Anda di halaman 1dari 13

MEMBRAN EKSTRA EMBRIONAL

Oleh :
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten

: Sifa Uziah Rosadi


: B1J014041
: VI
:4
: Atina Istiqomah Hadi

LAPORAN PRAKTIKUM PERKEMBANGAN HEWAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TIGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2015

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Membran ekstra embrional merupakan perluasan-perluasan berlapis


membran dari jaringan-jaringan embrio. Pada dasarnya membran-membran
tersebut adalah lipatan-lipatan yang pada akhirnya tumbuh mengelilingi embrio
dan menghasilkan kantung pada embrio yang sedang tumbuh. Masing-masing
membran terbentuk dari sel-sel yang berasal dari dua lapisan nutfah berbeda
(Fried et al, 2005).
Membran ekstra embrional merupakan selaput pada bagian luar yang
membungkus embrio agar berada persis pada posisi normal di dalam organ
reproduksi

betina

(tempat

embrio

berkembang)

yang

berfungsi

dalam

perlindungan agar embrio tidak terkontaminasi oleh antigen lain. Selaput


terbentuk selama perkembangan embrio,

tetapi tidak menjadi bagian dari

organisme individu setelah kelahirannya. Embrio dapat bertahan hidup sendiri


selama beberapa waktu dengan menyerap makanan dari kantung kuning telur dan
susu uterus, tetapi tidak lama kantung kuning telur tersebut dapat menyuplai
makanan kepada embrio tersebut. Sehingga embrio membutuhkan makanan yang
lebih baik untuk kelangsungan hidupnya (Campbell et al, 2004).
Secara umum, membran ekstra embrional memiliki fungsi sebagai media
perantara pertukaran zat serta perlindungan bagi embrio (pemberi nutrisi, proteksi
dan sekresi). Pada selaput ekstra embrionik, memiliki dua macam lapisan yaitu:
Seluler : lapisan lembaga, Nonseluler: selaput lendir. Selain itu membran ekstra
embrional juga berfungsi sebagai sarana untuk mengeluarkan sisa metabolisme,
dan sebagai perlindungan baik dari faktor fisik, kemis, maupun biologis di
lingkungan mikro serta makro, agar embrio dapat berkembang dan tumbuh
dengan baik (Djuhanda, 1981).
Pembentukan membran ekstra embrionik pada mamalia termasuk mencit,
membran ekstra embrional terlepas saat lahir dan terbentuk lapisan-lapisan sel
yang tidak bergabung dalam tubuh embrio. Fungsinya adalah untuk melindungi
dan memberi nutrisi pada embrio yang sedang berkembang. Mencit memiliki
membran ekstra embrional berupa amnion yang berasal dari mesoderm ekstra

embrionik dan tropoblast. Bagian ini membentuk langit-langit rongga amnotik


yang kemudian berisi cairan amniotik. Selain itu, membran ekstra embrional pada
mencit terdiri dari yolk sac yang terbentuk di dalam endoderm, allantois yang
merupakan pertumbuhan dari sebagian kecil kantung kuning telur yang sangat
tervaskularisasi serta chorion yang terbentuk dari trofoblas dan mesoderm ekstra
embrionik dan merupakan membran terluar yang membungkus embrio dari fetus
yang sedang berkembang. Membran ekstra embrional yang terdapat pada ayam
pun sama dengan yang ada pada mencit, namun hanya berbeda dalam jumlahnya
saja (Kosasih, 1975).
Menurut Fernandes (2012), menyatakan bahwa ada lima jenis membran
ekstra embrional, yaitu amnion, korion, alantois, saccus vitelinus, dan plasenta
(pada mamalia). Topik tugas terstruktur kali ini yaitu tentang perkembangan dan
fungsi membran ekstra embrional pada aves. Penyusun membahas lebih spesifik
tentang membran ekstra embrional pada ayam sebagai salah satu contoh bangsa
aves. Alasan digunakannya telur ayam karena ayam memiliki membran ekstra
embrional yang lengkap serta mudah diamati.
Praktikum

membran

ekstra

embrional

menggunakan

fetus

mencit

disebabkan karena fetus mencit berukuran cukup besar sehingga lebih mudah
dalam pengamatannya. Selain itu, mencit mudah untuk didapatkan karena
harganya yang cukup murah dan mudah dalam pemeliharaannya. Tidak hanya itu,
mencit

merupakan

salah

satu

spesies

dari

mamalia

sehingga

dalam

pengamatannya bisa diaplikasikan terhadap manusia. Selain itu, praktikum ini


juga menggunakan embrio ayam sebagai preparat. Hal ini dilakukan untuk
membandingkan dan melihat perbedaan-perbedaan yang ada diantara kedua
embrio/fetus tersebut.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah mahasiswa dapat mengenali dan
menggambar morfologi membran ekstra embrional pada vertebrata serta
menjelaskan fungsinya masing-masing.

II.

MATERI DAN METODE


A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada acara praktikum ini adalah gunting, pinset
dan gelas arloji.
Bahan yang digunakan pada acara praktikum ini adalah fetus kadal, fetus
mencit umur 11-16 hari kehamilan dan embrio ayam umur 15-18 hari.
B. Metode
1. Semua alat dan bahan praktikum yang diperlukan disiapkan.
2. Fetus mencit dan embrio ayam yang telah diambil dari masing-masing
tubuhnya diletakkan di atas gelas arloji.
3. Semua bagian fetus mencit maupun embrio ayam diamati dan semua bagian
membran ekstra embrionalnya diidentifikasi.
4. Fetus/embrio mencit dan kadal diamati perbedaan diantara keduanya.
5. Embrio/fetus mencit beserta membran ekstra embrionalnya digambar dan
disebutkan bagian-bagiannya.

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Gambar 1. Membran ekstra embrional pada Fetus Mencit

Gambar 2. Skematis membran ekstra embrional pada Fetus Mencit

Keterangan :
1.
2.
3.
4.

Fetus mencit
Umbilical cord
Amnion
Placenta
Gambar 3. Membran ekstra embrional pada Fetus Ayam

4
3
2
1

Gambar 4. Skematis membran ekstra embrional pada Fetus Ayam


Keterangan
1.
2.
3.
4.

Fetus ayam
Amnion
Saccus vitelinus
Allantois

B. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa
membran ekstra embrional yang terdapat pada embrio ayam berupa amnion,
chorion, allantois dan yolk sac atau saccus vitellinus. Membran ekstra embrional
yang terdapat pada fetus mencit terdapat umbilical cord, amnion dan chorion.
Bagian Kuning telur (yolk sac) terlihat dilapisi oleh pembuluh-pembuluh darah
pada saat kami melakukan pengamatan.
Endoderm kantung yolk merupakan sumber bakal sel kelamin, sedangkan
mesoderm kantung yolk merupakan sumber sel-sel darah. Kantung yolk berfungsi
untuk membungkus kuning telur pada telur megalechital dan mamalia bertelur
(megatromata), tempat berjalannya pembuluh darah vitellin untuk menyerap yolk.
Endoderm kantung yolk mengandung enzim yang berfungsi untuk mencerna yolk
yang dibutuhkan oleh embrio selama tahap perkembangannya. Setelah yolk habis
terserap, kantung yolk mengecil. Pada monotremata, kantung yolk hanya sebagai
tempat berjalannya pembuluh darah (Adnan, 2008).
Amnion adalah suatu membrane tipis yang berasal dari somatoplura
berbentuk suatu kantung yang menyelubungi embrio dan berisi cairan.
Keberadaan selaput ini sangat khas pada reptilia, burung, dan mamalia sehingga

kelompok hewan ini sering disebut sebagai kelompok amniota, sedangkan ikan
dan amphibian tidak memiliki amnion dan disebut sebagai kelompok anamniota.
Membran amnion dianggap sebagai sumberpotensial yang pentinguntuk
pertumbuhan embrio. Membran amnion merupakan lapisan terdalam plasenta
danterdiri darilapisan epitel tunggal, membran basal tebal dan stroma vaskular
(Niknejad, 2008).
Menurut Pereira et al (2011), pembentukan amnion di mulai dari sebuah
lipatan amniochorionic ectoderm dan epiblast selama awal gastrulasi oleh
akumulasi dari mesoderm ekstra embrionik streak primitiva. Pembentukan
exocoelom dalam lipatan amniochorionic tampaknya tidak melibatkan apoptosis
dalam mesoderm. Lipatan amniochorionic dan exocoelom berkembang tanpa
mengganggu persimpangan anterior epiblast, ektoderm dan endoderm viseral
ekstra embrionik. Amnion berfungsi sebagai pelindung embrio terhadap
kekeringan, penawar goncangan, pengaturan suhu intra uterus, dan anti adhesi.
Lapisan penyusunnya adalah somatopleura yang tersusun atas ektoderem di dalam
dan mesoderm somatic di luar. Kantung amnion robek pada saat partus atau
menetas (Adnan, 2008).
Allantois merupakan suatu kantung yang terbentuk sebagai hasil evaginasi
bagian ventral usus belakang pada tahap awal perkembangan. Fungsi utama
allantois adalah sebagai tempat penampungan dan penyimpanan urine dan sebagai
organ pertukaran gas antara embrio dengan lingkungan luarnya. Allantois pada
aves bersama-sama dengan chorion berperan dalam respirasi melalui pembuluh
darah allantois, juga berperan dalam penyerapan kalsium sehingga cangkang
kapur menjadi rapuh, dan hal ini memudahkan penetasan. Selain itu pada reptil
dan aves, kantung allantois sangat besar karena telur merupakan suatu sistem yang
tertutup, maka allantois harus memisahkan sisa-sisa metabolisme nitrogen agar
tidak menimbulkan efek toksik terhadap embrio. Membran chorioallantois adalah
membran ekstra embrionik yang tervaskularisasi dan berfungsi untuk respirasi,
transport nutrisi dan penyimpanan limbah selama perkembangan emrio. Setelah
menetas, membran chorioallantois biasanya terlepas bersama cangkang telur dan
dapat digunakan untuk analisis residu kimia (Christopher, 2004).

Chorion merupakan bagian dari membran ekstra embrio yang paling luar
dan yang berbatasan dengan cangkang atau jaringan induk. Fungsi chorion pada
hewan-hewan ovipar terutama untuk pertukaran gas atau respirasi. Pada mamalia,
chorion bukan hanya berperan sebagai pembungkus, tetapi juga berperan untuk
nutrisi, eksresi, filtrasi, dan sistem hormon. Chorion pada mamalia berasal dari
trofoblas dan bersama-sama dengan allantois turut dalam pembentukan plasenta
bersama dengan endometrium induk. Chorion pada aves terletak di bawah
cangkang dan bersama-sama dengan allantois berperan untuk respirasi. Membran
chorioallantois adalah membran ekstra embrionik yang tervaskularisasi. Membran
chorioallantoic pada embrio ayam merupakan membran ekstra embrionik yang
sangat sederhana yang mempunyai beberapa fungsi selama perkembangan embrio
yaitu pertukaran gas pernapasan, transportasi kalsium dari homeostasis, cangkang
asam-basa dalam embrio, dan reabsorpsi ion dan H2O dari cairan allantoic. Semua
fungsi-fungsi ini dilakukan oleh epitel corionic dane pytel allantois (Maria et al,
2010).

Plasenta adalah organ ekstra embrio yang merupakan pertautan antara


jaringan embrio dan jaringan induk. Pada manusia, jaringan induk yang ikut serta
dalam pembentukan plasenta adalah endometrium uterus bagian desidua basalis.
Pembentukan plasenta manusia dimulai pada minggu pertama kehamilan dan
berkembang terus sampai kehamilan berumur sekitar 8 bulan (Ahmad, 2010).
Sel telur mencit difertilisasi dalam tuba falopii. Pembelahan-pembelahan
awal berlangsung lambat dan menghasilkan blastomer-blastomer berukuran
serupa. Blastomer-blastomer tersebut dapat berpisah sehingga terbentuk lebih dari
satu embrio. Massa sel di sebelah dalam akan menghasilkan embrio, sedangkan
trofoblas akan menghasilkan korion dan komponen fetal plasenta. Pertukaran gas
dan cairan antara induk dan anak terjadi dalam plasenta. Setelah beberapa hari,
trofoblas tenggelam ke dalam lapsan dalam uterus (endometrium) dan terbentuk
serangkaian penjuluran dari embrio ke uterus. Proses tersebut disebut implantasi.
Segera setelah implantasi, terbentuk membran ekstra embrional. Pembentukan
membran ekstra embrional pada mencit terjadi ketika membran ekstra embrional
terlepas saat lahir dan terbentuk lapisan-lapisan sel yang tidak bergabung dalam
tubuh embrio (Gilbert, 1994).

Dua membran di antaranya terbentuk sebagai hasil dari pelipatan sebuah


membran yang kemudian bertemu di atas embrio. Membran dalam (amnion)
membungkus rongga amniotik, sementara membran luar yang lebih luas disebut
chorion. Dari ujung anterior saluran pencernaan, tumbuh sebuah membran yang
saling berhubungan dengan saluran tersebut, mengelilingi inner cell mass kuning
telur dan membentuk yolk sac. Perlekukan ke luar saluran pencernaan di bagian
posterior membentuk allantois yaitu sebuah kantung yang berperan dalam fungsifungsi ekskretoris dan respiratoris dalam sel telur yang dibungkusnya (Leon,
1992).
Tahap-tahap

proses

pembentukan

selaput

embrio

ayam menurut

Sumantadinata (1981). adalah :


1. Amnion
Amnion adalah selaput embrio yang langsung membungkus embrio,
berupa kantung yang tipis berisi cairan amnion dan embrio dapat bebas
bergerak didalamnya. Lapisan penyusun amnion adalah somatopleura dengan
ectoderm dibagian dalam dan mesoderm somatik diluar. Pembentukan amnion
sejalan dengan terpisahnya bagian intra embrio dari bagian ekstra embrio. Amnion
berfungsi melindungi embrio dari dehidrasi perlekatan organ-organ tubuh yang
sedang terbentuk, memberi ruang untuk pergerakan embrio dan member
perlindungan terhadap goncangan mekanik.
2. Kantung yolk
Kantung yolk adalah selaput ektra embrio yang dibentuk paling awal.
Selaput embrio ini dibangun oleh splanknopleura dengan endoderm disebelah
dalam dan mesoderm splanknik diluarnya. Mesoderm splanknik akan terdapat
pembuluh-pembuluh darah vitelin. Terbentuknya kantung yolk sejalan dengan
pelipatan lapisan endoderm yang menjadi atap arkenteron, untuk membentuk
saluran pencernaan makanan. Fungsi kantung yolk adalah menghantar untuk
embrio, tempat asalnya sel kelamin. Mesoderm splankniknya merupakan sumber
sel-sel darah dan merupakan organ hemopoletetik paling awal.
3. Albumen
Banyak mengandung air untuk menjaga kelembaban didalam telur .
Selama perkembangan albumen mengental karena airnya semakin berkurang

Setelah alantois tumbuh membesar, albumen akan terdorong keujung stalalantois


yang mengabsorbsi dan mentransfer melalui pembuluh darahkedalam embrio
untuk digunakan sebagai nutrisi. Splanknopleura pembungkus albumen disebut
kantung albumen.
4. Korion
Korion merupakan selaput embrio yang terluar. Terbentuk oleh lipatan
kearah luar dari amnion. Susunan lapisan ectoderm (diluar) dan mesoderm
somatik (didalam) korion berlawanan dengan amnion, oleh karena itu
korionkadang-kadang disebut amnion palsu (false amnion). Korion akan
membungkus selaput selaput embrio lainnya. Korion dibentuk dari somatopleura
bersamaan dengan pembentukan amnion. Lapisan penyusunnya dibentuk oleh
adanya pelipatan yang berlawanan dengan amnion. Ektoderm diluar dan
mesoderm somatik didalam. Korion berada dibawah selaput cangkang dan
cangkang kapur telur. Fungsi penting korion adalah menyerap ion Ca dari
cangkang telur dan mendistribusikannya untuk pembentukan rangka (tulang)
embrio melalui pembuluh darah alantois.
5. Alantois
Alantois merupakan selaput embrio yang terbentuk paling akhir, bermula
sebagai evaginasi ventral dari usus belakang, tersusun oleh lapisan lembaga
endoderm dan mesoderm splanknik, serupa dengan katung yolk, pada ayam,
alantois

dan

korion

(korioalantois)

berperan

dalam

respirasi

melalui

pembuluh- pembuluh darah alantois, terjadi juga penyerapan kalsium melalui


pembuluh- pembuluh darah tersebut sehingga cangkang kapur akan menjadi rapuh
dan hal ini memudahkan penetasan kelak. Bagian proximal alantois membentuk
tangkai alantois yang pangkalnyaakan tetap berada dalam tubuh embrio.bagian
distal alantois membentuk kantong yang tumbuh membesar kedalam coelum
kestrel embrio, yang hampir memenuhirongga telur, selain itu alantois berada
dibawah korion (Carlson, 1999).
Jumlah dan jenis membran embrional bervariasi pada hewan vertebrata.
Ikan dan amphibi hanya memiliki membran ekstra embrional berupa kantong yolk
(yolk sac/saccus vitellinus). Reptil dan aves memilik 4 membran ekstra embrional
yaitu, amnion, chorion, allantois dan saccus vitellinus, pada mamalia chorion

berdiferensiasi menjadi bagian embrional yang menyusun plasenta (Soeminto,


2000).
Burung dan mamalia mempunyai membran ekstra embrionik yang sama
dengan reptilia, darimana hewan tersebut berkembang. Ketiga golongan hewan
tersebut sering disebut amniota karena ketiganya sama-sama mempunyai amnion.
Reproduksi burung sangat mirip dengan reptilian, kecuali bahwa burung
mengerami telurnya. Kecuali monotremata primitive yang bertelur, mamalia tidak
mempunyai telur kleidoik dan membran ekstra embrionik membantu dalam
pembentukan plasenta (Villee et al, 1998).

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan


bahwa:
1. Ada empat macam membran ekstra embrional yang umum terdapat pada
embrio vertebrata tinggi yaitu yolksac, amnion, allantois, chorion.
2. Yolksac berfungsi sebagai tempat pembentukan sel darah merah pertama dan
menyalurkan bahan makanan. Amnion berfungsi sebagai pelindung embrio
terhadap kekeringan, penawar goncangan (mekanik), pengaturan suhu intra
uterus dan anti adhesi. Fungsi utama allantois adalah sebagai tempat
penampungan dan penyimpanan urine dan sebagai organ pertuakaran gas
antara embrio dengan lingkungan luarnya. Fungsi chorion pada hewan-hewan
ovivar, terutama untuk pertukaran gas atau respirasi, sedangkan pada mamalia
chorion bukan hanya berperan sebagai pembungkus, tetapi juga berperan
untuk nutrisi, ekskresi, filtrasi dan sistem hormon.
B. Saran

Sebaiknya

unuk

lebih

memperjelas

pemahaman

praktikan,

dalam

pengamatan membran ekstra embrional praktikan diberi pemahaman yang lebih


terutama dalam membedakan bagian-bagian membran ekstra embrional,
khususnya antara mamalia (mencit) dengan aves (ayam).

DAFTAR REFERENSI
Adnan. 2008. Perkembangan Hewan. Jurusan Biologi FMIPA UNM, Makassar.
Ahmad J.G. 2010. Effects of gonadotropin releasing hormone conjugate
immunization and bioenhancing role of Kamdhenu ark on estrous cycle,
serum estradiol and progesterone levels in female Mus musculus, (2010) 8,
70-75.
Campbell, N.A., Reece, J.B. 2004. Biology, 5th ed. Benjamin Cummings, San
Francisco.
Carlson, Bruce M. 1999. Human Embryology and Developmental Biology.
Mosby, New York.
Christopher. 2004. Organochlorin Pesticides in Chorioallantoic Membranes of
Morelets Crocodile Eggs from Beliz. Journal of Wildlife Disease. 40(3),
pp : 493-500.
Djuhanda, T. 1981. EmbriologiPerbandingan. Armico, Bandung.
Fernandes, R.A., Carolina Costola-Souza, Carlos Alberto Palmeira Sarmento,
Leandro Gonalves, Phelipe Oliveira Favaron, Maria Angelica Miglino.
2012. Placental tissues as sources of stem cells. Open Journal of Animal
Science. Vol. 2 :166-173
Fried, et al. 2005. Schaums Outlines Biologi Edisi Kedua. Erlangga, Jakarta.

Gilbert, S.F. 1994. Developmental Biology 4th ed. Sianuer Associates inc
Publisher, Massachusetts.
Kosasih, G. 1975. Embriologi Kedokteran. CV EGC, Jakarta.
Leon,C H. 1992. Concepts in zoology. Harper Collins Publiser, New York.
Maria, Grace I, Nathan L.M, Michael P.H. 2010. The Chick Chorioallantoic
Membrane: A Model of Molecular, Structural, and Functional Adaptation
to Transepithelial Ion Transport and Barrier Function during Embryonic
Development
Niknejad et al. 2008. Properties of The Amniotic Membrane for Potensial Use in
Tissue Engineering. European Cells and Materials. 15 : 88-99.
Pereira, Hillery R, Albert K. 2011. Amnion Formation in The mouse embryo: The
single Amniochorionic Fold Model. BMC Developmental Biology. 2011,
11:48.
Soeminto. 2000. EmbriologiVertebrata. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.
Sumantadinata, K. 1981. Pengembangbiakan Ikan-Ikan Pemeliharaan di
Indonesia. Sastra Budaya, Bogor.
Ville, C. A., Waren, F. W., and Jr. Robert D. 1998. Zoologi Umum. Erlangga,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai