dan kantong empedu, berwarna kemerahan dan
terdiri dari dua lobus, yaitu lobus dexter dan sinister. Hati mengeluarkan
cairan berwarna hijau kekuningan yang berperan dalam mengemulsikan lemak
(North, 1978). Cairan tersebut tersimpan di dalam sebuah kantung yang disebut
kantung empedu yang terletak di lobus sebelah kanan. Makanan yang berada pada
duodenum akan merangsang kantung empedu untuk mengkerut dan
menumpahkan cairan empedu (Akoso, 1993). Hati juga menyimpan energi siap
pakai (glikogen) dan menguraikan hasil sisa protein menjadi asam urat yang
dikeluarkan melalui ginjal (Lehninger, 1994).
b. Pankreas
Pankreas terletak pada lipatan duodenum. Pankreas mensekresikan cairan
pankreas ke duodenum melalui ductus pancreaticus dan menghasilkan enzim
yang mendigesti karbohidrat, lemak dan protein (North, 1978).
c. Limpa
Limpa berbentuk agak bundar, berwarna kecoklatan dan terletak pada titik
antara kelenjar lambung, empedal, dan hati (Jull, 1991). Fungsi dari limpa sebagai
tempat untuk memecah sel darah merah dan untuk menyimpan Fe dalam darah.
3. Kelenjar pencernaan pada reptil
4. Kelenjar pencernaan pada amphibi
Glandula digesti pada amfibi, terdiri atas hati dan pankreas. Hati berwarna
merah kecoklatan dan terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua
lobulus. Hati berfungsi mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung
empedu yang berwarna kehijauan. Pankreas berwarna kekuningan, melekat

22
diantara lambung dan usus dua belas jari (duadenum). Pankreas berfungsi untuk
menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada duodenum (Jasin, 1992).
5. Kelenjar pencernaan pada mamalia
Tidak berbeda dengan hewan sebelumnya, letak perbedaan hanya pada
struktur giginya , pada mencit makanan di kunyah kemudian masuk ke dalam
mulut, kemudian menuju kerongkongan dari kerongkongan makanan menuju
lambung, pada lambung proses fermentasi atau pembusukan makanan dilakukan
oleh bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri. Kemudian
meuju ke usus dan bermuara pada anus (Lehninger, 1994).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

23
DAFTAR PUSTAKA
Akoso, B. T. 1993. Manual Kesehatan Unggas. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Campbell, N. A., J. B. Reece, dan L. G. Mitchell. 2000. Biologi Edisi ke 5 Jilid 2.
(diterjemahkan dari : Biology Fifth Edition, penerjemah : W. Manalu).
Jakarta : Erlangga.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Vertebrata. Surabaya : Sinar Wijaya.

Jull. 1991. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak


Unggas. Cetakan Pertama. Jakarta : Universitas Press.
Kosnoto, M. 1999. Teknologi Limbah Rumen untuk Pakan dan Pupuk Organik.
Surabaya : Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga.
Lehninger, 1994. Pencernaan Ayam Bloiler. Bogor : ACIAR.

24
Nesheim, M. C., R.E. Austich and L.E. Card. 1979. Poultry Production.
Philadelphia : Lea and Febiger.
North, M.O. 1978. Commercial Chicken Production Manual. 3rd ed. AVI
Westport : Pub. Co. Inc., Connecticut.
Purnamasari, Risa., & Santi, Dwi Rukma. 2017. Fisiologi Hewan. Surabaya :
Program Studi Arsitektur Uin Sunan Ampel.
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta : DIKTI Departemen
Pendidikan Nasional.
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo,
S. Lebdosoekojo. 1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Tungga, Lavare Allainnur., & Rafleliwati, Putri. 2015. Organ Pencernaan

Ruminansia, Pseudoruminansia Dan Monogastrik Berdasarkan

Karakteristik Pengamatan. Jurnal.

Wulandari, Siska Ayu. 2014. Sistem pencernaan. Laporan Fisiologi Hewan.

25

Anda mungkin juga menyukai