Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap makhluk hidup di bumi diciptakan berdampingan dengan alam, karena
alam sangat penting untuk kelangsungan makhluk hidup. Karena itu setiap
makhluk hidup, khususnya manusia harus dapat menjaga keseimbangan alam.
Untuk dapat menjaga keseimbangan alam dan untuk dapat mengenali perubahan
lingkungan yangterjadi, Tuhan memberikan indera kepada setiap makhluk hidup.
Indera ini berfungsi untuk mengenali setiap perubahan lingkungan, baik yang
terjadi di dalam maupun di luar tubuh. Indera yang ada pada makhluk hidup,
memiliki sel-sel reseptor khusus. Sel-sel reseptor inilah yang berfungsi untuk
mengenali perubahan lingkungan yang terjadi. Berdasarkan fungsinya, sel-sel
reseptor ini dibagimenjadi dua, yaitu interoreseptor dan eksoreseptor.
Interoreseptor ini berfungsi untuk mengenali perubahan-perubahan yang
terjadidi dalam tubuh. Sel-sel interoreseptor terdapat pada sel otot, tendon,
ligamentum, sendi,dinding pembuluh darah, dinding saluran pencernaan, dan lain
sebagainya. Sel-sel ini dapat mengenali berbagai perubahan yang ada di dalam
tubuh seperti terjadi rasa nyeridi dalam tubuh, kadar oksigen menurun, kadar
glukosa, tekanan darah menurun/naikdan lain sebagainya.
Eksoreseptor adalah kebalikan dari interoreseptor, eksoreseptor berfungsi
untuk mengenali perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi di luar tubuh.
Yang termasuk eksoreseptor yaitu: (1) Indera penglihat (mata), indera ini
berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti sinar, warna dan lain
sebagainya. (2) Indera pendengar (telinga), indera ini berfungsi untuk mengenali
perubahan lingkungan seperti suara. (3) Indera peraba (kulit), indera ini berfungsi
untuk mengenali perubahan lingkunganseperti panas, dingin dan lain sebagainya.
(4) Indera pengecap (lidah), indera ini berfungsi untuk mengenal perubahan
lingkungan seperti mengecap rasa manis, pahitdan lain sebagainya. (5) Indera
pembau (hidung), indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan
seperti mengenali/mencium bau. Kelima indera ini biasa kita kenal dengan
sebutan panca indera

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan alat indra ?
2. Apa saja macam-macam alat indra ?
3. Bagaimana mekanisme kerja alat indra ?
4. Apa saja kelainan/penyakit pada sistem sensorik ?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari alat indra.
2. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam alat indra.
3. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme kerja alat indra.
4. Mahasiswa dapat mengetahui kelainan/penyakit pada sistem
sensorik.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 . Pengertian alat indra

2
Indra adalah alat untuk merasa, mencium bau,
mendengar, melihat, meraba dan merasakan sesuatu secara
naluri (intuitif) (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional, 2005 dalam Hidayat, 2015).
Sedangkan menurut Shaleh (2009) dalam Hidayat (2015), alat-alat indra
adalah bagian-bagian tubuh yang berfungsi menerima rangsang sesuai dengan
modalitas masing-masing.
2.2 Macam-macam alat indra
Ada lima macam alat indra pada tubuh manusia, yaitu indra penglihat,
indra pendengar, indra peraba dan perasa, indra pencium dan indra pengecap.
A. Indra Penglihatan
1. Anatomi Mata

Gambar 1. Penampang Bola Mata (Heryati dan Faizah R, 2008).


Menurut Irmawati dan Garmelia (2018), mata terdiri dari otot mata, bola
mata dan saraf mata serta alat tambahan yang terdiri dari alis, kelopak mata, dan
bulu mata. Alat tambahan mata berfungsi melindungi mata dari gangguan
lingkungan. Alis mata berfungsi melindungi mata dari keringat, kelopak mata
melindungi mata dari benturan dan bulu mata melindungi mata dari cahaya yang
kuat, debu, dan kotoran. Bagian-bagian mata adalah sebagai berikut.
a. Kelopak mata (Palpebra) melindungi bola mata dari trauma fisik, trauma
sinar, dan pengeringan bola mata. Terdapat bebrapa kelenjar yaitu kelenjar
sebasea, kelenjar moll yang menghasilkan keringat, kelenjar zeis yang
menghasilkan minyak, dan kelenjar meibom yang juga menghasilkan minyak.

3
b. Konjungtiva merupakan lapisan mukosa (selaput lendir) yang melapisi ,
permukaan palpebra bagian dalam dan sklera. Beberapa macam obat dapat
diserap melalui konjungtiva. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang
bersifat membasahi bola mata terutama kornea. Konjungtiva dibagi menjadi 3
bagian yaitu:
1) konjungtiva bulbi adalah konjungtiva yang menutup bagian depan sklera;
2) konjungtiva palpebral adalah konjungtiva yang menutup palpebra dari dalam;
dan
3) konjungtiva forniks adalah konjungtiva terletak antara konjungtiva bulbi dan
palpebra .
c. Sklera memiliki membran yang keras dan berfungsi untuk memberi bentuk
bola mata. Sklera merupakan lapisan permukaan eksternal mata yang
berwarna putih. Sklera dilapisi oleh konjugtiva yang direfleksikan ke bagian
dalam kelopak mata d. Kornea.
d. Kornea adalah bagian anterior lapisan fibrosa mata, yang bersifat transparan
dan dapat tembus oleh cahaya. Dengan adanya kornea, cahaya dapat
dibelokkan agar dapat fokus ke bagian mata yaitu retina.
e. Pupil. Pupil adalah bagian mata yang melekat yang berbentuk lingkaran. Pupil
terletak setelah iris dan seperti muara yang terletak di bagian sentral. Pupil
merupakan bagian mata yang akan berkontraksi (menyempit) untuk mencegah
terlalu banyak cahaya yang masuk ke mata. Dan juga dilatasi (membesar) bila
cahaya yang masuk kurang agar cahaya dapat sampai ke retina mata.
f. Iris adalah bagian berwarna pada mata, Iris terletak di antara kornea dan lensa
dan membagi ruangan di antaranya menjadi bilik mata anterior dan bilik mata
posterior. Iris tersusun atas jaringan otot dengan susunan serat sirkular dan
serat radiasi. Serat-serat yang melingkar berfungsi untuk kontraksi pupil dan
dilatasi pupil.
g. Lensa adalah bagian mata yang terletak di belakang iris dan didekat pupil,
bersifat transparan, berbentuk bikonveks dan seperti kapsul elastis dapat
menebal dan menipis yang disebut dengan akomodasi. Secara fisiologis sifat
lensa adalah sebagai berikut:

4
1) kenyal atau lentur karena memegang peranan
penting untuk menjadi cembung;
2) jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan;
3) terletak tetap di tempatnya.
Lensa memiliki peran penting pada proses pembiasan cahaya (refraksi).
Lensa ` membelokkan cahaya agar cahaya dapat difokuskan di retina. Dari
retina cahaya diubah menjadi impuls yang dihantarkan melalui nervus optikus
ke pusat penglihatan di lobus occipitalis otak.
h. Koroid merupakan bagian pada mata yang melapisi seluruh mata kecuali
bagian depan mata. Koroid berwarna coklat gelap dan memiliki fungsi untuk
menyuplai darah ke bagian mata lainnya khususnya retina
i. Retina adalah bagian mata yang terletak paling dalam, yang merupakan
membran yang tersusun atas serabut dan sel saraf batang (rodus) dan sel saraf
kerucut (sel konus) yang memiliki fungsi untuk menerima sinar cahaya.
j. Makula lutea adalah area oval yang berwarna kekuningan, dan pada bagian ini
hanya terdapat sel kerucut (sel konus) dan merupakan titik penglihatan paling
sempurna.
2. Sistem Lakrimal. Sistem lakrimal atau sistem sekresi air mata terletak di
daerah temporal bola mata. Sistem lakrimal terdiri atas dua bagian yaitu:
1) Sistem produksi atau glandula lakrimal. Kelenjar lakrimalis atau kelenjar air
mata atau lacrimal gland terletak di bagian atas mata pada sisi bagian luar dan
mensekresi cairan lakrimasi atau air mata ke dalam sakus konjungtiva
2) Sistem ekskresi terdiri dari pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus
lakrimal, dan duktus lakrimal. Kanalikuli memanjang dari sudut bagian dalam
kelopak mata sampai ke sakus lakrimalis. Sakus lakrimalis adalah bagian dalam
kelopak mata yang berada pada lekukan tulang lakrimalis (Irmawati dan
Garmelia, 2018).

5
Gambar 2. Kelenjar Lakrimalis (Irmawati
dan Garmelia, 2018).

Air mata memiliki fungsi sebagai berikut:


a. mempertahankan kelembaban kornea dan konjungtiva;
b. menghaluskan permukaan kornea sehingga membantu proses masuknya
cahaya;
c. membunuh kuman;
d. melumasi permukaan palpebra sehingga mudah untuk menutup dan membuka
mata;
e. menghantarkan oksigen ke kornea dan membuang karbondioksida;
f. merupakan jalan untuk sel-sel darah putih jika terdapat infeksi; dan
j. mengencerkan atau menyapu bahan yang membahayakan mata (Irmawati dan
Garmelia, 2018).
3. Gerakan Mata dan Pengaturannya
Menurut Heryati dan Faizah R (2008), selain organ-organ tersebut di atas,
sistem penglihatan juga dipengaruhi oleh gerakan bola mata yang diatur oleh otot-
otot penggerak bola mata, yaitu :
1) Muskulus rektus lateralis, untuk gerakan mata ke samping.
2) Muskulus rektus medialis, untuk gerakan mata ke tengah.
3) Muskulus rektus superior, untuk gerakan mata ke atas luar.
4) Muskulus rektus inferior untuk gerakan mata ke bawah luar.
5) Muskulus obliqus superior untuk gerak memutar bola mata/melirik ke bawah
dalam.
6) Muskulus obliqus inferior untuk gerak memutar bola mata/melirik ke atas
dalam.

6
Gambar 3. Otot Penggerak Bola
Mata (Heryati dan Faizah R
2008).
B. Indra Pendengaran
1. Anatomi Telinga
Sistem pendengaran berhubungan dengan organ telinga, dan yang menjadi
stimulusnya adalah suara atau bunyi. Telinga secara garis besar dibagi menjadi
telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam (Heryati dan Faizah R, 2008).

Gambar 4. Struktur Anatomi Telinga (Heryati dan Faizah R, 2008).


Telinga luar terdiri dari :
1) Daun telinga (auricula)
2) Lubang telinga luar (meatus acusticus externa)
3) Saluran telinga luar (canalis acustisua externa/CAE) sampai batas
membran timpani (Heryati dan Faizah R, 2008).
Telinga tengah
Dipisahkan dengan CAE oleh membran timpani, dengan telinga dalam
oleh dinding lateral labirin dan dengan pharing oleh tuba eustachius.
1) Membran timpani (gendang telinga) : berbentuk elips (bundar), semi
transparan, terdiri dari pars flacida di bagian atas dan pars tensa di bagian
bawah.

7
2) Tulang-tulang pendengaran : malleus, incus, dan stapes
3) Tuba eustachius : terdiri dari bagian tulang dan cartilago, menghubungkan
cavum timpani dengan nasopharing. Pada saat istirahat tuba eustachius
menutup, dan akan terbuka bila ada kontraksi dari otot levator veli
palatini, otot tensor veli paltini dan otot saphyngopharingeus, yaitu pada
saat mengunyah, menguap, dan menelan (Heryati dan Faizah R, 2008).
Telinga dalam terdiri dari :
1) Vestibulum : suatu rongga berbentuk oval. Bagian depan bawahnya
menuju cochlea dan bagian belakang atas berhubungan dengan canalis
semisirkularis. Terdapat utriculus di dinding medial dan saculus di dinding
lateral. Pada dinding lateral terdapat oval window (tingkap lonjong) dan
round window (tingkap bundar).
2) Canalis semisirkularis : masing-masing membentuk 2/3 lingkaran yang
berdiameter 1 mm. Terdiri dari lengkungan superior, posterio dan lateral.
3) Cochlea : suatu sistem dari tuba yang melingkar-lingkar. Terdiri dari 3 tuba
melingkar yang berbeda dari sisi ke sisi, yaitu : skala vestibuli (berisi
perilimfe), skala media (berisi endolimfe), dan skala timpani (berisi
perilimfe). Skala vestibuli dan skala media dipisahkan satu sama lain oleh
membran Reissner atau membran vestibular. Skala timpani dan skala
media dipisahkan oleh membran basilar. Pada permukaan membran basilar
terletak suatu struktur yaitu organ corti, yang mengandung suatu seri sel
yang sensitif secara mekanik yaitu sel-sel rambut. Sel-sel ini merupakan
organ reseptif akhir yang membangkitkan impuls saraf sebagai respon
terhadap getaran suara (Heryati dan Faizah R, 2008).
1. Dasar-dasar Psiko-akustik
a. Kecepatan bunyi : 340 m/s di udara, 1400 m/s di dalam air
b. Ambang dengar : bunyi nada murni terlemah pada frekuensi tertentu yang
masih dapat didengar oleh telinga seseorang.
c. Nada murni (pure tone) : bunyi yang hanya mempunyai satu frekuensi,
dinyatakan dalam jumlah getaran per detik
d. Frekuensi : nada murni yang dihasilkan oleh getaran suatu benda yang
sifatnya harmonis sederhana, menentukan tinggi rendahnya nada yang
dinyatakan dalam getaran/detik = Hertz (Hz). Frekuensi bunyi yang dapat

8
didengar oleh manusia (audible sound) adalah antara 20 Hz sampai 18.000
Hz.
e. Intensitas bunyi : menentukan keras lemahnya bunyi yang dinyatakan dalam
satuan desibel (dB) Heryati dan Faizah R, 2008).
C. Indra Pengecap
1.Anatomi Lidah
Indera pengecap kurang lebih terdiri dari 50 sel epitel yang termodifikasi,
beberapa di antaranya disebut sel sustentakular dan lainnya disebut sel pengecap.
Sel pengecap terus menerus digantikan melalui pembelahan mitosis dari sel
disekitarnya, sehingga beberapa di antaranya adalah sel muda dan lainnya adalah
sel matang yang terletak ke arah bagian tengah indera dan akan segera terurai dan
larut (Guyton, 1997 dalam Sunariani, 2007).
Lidah adalah salah satu indra pada tubuh manusia yang sangat sensitif atau
peka dan memiliki fungsi sebagai pengecap rasa. Secara garis besar lidah dibagi
menjadi dua bagian yaitu: 2/3 bagian depan atau yang disebut dengan apek dan
1/3 bagian belakang atau yang disebut dengan dorsum (Irmawati dan Garmelia,
2018).
a. Lidah Bagian Depan
Lidah bagan depan sangat fleksibel, dan bekerja sama dengan gigi dalam
pengucapan huruf-huruf. Selain itu fungsi lidah juga membantu untuk
menggerakkan makanan ke segala arah saat sedang mengunyah. Pada lidah bagian
depan terdapat saraf-saraf sensorik yang mendeteksi rasa manis (Irmawati dan
Garmelia, 2018).
b. Bagian Pangkal Lidah
Bagian pangkal lidah juga penting untuk pengunyahan selain berfungsi
adalah untuk mengangkat dan mendorong makanan memasuki esophagus. Pada
bagian pangkal lidah terdapat saraf-saraf sensorik yang mendeteksi rasa pahit
(Irmawati dan Garmelia, 2018).
c. Frenulum
Ini adalah bagian lidah yang berbentuk selapis tipis jaringan yang berguna
untuk menghubungkan lidah ke dasar mulut (Irmawati dan Garmelia, 2018).

9
Menurut (Heryati dan Faizah R, 2008),
pengecapan adalah fungsi utama dari taste bud
yang ada di dalam rongga mulut, dan organ yang
berhubungan dengan indera pengecap adalah
lidah. Indera pengecap berkaitan dengan selera
makan. Rasa makanan diterima oleh sel reseptor
(sel pengecap) yang terutama terletak di lidah.
Lidah terletak pada dasar mulut dan memiliki 2 kelompok otot yaitu :
1. Otot intrinsik untuk melakukan gerakan halus
2. Otot ekstrinsik untuk mengaitkan lidah pada daerah sekitarnya dan
melakukan gerakan-gerakan kasar seperti mengunyah dan menelan.
Gerakan otot lidah dipersarafi oleh nervus XII (N. Hipoglossus). Lidah
mempunyai tonjolan-tonjolan yang disebut papillae, tempat sel pengecap
berada. Papillae lidah ada 3 macam, yaitu:
a) Papillae sirkumvalata; jenis papillae terbesar dan terletak di bagian
belakng lidah, berfungsi untuk rasa pengecapan
b) Papilae fungiformis; menyebar pada permukaan ujung dan sisi depan
lidah, berbentuk seper jamur
c) Papillae filiformis (foliata); jenis papillae terbanyak dan menyebar pada
hampir seluruh bagian permukaan lidah terutama permukaan lateral lidah,
lebih berfungsi untuk menerima rasa sentuh.
Gambar 5. Struktur Anatomi Lidah (Heryati dan Faizah R, 2008).
Pada umumnya terdapat empat empat sensasi utama dari pengecapan: asin,
asam, manis, dan pahit. Keempat rasa tersebut kecenderungannya terletak di
daerah-daerah khusus pada lidah. Rasa manis dan asin terletak terutama pada
ujung depan lidah, rasa asam pada 2/3 bagian samping lidah, dan rasa pahit di
bagian belakang lidah (Heryati dan Faizah R, 2008).

10
Gambar 6. Struktur organ lidah (Irmawati dan Garmelia, 2018).
Lidah mempunyai lapisan mukosa yang menutupi bagian atas lidah, dan
permukaannya tidak rata karena ada tonjolan-tonjolan yang disebut dengan
papilla, pada papilla ini terdapat reseptor untuk membedakan rasa makanan.
Apabila pada bagian lidah tersebut tidak terdapat papilla lidah menjadi tidak
sensitif terhadap rasa (Lynch et al., 1994; Ganong, 1998; Budi, . 2004 dalam
Sunariani, 2007).
Sel reseptor pengecap adalah sel epitel termodifikasi dengan banyak
lipatan permukaan atau mikrovili, sedikit menonjol melalui poripori pengecap
untuk meningkatkan luas permukaan sel yang terpajan dalam mulut. Membran
plasma mikrovili mengandung reseptor yang berikatan secara selektif dengan
molekul zat kimia. Hanya zat kimia dalam larutan atau zat padat yang telah larut
dalam air liur yang dapat berikatan dengan sel reseptor. (Amerongen, 1991 dalam
Sunariani, 2007).
D. Indra Penciuman
1. Anatomi Hidung
Menurut Irmawati dan Garmelia (2018), hidung (nasal) merupakan salah satu
organ tubuh yang berfungsi sebagai indra penciuman (pembau). Selain sebagai
indra penciuman (pembau), hidung juga memiliki fungsi sebagai organ
pernafasan. Bagian luar hidung berbentuk seperti piramida atau kerucut. Bagian-
bagian hidung terdiri:

11
a. pangkal hidung (bridge);
b. batang hidung (dorsum nasi) yaitu dinding depan
hidung yang terbentuk oleh ossa nasalis;
c. cuping hidung yaitu bagian bawah dinding lateral hidung yang dibentuk oeh
tulang rawan;
d. septum nasi yang merupakan dinding yang membatasi dua rongga hidung; dan
e. dinding lateral rongga hidung (kavum nasi).

Gambar 7. Anatomi anatomi Hidung (Irmawati dan Garmelia,2018).


Menurut Irmawati dan Garmelia (2018), di dalam hidung terdapat
vestibulum berisi serabut-serabut halus untuk mencegah masuknya benda-benda
asing yang mengganggu proses pernapasan. Selain itu, kegunaan serabut-serabut
halus itu adalah untuk menyaring, menghangatkan dan melembabkan udara yang
dihirup. Di sekeliling dinding sebelah dalam terdapat ruang-ruang udara di dalam
tulang-tulang kepala yang disebut sinus paranalis yang terdiri dari:
a. sinus sfenoidalis terletak di belakang kranial hidung di dalam korpus
sfenoidalis, bermuara ke rongga hidung bagian belakang;
b. sinus etmoidalis terletak dalam pars labirinitus ossis etmoidalis;
c. sinus frontalis terletak pada infundibulum meatus nasi media; dan
d. sinus maksilaris (antrum hiqmori) terletak pada dinding lateral hidung.

12
Gambar 8. Sinus Paranasal (Irmawati dan Garmelia,2018).

E. Indra Peraba
1. Anatomi Kulit
Menurut Irmawati dan Garmelia (2018), kulit adalah organ terluar dari tubuh
yang melapisi seluruh tubuh manusia. Pada permukaan luar kulit terdapat pori-
pori (rongga) yang menjadi tempat keluarnya keringat. Kulit adalah organ yang
memiliki banyak fungsi, antara lain adalah sebagai pelindung tubuh dari berbagai
hal yang dapat membahayakan, sebagai alat indra peraba, sebagai salah satu organ
yang berperan dalam eksresi, dan juga pengatur suhu tubuh. Secara garis besar
kulit terbagi menjadi tiga (3) lapisan yang akan diuraikan berikut ini.
a. Epidermis
Di dalam lapisan epidermis terdapat lapisan sel keratinosit yang berperan
aktif dalam regenerasi sel kulit dan sel pembentuk pigmen melamin. Melamin
berfungsi dalam mewarnai kulit dan sebagai pelindung kulit dari sengatan
matahari terutama sinar ultra violet.
b. Dermis
Pada lapisan dermis terdapat pembuluh darah, folikel rambut, kelenjar minyak
(glandula sebasea), kelenjar keringat (glandula sudorifera), serabut saraf, dan
lapisan lemak subkutans. Lapisan dermis ini mengandung banyak serat kolagen
dan elastin. Kolagen dan elastin memberikan pengaruh besar terhadap elastisitas
kulit. Bagian-bagian dermis memiliki fungsi sebagai berikut.

13
1. Pembuluh
darah berfungsi
mentransfer
kebutuhan
oksigen dan
nutrisi yang akan
digunakan oleh
jaringan
epidermis dan
dermis.
Pembuluh darah
merupakan
bagian penting dalam sistem mengatur suhu tubuh.
2. Kelenjar keringat menghasilkan keringat untuk membawa zat sisa atau senyawa
hasil metabolisme keluar dari tubuh melalui pori-pori. Keringat yang keluar
membawa sebagian panas tubuh.
3. Folikel rambut merupakan tempat akar rambut, di mana rambut dapat tumbuh
dan berwarna. Sedangkan warna rambut ditentukan oleh pigmen melanin. Rambut
dapat tumbuh terus selama mendapat nutrisi dari pembuluh darah di sekitar folikel
rambut.
4. Kelenjar minyak berfungsi menghasilkan minyak untuk melumasi kulit dan
rambut agar tidak kering.
c. Hipodermis
Lapisan hIpodermis mengandung banyak lemak, lemak berfungsi sebagai
cadangan makanan, berperan dalam melindungi tubuh dari berbagai pengaruh
buruk lingkungan luar seperti benturan, tekanan sinar matahari, juga menjamin
suhu tubuh selalu dalam kondisi normal.

Gambar 9. Lapisan-lapisan dan apendiks kulit. Diagram lapisan kulit


memperlihatkan saling hubung dan lokasi apendiks dermal (folikel rambut,
kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea) (Mescher AL, 2010 dalam Kalangi, 2013).

14
2.3 Mekanisme Kerja Alat Indra
1. Mekanisme Kerja Pada Indra
Penglihatan

Proses melihat terjadi karena adanya


cahaya yang menyinari objek tertentu sebagai stimulusnya. Cahaya yang dapat
ditangkap oleh mata manusia (visible light) adalah cahaya dalam spektrum
elektromagnetik yang memiliki panjang gelombang sekitar 380 – 760 nm (Heryati
dan Faizah, 2008).

Bagan 1. Proses Penglihatan Pada Manusia (Irmawati dan Garmelia, 2018).


2. Mekanisme Kerja Pada Indra Pendengaran

Bagan 2. Proses Pendengaran Pada Manusia (Irmawati dan Garmelia, 2018).

3. Mekanisme Kerja Pada Indra Pembau

15
Bagan 3. Proses Penciuman Pada Manusia (Irmawati dan Garmelia, 2018).
4. Mekanisme Kerja Pada Indra Pengecap
Impuls pengecap (sensasi rasa) dari 2/3 bagian depan lidah dibawa oleh saraf
korda timpani cabang dari nervus fasialis (N. VII), sedangkan sensasi pengecap
dari 1/3 bagian depan lidah dibawa oleh saraf lingualis cabang dari nervus
glossofaringeus (N.IX). Serabut aferen berakhir di nukleus gustatorius pada
medulla (batang otak) sebagai pusat pertama untuk integrasi dan perjalaran impuls
kecap. Dari area ini dihubungkan ke beberapa daerah di regio otak lainnya seperti
hipotalamus ( berperan dalam sensasi kenyang dan lapar), sistem limbik (unsur
afektif), talamus dan korteks ( pusat asosiasi untuk membedakan berbagai rasa)
(Heryati dan Faizah, 2008).
5. Mekanisme Kerja Pada Indra Peraba
Kita meraba suatu benda = rangsangan diterima oleh ujung2 syaraf peraba =
rangsang diteruskan ke otak = otak memproses sehingga kita dapat merasakan
kasar, halus, panas atau dingin suatu benda (Irmawati dan Garmelia, 2018).
2.4 Kelainan/Penyakit Pada Sistem Sensorik
1. Kelainan/Penyakit Pada Organ Mata
Menurut Heryati dan Faizah (2008), gangguan persepsi visual dapat terjadi karena
kerusakan otak di lobus oksipitalis, terutama area penglihatan asosiasi (area 18
dan 19). Gangguan tersebut diantaranya
a. Agnosia visual aperseptif, dengan gejala :
· achromatopsia, yaitu : ketidakmampuan untuk membedakan warna,
sehingga melihat dunia itu seolah-olah dalam warna abu-abu.
· prosopagnosia, yaitu : ketidakmampuan untuk mengenal wajah denagn

16
penglihatan meeskipun visusnya normal.
b. Agnosia visual asosiatif, yaitu ketidakmampuan untuk memahami
objek yang dilihat meskipun visusnya normal.
2. Kelainan/Penyakit Pada Organ Telinga
Kelainan telinga dapat menyebabkan gangguan pendengaran berupa
ketulian. Tuli dibagi atas tuli konduktif, tuli saraf (sensorineural), dan tuli
campuran. Tuli konduktif terjadi karena gangguan hantaran suara yang disebabkan
oleh kelainan di teling luar atau telinga tengah, seperti : atresia lubang telinga,
sumbatan oleh serumen, otitis eksterna, osteoma lubang telinga, otitis media,
sumbatan tuba eustachius, dislokasi tulang pendengaran. Tuli sensorineural (saraf)
terjadi karena kelainan di cochlea (teling dalam), N. VIII, atau di pusat
pendengaran. Penyebabnya seperti : labirintitis, obat-obatan tertentu, trauma
kepala, trauma akustik dan pajanan bising, tumor cerebellum, cedera otak, dan
kelainan otak lainnya (Heryati dan Faizah, 2008).
3. Kelainan/Penyakit Pada Organ Hidung
Gangguan fungsi penciuman dapat disebabkan oleh gangguan saraf olfaktorius
maupun penyakit hidung lokal. Kerusakan saraf ini dapat menyebabkan hilangnya
penciuman (anosmia), atau berkurangnya penciuman (hiposmia). Seseorang yang
menderita anosmia kadang-kadang tidak menyadari bahwa penciumannya
terganggu, mereka mengelauh bahwa mereka tidak dapat lagi menikmati lezatnya
(enaknya) makanan. Rasa “lezat” merupakan kombinasi dari fungsi penciuman
dan pengecapan (Heryati dan Faizah, 2008).
Menurut Heryati dan Faizah (2008), selain gangguan di atas, terdapat beberapa
gangguan lain yang berhubungan dengan fungsi penciuman, yaitu:
a. Parosmia : tidak dapat mengenali bau-bauan, salah-hidung.
b. Kakosmia : mempersepsi adanya bau busuk, padahal tidak ada.
c. Halusinasi penciuman : biasanya berbentuk bau yang tidak sedap, dapat
dijumpai pada serangan epilepsi yang berasal dari girus unsinat pada lobus
temporal.
4. Kelainan/Penyakit Pada Organ Lidah
Kerusakan nervus fasialis (N.VII) sebelum percabangan khorda timpani dapat
menyebabkan ageusi (hilangnya pengecapan) pada 2/3 bagian depan lidah,

17
sedangkan kerusakan nervus glossofaringeus (N.IX) dapat menyebabkan ageusi
(hilangnya pengecapan) pada 1/3 bagian depan lidah (Heryati dan Faizah, 2008).
5. Kelainan/Penyakit Pada Organ Kulit
Kulit dapat mengalami gangguan dan kelainan. Kelainan-kelainan pada kulit,
antara lain, sebagai berikut.
a. Jerawat (acne), ialah suatu peradangan dari kelenjar sebasea terutama di
daerah wajah, leher, dada, dan punggung. Biasanya jerawat terjadi sewaktu
pubertas karena waktu pubertas terjadi perubahan komposisi hormon.
Hormon akan merangsang pertumbuhan dan aktivitas kelenjar sebasea.
Kelenjar sebasea memproduksi lemak bersama keringat. Lemak
merupakan media yang cocok bagi pertumbuhan bakteri.
b. Dermatitis, ialah suatu peradangan pada permukaan kulit yang biasanya
terasa gatal dengan tanda-tanda merah, bengkak, melepuh, dan berair. Ini
dapat disebabkan terkena zat kimia (karbol, sabun, cat rambut, dan lain-
lain) atau berkaitan dengan kondisi tubuh (Irmawati dan Garmelia, 2018).

18
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Alat indra adalah bagian-bagian tubuh yang berfungsi menerima rangsang
sesuai dengan modalitas masing-masing.
2. Alat indra terbagi atas 5 yaitu : indra penglihatan contohnya mata, indra
penciuman contohnya hidung, indra pendengar contohnya telinga, indra pengecap
contohnya lidah serta indra peraba contohnya kulit.
3. Mekanisme kerja pada setiap alat indra berbeda-beda. Salah satu mekanisme
pada alat indra pengecap di mulai dari Impuls pengecap (sensasi rasa) dari 2/3
bagian depan lidah dibawa oleh saraf korda timpani cabang dari nervus fasialis
(N. VII), sedangkan sensasi pengecap dari 1/3 bagian depan lidah dibawa oleh
saraf lingualis cabang dari nervus glossofaringeus (N.IX). Serabut aferen berakhir
di nukleus gustatorius pada medulla (batang otak) sebagai pusat pertama untuk
integrasi dan perjalaran impuls kecap. Dari area ini dihubungkan ke beberapa
daerah di regio otak lainnya seperti hipotalamus ( berperan dalam sensasi kenyang
dan lapar), sistem limbik (unsur afektif), talamus dan korteks ( pusat asosiasi
untuk membedakan berbagai rasa).
4. Kelainan atau penyakit pada mata contohnya achromatopsia, pada telinga
contohnya tuli, pada hidung contohnya parosmia, pada lidah contohnya ageusi
(hilangnya pengecapan), serta pada kulit contohnya jerawat.

19

Anda mungkin juga menyukai