Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Struktur dan Perkembangan
Hewan yang diampu oleh :
Disusun oleh :
1308619067
2020
ABSTRAKSI
2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga dapat
menuliskan sebuah makalah yang bertajuk ‘Membran Ekstra Embrio (MEE) pada Reptil,
Amfibi, dan Pisces’ demi memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Semester 112 yaitu
Struktur dan Perkembangan Hewan yang diampu oleh Dr. Elsa Lisanti, M.Si. Tak luput
ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bu Elsa secara khusus, serta kepada seluruh
pihak yang turut andil dalam penyelesaian makalah ini.
Namun demikian, penulisan makalah ini tentunya tak luput dari kekurangan dan
kesalahan. Sekiranya ditemukan kesalahan dan kekurangan, kritik dan saran membangun
sangat diperlukan untuk perbaikan menuju kesempurnaan.
Terima kasih.
Penulis
3
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
DAFTAR GAMBAR 5
BAB I
PENDAHULUAN 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 8
BAB III
PEMBAHASAN 18
BAB IV
4.1 Kesimpulan 20
4.2 Saran 22
4
BAB V
PENUTUP 23
5.2 Lampiran 25
5
DAFTAR ISI
Gambar 1 11
Gambar 2a 12
Gambar 2b 13
Gambar 3 15
6
BAB I
PENDAHULUAN
Pada saat proses embriogenesis itu ada lapisan selaput pada bagian luar
embrio. Selaput atau membran ini dikenal dengan nama membran embrionik.
Membran terbentuk selama perkembangan embrio dan bukan merupakan bagian
dari tubuh embrio dan letaknya di luar tubuh embrio. Memiliki fungsi sebagai
media perantara pertukaran zat serta perlindungan bagi embrio, pemberi nutrisi,
proteksi dan sekresi. (Cholifah dkk, 2017)
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Membran ekstraembrional pada aves ada juga yang terdapat pada mamalia,
yaitu amnion, chorion, allantois, kantung yolk. Namun, di aves chorion dan
kantung yolk tidak mengalami diferensiasi, tetap menjadi kantung yolk dan chorion
dan fungsinya pun tidak berubah. Kantung yolk mengalirkan nutrisi ke tubuh
embrio dan chorion mengalirkan nutrisi ke tubuh fetus. Perbedaan aves dengan
8
mamalia lainnya adalah selaput ekstra embrio dibentuk (sudah tampak bakalnya)
jauh lebih awal daripada Aves, yaitu pada tahap blastula–gastrula dan setelah
implantansi, pada trofoblas bakal chorion nanti menghasilkan hormon HCG (Ville,
1989).
Kelompok reptil dan aves mempunyai kantung yolk yang cukup besar
dengan kandungan yolk sangat banyak sedangkan embrio mamalia tidak
mempunyai yolk atau sangat sedikit, namun kantung yolk masih dipertahankan.
Kantung yolk berfungsi untuk membungkus kuning telur pada telur megalechital
dan mamalia bertelur (megatromata), tempat berjalannya pembuluh darah vitellin
untuk menyerap yolk (Takagi et al., 2017). Sementara pada amfibi dan pisces,
kantung yolk sangat berguna peranannya bagi pertumbuhan dan
perkembangan embrio. Berbeda dengan amfibi
dan pisces, pada monotremata atau mamalia, kantung yolk hanya sebagai
tempat berjalannya pembuluh darah. Awal perkembangan embrio ayam
menunjukkan bahwa splanknopleura dan somatopleura meluar ke luar dari tubuh
embrio hingga di atas yolk. Daerah di luar tubuh embrio dinamakan daerah ekstra
embrio. Mula-mula tubuh embrio aves tidak mempunyai batas sehingga lapisan-
lapisan ekstra embrio dan intra embrio saling berkelanjutan (Patten, 1971).
9
penetasan. Selain itu, pada reptil dan burung, kantung allantois sangat besar karena
telur merupakan suatu sistem yang tertutup, maka allantois harus memisahkan sisa-
sisa metabolisme nitrogen agar tidak menimbulkan efek toksik terhadap embrio.
Peran allantois pada mamalia erat hubungannya dengan efisiensi pertukaran yang
berlangsung pada perbatasan fetus induk. Allantois embrio babi misalnya memiliki
ukuran dan fungsi yang sama seperti pada burung dan hanya berperan sebagai
tempat lalunya pembuluh darah ke plasenta. Lapisan penyusun kantung allantois
sama dengan kantung yolk, yaitu splanknopleura yang terdiri atas endoderm di
dalam dan mesoderm splankik di luar. Pangkal allantois menjadi vesikula urinaria.
Allantois pada mamalia umumnya tidak berupa kantung, kecuali yang berkembang
adalah mesoderm splanknik bersama-sama dengan chorion membentuk plasenta.
Beberapa hewan dengan plasenta sederhana, misalnya babi, allantois berukuran
besar untuk menampung sisa metabolisme (Effendi, 2002).
Perbedaan lain juga terdapat pada struktur plasenta yang hanya ada pada
mamalia. Plasenta adalah suatu struktur yang dibentuk melalui pertautan antara
selaput-selaput ekstra embrio dengan endometrium untuk keperluan pertukaran
fisiologis (Rager et al., 2014). Secara struktural plasenta terdiri atas dua bagian,
yaitu plasenta fetal yang dibangun oleh selaput ekstra embrio dan
plasenta maternal, yaitu yang dibangun oleh endometrium uterus. Chorion pada
mamalia berasal dari trophoblas dan bersama-sama dengan allantois turut dalam
pembentukan plasenta bersama dengan endometrium induk. Chorion pada Aves
terletak di bawah cangkang dan bersama-sama dengan allantois berperan untuk
respirasi (Huettner, 1961).
10
yang disebut amnion. Oleh sebab itu reptil (termasuk burung) dan mamalia disebut
amniota.
11
Gambar 1. Empat Lapisan Membran Ekstraembrionik pada Telur Reptil
(Campbell, 2010)
12
Gambar 2a. Organogenesis Awal. Arkenteron terbentuk ketika lipatan lateral
menjauhkan embrio dari kuning telur. Embrio tetap terbuka pada kuning telur, yang
dilekatkan oleh tangkai kuning telur, di sekitar tengah-tengah panjangnya, seperti
yang ditunjukkan dalam irisan melintang ini. Notokord, tabung neural, dan somit
kemudian berkembang seperti pada katak. Lapisan-lapisan germinal yang lateral
terhadap embrio itu sendiri membentuk mebran-membran ekstraembrionik.
(Campbell, 2010)
13
Selaput ekstra embrionik atau selaput fetus berkembang dan berfungsi pada
kehidupan pra lahir. Selaput itu tidak menjadi bagian dari tubuh embrio dan
dikeluarkan dari tubuh pada waktu partus atau beberapa saat setelah partus. Selaput
tersebut terdiri dari kantung kuning telur, kantung amnion, allantois, dan chorion
(Yatim, 1982). Selaput ini berfungsi melindungi, memberi makan dan membungkus
embrio agar tidak mudah rusak akibat pengaruh dari luar (Yatim, 1990).
Kantong kuning telur berupa sebuah kantung berisi kuning telur. Kantung
kuning telur dihubungkan dengan tubuh embrio oleh tangkai kuning telur (Yatim,
1982). Pembuluh darah segera terbentuk di dalam kantong kuning telur dan
berfungsi sebagai penyalur bahan nutrisi yang diserap dari dinding uterus ke
dalam embrio sendiri. Kantung kuning telur ini sendiri berfungsi hanya singkat
saja dari terbentuknya, dan kemudian fungsinya digantikan oleh allantois. Dari
satu sisi embrio yaitu lapisan mesoderm dan lapisan ektoderm tumbuh dan
berkembang menuju bagian luar embrio menjadi selaput amnion. Lapisan ini
bertemu di bagian atas embrio dan membungkus embrio dalam 2 dinding kantong
yang dikenal sebagai amnion, kurang lebih timbul pada hari ke-18 dan juga sering
dikenal dengan sebutan water bag (Kusriningrum, 2001). Jumlah cairan amnion
pada hewan besar berkisar sampai 7 liter. Ada kalanya cairan amnion bercampur
urine atau mekonium (Yatim, 1990)
14
peredaran darah induk dan fetus. Tetapi, bakteri tidak dapat melewati selaput
tersabut. Dinding allantois kaya dengan pembuluh darah. Meluasnya allantois,
dindingnya bersatu dengan chorion membentuk selaput chorio-allantois (Samik,
1989).
Masalah kedua dari embrio hewan amniota terestrial adalah pertukaran gas.
Pertukaran ini disediakan oleh chorion, membran terluar ekstraembrionik. Pada
burung dan reptil, membran ini melekat pada kulit, memungkinkan pertukaran gas
antara embrio dan lingkungan. Fungsi lain chorion adalah untuk menjaga agar
sistem imun induknya tidak menyerang embrio.
(medical-dictionary.thefreedictionary.com)
15
Adapun fungsi allantois antara lain : sebagai kantong urin ekstra embrional,
dimana cairan urin berasal dari sisa metabolism embrio yang berbentuk asam urat,
sebagai paru-paru ekstra embrional yang disebabkan dibagian luar dinding
allantois ada area vasculosa, yaitu daerah chorio-allantois, untuk mencerna
abumen pada sel telur kleidoik, seperti reptilian, burung dan mamalia bertelur dan
merupakan bagian plasenta fetus pada mamalia berplasenta (Kusriningrum, 2001).
16
tentang pengembangan dan hubungan topologi dari ekstraembrionik membran
terbatas dalam Reptilia, ada beberapa studi pada morfogenesis awal membran
ekstraembrionik dalam kelompok penting dari Reptilia (Archosauria,
Rynchocephalia, dan Testudines) dan pengetahuan saat ini didasarkan pada studi
yang dilakukan pada spesies dari Squamata, terutama pada spesies vivipar (Leal et
al., 2008).
Ikan tidak terdapat serosa dan amnion, namun fungsinya digantikan
dengan chorion. Allantois juga tidak terdapat pada embrio ikan, karena waktu
untuk proses gastrulasi sampai terbentuknya organogenesis dibutuhkan waktu
yang relatif singkat, sehingga langsung menjadi larva. Keempat membran ekstra
embrional ini terdapat pada embrio burung, reptilia dan mamalia. Membran ekstra
embrional pada mamalia dibentuk jauh lebih awal dari pada aves, yaitu pada
tahap blastula dan gastrula, setelah implantasi. Membran ekstra embrional pada
mamalia, kecuali untuk landak irian dan cungur bebek platipus yang langka,
membran – membran tersebut tidak berhubungan dengan telur berkulit. Telur
mamalia yang miskin akan kuning telur, setelah fertilisasi bertahan di dalam
saluran reproduksi. Membran - membran ekstra embrional ini menembus dinding
rahim. Setelah persediaan makanan yang sedikit itu dalam telur habis, makanan
tambahan didapatkan melalui pertukaran dengan sistem sistem sirkulasi induknya.
Pada semua mamalia lainnya membran ekstra embrional, membentuk suatu
plasenta dan tali pusar yang menghubungkan embrio pada uterus induk (Kimball,
1983).
17
BAB III
PEMBAHASAN
Pembentukan membran ekstraembrionik pada reptil sama seperti ayam atau yang
disebut dengan amniota. Amniota adalah organisme vertebrata yang memiliki jaringan
janin yang dikenal sebagai amnion. Amnion adalah membran yang berasal dari jaringan
janin yang mengelilingi dan melindungi janin. Amnion dapat ditemukan di dalam sel telur,
seperti pada kadal dan burung, atau amnion dapat dengan mudah membungkus janin di
dalam rahim.
Amniota meliputi sebagian besar vertebrata, tidak termasuk ikan dan amfibi. Ikan
dan amfibi adalah anamniota, artinya “tanpa amnion”. Telur-telur dari spesies ini sering
diletakkan di dalam air, yang melindungi mereka dari kerusakan atau kelimpahan.
Semua amniota memiliki tiga membran yang mengelilingi janin dari satu
keturunan. Membran ini adalah amnion, atau lapisan pelindung, lapisan korion atas, dan
alantois penyerap limbah. Lapisan-lapisan ini dapat dilihat pada gambar telur ayam, di
bawah ini.
Amniota Sauropsida
18
Ada dua divisi utama amnion, amnion sauropsida dan amnion synapsida. Amniota
sauropsida termasuk reptil dan burung. Secara formal, ini merupakan banyak kelompok
yang berbeda, tetapi amnion sauropsida memiliki banyak karakteristik turunan yang
memisahkan mereka dari synapsida. Kedua kelompok ini berevolusi sekitar waktu yang
sama, dari leluhur bersama yang kemungkinan besar tidak terestrial.
Ini berarti bahwa synapsida dan sauropsida harus beradaptasi dengan lingkungan
terestrial yang baru dalam sejumlah cara yang berbeda. Perbedaan-perbedaan ini tercermin
di jantung, paru-paru, dan ginjal terutama. Pada sauropsida, biasanya akan ditemukan paru-
paru faveolar, yang berbeda dari paru-paru sinapsida.
Paru-paru faveolar memiliki ruang-ruang kecil yang terbuka untuk ruang bersama.
Jantung sauropsid tidak memiliki ventrikel yang terbagi secara permanen. Sementara
beberapa sauropsida (kura-kura dan buaya) telah mengembangkan hati yang hampir 4
bilik, mereka bukan jantung sinapsid dengan pemisahan fisik antara ventrikel.
Amniota Synapsida
Jantung synapsida adalah 4-bilik, dengan partisi yang jelas antara ventrikel. Ini
meningkatkan efisiensi oksigenasi darah, dengan mengasuransikan jalur terpisah untuk
darah masuk dan keluar dari jantung. Synapsida mengembangkan paru-paru yang berbeda
19
dari sauropsida. Paru sinapsida adalah paru aveolar. Alih-alih kantong kecil dari ruang
pusat, paru-paru aveolar memiliki banyak cabang trakea, masing-masing berakhir di
kantung aveolar.
Kantung kuning telur ini terbentuk oleh embrio dan tumbuh di ventral
midgut. Kantung telur ini adalah unsur dari usus primitif, namun tidak termasuk
dari bagian dari tubuh yang berasal dari embrio di mana telah membentuk usus.
Ketika embrio melipat, tangkai kuning telur berkembang secara memanjang di
bagian bawah menuju kantung kuning telur. Dan di saat itulah kuning telur
berperan dalam mencukupi kebutuhan nutrisi makanan pada embrio. Adapun
pertumbuhan dari kuning telur terjadi saat seluruh tubuh embrio menjorok ke
dorsal, kepala ke anterior dan ekor ke posterior kemudian terjadi peristiwa
pelipatan sphangling mesoderm dengan endoderm di daerah midgut
(Splangnopleura ). Sehingga terbentuk 2 daerah coelum. Daerah coelum tersebut
adalah coelum intra-embrional dan coelum extra embrional. Peran kantung kuning
telur ini tidak berlangsung lama pada embrio karena pada fase selanjutnya akan
dilanjutkan oleh bagian membran embrio lainnya yaitu alantois.
2. Amnion
Bagian ini asalnya dari sisi embrio kemudian membentuk sebuah lipatan
dari selapis mesoderm dan ectoderm. selanjutnya tumbuh dan meninggalkan
embrio. Lapisan-lapisan yang ada pada inti akan bersatu di bagian atas kemudian
membentuk sebuah kantung yang memiliki dinding 2 lapis di mana lapisan tersebut
yang menyelubungi embrio pada usia 18 hari usia kehamilan dan itulah yang
disebut amnion atau biasa juga disebut kantung air karena berisi cairan bening yang
bersifat merendam embrio. Adapun fungsi amnion yakni sebagai sebuah bantalan
yang dapat melindungi embrio pada guncangan dan tekanan dari luar berisi cairan
amnion yang asalnya dari bagian-bagian ginjal fetus, yang berfungsi sebagai
kelenjar mulut dan sebagai alat pernafasan sebagai tempat embrio untuk
20
mengambang, dan membantu embrio agar memungkinkan melakukan pergerakan
tungkai dan tubuh pada embrio.
3. Korion
4. Alantois
Pada dasarnya perbedaan antara hewan akuatik dan hewan terrestrial pada 5
kelas hewan vertebrata adalah pisces dan amfibi yang notabene tinggal di
lingkungan perairan hanya mempunyai membran ekstra embrional berupa saccus
vitellinus atau yolk sac. Embrio pisces tidak mempunyai amnion dikarenakan
kebutuhan akan air sudah sangat dipenuhi oleh lingkungan, sehingga tidak perlu
21
lagi membentuk amnion untuk mencegah embrio dari dehidrasi. Selain itu pisces
juga tidak memiliki korion, karena fungsi korion pada ikan digantikan oleh zona
pelusida. Alantois berfungsi sebagai penampung sisa-sisa metabolisme yang
merupakan hasil ekskresi dari embrio. Pada embrio pisces sisa-sisa metabolisme
akan langsung dapat diekskresikan ke lingkungan perairan tanpa harus melalu
alantois. (Rismawati dkk, 2015)
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal :
a. Membran ekstraembrionik terdapat pada seluruh vertebrata, khususnya
pada reptil, amfibi dan pisces.
b. Membran ekstraembrionik pada reptil homolog degan ayam, yaitu amniota.
Hal yang menjadi perbedaan hanyalah waktu, kondisi lingkungan, dan
spesifikasi spesies. Sedangkan membran ekstraembrionik pada amfibi dan
pisces disebut amniota karena tidak memiliki amniota.
c. Secara keseluruhan ada empat lapisan membran ekstraembrionik, yaitu
kantong yolk, amnion, korion, dan alantois. Masing-masing lapisan
memiliki fungsi dan bentuk yang berbeda.
d. Pembentukan membran ekstraembrionik dimulai pada saat organogenesis
awal dan terus berkembang menjadi bagian dari embrio tetapi berada di
luar. Oleh karena itu dinamakan membran ekstraembrionik.
4.2 Saran
Penulis sangat berharap kajian atau penelitian mengenai membran ekstraembrionik
ini lebih banyak dilakukan dan dikembangkan karena pada proses penulisan
makalah ini sebagian besar kendala diakibatkan oleh minimnya sumber yang valid
dan mendetail tentang judul terkait.
22
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Cholifah, Livia Nur dkk. 2017. Pembentukan Selaput Ekstra Embrio. Malang: Universitas
Negeri Malang.1
Francisco, J. C., Ricardo C. C., Rossana B. S., Luiz C. G., Reginaldo J. F., Ana C.
I.,Carolina M. C. O. S., Garikipati V. N. S., Soniya N., Juan C. C., & KatherineA. T.,
2013. Amniotic Membrane as a Potent Source of Stem Cells and a Matrixfor
Engineering Heart Tissue. Journal Biomedical Science and Engineering, 6(1), pp. 1178-
1185.2
Frandson, R.D. 1991. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi Keempat. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Kimball, J. W. 1983. Biologi edisi kelima. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.
Kusriningrum. 2001. Dasar Perancangan Percobaan dan Rancangan Acak Lengkap.
Universitas Airlangga. Surabaya. 18, 98-100.
Lim, J. J., James F., & Thomas J. K., 2017. Dehydrated Human Amnion/Chorion
Membrane Allograft Promotes Cardiac Repair Following Myocardial Infarction.
Journal of Cardiology and Cardiovascular Therapy, 2(5), pp. 1-6.3
Rismawati, Lis Arafah dkk. 2015. Membran Ekstra Embrional Pisces elasmobranchii.
Purwekerto: Universitas Jenderal Soedirman.5
Samik, A. 1989. Hubungan Umur Sapi, Bulan Laktasi dan Produksi Susu dengan Kadar
Total Protein, Albumin, Total Globulin dan Gama Globulin Serum Darah Sapi Frisan
Holstein. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya. Hal
25-32.6
Takagi, W., Makiko K., Hironori T., Kumi H., Shuntaro O., & Susumu H., 2017.
Distributional Shift of Urea Production Site From the Extraembryonic Yolk Sac
Membrane to the Embryonic Liver During the Development of Cloudy Catshark
(Scyliorhinus torazame). Comparative Biochemistry and Pysiology, Part A, 211(1),
pp. 7-16.7
Widyawati, R., & Desty A., 2016. Efektifitas Amniotic Membrane Sebagai Dressing
Penyembuhan Luka Bakar pada Tikus Putih (Rattus norvegicus). Jurnal Kajian
Veteriner, 4(2), pp. 10-208
24
LAMPIRAN
1
Lampiran 1. Makalah Pembentukan Selaput Ekstra Embrio
2
Lampiran 2. Artikel Amniotic Membrane as a Potent Source of Stem Cells and a
Matrixfor Engineering Heart Tissue.
3
Lampiran 3. Artikel Dehydrated Human Amnion/Chorion Membrane Allograft Promotes
Cardiac Repair Following Myocardial Infarction
4
Lampiran 4. Artikel Timing of Cranial Suture Closure in Placental ammals: Phylogenetic
Patterns, Intraspecific Variation, and Comparison With Marsupials
7
Lampiran 5. Artikel Distributional Shift of Urea Production Site From the
Extraembryonic Yolk Sac Membrane to the Embryonic Liver During the Development of
Cloudy Catshark (Scyliorhinus torazame)
8
Lampiran 6. Artikel Efektifitas Amniotic Membrane Sebagai Dressing Penyembuhan
Luka Bakar pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)
25