Anda di halaman 1dari 40

Laporan Praktikum Lapangan

KEANEKARAGAMAN DAN KLASIFIKASI HEWAN II


KEANEKARAGAMAN HEWAN DI AREAL PERSAWAHAN PIYUNGAN,
PANTAI BARON, DAN PANTAI INDRAYANTI

Disusun oleh :
Nama

: Ayu Lestari

NIM

: 10008128

Asisten

: Bramantyo

LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2012

PENGESAHAN

Laporan penelitian dengan judul Keanekaragaman dan Klasifikasi Hewan


di Areal Persawahan Piyungan, Pantai Baron dan Pantai Indrayanti disusun
sebagai tugas akhir praktikum Keanekaragaman dan Klasifikasi Hewan II di
Laboratorium Biologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Telah disetujui dan disahkan oleh asisten pembimbing pada tanggal : 17 Juni
2012

Yogyakarta, 17 Juni 2012


Mengetahui
Asisten Pembimbing

Praktikan

( Bramantyo )

( Ayu Lestari )

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan resmi praktikum
lapangan Keakaragaman dan Klasifikasi Hewan II yang berjudul Keanekaragam
dan Klasifikasi Hewan di Areal Pesawahan Piyungan, Pantai Baron dan Pantai
Indrayanti ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun
sebagai syarat untuk mengikuti responsi dan merupakan tugas akhir praktikum
Keanekaragaman dan Klasifikasi Hewan II.
Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak yang
telah membantu dalam penyusunan laporan ini, diantaranya yaitu :
1. Agung Budiantara, M.Si. selaku dosen pengampu Keanekaragaman dan
Klasifikasi Hewan II
2. Bramantyo selaku asisten pembimbing praktikum Keanekaragaman dan
Klasifikasi Hewan II
3. Teman-teman khususnya khususnya prodi Pendidikan Biologi yang telah
membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dan
membangun dalam demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat dan berguna bagi penulis dan pembaca.
Wassalamualaikum Wr.Wb
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang
melimpah, baik flora maupun fauna. Kekayaaan ini dapat memberikan
keuntungan yang besar bagi masyarakat Indonesia. Pengetahuan yang memadai
dan pemanfaatan yang baik tentunya akan cukup sekali dalam memakmurkan
bangsa ini. Di Indonesia ini terdapat lebih dari satu juta spesies hewan yang
sudah teridentifikasi dan dalam kehidupan sehari-hari kita lebih sering
menjumpai hewan vertebrata daripada avertebrata. Padahal sebenarnya jumlah
spesies vertebrata hanya 5% dan selebihnya merupakan avertebrata.
Avertebrata dapat didefinisikan sebagai hewan yang tidak bertulang
belakang, sedangkan vertebrata merupakan hewan yang bertulang belakang.
Avertebrata atau invertebrata terdiri dari beberapa filum, yaitu porifera (hewan
berpori), coelenterata (hewan rongga perut), plathyhelminthes (cacing pipih),
nemathelminthes

(cacing

gilik),

annelida

(cacing

berbuku-buku),

echinodermata ( hewan kulit duri), mollusca (hewan lunak) dan arthropoda


(hewan kaki berbuku-buku).
Untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai habitat dan persebaran
serta keanekaragaman hewan avertebrata dan vertebrata yang ada di
lingkungan sekitar, maka kami melakukan observasi lapangan hewan
avertebrata dan vertebrata. Dengan tujuan untuk memudahkan mahasiswa
(praktikan) dalam mengenal berbagai macam bentuk keanekaragaman hewan
avertebrata dan vertebrata yang berada di darat maupun di laut dan menentukan
kedudukannya dalam klasifikasi. Observasi dilakukan pada hari Kamis, 17 Mei

2012 yang bertempat di daerah Persawahan piyungan, Pantai Baron dan Pantai
Indrayanti.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah keanekaragaman hewan yang ada di persawahan piyungan,
pantai baron dan pantai indrayanti?
C. Tujuan
Mengetahui keanekaragaman hewan yang ada di persawahan piyungan, pantai
baron dan pantai indrayanti.

D. Deskripsi Lokasi
1. Persawahan Piyungan
Piyungan merupakan Merupakan daerah persawahan yang sebagian besar
daerah tersebut ditumbuhi oleh tanaman padi, daerah tersebut digunakan oleh
penduduk sekitar untuk bercocok tanam atau bertani. Karena Piyungan
merupakan daerah persawahan, maka disana banyak dijumpai hewan-hewan
seperti insecta, reptilia, amfibi, molusca, tetapi yang mendominasi adalah
phylum

arthropoda, kesemua hewan ini hidup bersama-sama dalam suatu

ekosistem.

2. Pantai baron
Pantai baron terletak di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, sekitar
23 kilometer arah selatan Wonosari, sedangkan dari Kota Yogyakarta berjarak
sekitar 65 kilometer. Pantai Baron merupakan teluk yang diapit oleh dinding bukit
yang hijau, dipenuhi oleh pohon kelapa. Teluk ini juga merupakan muara dari

aliran sungai di bawah batu karang yang airnya cukup jernih. Seperti halnya
beberapa pantai lain di selatan Pulau Jawa, kondisi Pantai Baron yang
memungkinkan para nelayan berlabuh dengan hasil tangkapan dari laut. Seperti
ikan, sehingga di sana banyak pelelangan ikan seperti ikan tongkol, kakap, pari
dan lain-lain. Serta hewan laut lainnya (undur-undur, kerang, cumi-cumi, udang
dan kepiting).
3. Pantai Indrayanti
Pantai Indrayanti terletak di kawasan pantai Sundak kecamatan Tepus
Kabupaten Gunungkidul. Pantai ini berpasir putih yang manghampar dari Timur
hingga Barat ini terbilang baru, cukup indah dan bersih. Di bagian Barat pintu
masuk pantai, terdapat gunungan batu karang yang cukup besar dan elok. Di
pantai ini banyak ditemukan invertebrata yang tergolong ke dalam filum porifera,
mollusca, echinodermata dan cnidaria.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hewan Invertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang, serta


memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan

kelompok hewan punggung/belakang, juga sistem pencernaan, pernapasan dan


peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan vertebrata. Avertebrata
dibagi menjadi 9 filum yaitu protozoa, porifera, cnidaria, platyhelminthes,
nematelminthes,

annelida,

mollusca,

arthropoda,

dan

echinodermata

(Romimohtarto, 2007).
Filum Porifera
Filum porifera disebut juga hewan spons. Porifera merupakan hewan
multiseluler yang paling sederhana, tidak memiliki kepala atau anggota badan lain
layaknya hewan. Oleh karena itu, banyak yang keliru mengidentifikasi. Porifera
sebagai tanaman laut. Tubuh porifera dihubungkan oleh saluran-saluran yang
terbuka di ujungnya dan membentuk pori-pori. Porifera memiliki sekitar 10.000
spesies yang kebanyakan hidup di air laut.. hewan ini merupakan hewan sessile
(hidup melekat pada substrat). Spesies tersebut bervariasi dalam hal bentuk,
ukuran dan warna. Porifera biasanya dikelompokkan berdasarkan materi yang
ditemukan di dalam rangkanya.. porifera yang terkenal adalah bunga karang yang
memiliki serat fleksibel dalam mesenkimnya. Serat tersebut dibuat dari protein
yang disebut spongin (Campbell et al. 2005).
Filum Cnidaria (Coelenterata)
Anggota dari filum ini adalah Hydra, ubur-ubur, anemon laut, dan koral.
Hewan dari filum ini digolongkan ke dalam hewan diploblastik dan bersimetri
tubuh radial. Cnidaria sebagian besar hidup di perairan laut. Cnidaria disebut juga
sebagai hewan Coelenterata. Spesies anggota Filum Cnidaria tubuhnya dikelilingi
oleh lengan-lengan halus yang disebut tentakel dan dalam tentakel ini terdapat

nematokist. Nematokist mengandung racun yang berguna untuk melumpuhkan


mangsanya. Filum Cnidaria memiliki ciri khas, yaitu sebagai organisme yang
selama hidupnya mengalami dua bentuk kehidupan (dimorfis). Bentuk hidup
tersebut yaitu polip dan medusa. Polip adalah bentuk hidup yang menempel pada
dasar perairan, sedangkan medusa adalah bentuk hidupyang bergerak melayang
bebas diperairan (Campbell et al. 2005).
Filum Mollusca
Mollusca adalah hewan berbadan lunak (Latin molluscus, lunak) tetapi
sebagian besar terlindungi oleh suatu cangkang keras yang mengandung kalsium
karbonat. Slug, cumi-cumi dan gurita memiliki cangkang yang tereduksi , di mana
sebagian besar diantaranya adalah cangkang internal, atau mereka telah
kehilangan keseluruhan cangkang selama proses evolusinya. Meskipun terdapat
perbedaan yang jelas, mollusca memiliki kemiripan dalam bangun tubuh. Tubuh
mollusca memiliki tiga bagian utama: kaki berotot, umumnya digunakan untuk
pergerakan; massa viseral yang mengandung sebagian besar organ-organ internal;
dan mantel, suatu lipatan jaringan yang menutupi massa viseral dan mensekresi
cangkang (jika ada). Pada banyak mollusca, mantel meluas melebihi massa
viseral, dan menghasilkan suatu ruang yang penuh air atau rongga mantel (mantle
cavity), yang menampung insang, anus dan pori ekskretoris. Banyak mollusca
yang mengambil makanan menggunakan organ kasar mirip tali karet yang disebut
radula. Sebagian mollusca memiliki organ jenis kelamin yang terpisah, dengan
gonad (ovarium dan testes) yang terletak di dalam massa viseral. Namun
demikian, banyak keong dan bekicot adalah hemafrodit (Campbell et al. 2005).

Kelas Gastropoda
Kelas filum Mollusca yang terbesar, Gastropoda, memiliki lebih
dari 40.000 spesies yang hidup. Sebagian besar gastropoda adalah hewan
laut, tetapi banyak juga spesies air tawar. Bekicot dan slug telah beradaptasi
terhadap kehidupan di darat (Campbell et al. 2005).
Kelas Bivalvia
Mollusca dari Kelas Bivalvia meliputi banyak spesies remis, tiram,
kerang hijau, dan scallop. Bivalvia memiliki cangkang yang terbagi
menjadi dua paruhan. Kedua bagian cangkang itu bertaut pada garis
pertengahan dorsal, dan otot adduktor yang sangat kuat menarik kedua
paruh cangkang agar menutup untuk melindungi hewan berbadan lunak
itu. Rongga mantel hewan bivalvia memiliki insang yang digunakan untuk
makan dan untuk pertukaran gas. Sebagian bivalvia adalah pemakan
suspensi. Bivalvia tidak memiliki kepala yang jelas dan radula telah hilang
(Campbell et al. 2005).
Kelas Cephalopoda
Cephalopoda (cephalopod artinya kaki kepala) adalah satusatunya mollusca dengan sistem sirkulasi tertutup. Kaki hewan
cephalopoda telah termodifikasi menjadi sifon berotot dan bagian-bagian
tentakel dan kepala dirancang untuk bergerak secara cepat, suatu adaptasi
yang cocok dengan cara makannya sebagai karnivora.tMereka juga
memiliki suatu sistem syaraf yang berkembang dengan baik dengan otak
yang kompleks. Kemampuan untuk belajar dan bertingkah laku dalam cara
yang rumit keungkinan lebih penting bagi pemangsa yang bergerak cepat
dibandingkan dengan hewan yang diam seperti remis. Cumi-cumi dan

gutita memiliki organ indera yang berkembang baik (Campbell et al.


2005).
Filum Arthropoda
Diperkirakan bahwa populasi arthropoda dunia, yang meliputi crustacea,
laba-laba, dan serangga, berjumlah sekitar 1018 individu. Hampir 1 juta spesies
arthropoda

telah

dideskripsikan,

dan

sebagian

besar

adalah

serangga.

Keanekaragaman dan keberhasilan arthropoda sebagian besar dikaitkan dengan


segmentasinya, eksoskeletonnya yang keras, dan tungkai yang bersendi.
(Arthropoda berarti kaki bersendi). Kelompok segmen dan anggota badannya
telah terspesialisasi untuk berbagai ragam fungsi. Sebagai contoh, anggota badan
secara beragam dimodifikasi untuk berjalan, makan, dan sebagai reseptor sensoris,
kopulasi, dan untuk pertahanan. Tubuh arthropoda sepenuhnya ditutupi oleh
kutikula, suatu eksoskeleton (kerangka eksternal) yang dibangun dari lapisanlapisan protein dan kitin. Kutikula itu dapat merupakan pelindung yang tebal dan
keras di atas beberapa bagian tubuh, dan setipis kertas dan fleksibel pada lokasi
lain, seperti persendian. Eksoskeleton akan melindungi hewan dan menyediakan
titik pertautan bagi otot yang menggerakkan anggota badan. Eksoskeleton yang
kaku juga menimbulkan beberapa permasalahan evolusioner. Sebagai contoh,
untuk

dapat

tumbuh,

arthropoda

sewaktu-waktu

harus

melepaskan

eksoskeletonnya yang lama dan mensekresikan eksoskeleton yang lebih besar.


Proses ini disebut molting, membutuhkan energi dyang sangat banyak dan
meninggalkan hewan tersebut rentan terhadap pemangsa dan bahaya lainnya
untuk sementara waktu. Arthropoda menyesuaikan diri dengan baik terhadap
lingkungannya dengan adanya organ sensoris yang berkembang baik, yang
10

meliputi mata, reseptor olfaktori untuk penciuman, dan antena untuk sentuhan dan
penciuman. Arthropoda memiliki sistem sirkulasi terbuka (open circulatory
system) dimana cairan yang disebut hemolimfa didorong oleh suatu jantung
melalui arteri pendek dan kemudian masuk ke dalam ruang yang disebut sinus
yang mengelilingi jaringan dan organ. Arthropoda teresterial umumnya memiliki
permukaan internal yang dkhususkan untuk pertukaran gas. Misalnya, sebagian
besar serangga memiliki sistem trakea, saluran udara bercabang yang menuju ke
arah bagian dalam dari pori-pori yang ada pada kutikula.
Atrhropoda terdiri dari 5 kelas utama yaitu:
Arachnida
Tubuh memiliki satu atau dua bagian utama, enam pasang angota badan
(chelicerae, pedipalpus, dan empat pasang kaki untuk berjalan), sebagian
besar adalah hewan darat seperti laba-laba, kutu, dan tungau.
Diplopoda
Tubuh dengan kepala yang jelas memiliki antena besar dan tiga pasang
bagian mulut yang mengunyah, badan bersegmen dengan dua pasang kaki
berjalan per segmen, teresterial, dan herbivora, seperti: kaki seribu.
Chilopoda
Tubuh dengan kepala yang jelas yang memiliki antena besar dan tiga
pasang bagian mulut; anggota badan segmen tubuh pertama dimodifikasi
sebagai cakar beracun; segmen badan mengandung satu pasang kaki
berjalan setiap segmen; teresterial; karnivora. Contoh:lipan.
Crustacea
Tubuh dengan dua atau tiga bagian; memiliki antena; bagian mulut untuk
mengunyah, tiga atau lebih pasang kaki, sebagian besar adalah hewan laut
seperti kepiting, udang galah, crayfish atau udang karang, dan udang.
Insekta (serangga)

11

Tubuh terbagi menjadi kepala toraks, dan abdomen; memiliki antena;


bagian mulut dimodifikasi untuk mengunyah, menyedot atau menelan;
umumnya memiliki dua pasang sayap dan tiga pasang kaki, sebagaian
besar adalah hewan teresterial.
Insekta terdiri dari beberapa ordo, diantaranya adalah:
a. Orthoptera
Memiliki dua pasang sayap bermembran (beberapa tahapan tidak
bersayap), mulut untuk mengunyah; sangat sosial; metamorfosis tak
sempurna. Contoh: rayap.
b. Mantodea
Tubuh terbagi menjadi tiga bagian yaitu: kepala (caput), dada (thorax)
dan perut (abdomen); antena berbentuk kawat; betina biasanya
memiliki abdomen yang lebih besar dibandingkan dengan yang jantan;
metamorfosis tidak sempurna. Contoh:belalang sembah (Erya, 2011).
c. Hymenoptera
Memiliki dua pasang sayap bermembran, kepala dapat bergerak;
bagian mulut untuk mengunyah atau penghisap; organ untuk
menyengat pada bagian posterior pada betina; metamorfosis sempurna;
banyak spesies bersifat sosial. Contoh: semut, lebah, tawon.
d. Lepidoptera
Memiliki dua pasang sayap yang ditutupi dengan sisik kecil; lidah
panjang melilit untuk penghisap; metamorfosis sempurna. Contoh:
kupu-kupu, ngengat.
e. Odonata
Memiliki dua pasang sayap bermembran; bagian mulut untuk
menggigit; metamorfosis tak sempurna. Contoh: Damselfly, capung.
f. Hemiptera
Memiliki dua pasang sayap (satu pasang sebagian seperti berkulit, satu
pasang

bermembran);

mulut

untuk

menusuk

dan

menyedot;

metamorfosis tak sempurna. Contoh: kutu busuk, assassin bug,


bedbug, chinch bug

12

g. Diptera
Memiliki satu pasang sayap dan halter (organ untuk keseimbangan);
mulut untuk penghisap, menusuk atau menelan; metamorfosis
sempurna. Contoh: lalat, nyamuk (Campbell et al. 2005).

Filum Echinodermata
Echinodermata ( dari bahasa Yunani echin, berduri dan derma, kulit)
adalah hewan sesil atau hewan yang bergerak lamban dengan simetri radial
sebagai hewan dewasa. Bagian internal dan eksternal hewan itu menjalar dari
tengah atau pusat, seringkali berbentuk lima jari-jari. Kulit tipis menutupi
eksoskeleton yang terbuat dari lempengan keras. Sebagian besar hewan
echinodermata bertubuh kasar karena adanya tonjolan kerangka dan duri yang
memiliki berbagai fungsi. Yang khas dari echinodermata adalah sistem pembuluh
air (water vascular system), suatu jaringan

saluran hidrolik yang bercabang

menjadi penjuluran yang disebut kaki tabung (tube feet) yang berfungsi dalam
lokomosi, makan, dan pertukaran gas. Reproduksi anggota filum echinodermata
umumnya melibatkan individu jantan dan betina yang terpisah dan membebaskan
gametnya ke dalam air laut. Hewan dewasa yang radial tersebut berkembang
melalui metamorfosis dari larva bilateral. Di antara 7000 atau lebih anggota filum
echinodermata, semuanya adalah hewan laut, dibagi menjadi enam kelas:
Asteroidea (bintang laut), Ophiuroidea (bintang ular), Echinoidea ( bulu babi dan
sand dollar), Crinoidea (lili laut dan bintang bulu), Holothuroidea (timun laut),
dan Concentrychycloidea (aster laut). Aster laut, yang baru ditemukan baru-baru
ini, hidup pada kayu yang terendam air laut dalam (Campbell et al. 2005).

13

Filum Annelida
Annelida berarti cincin kecil dan tubuh bersegmen yang mirip dengan
serangkaian cincin yang menyatu merupakan ciri khas filum Annelida. Terdapat
sekitar 15.000 spesies filum Annelida. Anggota filum Annelida hidup di laut,
sebagian besar habitat air tawar, dan tanah lembab (Campbell et al. 2005).
Ciri ciri Annelida :
a. Tubuh panjang bergelang gelang ( matameri )
b. Hidup bebas
c. Hermafrodit, tidak dapat membuahi sendiri.
d. Bernapas dengan seluruh permukaan tubuh
e. Alat pencernaan lengkap
f. Alat ekskresi tubuh disebut nefridia
g. Sistem saraf : gamglion, otak, ganglim ventral
h. Sistem peredaran darah tertutup
i. Memiliki rongga badan triploblastik selomata
Filum Annelida terbagi menjadi 3 kelas, yaitu :
a. Polychaeta
Habitatnya di lautan, tubuhnya terdiri dari banyak rambut (poly =
banyak, chaeta = rambut/bulu). Contoh cacing tersebut adalah : Nereis
viren, Eunice viridis (cacing wawo) dan Lysidice oele (cacing palolo).
Dua jenis terakhir sering dikonsumsi oleh orang-orang di Kepulauan
maluku.
b. Oligochaeta
Habitatnya di tanah, memiliki sedikit rambut (oligo = sedikit,
chaeta = rambut/bulu). Contoh cacing tersebut adalah : Lumbricus
terestris dan Pheretima sp. (keduanya disebut cacing tanah). Mempunyai
organ KIitellum yang berisi semua kelenjar, termasuk kelenjar kelamin.
Pernafasan dilakukan oleh pemukaan tubuhnya. Makanan diedarkan ke

14

seluruh tubuh dengan sistem peredaran darah. Contoh lain : Moniligaster


houtenii (endemik di Sumatera).
c. Hirudinae
Tidak memiliki rambut

(chaeta)

tetapi

menghasilkan

zat

antikoagulasi (anti pembekuan darah) yang dinarnakan Hirudin


(Martomijoyo, 1990).
Filum Chordata
Berdasarkan kemiripan tertentu dalam perkembangan embrionik awal,
Chordata

dikelompokkan

sebagai

deuterostomata

bersama-sama

dengan

Echinodermata. Vertebrata membentuk satu subfilum dalam Filum Chordata.


Chordata juga meliputi dua subfilum invertebrata, yaitu urochordata dan
cephalochordata. Ada 4 ciri khas chordata ini adalah notokord; tali saraf
berlubang; celah faring; dan ekor pascaanus berotot.
Ciri spesifik dari subfilum vertebrata adalah tulang belakang skeletal dan
kranium, yang membungkus sumsum tulang belakang dan otot, sefalisasi
(spesialisasi ujung anterior sistem saraf menjadi otak kompleks yang berasosiasi
dengan organ-organ indera terspesialisasi) berderajat tinggi dan segmentasi otototot tubuh menjadi somit pada satu masa perkembangan (Hademenos, 2005).
Beberapa kelompok vertebrata diantaranya adalah super kelas pisces
(chondrichthyes, osteichthyes), kelas amphibia, reptilia, aves dan amphibia.
Super Kelas Pisces
Kelas condrichthyes (ikan bertulang rawan)
a. Kerangka dari tulang rawan
b. Celah insang berjumlah 5-7 pasang
c. Kulit tertutupi oleh dentikel
15

d. Fertilisasi internal, individu jantan memiliki clasper. Contoh : ikan hiu


dan ikan pari.
Kelas osteichthyes (ikan bertulang sejati)
Kerangka dari tulang sejati
Celah insang tunggal disetiap sisi dengan tutup insang
Jari-jari lemah pada sirip bersegmen
Fertilisasi eksternal. Contoh : ikan lele, belut, kakap, dan ikan nila
Kelas Amphibia
Ciri-ciri amphibia sebagai berikut:
a. Dapat hidup di air dan di darat ataupun tempat-tempat yang lembab
b. Disebut juga hewan yang mempunyai tempat hidup (habitat) di dua alam
c. Hewan bernafas dengan paru-paru dan kulit.
Telur dan berudu katak hidup di air kemudian setelah dewasa hidup di darat,
berudu berbentuk seperti ikan yang bernafas dengan insang dan kulit,
setelah masanya tumbuh kaki yang susut oleh kehidupan dan akhirnya ekor
menghilang sementara itu insang berangsur-angsur menghilang dan
digantikan oleh paru-paru kemudian katak menjadi dewasa.
d. Jantung beruang tiga yaitu dua serambi dan satu bilik.
e. Berkembang biak dengan bertelur dan pembuahan sel telur oleh sperma
terjadi di luar tubuhnya (fertilisasi eksternal).
Amphibi dapat dibagi menjadi beberapa ordo:Ordo Apoda (amphibia tidak
berkaki tetapi memiliki eko, contoh: ular); Ordo Anura (amphibia tidak berekor
tetapi memiliki kaki, contoh; katak dan kodok); dan Ordo wodela / candata
(amphibia yang berekor dan berkaki, contoh: salamander).
Kelas Reptilia
Ciri-ciri hewan melata adalah sebagai berikut:
Kulit kering bersisik dari zat tanduk karena zat keratin
Bernafas dengan paru-paru

16

Berdarah dingin (poikiloterm) yakni yang suhu tubuhnya dipengaruhi

oleh suhu lingkungan


Umumnya bersifat ovivar (bertelur), contoh kadal, dan vivipar beranak,

contohnya ular.
Jantung terdiri dari empat ruang yaitu dua serambi dan dua bilik yang

masih belum sempurna.


Reptilia dapat dibagi menjadi beberapa ordo antara lain: Ordo Crocodila
(contoh: buaya); Ordo Sphenedontia (contoh : Tuatara); Ordo Squamata (contoh:
kadal); dan Ordo Testudinata (contoh: kura-kura, penyu dan labi-labi).
(Radiopetra, 1996).
BAB III
METODE

A. Alat dan Bahan


a. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum lapangan Keanekaragaman
dan Klasifikasi Hewan II yaitu kertas papilot ukuran 20x15 cm, kertas
minyak lembaran (warna kuning), jarum pentul, kertas carding, kuas lukis
kecil, label kertas, stereofom (tebal 1,5 cm dan panjang 1 meter), killing
bottle , kapas, karet gelang, kertas manila, syrink (suntikan) 10 mm, plastik
2 kg, pinset, botol jam, ember+tutup, kamera digital, flakon, spidol marker,
box kardus HVS, tabel data, kertas mika, cat kuku dan sweepnet.
b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum

lapangan

Keanekaragaman dan Klasifikasi Hewan II yaitu eter, alkohol dan balsem


dragon.

17

B. Cara kerja
1. persawahan piyungan :
Praktikan mengamati berbagai macam jenis Insecta, Mollusca,
Annelida, Reptil, dan Amfibi. Setelah praktikan menemukan jenis mollusca,
annelida, reptil serta amphibi kemudian praktikan menangkap jenis insecta
dengan menggunakan jaring/ sweepnet. Jenis insecta yang telah ditangkap
untuk bangsa lepidoptera dan odonata diletakan dikertas papilot (kertas itu
digunakan untuk mengawetkan lepidoptera dan odonata dan sayapnya tidak
boleh patah) sedangkan untuk bangsa belalang diletakkan pada killing bottle
(botol ini bertujuan untuk mematikan belalang agar organnya tidak rusak).
Praktikan membuat insektarium dengan insekta yang telah ditemui.

Pembuatan Killing bottle


Terdiri atas karet gelang, botol, kapas, dan kertas manila yang
digunting dengan ukuran botol. Bahan-bahan tersebut disusun secara
berurutan dari bawah ke atas. Pertama dimasukkan karet gelang yang
sudah di gunting kecil-kecil, lalu di masukkan kapas dan ditetesi sedikit
eter dan terakhir dimasukkan kertas manila yang sudah digunting
kemudian ditutup.

Pembuatan Insectarium
Temuan serangga yang berasal dari piyungan diambil dari wadah,
Serangga tersebut di tusuk dengan jarum pentul bagian- bagian yang
strategis untuk ordo lepidoptera dan odonata ditusuk pada bagian
sayapnya sehingga semua bagiannya dapat terlihat jelas di bagian

18

dorsalnya. Untuk bangsa belalang, belalang tersebut di kondisikan dalam


keadaan berdiri sehingga yang terlihat dari atas bagian dorsalnya terlihat
jelas. Sebagai dasar dari insectarium adalah streofom untuk memudahkan
dalam peletakan serangga. Setelah serangga-serangga

tersebut di

kondisikan di streofom, kemudian serangga tersebut disimpan di dalam


kotak yang telah disediakan.
2. Pantai Baron
Kemudian dilanjutkan ke pantai baron, praktikan mengamati
beranekaragam binatang yang hidup di laut, antara lain Superclass Pisces,
Class cephalopoda, Class crustacea sehinnga praktikan lebih jelas dan
mengerti tentang berbagai macam jenis binatang yang hidup di laut.
Praktikan juga melakukan metode wawancara kepada pedagang ikan untuk
menanyakan jenis ikan yang ada di pantai baron.
3. Pantai Indrayanti
Praktikan mencari keanekaragaman hewan yang ada di pantai
Indrayanti. Berbagai macam jenis Porifera, Mollusca, , Echinodermata,
Cnidaria. Setelah praktikan menemukan spesies dari filum mollusca,
porifera, echinodermata, serta cnidaria lalu praktikan mengamati hasil
temuan tersebut dengan masing-masing asistennya.

Pembuatan Awetan Basah


Temuan hewan laut yang berasal dari pantai Indrayanti di suntik
dengan menggunakan alkohol yang telah di sediakan agar spesies

19

tersebut mengalami kematian atau terbius. Setelah itu di masukan


kedalam botol jam yang telah di isi alkohol serta botol flakon dan di
campur dengan air laut serta di kasih kristal menthol. Inilah tahap
pengawetan kepada spesies laut.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Dari hasil praktikum lapangan dapat diperoleh:
1. Persawahan Piyungan
Hari, tanggal : Kamis, 17 Mei 2012
Tempat
: Piyungan
Cuaca
: Panas
Jenis Habitat : Persawahan
a. Annelida dan Mollusca

20

Kelimpahan Filum Annelida dan Mollusca di Persawahan Piyungan

Pila sp.

Achatina fulica

Pheretima sp.

Bivalvia

Brotia costula

b. Insekta
Kelimpahan Insekta (Filum Athropoda)di Persawahan Piyungan

Orthoptera

Mantodea

Hymenoptera

Odonata

Hemiptera

Diptera

c. Reptil dan Amphibia

21

Lepidoptera

Kelimpahan Reptil dan Amphibia


(Filum Chordata) di Persawahan Piyungan
Fejervarya limnocharis

Eutropis multifasciata

Bronchocela cristatella

Dendrelaphis pictus

Xenochropis piscator

Xenochropis vittata

Bronchocela jubata

Fejervarya sp.

Diagram Kelimpahan Tingkat Filum di Persawahan Piyungan

Kelimpahan Fillum di Persawahan Piyungan


Arthropoda (Insekta)
Chordata (Amphibi,
Reptil)
Annelida
Mollusca

22

2. Pantai Baron
Hari, tanggal
Tempat
Cuaca
Jenis Habitat
a. Pisces

: Kamis, 17 Juni 2012


: Pantai Baron
: Panas
: Laut

Dencis Pisces di Pantai


Tuna
Kemelimpahan
Baron

Tongkol tropong
Kakap merah

Bawal

Ikan layur

Ikan kutak laut

Surong

Nasi Peda

Ikan vihi

Kakap batu

Ikan Pari

Kakap putih

Ikan banyar

Ikan kakap 3 wajah

Ikan cue

Ikan mata sebelah

Ikan ekor kuning(baruna)

Ikan gembung

Ikan Tengiri

Ikan kortuning

Ikan mata belo

Ikan tongkol kacangan

Ikan semenyah

Kakap weja-weja

Ikan kakap belah

Ikan kakap remadong

Ikan ceblak

Ikan kakap hitam

Ikan luto

Ikan cakalang

Ikan kakap asin

Ikan giant traveling

b. Crustacea

23

Kelimpahan Kelas Crustacea di Pantai Baron

udang

lobster

lobster batu

udang jerbung

kepiting

undur-undur

c. Cephalopoda

Kelimpahan Kelas Cephalopoda


di Pantai Baron

Cumi-cumi

Sotong

d. Bivalvia

24

lobster air

Kemelimpahan Kelas Bivalvia


di Pantai Baron

Kerang

Diagram Kelimpahan Tingkat Filum di Pantai Baron

Kelimpahan Tingkat Filum di Pantai Baron

Chordata (pisces)

Arthropoda (crustacea)

Mollusca (bivalvia, cephalopoda)

Diagram Keanekaragaman Hewan di Persawahan Piyungan &


Pantai Baron
25

Keanekaragaman Hewan

Persawahan Piyungan
Pantai Baron

3. Pantai Indrayanti
Tabel Pengamatan Filum Porifera, Mollusca, Echinodermata dan Cnidaria
No

Phylum

Nama Spesies

26

.
1 Porifera
2 Mollusca

3 Echinodermata
4 Cnidaria

Spongia sp.
Clathria sp.
Conus sp.
Turbo sp.
Cypraea sp.
Acropora sp.
Balanus sp.
Nerita sp.
Trochus sp.
Siphonaria sp.
Echinometra sp.
Meandrina sp.
Favites sp.

B. PEMBAHASAN
Berdasarkan diagram dan tabel hasil praktikum lapangan yang dilakukan
di tiga lokasi yang berbeda yaitu di daerah piyungan, pantai baron dan pantai
indrayanti. Hal ini dilakukan agar setiap mahasiswa dapat mengetahui
keanekaragaman

hewan

dari

masing-masing

habitat

apa

saja

yang

mendominasi tempat tersebut. Selain itu agar mahasiwa dapat melihat secara
langsung bentuk morfologi dan karakteristrik dari masing-masing hewan baik
yang terdapat di daerah piyungan ataupun daerah pantai (Baron dan
Indrayanti).
1. Persawahan Piyungan
Berdasarkan diagram kelimpahan filum Annelida dan Mollusca di
Persawahan Piyungan, spesies dari Filum Annelida adalah Pheretima sp.
sedangkan spesies dari Filum Mollusca adalah Pila sp., Achatina fulica,
27

Bivalvia dan Brotia costula. Berdasarkan diagram diatas,

Pila sp.

merupakan hewan yang jumlahnya melimpah dibandingkan Pheretima


sp. dari filum Annelida dan spesies dari filum Mollusca lainnya seperti:
Achatina fulica, Bivalvia dan Brotia costula. Hal ini dikarenakan lokasi
tersebut adalah habitat yang tepat untuk Pila sp hidup berupa
persawahan, di tanah yang lembab, biasanya dengan membuat celahcelah atau lubang. Makanannya tanaman hijau yang dibasahi dengan
ludahnya sehingga jumlah populasinya melimpah, bahkan banyak
ditemukan adanya telur Pila sp. yang menempel pada daun padi.
Pada diagram kelimpahan kelas reptil dan amphibi dapat dilihat
bahwa jumlah spesies yang melimpah adalah Eutropis multifasciata
dengan jumlah lebih dari 30 dikarenakan Eutropis multifasciata
merupakan hewan pemakan belalang dan di daerah persawahan ini
banyak ditemukan belalang. Habitat persawahan memang cocok
sehingga banyak di temukan Eutropis multifasciata. Sedangkan jumlah
spesies yang paling sedikit yaitu Fejervarya limnocharis, Bronchocela
cristatella, Dendrelaphis pictus, Xenochropis piscator, Xenochropis
vittata, Bronchocela jubata, Fejervarya sp. Dengan jumlah kurang dari
15.
Insekta merupakan ordo dari filum Arthropoda, memiliki ciri-ciri:
tubuh terbagi menjadi kepala toraks, dan abdomen; memiliki antena;
bagian mulut dimodifikasi untuk mengunyah, menyedot atau menelan;
umumnya memiliki dua pasang sayap dan tiga pasang kaki, sebagaian
besar adalah hewan teresterial. Pada praktikum lapangan di persawahan

28

Piyungan teradapat banyak ordo dari filum Arthropoda diantaranya:


Orthoptera, Mantodea, Hymenoptera, Lepidoptera, Odonata, Hemiptera
dan Diptera. Pada diagram kelimpahan insekta di atas dapat dilihat
bahwa jumlah spesies yang melimpah adalah Orthoptera dengan jumlah
lebih dari 30. Jumlah yang paling banyak yaitu Lepidoptera sdan
Odonata dengan jumlah 15-30. Sedangkan spesies yang paling sedikit
yaitu Mantodea, Hymenoptera, Hemiptera dan Diptera dengan jumlah
kurang dari 15. Hal ini di karenakan Mantodea, Hymenoptera,
Hemiptera, serta Diptera

belum mampu beradaptasi dengan kondisi

persawahan.
Berdasarkan diagram kelimpahan tingkat filum di Persawahan
Piyungan, Arthropoda adalah filum yang memiliki keanekaragaman dan
kelimpahan hewan yang tinggi yang ditandai dengan jumlah hewannya
yang melimpah dibandingkan filum mollusca, annelida, dan chordata.
Hal ini dikarenakan di Persawahan Piyungan merupakan habitat yang
sesuai bagi insekta untuk hidup serta didukung oleh ketersediaan sumber
makanan dan kemampuan regenerasi insekta yang berlangsung cepat.

2. Pantai Baron
Berdasarkan data yang di peroleh di pantai baron yang di ambil di
tempat pelelangan ikan (TPI) banyak ditemukan anggota superclass pisces
dengan berbagai spesies ikan. Spesies ikan yang melimpah adalah tongkol
tropong, dencis, tuna, kakap merah, bawal, ikan layur, ikan kutak laut, ikan
kakap putih, ikan banyar, ikan cue, ikan mata sebelah, ikan mata belo, ikan

29

kakap remadong, dan ikan luto. Spesies-spesies tersebut melimpah di TPI


karena memang di daerah Pantai Baron ini sangat melimpah untuk anggota
superclass pisces dengan berbagai jenis spesiesnya. Karena siklus hidupnya
yang sangat cepat dan mudah dalam memperoleh makanan di perairan laut.
Hal ini disebabkan karena ikan laut memiliki habitat di air laut. Selain itu,
ikan laut memiliki keanekaragaman yang sangat besar mulai dari ikan yang
bertulang rawan sampai ikan yang bertulang sejati. Spesies dari filum
Arthropoda yaitu udang, lobster, kepiting, undur-undur dan udang jerbung
ditemukan dalam jumlah yang melimpah. Sedangkan lobster air ditemukan
dalam level banyak yaitu berkisar 15-30, dan lobster batu ditemukan dalam
jumlah sedikit (kurang dari 15). Untuk spesies dari filum mollusca yaitu
cumi-cumi, kerang dan sotong ditemukan dalam jumlah melimpah yaitu
lebih dari 30.
Setelah hasil ini dianalisis, ditemukan bahwa filum Arthropoda
memiliki kisaran sebesar 17%, filum Mollusca memiliki kisaran 7% dan
Chordata sebesar 76%. Filum Chordata menempati tingkat kelimpahan yang
besar, di mana habitat sebenarnya dari filum ini yaitu di perairan laut.
Alhasil filum Chordata ditemukan lebih melimpah daripada filum lainnya.

3. Pantai Indrayanti
Pantai indrayanti termasuk pantai yang memiliki keanekaragaman
hewan laut, antara lain filum Porifera, Mollusca, Echinodermata, Cnidaria.
Pada filum mollusca ada beberapa spesies yang mampu hidup di laut yang
di temukan dalam jumlah yang melimpah seperti Conus sp. Turbo sp.
Cypraea sp. Acropora sp. Balanus sp. Nerita sp. Trochus sp. Siphonaria sp.
30

Namun anggota filum mollusca, ada beberapa hewan yang hidup di darat.
Dari filum Echinodermata yang meliputi Echinometra sp. ditemukan dalam
jumlah yang sedikit. Hal ini dikarenakan spesies dari filum ini hanya
mampu hidup di perairan laut, beberapa mampu beradaptasi dan beberapa
sembunyi di bebatuan. Selain itu juga ditemukan spesies dari filum Porifera
yaitu Spongia sp. dan Clathria sp. dalam jumlah banyak. Hanya di temukan
2 jenis spesies saja karena anggota filum porifera paling banyak di temukan
di dasar laut. Sedangkan dari filum Cnidaria yaitu Meadrina sp. dan Favites
sp. dalam jumlah yang banyak.
BAB V
KESIMPULAN

Keanekaragaman yang ada di sawah piyungan yaitu filum chordata,


Annelida, mollusca dan arthropoda. Keanekaragaman spesies dari arthropoda
adalah yang paling melimpah. Yang paling sedikit keanekaragaman spesiesnya
yaitu dari filum Annelida.
Keanekaragaman yang ada di pantai baron yaitu chordata, arthropoda dan
mollusca. Keanekaragaman spesies yang paling melimpah adalah chordata.
Sedangkan yang paling sedikit keanekaragamannya yaitu mollusca. Selainitu,
keanekaragaman hewan di Pantai Baron lebih besar yaitu berkisar 68% bila
dibandingkan di persawahan piyungan yaitu berkisar 32%.
Keanekaragaman yang ada di pantai indrayanti yaitu filum porifera, cnidaria,
mollusca, dan echinodermata. Keanekaragaman spesies dari spesies mollusca

31

adalah yang paling melimpah, sedangkan yang paling sedikit keanekaragaman


spesiesnya yaitu dari filum Echinodermata.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Deden. 2007. Biologi Kelompok Pertanian. Bandung : PT Grafindo
Media Pratama.
Erya. 2011. Makalah Entomologi (Ordo Mantodea) New ( http: //ml.
scribd.com/ erya_mathias/d/91188357-Makalah-Entomologi - OrdoMantodea-New, diakses tanggal 18 Juni 2012).
Campbell,N.A.,J.B.Reece, & L.G. Mitchell. 2005. Biologi. Edisi ke-5. Terj.dari
Biology.5th ed. oleh Manalu, W. Jakarta: Erlangga.
Hademenos, George dan Gerge H. Friend. 2005. Biologi Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga.
Martomijoyo, Russamsi.dkk.1990. Biologi Smu. Bandung. Grafindo media
pratama.
Radiopoetra.1996. Zoologi. Erlangga. Jakarta
Romimohtarto, Kasijan. 2005. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan Tentang Biota
Laut. Jakarta: Djambatan Anggota IKPI.
32

LAMPIRAN

Sawah Piyungan

33

Pantai Baron

Pantai Indrayanti

Hewan di Persawahan Piyungan


Kumbang

Lebah

34

Belalang

Kupu-Kupu

Capung

Capung

Hewan di Pantai Baron


Cumi-Cumi

Lobster

Udang

Lobster

35

Lobster

Kepiting

Kepiting

Kepiting

Undur-undur

Ikan Kakap 3 Wajah

Ikan Kakap Asin

Ikan Mata Belo

Ikan Gembung

Ikan Kakap 3 Wajah

Ikan Bawal

36

Ikan Giant Traveling

Kakap Merah

Ikan Mata Belo

Ikan Mata Belo

Ikan Pari

Ikan Kakap Belah

37

Ikan Tuna

Ikan Ekor Kuning

Ikan Layur

Ikan Kakap Belah

Ikan Kakap Hitam

Kakap Batu

Kakap Batu

Ikan Tuna

Ikan Kortuning

38

Ikan Kakap Belah

Ikan kakap 3 Wajah

Ikan Layur

Insectarium Capung

Insectarium Belalang

Aksesoris dari Kerang

Hewan di Pantai Indrayanti

Cypraea sp.

Cypraea sp.

39

Bulu Babi

Spesies dari Filum Porifera, Mollusca, Echinodermata dan Cnidaria

40

Anda mungkin juga menyukai