Anda di halaman 1dari 7

Makalah Budidaya Ikan Rawa

Oleh: Samuel Silaban (05121005013)

Budidaya Ikan Gabus

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu jenis ikan liar yang berpotensi dijadikan komoditi budidaya
adalah ikan gabus (Channa striata) (Muslim, 2007). Pemanfaatan ikan gabus di
masyarakat telah banyak digunakan mulai dari ukuran benih sampai ukuran
dewasa. Untuk ukuran benih ikan gabus banyak dimanfaatkan sebagai ikan
konsumsi (lauk), ikan gabus juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku olahan
seperti dalam pembuatan pempek, kerupuk, tekwan dan sebagainya (Makmur,
2003)
Hasil penelitian Fatah dan Gaffar (2006) menunjukkan bahawa ikan
gabus menempati peringkat pertama dalam komposisi hasil tangkapan di perairan
rawa banjiran sungai Musi bagian tengah, yaitu sebayak 94% dan di perairan rawa
banjiran bagian hilir sebesar 49%. Berdasarkan data statistik yang diperoleh dari
BPS (2011) hasil penelitian KKP selama periode 1998-2008 tangakapan ikan
gabus dari perairan umum mengalami kenaikan rata-rata 2,75 % per tahun.
Tingginya hasil penangkapan ikan gabus di alam, dikhawatirkan akan
menyebabkan terjadinya penangkapan yang berlebihan (over fishing) sehingga
stok di alam akan semakin berkurang. Sumatera Selatan mempunyai habitat ikan
gabus berupa lahan banjiran rawa dan lebak semakin berkurang dan sempit karena
telah berubah menjadi pemukiman penduduk dan lahan pertanian (Makmur,
2003). Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalah tersebut adalah
melakukan usaha budidaya ikan gabus sehingga ketersediaannya dapat bersifat
kontiniu dan lestari (Yulisman et al., 2011).

3 Universitas Sriwijaya
4

Kendala dalam budidaya ikan gabus ialah ketersedian benih yang selama
ini mengandalkan tangkapan dari alam. Ketersediaan benih yang diperoleh dari
perairan alami tidak terjamin karena kualitasnya kurang baik dan jumlahnya
terbatas. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan benih diperairan alami sangat
tergantung pada musim pemijahan dan kondisi lingkungan. Ketersediaan induk
yang matang gonad dalam wadah budidaya, merupakan upaya untuk memenuhi
ketersediaan benih ikan gabus yang bermutu baik yang tidak tergantung
ketersediaannya oleh musim pemijahan dan kondisi lingkungan alami ikan gabus.
Sebagai upaya untuk menyediakan indukan ikan gabus untuk budidaya,
maka dilakukan pemeliharan induk dalam wadah budidaya dengan pemberian
beberapa jenis pakan.

BAB 2
PEMBAHASAN

A. Biologi Ikan Gabus (Channa striata)


Klasifikasi Ikan gabus (Channa striata) menurut Kordi (2011) sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Parciformes
Family : Chanidae
Genus : Channa
Spesies : Channa striata
Ikan gabus mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh hampir bulat, panjang dan
makin ke belakang berbentuk pipih (compressed). Bagian punggung cembung,
perut rata dan kepala pipih seperti ular. Warna tubuh pada bagian punggung hijau
kehitaman dan bagian perut berwarna krem atau putih. Sirip ikan gabus tidak
mempunyai jari-jari keras, mempunyai sirip punggung dan sirip anal yang panjang
dan lebar, sirip ekor berbentuk setengah lingkaran, sirip dada lebar dengan ujung

Universitas Sriwijaya
5

membulat. Ikan gabus dapat mencapai ukuran panjang 90-110 cm (Santoso,2009).


Sisik ikan gabus berupa sisik cycloid dan ctenoid yang menutupi kepala dan
seluruh tubuhnya (Syafei et al, 1995 dalam makmur, 2003).

B. Habitat dan Penyebaran


Ikan gabus mempunyai toleransi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan
yang buruk. Ikan ini banyak ditemukan di sungai-sungai dan rawa, kadang
terdapat di air payau berkadar garam rendah (Santoso,2009). Allington (2002)
menambahkan bahwa ikan gabus juga hidup pada danau, kolam, bendungan,
banjaran, sawah bahkan parit dan mempunyai distribusi yang luas dari China,
hingga India dan Srilanka, kemudian India timur dan Filipina juga Nepal, Burma,
Banglades, Singapur, Malaysia, dan Indonesia khususnya pulau Sumatera, Jawa,
dan Kalimantan.

C. Makanan dan Kebiasaan Makan


Ikan gabus termasuk ikan karnivor. Makanan utamanya di alam adalah
udang, cacing, katak, serangga dan ikan-ikan kecil. Pada masa larva, Ikan gabus
memakan zooplankton, pada ukuran fingerling memakan serangga, udang kecil
dan ikan kecil (allington, 2002). Sinaga et al (2000) menyatakan bahwa di sungai
banjaran jawa tengah diketahui makanan ikan gabus dengan kisaran panjang total
5,78-13,4 cm adalah serangga air, potongan hewan air, udang dan detritus.
Menurut Buchar (1998) dalam Bijaksana (2010), di sebuah danau di Kalimantan
Tengah, makanan utama ikan gabus dengan kisaran panjang total 12,6-26,3 adalah
ikan, potongan hewan air, siput air, rotifera dan rhizopoda. Menurut Andhi (2010)
larva ikan gabus dapat dibiasakan untuk memakan pelet apung buatan setelah
berumur 2 minggu.
Menurut Kordi (2009) makanan untuk ikan gabus yang dipelihara berupa
ikan-ikan kecil. Dari hasil penelitian Suryanti et al., (1997) dalam Kordi (2009)
menyatakan bahwa ikan gabus yang diberi pakan pelet dengan kandungan protein
pakan 35% merupakan protein yang menghasilkan pertambahan bobot tertinggi.
Namun dibandingkan dengan pertambahan bobot ikan bagus yang diberi ikan
rucah, pertambahan bobot ikan yang diberi pelet masih rendah. Secara visual ikan
yang diberi pelet masih mempunyai kekurangan, yaitu mempunyai kandungan

Universitas Sriwijaya
6

lemak tinggi, terutama dibagian perut sehingga tekstur dagingnya tidak seperti
ikan gabus yang diberi pakan ikan rucah, yaitu kenyal (Kordi, 2009).

D. Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan


Kelangsungan hidup (Survival Rate) adalah peluang hidup suatu individu
dalam waktu tertentu. Kelangsungan hidup juga merupakan perbandingan jumlah
ikan yang hidup hingga akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan pada awal
pemeliharaan. Kelangsungan hidup ikan sangat tergantung dari kondisi perairan
tempat hidupnya. Kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh faktor biotik dan
abiotik. Faktor biotik yang mempengaruhi yaitu kompetitor, kepadatan populasi,
kemampuan adaptasi dari hewan dan penanganan manusia serta parasit. Faktor
abiotik yang berpengaruh antara lain yaitu sifat fisika dan sifat kimia dari suatu
lingkungan perairan (Effendi, 2002).
Pertumbuhan merupakan suatu perubahan bentuk akibat pertambahan
panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu secara individual. Pertumbuhan
yaitu pertambahan jumlah sel-sel secara mitosis yang pada akhirnya menyebabkan
perubahan ukuran jaringan. Ada dua macam pertumbuhan yaitu pertumbuhan
mutlak dan pertumbuhan relatif. Pertumbuhan mutlak adalah pertambahan berat
ratarata atau panjang ratarata ikan pada jangka waktu tertentu, sedangkan
pertumbuhan relatif adalah perbedaan ukuran pada akhir interval dengan ukuran
pada awal interval dibagi dengan waktu (Effendi, 2002).
Ikan gabus termasuk salah satu jenis ikan yang dapat mempertahankan
hidupnya dalam kondisi lingkungan yang sangat ekstrim misalnya di rawa-rawa
habitat ikan gabus saat musim kemarau kering, ikan gabus dapat menyelamatkan
diri dengan cara mengubur diri dalam lumpur, pada saat musim hujan turun ikan
gabus keluar dari dalam lumpur (Muslim, 2012).

E. Kualitas Air
Kualitas air merupakan salah satu kunci keberhasilan di dalam budidaya
ikan, termasuk budidaya ikan gabus. Air merupakan suatu media yang penting
bagi kehidupan ikan maka ada beberapa parameter air yang dijadikan sebagai
indikator didalam mengukur kualitas suatu perairan, diantaranya adalah suhu,

Universitas Sriwijaya
7

derajat keasaman (pH), Dissolved Oxygen (DO). Ikan gabus merupakan salah satu
jenis ikan yang hidup di perairan rawa lebak lebung (Muslim, 2012). Perairan
rawa lebak lebung termasuk tipe perairan rawa banjiran, dimana kondisi kualitas
dan kuantitas airnya dipengaruhi air sungai yang ada di sekitar rawa. Di Sumatera
Selatan tipe perairan rawa lebak lebung ini merupakan sentra produksi ikan air.
Kondisi kualitas air perairan rawa cenderung asam. Untuk pemeliharaan ikan
gabus, kisaran pH yang baik adalah 4-9 dan oksigen terlarut minimal 3 ppm
(Muflikha et al., 2008). Menurut Effendie (2003) kadar amonia yang masih dapat
ditoleransi yaitu maksimal 0,02 ppm.

F. Pemeliharaan Calon Induk Ikan Gabus


Seleksi induk merupakan tahap awal dalam pemeliharaan calon induk ikan
gabus yang sangat menentukan keberhasilan peemeliharaan. Dengan melakukan
seleksi induk yang benar akan diperoleh indukan yang unggul. Seleksi induk ikan
budidaya dapat dilakukan secara mudah dengan memperhatikan karakter
fenotipnya atau dengan melakukan program breeding untuk meningkatkan nilai
pemuliaan ikan budidaya. Induk ikan gabus yang unggul akan menghasilkan
benih ikan yang unggul (Budi.S, 1992).
Induk ikan yang unggul pada setiap kegiatan usaha budidaya ikan dapat
berasal dari hasil budidaya atau menangkap ikan langsung di alam. Karakteristik
induk yang unggul untuk setiap jenis ikan sangat berbeda, hal-hal yang sangat
penting untuk diperhatikan dalam melakukan seleksi induk agar tidak terjadi
penurunan mutu induk antara lain, Mengetahui asal usul induk, melakukan
pencatatan data tentang umur induk, masa reproduksi dan waktu pertama kali
dilakukan pemijahan sampai usia produktif, melakukan seleksi induk berdasarkan
kaidah genetik, dan melakukan pemeliharaan calon induk sesuai dengan proses
budidaya sehingga kebutuhan nutrisi induk terpenuhi (Perangin angin, 2013).
Mengurangi kemungkinan perkawinan sedarah dapat meningkatkan mutu
induk yang akan digunakan harus diakukan seleksi, seleksi induk bertujuan untuk
memperbaiki genetik dari induk ikan yang akan dipelihara. Oleh karna itu, dengan
melakukan seleksi ikan yang benar akan dapat memperbaiki genetik ikan tersebut
sehingga dapat melakukan pemuliaan ikan. Tujuan dari pemuliaan ikan ini adalah

Universitas Sriwijaya
8

menghasilkan benih yang unggul dimana benih yang unggul tersebut diperoleh
dari induk ikan hasil seleksi agar dapat meningkatkan produktivitas (Tave, 1995).

G. Perbedaan Ikan Gabus Jantan Dan Betina


Jantan dan betina ikan gabus bisa dibedakan dengan mudah. Caranya
dengan melihat tanda-tanda pada tubuh. Jantan ditandai dengan kepala lonjong,
warna tubuh lebih gelap, lubang kelamin memerah dan apabila diurut keluar
cairan putih bening. Betina ditandai dengan kepala membulat, warna tubuh lebih
terang, perut membesar dan lembek, bila diurut keluar telur. Induk jantan dan
harus sudah mencapai 1 kg.

H. Pemijahan Ikan Gabus


Pemijahan dilakukan dalam bak beton atau fibreglass. Caranya, siapkan
sebuah bak beton ukuran panjang 5 m, lebar 3 m dan tinggi 1 m; keringkan selama
3 4 hari; masukan air setinggi 50 cm dan biarkan mengalir selama pemijahan;
sebagai perangsang pemijahan, masukan eceng gondok hingga menutupi sebagian
permukaan bak; masukan masukan 30 ekor induk betina; masukan pula 30 ekor
induk jantan; biarkan memijah; ambil telur dengan sekupnet halus; telur siap
untuk ditetaskan. Untuk mengetahui terjadinya pemijahan dilakukan pengontrolan
setiap hari. Telur bersifat mengapung di permukaan air. Satu ekor induk betina
bisa menghasilkan telur sebanyak 10.000 11.000 butir.

I. Penetasan
Penetasan telur dilakukan di akuarium. Caranya : siapkan sebuah akuarium
ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari; isi
air bersih setinggi 40 cm; pasang dua buah titik aerasi dan hidupkan selama
penetasan; pasang pula pemanas air hingga bersuhu 28 O C; masukan telur dengan
kepadatan 4 6 butir/cm2; biarkan menetas. Telur akan menetas dalam waktu 24
jam. Sampai dua hari, larva tidak perlu diberi pakan, karena masih menyimpan
makanan cadangan.

Universitas Sriwijaya
9

J. Pemeliharaan Larva Ikan Gabus


Pemeliharaan larva dilakukan setelah 2 hari menetas hingga berumur 15
hari, dalam akuarium yang sama dengan kepadatan 5 ekor/liter. Kelebihan larva
bisa dipelihara dalam akuarium lain. Pada umur 2 hari, larva diberi pakan berupa
naupli artemia dengan frekwensi 3 kali sehari. Dari umur 5 hari, larva diberi
pakan tambahan berupa daphnia 3 kali sehari, secukupnya. Untuk menjaga
kualitas air, dilakukan penyiponan, dengan membuang kotoran dan sisa pakan dan
mengganti dengan air baru sebanyak 50 persen. Penyiponan dilakukan 3 hari
sekali, tergantung kualitas air.

K. Pendederan Ikan Gabus


Pendederan ikan gabus dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam
ukuran 200 m2; keringkan selama 4 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan
parit keliling dengan lebar 40 cm dan tinggi 10 cm; ratakan tanah dasarnya;
tebarkan 5 7 karung kotoran ayam / kotoran ternak; isi air setinggi 40 cm dan
rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 4.000 ekor larva pada pagi hari;
setelah 2 hari, beri 1 2 kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam untuk
setiap hari; panen benih dilakukan setelah berumur 3 minggu.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai