Anda di halaman 1dari 15

Nama : Mohammad Taufik Mu’min

NIM : 1111417032
Kelas : B (Budidaya Perairan

Proposal Penelitian

“ Pengaruh Salinitas Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Ikan


Nila Gift Yang Di pelihara Dalam Wadah Terkonrtol ”

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang populer di kalangan
masyarakat. Oleh karena kepopulerannya itu membuat ikan nila memiliki prospek usaha yang
cukup menjanjikan. Apabila ditinjau dari segi pertumbuhan, ikan nila merupakan jenis ikan
yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat dan dapat mencapai bobot tubuh yang jauh lebih
besar dengan tingkat produktivitas yang cukup tinggi.

Faktor lain yang memegang peranan penting atas prospek ikan nila adalah rasa
dagingnya yang khas, warna dagingnya yang putih bersih dan tidak berduri dengan
kandungan gizi yang cukup tinggi, sehingga sering dijadikan sebagai sumber protein yang
murah dan mudah didapat, serta memiliki harga jual yang terjangkau oleh masyarakat.
Prospek pengembangan budidaya ikan nila juga diperkirakan memiliki peluang yang sama
baiknya dengan pengembangan jenis ikan konsumsi lainnya.

Ikan nila dapat dipelihara di berbagai lahan, seperti di kolam, tambak-tambak air
payau, Karamba Jaring Apung (KJA) yang berada di perairan umum seperti waduk, danau
dan laut, serta di lahan sawah baik sebagai penyelang, palawija maupun minapadi. Hal ini
karena ikan nila memiliki batasan toleransi yang cukup tinggi terhadap berbagai kondisi
lingkungan perairan. Ikan nila yang masih berukuran kecil pada umumnya lebih tahan
terhadap perubahan lingkungan, dibandingkan dengan ikan nila yang berukuran besar
(Khairuman dan Amri, 2003).
Salah satu jenis ikan nila adalah ikan nila GIFT (Oreochromis niloticus). GIFT
merupakan singkatan dari Genetic Improvement of Farmed Tilapias. Ikan ini merupakan hasil
persilangan beberapa varietas ikan nila. Ikan nila GIFT ini lebih tahan terhadap lingkungan
yang kurang baik serta memiliki toleransi salinitas pada kisaran 0-15 ppt (Khairuman dan
Amri, 2003). Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian tentang pengaruh salinitas
yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila GIFT (Oreochromis
niloticus) yang dipelihara dalam wadah terkontrol.

1.2 Tujuan dan Kegunaan


Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui salinitas terbaik bagi pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan nila GIFT.
Kegunaan penelitian adalah menambah wawasan mahasiswa, sebagai tambahan
informasi bagi masyarakat khususnya pembudidaya ikan nila GIFT sehingga diharapkan
dapat meningkatkan hasil produksinya dan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan
kebijakan bagi instansi terkait.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan Nila GIFT


2.1.1 Taksonomi

Klasifikasi ikan nila GIFT menurut Saanin (1968) sebagai berikut :

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Osteichthyes

Sub kelas : Acanthoptherigii

Ordo : Percomorphi

Subordo : Percoidea

Famili : Chiclidae

Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus

Gambar 1. Ikan Nila GIFT (Oreochromis niloticus)


2.1.2 Morfologi

Ikan nila GIFT mempunyai bentuk tubuh lebih pendek dari pada ikan nila lokal.
Tubuhnya lebih tebal, warna tubuhnya hitam keputihan, kepalanya relatif kecil, sisik
berukuran besar, kasar, tersusun rapi, matanya besar, menonjol dan bagian tepinya berwarna
putih. Gurat sisi (linea lateralis) terputus di bagian tengah badannya, dagingnya cukup tebal
dan tidak terdapat duri-duri halus di dalamnya (Arie, 1999).

Sebagaimana umumnya ikan nila biasa, ikan nila GIFT memiliki lima buah sirip,
yakni sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (ventral fin), sirip anus
(anal fin) dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup
insang hingga bagian atas sirip ekor, terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang
berukuran kecil. Sirip anusnya hanya satu buah dan berbentuk agak panjang, sedangkan sirip
ekornya berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah (Suyanto, 1994).

Arie (1999) menyatakan, bahwa jenis kelamin ikan nila GIFT dapat dibedakan dari
tanda pada tubuh bagian luar, yaitu bentuk, warna dan alat kelamin. Ikan nila GIFT jantan
memiliki tubuh yang lebih tinggi dan lebih membulat, warna lebih cerah serta memiliki satu
lubang kelamin yang berbentuk memanjang, dimana fungsinya sebagai tempat mengeluarkan
sperma dan air seni. Ikan nila GIFT betina bertubuh lebih rendah atau lebih memanjang,
warna lebih gelap serta lubang kelamin dua, yaitu satu untuk mengeluarkan telur dan satu lagi
untuk mengeluarkan air seni.

2.2 Habitat
Ikan nila GIFT dikenal sebagai ikan yang sangat tahan terhadap perubahan
lingkungan hidup, sehingga ikan ini dapat hidup di air tawar, air payau dan air laut. Ikan nila
GIFT air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan proses adaptasi secara bertahap, dengan
cara salinitasnya dinaikkan sedikit demi sedikit. Pemindahan secara mendadak ke dalam air
yang salinitasnya berbeda dapat mengakibatkan stress dan kematian pada ikan (Suyanto,
1994).

Arie (1999) menyatakan, bahwa habitat yang ideal untuk ikan nila GIFT adalah
perairan tawar yang memiliki suhu antara 140C – 380C, atau suhu optimal 250C-300C.
Kisaran salinitas (kadar garam) yang ditoleransi untuk pertumbuhan ikan nila GIFT adalah 0-
15 ppt.

Tempat hidup ikan nila GIFT biasanya berada pada perairan yang dangkal dengan
arus yang tidak begitu deras. Ikan nila GIFT tidak menyukai hidup di perairan yang bergerak
(mengalir), namun jika dilakukan perlakuan terhadap ikan nila GIFT seperti pengadaptasian
terhadap lingkungan air yang mengalir, maka ikan nila GIFT juga bisa hidup baik, pada
perairan yang mengalir tersebut (Rukmana, 2004).

2.3 Pakan dan Kebiasaan Makan

Ikan dapat tumbuh optimal jika memperoleh makanan dalam jumlah yang cukup dan
gizi seimbang, dengan kata lain ikan membutuhkan makanan yang lengkap dalam jumlah
yang cukup (Mudjiman, 2004). Lebih lanjut dinyatakan, bahwa jumlah ransum dan komposisi
gizi yang dibutuhkan oleh seekor ikan berbeda-beda dan selalu berubah. Perbedaan tersebut
dipengaruhi oleh jenis ikan, umur ikan dan ketersediaan makanan alami di dalam tempat
pemeliharaannya.

Ikan nila GIFT termasuk ke dalam golongan ikan pemakan segala atau (omnivora),
sehingga ikan ini dapat mengkonsumsi makanan berupa hewan atau tumbuhan (Khairuman
dan Amri, 2003). Lebih lanjut dinyatakan, bahwa ikan nila GIFT yang masih berukuran benih
menyukai makanan alami berupa zooplankton misalnya Rotifera sp., Moina sp., dan Daphnia
sp. juga fitoplankton. Selain itu, ikan nila GIFT juga suka memangsa alga atau lumut yang
menempel pada substrat di habitat hidupnya, siput, jentik-jentik serangga, kelekap, hydrilla,
sisa-sisa dapur dan buah-buahan, serta daun-daun lunak yang jatuh ke dalam air. Jika telah
mencapai ukuran dewasa, ikan nila GIFT bisa diberi makanan tambahan berupa pellet.

Menurut Arie (1999), pellet yang diberikan sebagai pakan tambahan untuk ikan nila
GIFT harus mengandung protein yang tinggi, minimal 25%. Pellet yang diberikan dapat
berupa tepung maupun butiran. Namun, bisa juga diberikan dedak halus jika pellet tidak
tersedia, meskipun kandungan proteinnya tidak sekomplit pellet, ikan nila GIFT sangat
menyukai dedak halus tersebut. Banyaknya pakan tambahan yang diberikan 2-3% dari berat
biomassa ikan.
2.4 Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup

Pertumbuhan merupakan suatu perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat


dan volume dalam periode tertentu secara individual. Pertumbuhan juga dapat diartikan
sebagai pertambahan jumlah sel-sel secara mitosis yang pada akhirnya menyebabkan
perubahan ukuran jaringan. Pertumbuhan bagi suatu populasi adalah pertambahan jumlah
individu, dimana faktor yang mempengaruhinya dapat berupa faktor internal dan eksternal.
Faktor internal meliputi umur, keturunan dan jenis kelamin, sedangkan faktor eksternal
meliputi suhu, makanan, penyakit, media budidaya, dan sebagainya (Effendi, 1978).

Apabila dibandingkan dengan ikan nila lokal, maka nila GIFT mempunyai
karakteristik lebih unggul terutama tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dan fekunditas
lebih tinggi. Ikan nila GIFT mampu mencapai berat tubuh sekitar 600 g dalam waktu 5-6
bulan. (Balai Penelitian Perikanan Air Tawar DKP, 2001).

Menurut Khairuman dan Amri (2003), laju pertumbuhan tubuh ikan nila GIFT yang
dibudidayakan tergantung dari pengaruh fisika dan kimia perairan serta interaksinya. Laju
pertumbuhan ikan nila GIFT lebih cepat jika dipelihara di kolam yang airnya dangkal
dibandingkan di kolam yang airnya dalam. Penyebabnya adalah karena di perairan yang
dangkal, pertumbuhan tanaman air sangat cepat sehingga ikan nila GIFT menjadikannya
sebagai makanan. Lebih lanjut dinyatakan, jumlah telur ikan nila GIFT lebih banyak 20-30%,
pada stadium benih sampai ukuran 17,5 g tumbuh lebih cepat 300-400%, sedangkan dalam
pembesaran tumbuh lebih cepat 100-200%.

Kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor biotik dan abiotik.
Faktor biotik yang mempengaruhi adalah kompetitor, parasit, umur, predasi, kepadatan,
populasi, serta kemampuan adaptasi dari hewan dan penanganan manusia. Faktor abiotik
yang mempengaruhi adalah sifat fisika dan kimia dari suatu lingkungan perairan (Effendi,
1997).
2.5 Kualitas Air

Asmawi (1983) menyatakan, bahwa kualitas perairan memberikan pengaruh yang


cukup besar terhadap survival dan pertumbuhan organisme yang hidup di air. Agar bisa
menjadi lingkungan yang baik bagi hewan dan tumbuhan-tumbuhan air tingkat tinggi,
sebelumnya air harus merupakan lingkungan hidup yang baik bagi hewan dan tumbuhan-
tumbuhan air tingkat rendah, untuk itu terlebih dahulu air harus merupakan lingkungan hidup
yang baik bagi tumbuh-tumbuhan renik yang mampu berasimilasi.

Kualitas air untuk budidaya ikan nila GIFT harus memenuhi beberapa persyaratan,
karena air yang kurang baik akan menyebabkan ikan mudah terserang penyakit. Beberapa
variabel-variabel penting yang berhubungan dengan kualitas air yaitu sifat kimia air
(kandungan oksigen terlarut, karbondioksida terlarut, pH dan zat-zat beracun) dan sifat fisika
air (suhu, salinitas, kekeruhan dan warna air) (Khairuman dan Amri, 2003).

2.5.1 Sifat Kimia Air


2.5.1.1 Salinitas

Salinitas merupakan parameter penunjuk jumlah bahan terlarut dalam air. Salinitas
pada umumnya dinyatakan sebagai berat jenis (specific gravity), yaitu rasio antara berat
larutan terhadap berat air murni dalam volume yang sama. Beberapa ikan air tawar dapat
menerima (toleran) terhadap kehadiran sejumlah kecil natrium dalam bentuk garam (O-Fish,
2003).

Menurut Boyd (1990) dan Stickney (1979), tiap spesies memiliki kisaran salinitas
optimum, di luar kisaran ini ikan harus mengeluarkan energi lebih banyak untuk proses
osmoregulasi daripada proses lain. Salah satu penyesuaian ikan terhadap lingkungan ialah
pengaturan keseimbangan air dan garam dalam jaringan tubuhnya. Sebagian hewan
vertebrata air mengandung garam dengan konsentrasi yang berbeda dari media
lingkungannya. Ikan harus mengatur tekanan osmotiknya untuk memelihara keseimbangan
cairan tubuhnya setiap waktu.

Salinitas merupakan faktor penting yang menunjang kelangsungan hidup organisme


perairan, konsumsi pakan, laju pertumbuhan, metabolisme dan distribusi ikan (Kinne (1964)
dalam Asmawi (1983)). Menurut Holliday (1969) dalam Asmawi (1983), salah satu aspek
fisiologis yang dipengaruhi salinitas adalah tekanan dan konsentrasi osmotik serta konsentrasi
ion dalam cairan tubuh. Stickney (1979) dalam Asmawi (1983) menyatakan, bahwa ikan
yang dipelihara pada kondisi salinitas yang sama dengan konsentrasi ion dalam darah akan
lebih banyak menggunakan energi untuk pertumbuhan.

Khairuman dan Amri (2003) menyatakan, bahwa ikan nila GIFT lebih tahan terhadap
lingkungan yang kurang baik. Ikan nila GIFT juga memiliki toleransi salinitas pada kisaran 0-
15 ppt, sehingga bisa dipelihara di air payau.

2.5.1.2 Oksigen Terlarut

Cahyono (2000) menyatakan, bahwa ikan memerlukan oksigen untuk bernapas dan
pembakaran makanan untuk menghasilkan aktivitas seperti berenang, pertumbuhan,
reproduksi, dan sebagainya. Selain itu, laju pertumbuhan dan konversi pakan juga sangat
bergantung pada kandungan oksigen.

Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan sebagai
pilihan utama untuk menentukan layak tidaknya sumber air untuk digunakan dalam kegiatan
budidaya ikan (Djarijah, 1995). Lebih lanjut dinyatakan bahwa nilai oksigen dalam
pengelolaan kesehatan ikan sangat penting, karena kondisi yang kurang optimal bagi ikan
untuk tumbuh dan berkembang dapat mengakibatkan kondisi stress bagi ikan sehingga
mudah terserang penyakit.

Semua organisme perairan bernapas memerlukan oksigen dan mengeluarkan


karbondioksida. Kandungan oksigen sangat bertentangan dengan kandungan karbondioksida
di dalam air. Oksigen yang terlarut di dalam air bisa berasal dari hasil proses fotosintesis
dengan bantuan sinar matahari atau berasal dari luar melalui proses difusi permukaan air
(Lesmana, 2004).

Menurut Rukmana (2004), ikan nila GIFT termasuk jenis ikan yang tahan dalam
kondisi kekurangan oksigen. Jika terjadi kekurangan oksigen, ikan nila GIFT langsung
mengambil oksigen dari udara bebas. Ikan nila GIFT bisa bertahan hidup lebih lama di darat
tanpa air. Kandungan oksigen yang baik untuk ikan nila GIFT berkisar antara 3-5 ppm.
2.5.1.3 Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman atau lebih populer disebut pH merupakan ukuran konsentrasi ion
hidrogen yang menunjukkan suasana asam atau basa suatu perairan. Faktor yang
mempengaruhi pH adalah konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam. Nilai
pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam, nilai pH di atas 7 menunjukkan
lingkungan yang basa (alkalin) sedangkan pH sama dengan 7 menunjukkan keadaan
lingkungan yang netral (Lesmana,2004).

Cahyono (2000) menyatakan, bahwa pada siang hari pH suatu perairan meningkat.
Hal ini disebabkan adanya proses fotosintesis pada siang hari, saat itulah tanaman air atau
fitoplankton mengkonsumsi karbondioksida. Sebaliknya, pada malam hari kandungan pH
suatu perairan akan menurun karena tanaman air dan fitoplankton mengkonsumsi oksigen
dan menghasilkan karbondioksida.

Menurut Hickling (1962) dalam Asmawi (1983), batas minimum pH yang ditoleransi
ikan air tawar pada umumnya 4,0 dan batas maksimum 11,0. Menurut Soeseno (1971), pH
yang terlalu rendah maupun yang terlalu tinggi terus menerus, dapat menyebabkan
berkurangnya pertumbuhan pada ikan karena pada suasana tersebut mengganggu pertukaran
zat di dalam tubuhnya.

Arie (1999) menyatakan, bahwa pH mempengaruhi daya produktifitas suatu perairan.


Air yang bersifat basa dan netral cenderung lebih produktif dibandingkan dengan air yang
bersifat asam. pH yang baik untuk pertumbuhan ikan nila GIFT berkisar 7-8.

2.5.1.4 Karbondioksida Terlarut

Konsentrasi karbondioksida diperlukan bagi proses fotosintesis oleh kehidupan


tanaman air dalam perairan alam dan dalam sistem pemeliharaan ikan (Brotowidjoyo, 1995).
Lebih lanjut dinyatakan bahwa nilai karbondioksida ditentukan oleh pH dan suhu. Jumlah
karbondioksida yang bertambah akan menekan aktivitas pernafasan ikan dan menghambat
pengikatan oksigen oleh hemoglobin, sehingga dapat membuat ikan menjadi stress.
Andrianto (2005) menyatakan, bahwa meskipun peranan karbondioksida sangat besar
bagi kehidupan organisme air, namun jika dalam jumlah yang berlebihan akan mengganggu
organisme yang dibudidayakan. Kandungan karbondioksida lebih dari 15 ppm sangat
membahayakan bagi organisme yang dibudidayakan, karena keberadaannya dalam darah
dapat menghambat pengikatan hemoglobin.

Menurut Kordi (1997), pada pemeliharaan ikan secara intensif, kandungan


karbondioksida yang aman harus kurang dari 5 mg/liter air. Ikan nila GIFT mampu bertahan
hidup pada kandungan karbondioksida sampai 25 mg/liter air.

2.5.1.5 Amoniak

Amoniak (NH3) merupakan hasil perombakan asam-asam amino oleh berbagai jenis
bakteri aerob dan anaerob (Asmawi, 1983). Lebih lanjut dinyatakan, jika kadar amoniak
dalam air terlalu tinggi karena proses perombakan protein tidak berlangsung dengan baik
sehingga menghasilkan nitrat, maka air dikatakan mengalami pengotoran.

Keberadaan amoniak dalam air dapat menyebabkan berkurangnya daya ikat oksigen
oleh butir-butir darah, hal ini akan menyebabkan nafsu makan ikan menurun. Kadar oksigen
dan amoniak di dalam perairan berbanding terbalik, apabila amoniak meningkat maka kadar
oksigen menjadi rendah (Brotowidjoyo, 1995).

Menurut Khairuman dan Amri (2003), ada dua jenis amoniak yaitu amoniak bukan
ion (NH3) dan NH4 atau disebut juga amonium. Amoniak merupakan racun bagi ikan,
biasanya terjadi jika banyak fitoplankton yang mati kemudian diikuti oleh penurunan pH
karena kandungan karbondioksidanya meningkat. Batas konsentrasi kandungan amoniak
yang bisa mematikan ikan nila GIFT adalah 0,1 – 0,3 ppm. Menurut Arie (1999), kadar
amoniak tertinggi yang masih dapat ditolerir ikan nila GIFT adalah 2,4 ppm.
2.5.2 Sifat Fisika Air

2.5.2.1 Suhu

Menurut Susanto (1991), suhu air adalah salah satu sifat fisik air yang dapat
mempengaruhi nafsu makan dan pertumbuhan badan ikan. Suhu air yang optimal untuk ikan
daerah tropis berkisar 25-300C. Perbedaan suhu antara siang dan malam tidak boleh melebihi
50C apalagi sampai mendadak (drastis).

Suhu air mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses pertukaran zat atau
metabolisme dari makhluk-makhluk hidup. Selain itu juga suhu berpengaruh terhadap kadar
oksigen terlarut, dimana semakin tinggi suhu suatu perairan maka semakin cepat pula
perairan tersebut mengalami kejenuhan akan oksigen (Asmawi, 1983).

Perubahan suhu mendadak dapat menyebabkan ikan mengalami stress. Hal ini biasa
terjadi terutama pada saat memasukkan ikan baru ke dalam suatu akuarium, dimana usaha
penyesuaian suhu tidak dilakukan dengan baik atau pada saat menambahkan air baru yang
memiliki suhu tidak sama. Penurunan suhu secara perlahan jarang menimbulkan terjadinya
stress pada ikan, meskipun demikian suhu hendaknya dikembalikan ke kondisi semula secara
perlahan-lahan dalam waktu satu jam atau lebih (O-Fish, 2007).

Rounsefell dan Everhart (1953) dalam Asmawi (1983) menyatakan, bahwa proses
pencernaan makanan yang dilakukan oleh ikan berjalan sangat lambat pada suhu yang
rendah. Sebaliknya, akan lebih cepat pada kondisi perairan yang lebih hangat. Menurut
Jangkaru (1956) dalam Asmawi (1983), suhu air yang optimal untuk selera makan ikan
adalah 25-270C.

Suhu normal untuk pertumbuhan ikan nila GIFT adalah 14-380C dan dapat memijah
secara alami pada suhu 22-370C (Khairuman dan Amri, 2003). selanjutnya dinyatakan bahwa
suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan nila GIFT adalah 25-300C.
Pertumbuhannya akan terganggu jika suhu habitatnya lebih rendah dari 140C atau pada suhu
tinggi 380C. Ikan nila GIFT akan mengalami kematian pada suhu 60C atau 420C.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Bahan

3.1.2 Ikan Uji

Ikan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan Nila GIFT (Oreochromis
niloticus) dengan bobot badan berkisar antara 4,30-5,40 g/ekor.

3.1.3 Media Pemeliharaan

Media yang digunakan pada penelitian ini adalah media air yang bersalinitas 0 ppt, 5
ppt, 10 ppt dan 15 ppt. Air yang digunakan sebagai media sebelumnya disaring terlebih
dahulu.

3.1.4 Pakan

Pakan yang diberikan kepada ikan uji berupa pellet tenggelam. Dosis pemberiannya
3% dari berat biomassa ikan dengan frekuensi pemberian 4 kali dalam sehari yaitu pada
pukul 06.00, 10.00,14.00 dan 18.00 Wita.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Tahap Persiapan

3.2.1.1 Persiapan Alat Pengukuran dan Wadah

Persiapan alat pengukuran dan wadah penelitian yang dilakukan adalah sterilisasi alat
dan wadah, serta menyiapkan sistem aerasi.

3.2.1.2 Pembuatan Media Bersalinitas 0 ppt, 5 ppt, 10 ppt dan 15 ppt

Penelitian ini menggunakan media berupa air tawar dan air laut, dimana untuk
mendapatkan salinitas 0 ppt dipastikan air tawar yang digunakan betul-betul murni 0 ppt,
sedangkan untuk mendapatkan media salinitas 5, 10 dan 15 ppt dilakukan pengenceran. Cara
memperolehnya yaitu air laut dicampurkan air tawar dengan perbandingan tertentu sehingga
diperoleh salinitas sesuai dengan yang diinginkan.

Ikan uji diaklimatisasi terlebih dahulu selama kurang lebih 1 minggu, bertujuan agar
ikan tidak stress terhadap perubahan salinitas yang ada. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
Suyanto (1994), bahwa ikan nila GIFT air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan proses
adaptasi secara bertahap, karena pemindahan secara mendadak ke dalam air yang salinitasnya
berbeda dapat menyebabkan ikan stress dan mati. Adaptasi ini dilakukan secara bertahap dan
perlahan terhadap peningkatan salinitas dari 0-15 ppt.

3.2.2 Tahap Pelaksanaan

3.2.2.1 Pemeliharaan Ikan Uji

Ikan nila GIFT yang digunakan sebagai ikan uji pada penelitian ini dipelihara selama
kurang lebih 2 bulan. Selama masa pemeliharaan dilakukan pengukuran pertumbuhan
meliputi pengukuran berat ikan, serta mengamati kelangsungan hidup ikan selama
pemeliharaan.

3.2.2.2 Pengontrolan Kualitas Air

Kualitas air sangat penting untuk menjaga agar ikan nila GIFT dapat tumbuh secara
optimal. Oleh karena itu, agar kualitas airnya tertap terjaga maka perlu dilakukan pergantian
air akuarium dan penyifonan untuk membersihkan sisa-sisa pakan dan kotoran yang
mengendap di dasar wadah. Pergantian air dilakukan tiap seminggu sekali dan penyifonan
dilakukan tiap hari sebelum memberikan pakan pada ikan.

3.2.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan acak


lengkap tidak memiliki lokal kontrol, sehingga cocok digunakan untuk kondisi lingkungan,
alat, bahan dan media yang homogen seperti di laboratorium, rumah kaca atau ruang-ruang
terkontrol lainnya (Hanafiah, 1991).
Rancangan Acak Lengkap yang digunakan terdiri atas 4 taraf perlakuan dengan
masing-masing 5 kali ulangan, sehingga jumlah satuan percobaan adalah 20 unit. Perlakuan
tersebut adalah sebagai berikut :
- Perlakuan A : Pemeliharaan ikan Nila GIFT pada media salinitas 0 ppt
- Perlakuan B : Pemeliharaan ikan Nila GIFT pada media salinitas 5 ppt
- Perlakuan C : Pemeliharaan ikan Nila GIFT pada media salinitas 10 ppt
- - Perlakuan D : Pemeliharaan ikan Nila GIFT pada media salinitas 15 ppt

3.2.4 Analisa Data

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis ragam (ANOVA) untuk mengetahui


pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan.
Model matematika dari perlakuan tersebut menurut Gaspersz (1991), yaitu sebagai berikut :

Yij = µ + τi + εij

Keterangan :

Yij = Respon terhadap perlakuan ke i pada ulangan ke j

µ = Nilai Tengah Populasi

τ = Pengaruh perlakuan ke i yang diuji

εij = Galat percobaan dari perlakuan ke i pada pengamatan ke j

i = Perlakuan (1,2,3,4)

j = Ulangan (1,....,5)

Untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji Beda
Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata α 5%.
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, S. 1992. Efek Osmotik Berbagai Tingkat Salinitas Media
Terhadap Day Tetas Telur dan Vitalitas Larva Udang Windu
(Penaeus monodon) Fabricius. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Andrianto, T.T., 2005. Pedoman Praktis Budidaya Ikan Nila.


Absolut,Yogyakarta.

Arie, U., 1999. Pembenihan dan Pembesaran Nila GIFT. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Asmawi, S., 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba.


PT Gramedia, Jakarta.

Brotowidjoyo, 1995. Pengantar Lingkungan Perairan. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Cahyono,B 2000. Budidaya Ikan Air Tawar (Gurame, Nila, Mas).


Kanisius, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai