6
f) Itik Gunung (Anas superciliosa)
g) Belibis Batu (Dendrocygna javanica)
h) Sepatu Jengger (Irediparra galliracea)
Pengelolaan kawasan danau diperlukan sebagai salah satu upaya untuk
mengendalikan pemanfaatan danau dan lahan sekitar sehingga keseimbangan
antara kepentingan eksploitasi dan kemampuan daya dukung perairan danau serta
fungsi ekosistem danau bagi keperluan kehidupan biota secara keseluruhan tetap
terjaga. Pemanfaatan ekosistem danau didasarkan kepada pertimbangan bahwa
perairan danau berfungsi selain untuk habitat biota air (ikan) juga berperan
sebagai daerah reservat dan konservasi bagi satwa lainnya yang hidup dan tinggal
di perairan danau untuk melakukan sebagian atau keseluruhan daur hidupnya.
7
13-14, V 15, A VIII-XI 9-11, C17, LL 28-32 (Kottelat et al. 1993). Ikan betok
umumnya ditemukan di rawa, sawah, sungai kecil dan parit, serta di kolam
yang mendapatkan air banjir atau berhubungan dengan saluran air terbuka.
Dalam keadaan normal, sebagaimana ikan umumnya, betok bernafas dalam
air dengan insang. Akan tetapi betok juga memiliki kemampuan untuk
mengambil oksigen langsung dari udara karena adanya organ labirin. Kadang-
kadang juga dapat berjalan di darat manakala kondisi perairan mengalami
kekeringan (Binoy & Thomas 2003). Binoy & Thomas (2003) juga
menambahkan bahwa ikan ini tersebar luas di India dan beberapa negara
dibagian selatan sampai timur Asia.
Ikan mujair mempunyai bentuk badan pipih dan bulat, kepala bagian atas
cembung, sirip dada hampir sama atau lebih panjang dari panjang kepala, sirip
perut sampai ke dubur. Warna kebanyakan abu-abu dan sebagian hitam. Panjang
total ikan mujair jantan berkisar antara 30-40 cm dan ikan betina berkisar antara
25-33 cm (Webb et al. 2007). Bobot maksimum 1.130 g dan umur maksimum
mencapai 11 Tahun. Rumus sirip meliputi D.XVIII.13, P.16, V.16, A.17 dan
8
C.18. Ikan mujair hidup berkelompok di daerah reservoir, sungai, rawa dan aliran
anak sungai yang masih dipengaruhi oleh pasang. Ikan ini juga mempunyai
kisaran terhadap salinitas yang lebar, baik pada perairan tawar maupun laut
(Philippart & Ruwet 1982 in Henna et al. 2005).
Ikan mujair berasal dari Afrika, yaitu sekitar dataran rendah Zambezi, Shire
dan dataran pantai delta Zambezi sampai pantai Angloa. Pada saat ini, ikan mujair
telah tersebar luas sekurang-kurangnya ke-90 negara di dunia (Webb et al. 2007).
Keberadaan ikan mujair yang berlimpah akan menjadi gangguan terhadap ikan-
ikan lain, bahkan dapat menghilangkan ikan-ikan asli yang hidup di perairan
tawar. Ikan-ikan asli di beberapa danau dan reservoir di India dan Srilangka
mengalami penurunan dengan di introduksinya ikan mujair (O. mossambicus) (de
Silva 1988, Bhagat & Dwivedi 1988). Dampak introduksi ikan mujair terhadap
komunitas akuatik meliputi adanya predasi, persaingan untuk ruang dan makanan,
vektor terhadap adanya penyakit yang patogen, merubah lingkungan abiotik
(kualitas air).
Fuselier (2001) telah melakukan penelitian terhadap dampak introduksi ikan
mujair pada danau-danau di Meksiko, hasilnya menunjukkan terjadinya
penurunan terhadap populasi ikan endemik pupfishes yang menyebabkan
terbatasnya akses sumber daya makanan dan kondisi sub-optimal untuk bertahan
hidup. Fuselier (2001) juga menambahkan pemangsaan langsung oleh ikan
mujair terhadap telur ikan dan ikan pupfish yang kecil pada danau alami
berkontribusi terhadap penurunan populasi.
9
Rahardjo & Simanjuntak (2008); Manik (2009).
Pola pertumbuhan tubuh ikan betok khususnya ikan jantan, betina maupun
gabungan di perairan rawa sekitar Desa Teratak Buluh adalah allometrik positif
(Pulungan & Amin 1990). Mustakim (2008) menemukan bahwa pola
pertumbuhan ikan betok jantan di habitat rawa adalah isometrik sedangkan ikan
betina allometrik positif, di sungai dan danau pola pertumbuhan ikan jantan dan
betina adalah allometrik positif. Riedel (1976) melaporkan bahwa Tilapia
mossambica di danau Moyua memiliki pola pertumbuhan allometrik. Bataragoa
& Rondo (1990) melaporkan bahwa pertumbuhan ikan mujair di Danau Mooat
adalah allometrik negatif. Sedangkan pola pertumbuhan ikan mujair di Danau
Galela baik jantan maupun betina adalah allometrik negatif (Abdullah 2005).
10
2.3.3 Pertumbuhan
Estimasi parameter pertumbuhan merupakan langkah awal untuk
memperkirakan model dinamika dari suatu sumber daya yang bertujuan sebagai
acuan dalam pengelolaan sumber daya perikanan (Tzeng & Yeh 1998).
Mustakim (2008) melaporkan bahwa dugaan parameter pertumbuhan Von
Bartalanffy ikan betok diperoleh nilai (K dan L ∞ ) di rawa masing-masing 0,73/th
dan 214,2 mm dengan persamaan Lt = 214,2 (1-e-0,73(t+0,13)), sungai masing-
masing 0,66/th dan 204,23 mm dengan persamaan Lt = 204,23 (1-e-0,66(t+0,14)) dan
danau masing-masing 1,30/th dan 200,55 mm dengan persamaan Lt = 200,55 (1-e-
1,3(t+0,072)
). Yuliastuti (1988) menduga nilai koefisien pertumbuhan ikan mujair di
waduk Selorejo dengan menggunakan regresi Ford-Walford sebesar 0,286/th
dengan L ∞ sebesar 34,66 cm dan umur ikan pada saat panjangnya sama dengan
nol (t 0 ) = -0,56 th. Pendugaan parameter pertumbuhan ikan mujair di Sri Langka
diperoleh nilai K= 0,48/th dan L∞ = 39,3 cm (de Silva 1991). Amir (1995)
melaporkan bahwa dari pengukuran dugaan parameter pertumbuhan diperoleh
nilai K dengan metode Gulland dan Holt Plot sebesar 0,1/bln, L ∞ = 26,3 cm dan
t 0 = -0,13 bulan, dengan persamaan Lt = 26,3 (1-e-0,1(t+0,13)).
Perbedaan nilai K dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti makanan, suhu
dan kondisi lingkungan (Weatherley 1972). Menurut Sulistiono et al. (2001)
makanan yang berlimpah berpengaruh terhadap pertumbuhan yang cepat.
11
reservoir adalah menguntungkan, karena juvenil ikan akan berekspansi ke zona
litoral selama musim hujan untuk memanfaatkan sumber makanan. Pemijahan
meningkat selama periode musim kemarau, ketika penurunan tinggi air relatif
kecil dari bulan ke bulan hingga mencapai tingkat kedalaman air minimum dari
reservoir. Pemijahan ikan mujair di waduk Selorejo diperkirakan tersebar pada
perairan waduk bagian selatan (dekat muara Sungai Konto). Hal itu sesuai dengan
profil dasar perairan yang diinginkan oleh ikan mujair untuk membuat sarang
yaitu lumpur berpasir (Wardoyo & Sukimin 1978 in Amir 1995).
2.4.2 Fekunditas
Pulungan & Amin (1993) melaporkan bahwa fekunditas ikan betok di
perairan Teratak Buluh antara 712-8224 butir. Fekunditas ikan betok di Danau
Arang-Arang Jambi berkisar antara 12.300-12.725 butir (Samuel et al. 2002). Di
Danau Melintang fekunditas ikan betok berkisar antara 6.188-48.414 butir
(Mustakim 2008).
Fekunditas ikan mujair di waduk Selorejo pada ukuran 8,9-24,3 cm
berkisar antara 87-1.347 butir, pada ukuran 8,9-12,9 cm fekunditas rata-ratanya
sekitar 357 butir. Fekunditas yang tinggi pada jenis ikan, diduga merupakan
mekanisme dan strategi untuk meningkatkan jumlah telur serta laju pertumbuhan
larva ikan (Bagenal 1973). Team TAB-BIOTROP (1985) telah mengukur
fekunditas ikan mujair di Waduk Bening yang menyatakan bahwa ikan mujair
untuk seluruh stadia pemijahannya diperkirakan fekunditasnya mencapai 8.000
butir. Rondo (1977) in Bataragoa & Rondo (1990) melaporkan bahwa fekunditas
ikan mujair di danau Tondano berukuran panjang 115-215 mm dan berat 30-226
g berkisar antara 324-1.618 butir. Di danau Mooat fekunditas ikan mujair
berkisar antara 76-686 butir (Bataragoa & Rondo 1990).
12
ukuran 109-110 (Mustakim 2008).
Soenarjanto (1977) melaporkan bahwa ikan mujair di Waduk Selorejo
memijah pertama kali pada ukuran 13-15 cm. Ukuran pertama matang gonad
ikan mujair di Danau Mooat adalah 7,2 cm (Bataragoa & Rondo 1990).
13
Philippart & Ruwet (1982) menyatakan bahwa toleransi ikan mujair terhadap
salinitas berkisar antara 0-60 ‰, suhu terendah berkisar antara 8-15OC dan
maksimum pada suhu 39-400C. Pada kondisi yang ekstrim (lethal) kisaran
toleransi terhadap suhu berkisar antara 41-420C (Philippart & Ruwet 1982;
Stauffer 1986). Beberapa studi tentang kisaran toleransi ikan mujair dan famili
Ciclidae lainnya terhadap suhu telah dilaporkan (Allanson et al. 1971; Chervinski
& Lahar 1976). Chen (1976) melaporkan bahwa suhu optimal perairan untuk
memijah bagi ikan mujair berkisar antara 20-350C, dimana suhu 22-240C dan
260C merupakan suhu optimal yang terbaik untuk reproduksi. Mustakim (2008)
melaporkan kisaran suhu untuk perkembangan ikan betok berkisar antara 28,00C-
30,020C. Balarin & Haller (1980) mengemukakan ikan mujair tahan terhadap kadar
O 2 kurang dari 5,0 ppm. Kisaran kadar O 2 ikan betok di Danau Melintang berkisar
antara 1,97-4,75 mg/l (Mustakim 2008).
14