Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang

cukup banyak menduduki keanekaragaman hayati di dunia yang terdapat berbagai

ekosistem darat dan perairan. Di indonesia memiliki 25% jenis pisces, 17% aves,

16% jenis reptil dan amfibi, 12% mamalia, dan 10% jenis flora yang telah

dikenali. Jumlah tersebut belum termasuk hewan avertebrata, fungi, dan

mikrorganisme lain yang belum di ketahui (Gautama, 2013 dalam Jalaludin,

2017).

Avertebrata air adalah hewan yang tidak bertulang belakang (backbone),

yang sebagaian atau seluruh daur hidupnya di dalam air. Di tinjau dari segi

bentuk, ukuran dan adaptasi lingkungan, hewan advertebrata air mempunyai

keanekaragaman yang tinggi. Sementara itu dari segi ukuran di jumpai mulai dari

yang berukuran kecil sampai berukuran besar dan dari segi bentuk tubuh yang

sederhana sampai yang kompleks dilihat dari lingkungan hidupnya ada yang di

darat, air tawar, air payau, atau air laut, bahkan ada yang di daerah ekstrim seperti

danau garam (Suwignyo, 2005 dalam Azizi, dkk., 2011).

Beberapa biota laut yang menghasilkan metabolit sekunder sebagian besar

didominasi oleh avertebrata air laut antara lain spons,karang lunak, bryozoan,

tunikata, dan lain-lain (Hunt & Vincent 2006).

Praktikum Avertebrata Air dilaksanakan di salah satu Pantai yang terletak di

Kelurahan Tanjung Kramat Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo Provinsi

Gorontalo.

1
Desa Tanjung Keramat adalah desa yang terletak di Kecamatan

Hulonthalangi Kota Gorontalo. Penduduk di desa ini lebih dominan bekerja

sebagai nelayan, namun ada juga yang berprofesi sebagai PNS. Kondisi

lingkungan di desa ini bisa dibilang sangat memprihatinkan karena banyaknya

sampah yang berserakan disekitar pesisir pantai. Pada saat praktikum Avertebrata

kemarin, kami menemukan berbagai macam hewan aveterbrata air, salah satunya

yaitu teripang dan lain sebagainya. Kami juga melakukan pengukuran parameter

air salah satunya yaitu pengukuran suhu dan pH. Disisi lain, kami juga

berkomunikasi langsung dengan anak-anak yang berada disekitar pantai tersebut.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini untuk mengidentifikasi hewan Avertebrata Air dan

Kualitas Air yang ada di Kelurahan Tanjung Kramat Kecamatan hulonthalangi

Kota Gorontalo.

1.3 Manfaat

Manfaat dari pakikum ini adalah dapat memberikan informasi kepada

masyarakat, khususnya masyarakat setempat tentang Identifikasi hewan

Avertebrata Air dan Kualitas Air yang berada di Kelurahan Tanjung Keramat

Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Avertebrata Air

Avertebrata air adalah hewan yang tidak bertulang belakang (backbone),

yang sebagaian atau seluruh daur hidupnya di dalam air. Di tinjau dari segi

bentuk, ukuran dan adaptasi lingkungan, hewan advertebrata air mempunyai

keanekaragaman yang tinggi. Sementara itu dari segi ukuran di jumpai mulai dari

yang berukuran kecil sampai berukuran besar dan dari segi bentuk tubuh yang

sederhana sampai yang kompleks dilihat dari lingkungan hidupnya ada yang di

darat, air tawar, air payau, atau air laut, bahkan ada yang di daerah ekstrim seperti

danau garam (Suwignyo, 2005 dalam Azizi, dkk., 2011).

2.2 Filum Echinodermata


Filum Echinodermata merupakan kelompok hewan yang sudah memiliki

sistem pencernaan yang lengkap seperti mulut, usus dan anus. Ciri khas filum ini

adalah adanya bulu-getar yang berisi sel-sel kelenjar dan sel-sel indra. Pernafasan

dilakukan dengan kaki tabung atau organ respirasi yang menyerupai cabang

pohon. Tidak memiliki nefridia, sistem pembuangan dilakukan oleh selsel

ameboid yang bergerak. Tidak memiliki sistem peredaran darah dan sistem saraf

primitif. Alat indra tidak berkembang dengan baik dan permukaan tubuh peka

terhadap sentuhan. Memiliki alat kelamin terpisah dan alat perkembangbiakan

yang sederhana telur dan spermatozoa dapat dikeluarkan tanpa bantuan kelenjar-

kelenjar tambahan (Romimohtarto, 2009).

Echinodermata menyebar hampir di semua lingkungan laut. Mereka

mencapai keragaman tertinggi di lingkungan terumbu karang dan juga pantai

3
dangkal. Kelimpahan Crinoid di laut dalam paling banyak. Hampir semua

Echinodermata adalah bentik. Bentik yaitu hewan yang hidup di dasar laut

(Raghunathan, 2013).

Synapta maculata adalah spesies dari timun laut berukuran besar yang

memiliki 15 tentakel . Memiliki warna yang bervariasi yaitu kuning-cokelat

dengan garis-garis membujur yang lebar serta garis-garis melintang berwarna

gelap. Spikula merupakan karakteristik seperti jangkar berukuran lebar (500-

2000µm) dengan ujung yang lembut. Selain nama spesien tersebut yang

diterima,terdapat pula nama sinonim untuk spesies ini, yaitu Hothuroidea

maculate (Purwati dan Wirawati, 2008).

Diadema setosum merupakan salah satu Echinoidae yang termasuk

dalam famili Diadematidae. Bulu babi ini memiliki dua sisi, yaitu aboral dan

oral. Pada bagian aboral terdapat anal ring berwarna jingga dan terdapat warna

biru atau hijau pada bagian genital, sedangkan pada bagian oral terdapat mulut.

Diadema setosum ini memiliki warna hitam di seluruh tubuhnya dengan duri-

duri primer yang panjang dan meruncing (Radjab. 2001).

2.3 Filum Mollusca


Mollusca berasal dari bahasa Romawi molis yang berarti lunak. Filum

mollusca meliputi keong, kerang, cumi-cumi, gurita dan sotong. Bentuknya

simetri bilateral, tidak beruas, diantaranya mempunyai cangkang dari kapur dan

mempunyai kaki ventral. Pada keong, kaki ini biasanya digunakan untuk

mengeduk melalui dasar lumpur dan pada cumi-cumi untuk menangkap mangsa.

Mollusca memiliki alat pencernaan sempurna dan di dalam rongga mulut terdapat

radula, kecuali pelecypoda. Radula terdiri atas tulang muda yang disebut

4
odontophore. Di atas odontophore terdapat pita radula yang berisi beberapa baris

gigi khitin kecil-kecil dengan ujung mengarah ke belakang. Mulut berhubungan

dengan esofagos, perut dan usus yang melingkar. Anus terletak pada tepi dorsal

rongga mantel di bagian posterior. Sisa pencernaan berbentuk pelet yang

padat,sehingga rongga mantel dan insang tidak tercemar oleh buangan tersebut.

Jantung mollusca terdiri atas dua serambi (auricle) dan sebuah bilik (ventricle),

terdapat dalam rongga perikardium. Bilik memompa darah ke aorta, beberapa

arteri dan menuju sinus dalam organ atau jaringan. Peredaran darah terbuka,

artinya darah tidak melalui pembuluh darah, tetapi melalui sinus darah yaitu

rongga di antara sel-sel dalam organ (Sugiarto dkk, 2005).

Tiram mutiara (Pinctada sp) memiliki sepasang cangkang yang bentuknya

tidak sama (inequivalve). Cangkang tersebut berfungsi melindungi mantel dan

organ bagian dalam lainnya. Bagian cangkang sebelah kanan agak pipih dan

cangkang sebelah kiri lebih cembung. Kedua cangkang tersebut dihubungkan oleh

sepasang engsel (hinge), sehingga akan mempermudah tiram dalam membuka dan

menutup cangkangnya (Baron, 2006).

Bekicot (Achatina Fulica) memiliki sebuah cangkang yang sempit

berbentuk kerucut yang panjangnya dua kali lebar tubuhnya dan terdiri dari tujuh

sampai sembilan ruas lingkaran ketika umurnya telah dewasa. Cangkang bekicot

umumnya memiliki warna coklat kemerahan dengan corak vertikal berwar kuning

tetapi pewarnaan dari spesies tersebut tergantung pada keadaan lingkunagandan

jenis makanan yang di konsumsi. Bekicot dewasa panjangnya dapat melampaui 20

5
cm tetapi rata-rata panjangnya sekitar 5-10 cm. Sedangkan berat rata-rata bekicot

kurang lebih adalah 32 gram (Dewi, 2010).

2.4 Filum Arthropoda

Filum Arthropoda berasala dari bahasa Yunani yaitu atrhros, sendi dan

podos kaki. Oleh karena itu ciri utama hewan yang termasuk dalam fium ini

adalah kaki yang tersusun atas ruas-ruas. Jumlah spesies anggota filum ini

terbanyak dibandingkan dengan filum lainnya yaitu lebih dari 8.00.000 spesies

(Kastawi,2005).

Ciri-ciri umum artropoda diantaranya mempunyai appendahe yang beruas-

ruas, tubuhnya bilateral simetris terdiri dari sejumlah ruas, tubuh terbungkus oleh

zat chitine. Sehingga merupakan ekoskeleton, system syaraf tangga tali. Fauna-

fauna dari filum ini yang terdapat dalam tanah adalah dari kelas arachnid,

crustacean, insekta dan Myriapoda (Yulipriyanto,2010).

Kepiting pasir (Emerita emeritus) atau undur-undur laut merupakan biota

bentik yang hidup di pantai berpasir yang mempunyai nilai ekologi dan nilai

ekonomi cukup penting. Adanya tekanan penangkapan mengharuskan adanya

pengelolaan yang bijak yang disesuaikan dengan karakteristik populasi kepiting

pasir. Informasi tentang jenis dan kelimpahan kepiting pasir penting untuk

diketahui terlebih dahulu sebagai langkah awal upaya pengelolaan lestari kepiting

pasir (Haye et al, 2002).

2.5 Parameter Fisika


2.5.1 Suhu
Menurut Iskandar (2003) dalam Sluwangsa (2016) menjelaskan bahwa

suhu merupakan faktor penting didalam perairan dan dipengaruhi oleh jumlah

6
cahaya matahari yang jatuh ke permukaan air. Suhu juga merupakan salah satu

faktor penunjang produktivitas fitoplankton, karena mempengaruhi laju

fotosintesis dan kecepatan pertumbuhan. Selain itu juga suhu berpengaruh

terhadap laju dekomposisi dan konversi bahan organik menjadi bahan

anorganik.Suhu optimum bagi fitoplankton di daerah tropis berkisar 20-30°C.

Suhu air merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap

ekosistem perairan. Suhu merupakan faktor pembatas utama kehidupan di air,

dimana setiap jenis organisme memiliki kisaran toleransi yang berbeda-beda

terhadap suhu media tempat hidupnya (Nasirin, 2018).

2.5.2 Kecerahan

Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan.kecerahan merupakan

ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan

secchi disk nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. nilai ini sangat

dipengarui oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran kekeruhan dan padatan

tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran.Pengukuran

kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerh Effendi (2003) dalam

Simanjuntak (2017).

Intensitas cahaya matahari mempengaruhi produktivitas primer. Hasil

perubahan energi cahaya matahari menjadi energi kimia dapat diperoleh melalui

proses fotosintesis oleh tumbuhan hijau. Proses fotosintesis sangat tergantung

pada intensitas cahaya matahari, konsentrasi CO2, oksigen terlarut dan temperatur

perairan. Oleh karena itu tumbuhan hijau sangat tergantung pada kecerahan suatu

7
perairan karena mempengaruhi proses fotosintesis (Barus, 2004 dalam Fitra,

2008).

2.5.3 Kecepatan Arus

Arus merupakan faktor yang mengakibatkan perbedaan antara bagian

pantai. Besarnya kecepatan arus ditentukan oleh kecuraman gradien permukaan,

halus kasarnya dasar perairan serta kedalaman dari pantai tersebut (Koesoebino,

1980 dalam Novrihatno, 2010)

Arus air adalah faktor yang mempunyai peranan sangat penting baik pada

perairan lotik maupun perairan lentik. Hal ini berhubungan dengan penyebaran

organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam air. Kecepatan

aliran air akan bervariasi secara vertikal. Arus air yang pada perairan lotik

umumnya bersifat turbulen, yaitu arus air yang bergerak ke segala arah sehigga air

akan terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan tersebut. Selain itu dikenal arur

laminar, yaitu arus air yang bergerak ke satu arah tertentu saja (Barus, 2004 dalam

Simanjuntak, 2017).

2.6 pH

pH adalah salah satu paramaeter kualitas air yang berkaitan dengan

karbondioksida dan alkalinitas. pH hanya menggambarkan hydrogen, semakin

tinggi pH maka semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin sedikit kadar

karbondioksida bebas. Nilai pH dapat menunjukkan kualitas perairan sebagai

lingkungan hidup, walaupun perairan itu tergantung pula dari berbagai faktor lain

(Anggraini, 2011).

8
Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hidrogen dalam suatu larutan,

didefenisikan sebagai logaritma dari resiplokal aktivitas ion hidrogen dan secara

matematis dnyatakan sebagai pH = log 1/H+ adalah banyaknya ion hydrogen

dalam mol perliter larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau melepaskan

sejumlah ion hydrogen akn menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam

atau basa Barus (2004) dalam Simanjuntak ( 2017).

Menurut Hardiyanto dkk (2012) dalam Nasirin (2018) derajat keasaman

atau pH diperlukan untuk mendukung kehidupan ikan dan jasad hidup lainnya

adalah berkisar antara 6-9.pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan. Hal

ini dikarenakan pH mempengaruhi kehidupan jasad renik.Pada pH rendah

keanekaragaman plankton dan bentos mengalami penurunan. Hal ini secara

langsung dapat mempengaruhi perairan sehingga terjadi penurunan produktivitas

9
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Avertebrata Air berlangsung pada hari Sabtu tanggal 06 April

2019. Praktikum berlokasi di Kelurahan Tanjung Kramat Kecamatan

Hulonthalangi Kota Gorontalo Pada Pukul 15.00 WITA

3.2 Alat dan Bahan

Dari Alat dan Bahan yang digunakan pada saat praktikum

mengidentifikasi organisme Avertebrata Air dan Kualitas Air di Kelurahan

tanjung Kramat dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.

Adapun alat yang kami gunakan pada saat praktikum yaitu berupa meteran

roll, ATM, stopwatch, thermometer, sechi disk, kamera, masker dan patok kayu.

Alat dan fungsi dapat dilihat pada tabel satu dibawah ini:

Tabel 1. Alat dan Fungsinya


No Alat Fungsi
1. Meteran roll Mengukur panjang zonasi dan kedalaman
2. Alat tulis menulis Mencatat hasil pengukuran dan pengamatan

3. Stopwatch Mengukur lamanya waktu kecepatan arus


4. Termometer Mengukur suhu air laut
5. Secchi disk Mengukur kecerahan

6. Kamera Pengambilan dokumentasi


7 Masker Untuk melihat organisme

8 Patok Kayu Sebagai batas wilayah dan pengikat tali rapia

9 Kertas lakmus dan Mengukur derajat tingkat keasaman


indicator pH

10 Tali raffia Mengikat botol plastic dalam pengukuran kecepatan


dan arah arus air laut
11 Botol bekas Pemberat yang diikat pada tali raffia dalam
pengukuran kecepatan arus air laut.

10
Adapun bahan yang kami gunakan pada saat praktikum yaitu kertas

lakmus, tali raffia, botol bekas, perairan tanjung kramat dan organisme

avertebrata. Bahan dan fungsinya dapat dilihat pada tabel dua dibawah ini:

Tabel 2. Bahan dan Fungsinya


No Bahan Fungsi
1. Perairan Tanjung Sebagai lokasi praktikum Avertebrata Air
Kramat
2 Oraganisme Sebagai objek pengamatan

11
3.3 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang kami lakukan dalam praktikum Avertebrata

Air dan Kualitas Air yang dilakukan di Keluraha Tanjung Kramat yaitu sebagai

berikut.

Prosedur dalam kegiatan praktikum mata kuliah Avertebrata Air adalah :

1) Memilih lokasi pantai yang akan diamati.

2) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.

3) Membuat transek kuadran dengan tali rapia berukuran 10×10 M

4) Memasang patok dengan panjang patok 1 meter

5) Mengukur kualitas air (suhu, pH, arus dan kecerahan).

6) Mengamati organisme hewan Avertebrata Air dan Substart pantai.

7) Mendeskripsikan serta menggambar organisme hewan Avertebrata Air.

8) Mendokumentasikan organisme dan seluruh kegiatan yang terkait dengan

praktikum.

9) Semua data hasil pengamatan dimasukkan dihasil dan pembahasan

prosuder kerja pengukuran parameter lingkungan.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Gambaran Umum Lokasi

Gambar 1. Perairan Tanjung Kramat.


(Sumber : Dokumen pribadi, 2019).
Pantai tanjung keramat merupakan salah satu pantai yang memiliki

keanekaragaman bawah laut yang sangat mekimpah, salah satunya yaitu hewan

avertebrata air. Beragam macam hewan avertebrata yang tersebar diperairan

tersebut. Dengan panjang 10×10 M tersebut, kami menemukan substrat pasir

berbatu dengan yang ditumbuhi oleh lamun. Di dalam

Sebagai salah satu wilayah pesisir yang ada di Indonesia maka masyarakat

di Kelurahan Tanjung Kramat Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo juga

menggantungkan proses kehidupannya dari hasil laut, sebelumnya masyarakat

yang berdomisili di wilayah ini hidup dalam keadaan/kondisi yang

memprihatinkan pada tahun 1985, masyarakat Tanjung Kramat masih

menggunakan dayung dan alat – alat untuk menangkap ikanpun masih sangat

tradisional (Kadir dkk, 2013).

13
4.2 Organisme Avertebrata
Adapun organisme Avertebrata Air yang kelompok kami temukan

diperairan Tanjung Kramat yaitu berupa Teripang, Bulu babi, Bivalvia,

Gastropoda dan kepiting Pasir. Adapun Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 3

berikut:

Tabel 3. Organisme yang didapat saat praktikum.


No Spesies Filum Gambar Foto Jumlah

Sinapta
1 Echinodermata 2
maculata

Diadema
2 Echinodermata 1
setosum

Achatina
3 Mollusca 1
Fulica

4 Pinctada sp Mollusca 1

Emerita
5 Arthopoda 1
emeritus

14
4.3 Parameter Kualitas Air

Adapun hasil dari pengukuran kualitas air yang kami lakukan pada saat

praktikum Avertebrata Air di Kelurahan Tanjung Kramat yaitu dapat dilihat pada

tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Parameter Kualitas Air.


No. Parameter Hasil
1. Suhu 32 ˚C
2. pH 7
3. Arus 5,44 Menit
4. Kecerahan 100%
5. Kedalaman 1 Meter
6. Substrat Pasir Berbatu dan Berlamun

4.4 Pembahasan

Adapun pembahasan berdasarkan hasil yang kelompok kami peroleh pada

saat identifikasi hewan advertebrata air di pesisir Pantai Kelurahan Tanjung

Keramat Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo adalah sebagai berikut:

4.4.1 Sinapta maculata

Gambar 1 : Teripang Sabuk.


(Sumber: Dokumen Pribadi 2019)

Teripang Sabuk (Sinapta maculata) Taksonomi menurut Wulandari, dkk,

(2012) dalam Jalaluddin (2011) klasifikasi teripang Sinapta maculata adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Echinodermata

15
Klass : Synaptidea

Ordo : Apodia/ Paractinipoda

Family : Synaptidae

Genus :Synapta

Species : Sinapta maculata

Organisme pertama yang kelompok kami temukan yaitu teripang. Hewan

satu ini biasa memiliki tubuh yang berlendir dan panjang tubuh bias sekitar 20-30

cm. Habitat utama dari teripang ini yaitu dikarang dan lamun agar bias

menghindar dari predator dan sinar matahari karena tubuhnya peka terhadap sinar

matahari.

Habitat utama teripang yaitu karang dan lamun. Habitat ini berfungsi sebagai

pelindung dan perangkap makanan bagi teripang. Di daerah karang dan padang

lamun merupakan habitat yang banyak ditempati oleh teripang untuk melindungi

diri dari sinar matahari karena hewan ini sangat peka terhadap sinar matahari

(Sabariah, dkk., 2011 dalam Handayani, dkk., 2014)

Gambar Tubuh teripang umumnya berbentuk bulat panjang atau silindris

sekitar 10-30 cm, dengan mulut pada salah satu ujungnya dan anus pada ujung

lainnya. Mulut teripang dikelilingi oleh tentakel atau lengan peraba yang kadang

bercabang-cabang. Tubuhnya berotot, sedangkan kulitnya dapat halus atau

berbintil. Makanan teripang berupa plankton, detritus dan kandungan zat-zat

organik lain yang berada di dalam lumpur atau pasir. Jenis makanan lain adalah

organisme-organisme kecil, protozoa, algafilamen, rumput laut, dan

16
potonganpotongan kecil hewan maupun tumbuhan laut serta partikel-partikel pasir

(Elfidasari, dkk, 2012).

4.4.2 Diadema Setosum

Gambar 2 : Bulu babi


(Sumber: Dokumen Pribadi 2019)

Menurut Barnes, (1987) dalam Agustia (2013), mengklasifikasikan bulu babi

sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

filum : Echinodermata

Class : Echinoidea

Ordo : Temnopleuroida, Diademotoida, Euchinoida

Family : Toxopneustidae, Diadematidae

Genus : Diadema, Salmacis, Tripneustes, Echinometra.

Spesies : Diadema Setosum

Organisme kedua yang kami temukan yaitu bulu babi yang bentuk luar

penuh dengan duri. Bulu babi biasa hidup berkoloni da nada juga yang hidup

menyendiri. Spesies yang kami dapat yaitu Diadema setosum. Kami hanya

menemukan satu spesies bulu babi karena disekita lokasi praktikum kami kurang

dengan terumbu karang.

17
Bulu babi umumnya hidup di daerah batu, karang dan juga pasir. Bulu

babi hidup berkoloni yang berfungsi agar dapat mempertahankan diri dan ada juga

yang hidup menyendiri (soliter) yang membuat bulu babi rentan akan predator.

Bulu babi dewasa hidup di dasar perairan sebagai bentos, sedangkan pada usia

juvenile bulu babi umumnya bersifat planktonik (Umagap, 2013).

4.4.3 Emerita Emeritus

Gambar 5: kepiting pasir


(Sumber: Dokumen Pribadi 2019)

Klasifikasi Emerita emeritus menurut Zipodezoo (2012) adalah sebagai berikut:

Kingdom: Animalia

Filum: arthopoda

Sub Kelas: crustacea

Kelas: Malacostracea

Ordo: decapoda

Famili: Hippidae

Genus: Emerita

Spesies:Emerita emeritus

Organisme ketiga yang kami temukan yaitu kepiting pasir. Pada saat

praktikum kemari kami hanya menemukan satu spesies kepiting Spesies yang

kami temukan yaitu Emerita emeritus yang memiliki tubuh yang kecil dan lunak.

18
Hewan satu ini biasanya hidup di karang-karang dan di pasir untuk mengelbui

musuhnya.

Kepiting pasir termasuk kedalam famili hippidae yang memiliki ciri-ciri

khusus yaitu tubuh sangat pendek da abdomen terlipat kearah ventral dan

kedepan, cephalonthoraks tumbuh sangat baik, memiliki rostrum kecn

melengkung, abdomen bilateralssimetris, lunak, pipih dorsoventral, atau sedikit

membulat, ujung posterior abdomen terlipat kearah ventral dan kedepan,

cephalothoraks tumbuh sangat baik, memiliki rostrum kecil atau mereduksi, telson

berada dibawah thoraks, memanjang dan meruncing. Memiliki kaki pertama yang

yang disebut chelate atau subchelate, kaki ke lima tereduksi dan melipat, serta

selalu berada di bawah karapas (Haye et al. 2002.)

4.4.4 Pinctada sp

Gambar 3: Bivalvia
(Sumber: Dokumen Pribadi 2019)

Klasifikasi Bivalvia menurut Yusran (2014).


Filum : Mollusca

Genus : Pinctada
Klas : Bivalvia

Spesies : Hippopus Pocellanus

Ordo : Anisomyaria

Famili : Pteridae

19
Spesie: Pinctada sp

Organisme keempat yang kami temukan yaitu bivalvia atau kerang-

kerangan. Jumlah yang kami dapat hanya satu spesies, yaitu Hippopus polcellanus

Yag memilki bentuk yang unik dengan dua cangkang yang keras untuk

melindungi dirinya dari sergapan musuh. Hewan yang satu ini kami temukan

disekitar karang dan lamun.

Bivalvia atau lebih dikenal dengan nama kerang-kerangan, mempunyai

dua keping atau belahan kanan dan kiri yang di satukan oleh satu engsel yang

bersifat elastik di sebut ligament dan mempunyai dua otot yaitu abductor dan

aductor dalam cangkangnya, yang berfungsi untuk membuka dan menutup kedua

belahan cangkang tersebut, kerang-kerangan membenamkan diri dalam pasir atau

lumpur umumnya mempunyai tabung yang disebut sifon yang terdiri dari saluran

untuk memasukan air dan saluran lainya untuk mengeluarkan. Makin dalam

kerang membenamkan diri, makin panjang sifonya (Nontji, 2007).

4.4.5 Achatina Fulica

Gambar 5: Gastropoda
(Sumber: Dokumen Pribadi 2019)

Klasifikasi Achatina Fulica menurut Wahdaniyar (2016) sebagai berikut:

Phylum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Sub kelas : Prosobranchia

20
Ordo : Sorbaeconcha

Family : Thiaridae

Genus : Thiaradiae

Spesies: Achatina Fulica

Organisme yang kelima yang kami temukan yaitu bekicot atau yang kita

kenal dengan hewan kecil yang memiliki cangkang yang keras sebagai rumahnya.

Ia memiliki jumlah kaki yang banyak dan biasanya hidup disekitar pesisir pantai

dan disekitar karang dan lamun.

Gastropoda disebut juga binatang berkaki perut. Kebanyakan di laut, tetapi

ada sebagian yang hidup di darat. Mempunyai anggota yang terbanyak. Bentuk

cangkang dalam pertumbuhannya memperlihatkan perputaran spiral dengan sudut

180°C, dimana binatangnya akan kembali ke posisi semula. Mempunyai kepala

dan mata, umumnya mempunyai radula (Sahami dan Hamzah, 2011).

4.5 Parameter lingkungan


4.5.1 Suhu
Suhu yaitu keadaan yang sering terjadi pada setiap perairan yang ada

dimuka bumi, baik suhu panas, dingin maupun sedang. Suhu juga sering

mempengarhi suatu keadaan perairan. Suhu yang kami temukan pada saat

praktikum yang dilaksanakan di Kelurahan Tanjung Kramat kami menemukan

suhu berkisar 30- 32ᵒC pada waktu 2 menit.

Menurut Iskandar (2003) dalam Sluwangsa (2016) menjelaskan bahwa

suhu merupakan faktor penting didalam perairan dan dipengaruhi oleh jumlah

cahaya matahari yang jatuh ke permukaan air.Suhu juga merupakan salah satu

faktor penunjang produktivitas fitoplankton, karena mempengaruhi laju

fotosintesis dan kecepatan pertumbuhan.Selain itu juga suhu berpengaruh

21
terhadap laju dekomposisi dan konversi bahan organik menjadi bahan

anorganik.Suhu optimum bagi fitoplankton di daerah tropis berkisar 20-30°C.

4.5.2 Kecerahan

Kecerahan yaitu keadaan dimana suatu tempat atau perairan tersebut

mendapat pancaran dari cahaya matahari, sehingga yang pada saat wilayah

tersebut dalam keadaan gelap akan nampak karena adanya pancaran dari cahaya

matahari tersebut. Kecerahan juga sangat bermanfaat bagi biota laut, salah satunya

untuk proses fotosintesis. Kecerahana yang kami dapat pada saat praktikum di

Kelurahan Tanjung Kramat kemarin yaitu 100% dengan kedalaman 1 meter.

Kami melakukan tiga kali pengukuran kecerahan, tapi kami hanya mengambil

yang tingkat kecerahan yang 100%.

Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan.kecerahan merupakan

ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan

secchi disk nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. nilai ini sangat

dipengarui oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran kekeruhan dan padatan

tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran.Pengukuran

kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerh Effendi (2003) dalam

Simanjuntak (2017).

4.5.3 Kecepatan Arus

Arus yaitu salah faktor alam yang sering terjadi karena adanya tiupan

antara angina darat dan angina laut. Kecepatan arus yang kami dapat pada saat

praktikum avertebrata di Kelurahan Tanjung Kramat yaitu 5,44 menit dengan

panjang tali 5 meter.

22
Arus merupakan faktor yang mengakibatkan perbedaan antara bagian

perairan pantai. Besarnya kecepatan arus ditentukan oleh kecuraman gradien

permukaan, halus kasarnya dasar perairan serta kedalaman pantaiatau laut.

(Koesoebino, 1980 dalam Novrihatno, 2010).

4.6 pH

Adapun pengukuran parameter pH yang dilaksanakan di Perairan Tanjung

Kramat yaitu berkisar 6-7.

Menurut Hardiyanto dkk (2012) dalam Nasirin (2018) derajat keasaman atau

pH diperlukan untuk mendukung kehidupan ikan dan jasad hidup lainnya adalah

berkisar antara 6-9.pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan. Hal ini

dikarenakan pH mempengaruhi kehidupan jasad renik.Pada pH rendah

keanekaragaman plankton dan bentos mengalami penurunan. Hal ini secara

langsung dapat mempengaruhi perairan sehingga terjadi penurunan produktivitas

23
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktkum yang kami lakukan di Kelurahan Tanjung Keramat

Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo, hewan avertebrata yang kami dapatkan

terdiri dari Teripang dengan jumlah dua, Kepiting pasir satu, Bulu Babi satu,

Bivalvia satu dan Gastropoda satu yang di mana, masing-masing hewan tersebut

memiliki ciri dan bentuk yang berbeda serta cara makan yang berbeda. Kemudian

untuk pengukuran parameter yaitu kami mendapatkan suhu 32 C, pH 7, dengan

kedalaman 1 meter kecerahanya 100% dengan substrat pasir berbatu dan

berlamun.

5.2 Saran
Saran yang dapat saya sampaikan, agar pada saat melakukan praktikum

kerjakan sesuai prosedur kerja dan teratur, serta alat dan bahan yang diperlukan

pada saat praktikum telah disediakan terlebih dahulu agar tidak kewalahan pada

saat praktikum dan cepat selesai. Dan semoga bisa jadi pembelajaran untuk

praktikum dikemudian hari.

24
DAFTAR PUSTAKA

Agustia, Dian. 2013. Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash
Flow, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Vol. 15, No. 1, h. 27-42. umar. Meulaboh.

Anggraini, Riri. 2011. Kajian Sumberdaya Danau Untuk Pengembangan Wisata


Danau Diatas, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. [Skripsi].Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu
Kelautan Institut Pertani Bogor Bogor 2011 : Bogor.
Aziz , A 1993. Beberapa Catatan tentang perikanan Bulu Babi. Dalam Oseana
Vol. 18 No. 2 Pusat Pengembangan Oseanografi; Indonesia lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Jakarta Hal: 65-75.
Baron, J. 2006. Reproductive Cycles of the Bivalvia Molluscs Atactodea striata
(Gmelin),Gafarium tumidum Roding and Anadara scapha (L.) in New
Caledonia, Australian Journal of Marine and Freshwater Research, 43(2) p.
393–401. http://bivalvia/klarasa.com di akses Tanggal 10 maret 2013

BOYCE, S.L.; T. SPEARS and L.GABELE 2001. Systematic of Calappidae


(Decapoda, Brachyura). http://crustacea.nhm.org
Dewi, S.P. 2010. Perbedaan Efek Pemberian Lendir Bekicot (Achatina fulica) dan
Gel Bioplacenton terhadap Penyembuhan Luka Bersih pada Tikus Putih.
Skripsi. Universitas Sebelas Maret3.. Surakarta. Hal
Elfidasari, Dewi., Nita, Noriko., Ninditasya, Wulandari., Analekta, Tiara. 2012.
Identifikasi Jenis Teripang Genus Holothuria Asal Perairan Sekitar
Kepulauan Seribu Berdasarkan Perbedaan Morfologi. Jakarta. Jurnal Al-
Azhar Indonesia Seri Sains Dan Teknologi, Vol. 1, No. 3, Maret 2012.
Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar
Indonesia, Jl. Sisingamangaraja, Jakarta 12110.
Fitra, Rosdiana. 2017. Formula Ronsum Pakan Ternak dengan Pemanfaatan
Pakan Fermentasi Eceng Gondok (Eichornia crassipes) terhadap
Pertambahan Bobot Badan Marmut (Marmuta). Skripsi.Universitas Islam
Negeri Raden Intan.Lampung.
for pharmaceuticals. Ambio 35:57-64
Handayani, T., Vera S., Ronald., R., H. 2014. Komposisi Spesies Teripang
(Holothuroidea) di Perairan Kampung Kapisawar Distrik Meos Manswar
Kabupaten Raja Ampat. Jurnal Perikanan UGM (Journal of Fisheries
Sciences). XIX (1): 45-51.
Haye PA, Tam YK, Kornfield I. 2002. Molecular phylogenetics of mole crabs
(Hippidae: Emerita). Journal of Crustacean Biolo-gy. 22(4): 903-915

25
Hunt B, Vincent ACJ. 2006. Scale and sustainability of marine bioprospecting
Jalaludin. 2017. Identifikasi dan Klasifikasi phylum Echinodermata di perairan
laut desa sembilan kecamatan simeulue barat kabupaten simeuue. jurnal
Biology education. Vol. 6 No. 1 Oktober 2017. Pendidikan Biologi.
Universitas Serambi Mekkah.
Kadir, et al. 2013. “Perkembangan Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat
Ekonomi Pesisir Pantai (Studi Kasus di Kelurahan Tanjung Kramat). Jurnal.
Vol 1. No 1.
Kastawi, Y. 2005. Zoologi Avertebrata. UM Prees. Malang
Kastawi, Y. dkk. (2003) Zoologi Invertebrata. Malang: universitas Negeri
malang.
Maniagasi R dkk, 2013.Analisis kualitas fisika kimia air di areal budidaya ikan
Danau Tondano Provinsi Sulawesi Utara. Vol. 1 No. 2: 29-37.
Nasirin,Imamun. 2018. Isolat Bakteri Pada Sampel Darah Dan Air Media
Budidaya Ikan Mas (C. carpio) Dan Ikan Lele Dumbo (C. gariepinus)
Dengan Media Kultur Plate Count Agar Di Balai Benih Ikan (Bbi) Puri
Mojokerto Jawa Timur. [Skripsi].Progam Studi Budidaya Perairan
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu
Kelautan Universitas Brawijaya Malang 2018 : Malang.
Nontji, A. 2007. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta.
Novrihatno, Bonit. 2011. Kajian Karakteristik Kualitas Air dengan Parameter
Fisika Kimia di Situ Wanayasa, Purwakarta. [Skripsi]. Manajemen
Sumberdaya Perairan Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Purwati, Pradina dan Wirawati, Ismiliana. 2008. Synaptidae (Echinodermata:
Apodidae) dari Daerah Lamun Elnusa Pulau Timor Nusa Tenggara Timur.
Pusat Penelitian Oseanografi, LIPI Jakarta
Radjab AW. 2001. Reproduksi dan siklus bulu babi (Echinoidea). Oseana. 26(3):
25-36.
Raghunathan, Bhanu. (1991). Premature Signing-Off of Audit procedures : An
Analysis. Accounting Horizons.
Romadhoni. M.F. 2013. Keanekaragaman Jenis Echinodermata Di Pantai
Kondang Merak Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang. Skiripsi.
Jurusan biologi fakultas sains dan teknologi unuveristas islam negeri(UIN)
maulana malik ibrahim malang.
Romimohtarto, K. dan Juwana, K. (2009). Biologi Laut. Jakarta : Djambatan.

26
Sahami, F.M. dan Hamzah, S.N. 2014. Avertebrata Air. Penerbit; deepublish.
Yogyakarta.
Simanjuntak, Putri Yanti Romauli. 2017. Kajian Potensi Ekowisata Danau Toba
Di Pantai Paris Desa Tigaras Kecamatan Dolok Pardamean
Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. [Skripsi].Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara 2017 : Medan.
Sugiarti Suwignyo, dkk, Avertebrata Air, Jilid I (Cet. I; Jakarta: Penebar
Swadaya,2005), h. 123.
Umagap, W., A., 2013. Keragaman Spesies Landak Laut (Echinoidea) Filum
Echinodermata Berdasar Morfologi Di Perairan Dofa Kabupaten Kepulauan
Sula. Jurnal Bioedukasi. Vol. 1 No. 2. ISSN: 2301-4678. STAIN Ternate
Vimono IB. 2007. Sekilas mengenai landak laut.Oseana. 32(3): 37-46.
Wahdaniar, “Keanekaragaman dan Kelimpahan Gastropoda di Sungai
Je’neberang Kabupaten Gowa”, Skripsi (Makassar: Fak. Sains dan
Teknologi UIN Alauddin, 2016), h. xiv.
Yulipriyanto, H. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Yusran. 2014. “Identifikasi Keanekaragaman Jenis Kerang (Bivalvia) Daerah
Pasang Surut Di Perairan Pantai Pulau Gosong Sangkalan Aceh Barat
Daya”. Skripsi. Fakultas perikanan dan ilmu kelautan. Universitas teuku

27
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat dan Bahan

Gambar 1 Kertas lakmus Gambar 2 Sechi Disk


(Sumber : Dokumen Pribadi) (Sumber : Dokumen Pribadi)

Gambar 3 Botol Plastik Gambar 4 Thermometer


(Sumber : Dokumen Pribadi) (Sumber : Dokumen Pribadi)

Gambar 4 Patok Kayu Gambar 5 Meteran


(Sumber : Dokumen Pribadi)

Lampiran 2. Organisme

28
Bhgvvv

Gambar 1 Teripang Gambar 2 Bulu babi


(Sumber: Dokumen Pribadi) (Sumber: Dokumen Pribadi)

Gambar 3 Kepiting Pasir Gambar 4 Bivalvia


(Sumber: Dokumen Pribadi) (Sumber: dokumen Pribadi)

Gambar 5 Gastropoda
(Sumber: Dokumen Pribadi)

29
Lampiran Kelompok

Gamabar 1 Lokasi Praktikum Gambar 2 Pengukuran Kecerahan


(Sumber: Dokumen Pribadi) (Sumber: Dokumen Pribadi)

Gambar 3 Pengukuran pH Gambar 4 Pengukuran Suhu


(Sumber: Dokumen Pribadi) (Sumber: Dokumen Pribadi)

30

Anda mungkin juga menyukai