Anda di halaman 1dari 15

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap Perkembangan Hewan dengan judul “Siklus


Reproduksi” yang di susun oleh:
nama : Lisma P. Bastian
nim : 1714040012
kelas : Pendidikan Biologi C
kelompok : IV (Empat)
Setelah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten/Koordinator maka dinyatakan
diterima.
Makassar, Oktober 2018
Koordinator Asisten Asisten

Suhardi Aldi Isnayah Nur Aliefya


NIM. 1614042011 NIM. 1414442013

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Adnan, M.S


NIP : 19650201 198803 1 003
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di muka bumi ini banyak terdapat makhluk hidup. Dari waktu ke waktu
jumlah makhluk hidup dimuka bumi ini akan semakin terus bertambah. Hal ini
karena makhluk hidup terus melakukan penambahan keturunan dengan cara
berkembang biak.
Kita semua pasti tahu salah satu ciri-ciri makhluk hidup yaitu berkembang
biak atau biasa kita sebut dengan bereproduksi. Reproduksi merupakan
kemampuan suatu makhluk hidup, baik yang uniseluler maupun yang
multiseluler untuk menghasilkan keturunan, tanpa proses reproduksi suatu
makhluk hidup tidak akan mungkin melestarikan jenisnya. Apabila suatu
makhluk hidup tidak bereproduksi maka kemungkina besar jenisnya atau
spesiesnya akan punah sehingga tidak bisa ditemukan lagi dimasa yang akan
datang.
Pada organisme uniseluler, proses reproduksinya lebih sederhana
dibandingkan dengan organisme multiseluler. Pada organisme multiseluler
misalnya mamalia alat-alat reproduksinya sudah terspesialisasi dan dilengkapi
dengan alat kelamin luar untuk mempermudah nantinya proses kopulasi.
Pada hewan mamalia betina terjadi fase-fase reproduksi yang terus
berulang yang biasa disebut dengan siklus reproduksi. Siklus reproduksi ini
terjadi pada hewan betina yang sudah dewasa secara seksual dan sedang tidak
hamil. Pada mamalia primata seperti halnya manusia dan kera serta hewan
primata lainnya siklus reproduksinya disebut dengan sistem menstruasi yang
ditandai dengan meluruhnya sel dinding rahim yang keluar bersamaan dengan
darah.
Pada mamalia non primata seperti mencit atau sapi siklus reproduksinya
disebut dengan siklus estrus. Siklus estrus ini ditandai dengan hewan betina
yang bersikap aktif dan terus mengejar-ngejar hewan jantan karena telah siap
untuk melakukan kopulasi.
Oleh sebab itu, pada praktikum kali ini kita akan melakukan pengamatan
pada hasil apusan vagina mencit untuk mengetahui seperti apa ciri-ciri dari
fase-fase siklus estrus pada mencit.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Membedakan sel-sel hasil apusan vagina.
2. Menentukan tahap siklus yang sedang dialami oleh hewan betina.
C. Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu membedakan sel-sel hasil apusan vagina.
2. Mahasiswa mampu menentukan tahap siklus yang sedang dialami oleh
hewan betina.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Reproduksi
Agar organisme dapat mempertahankan jenisnya, maka ia harus
berkembang biak atau bereproduksi. Setiap hewan dilengkapi dengan
kemampuan untuk bereproduksi. Pada hewan-hewan dengan taksa yang tinggi
seperti mamalia, alat-alat reproduksinya biasanya lebih terspesialisasi dan
dilengkapi dengan alat kelamin luar. Secara umum sistem reproduksi terdiri
atas kelenjar utama (gonad), saluran reproduksi, kelenjar asesori (Adnan,
2016).
Gonad jantan atau testis dan gonad betina atau ovary, berperan
menghasilkan gamet dan mensekresikan hormon seks. Saluran reproduksi
berperan menyimpan dan mentransportasikan gamet, serta kelenjar aksesori
berperan menghasilkan substansi tertentu yang melindungi dan membantu
pergerakan gamet. Terakhir, struktur pendukung, seperti penis pada jantan
membantu penghantaran sperma menuju saluran reproduksi betina, dan uterus
pada betina sebagai tempat perkembangan janin selama masa kehamilan
(Palennari dkk., 2016).
Pada hewan jantan, gonadnya dinamakan testis. Di dalam testis terdapat
saluran reproduksi yang berperan sebagai penghasil sperma yang disebut
tubulus seminiferus. Dinding tubulus seminiferus merupakan tempat dimana
spermatogenesis berlangsung. Saluran-saluran reproduksi yang lain yaitu vas
efferent. Epididimis, vas deferens, dan uretra. Epididimis terdiri atas caput,
korpus, dan kauda. Epididimis merupakan saluran panjang yang berlekuk yang
ditutupi oleh badan lemak. Vas deferensia bermuara di dalam uretra sebelah
dorsal dan vesikula seminalis. Uretra merupakan bagian akhir dari saluran
reproduksi yang terdiri atas 2 bagian, yaitu bagian proksimal, dan distal.
Bagian distal terletak di dalam testis (Adnan, 2016).
Organ reproduksi pada betina terdiri atas ovarium, saluran reproduksi,
uterus dan vagina. Ovarium berperan menghasilkan gamet, oosit sekunder
yang dilepaskan menuju oviduk pada saat ovulasi akan berkembang menjadi
ovum setelah mengalami fertilisasi. Ovarium juga berperan menghasilkan
hormone, seperti progesteron dan estrogen.Oviduk atau tuba fallopi
memanjang secara lateral dari uterus, menyediakan jalan bagi sperma pada
saat fertilisasi. Fertilisasi umumnya berlangsung pada bagian ampula dari tuba
fallopi. Rahim berperan sebagai jalur bagi sperma untuk menuju oviduk,
uterus juga merupakan tempat implantasi zigot setelah fertilisasi dan tempat
perkembangan janin selama kehamilan. Uterus memiliki beberapa lapisan
penyusun, ketika sel telur tidak dibuahi oleh sel sperma, maka lapisan
endometrium segera mengalami peluruhan yang diikuti pendarahan yang biasa
disebut dengan siklus menstruasi. Vagina berfungsi sebagai saluran kelahiran,
yang dilalui bayi saat lahir dan juga berfungsi sebagai organ kopulasi
(Palennari dkk., 2016).
B. Siklus Reproduksi
Siklus reproduksi adalah perubahan siklis yang terjadi pada sistem
reproduksi (ovarium, oviduk, uterus, dan vagina) hewan betina dewasa yang
tidak hamil, yang memperlihatkan hubungan antara satu dengan yang lainnya.
Siklus reproduksi pada mamalia primata disebut siklus menstruasi. Sedangkan
siklus reproduksi pada non primata disebut siklus estrus (Adnan, 2016).
1. Siklus Menstruasi
Siklus reproduksi pada hewan primata umumnya dan manusia
khususnya, dikenal dengan siklus menstruasi. Siklus ini erat hubungannya
dengan perkembangan folikel telur dan endometrium uterus. Siklus ini
dikendalikan oleh hormon-hormon reproduksi yang dihasilkan oleh
hipotalamus, hipofisis dan ovarium (Huda dkk., 2017).
Pada manusia pubertas ditandai dengan permulaan menstruasi
(menarche). Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi
dalam rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di tengah
masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi. Menstruasi adalah
perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah
ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus
(Felicia dkk., 2015)
2. Siklus Estrus
Siklus estrus adalah perubahan fisiologi ternak betina mulai dari
siklus yang pertama ke siklus berikutnya (Yekti dkk., 2017).
Siklus estrus ditandai oleh adanya estrus (birahi). Pada saat estrus,
hewan betina akan reseptif terhadap hewan jantan, dan kopulasinya
kemungkinan besar akan fertil sebab di dalam ovarium sedang terjadi
ovulasi dan uterusnya berada pada fase yang tepat untuk implantasi
(Adnan, 2016).
Dalam satu siklus birahi terjadi perubahan-perubahan fisiologik dari
alat kelamin betina. Perubahan ini bersifat sambung menyambung satu
sama lain, hingga akhirnya bertemu kembali pada permulaanya. Pada
umumnya yang disebut permulaan adalah timbulnya gejala birahi itu
sendiri. Satu siklus birahi terbagi menjadi 4 fase, yaitu: proestrus, estrus,
metetrus dan diestrus (Huda dkk., 2017).
Dari satu estrus ke estrus berikutnya disebut satu siklus estrus.
Panjang siklus estrus pada tikus mencit adalah 4-5 hari, pada babi, sapi,
dan kuda adalah 21 hari, dan pada marmut adalah 15 hari (Adnan, 2016).
Periode estrus pada hewan terjadi secara berulang dan membentuk
suatu siklus yang disebut siklus estrus. Siklus estrus merupakan salah satu
aspek reproduksi yang menggambarkan perubahan kandungan hormon
reproduksi yang disebabkan oleh aktivitas ovarium dibawah pengaruh
hormon gonadotrophin (Narulita dkk., 2017)
Menurut perubahan-perubahan yang kelihatan maupun yang tidak
kelihatan selama siklus estrus, maka siklus estrus dibedakan menjadi
empat fase yaitu proestrus, estrus, metestrus/posestrus, dan diestrus.
Pembagian yang lain berdasarkan perkebangan folikel dan pengaruh
hormon, maka siklus estrus dibedakan menjadi fase folikuler atau
estrogenik yang meliputi proestrus dan estrus, serta fase luteal atau
progestasional yang terdiri atas metestrus/proestrus dan diestrus
(Sumarmin, 2016).
Proestrus adalah fase persiapan. Fase ini biasanya pendek, gejala
yang terlihat berupa perubahan-perubahan tingkah laku dan perubahan alat
kelamin bagian luar. Tingkah laku betina agak lain dengan kebiasaannya,
misalnya menjadi sedikit gelisah, memperdengarkan suara yang tidak
biasa terdengar atau malah diam saja. Alat kelamin betina luar mulai
memperlihatkan tanda-tanda bahwa terjadi peningkatan peredaran darah di
daerah itu. Meskipun telah ada perubahan yang menimbulkan gairah sex,
namun hewan betina ini masih menolak pejantan yang datang karena
tertarik oleh perubahan tingkah laku tersebut (Huda dkk., 2017).
Estrus merupakan periode yang ditandai oleh keinginan
perkelaminan dan penerimaan pejantan oleh hewan betina. Selama periode
estrus, umumnya betina akan mencari dan menerima pejantan untuk
kopulasi. Gambaran umum fase estrus pada kebanyakan hewan ditentukan
dengan apusan vagina memperlihatkan bahwa sel-sel epitel vagina
sebagian besar adalah sel-sel yang terkornifikasi atau epitel yang tidak
berinti. Disamping itu, pada apusan vagina tersebut juga ditemukan adanya
mukus atau lendir (Sumarmin, 2016).
Metestrus adalah fase dalam siklus berahi yang terjadi segera setelah
estrus selesai. Gejala yang dapat dilihat dari luar tidak terlihat nyata,
namun pada umumnya masih didapatkan sisa-sisa gejala estrus. Bedanya
dengan estrus ialah bahwa meskipun gejala estrus masih dapat dilihat
tetapi hewan betina telah menolak pejantan untuk aktivitas kopulasi.
Serviks telah menutup, kelenjar-kelenjar serviks merubah sifat hasil
sekresinya dari cair menjadi kental. Lendir kental ini berfungsi sebagai
sumbat lumen serviks (Huda dkk., 2017)
Diestrus merupakan fase terakhir dan terlama dalam siklus estrus
ternak-ternak mamalia. Servik menutup rapat untuk mencegah benda-
benda asing memasuki lumen uterus, mukosa vagina menjadi pucat, serta
lendirnya mulai kabur dan lengket. Apabila tidak terjadi kebuntingan,
maka endometrium dan kelenjar-kelenjarnya beratrofi atau beregresi ke
ukuran semula (Sumarmin, 2016).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Hari/tanggal : Rabu, 26 September 2018
Waktu : Pukul 10.50-12.30 WITA
Tempat : Laboratorium Kebun Percobaan Biologi FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Spatula atau pipet tetes 1 buah
b. Mikroskop cahaya 1 buah
c. Kaca objek 1 buah
d. Kaca penutup 1 buah
2. Bahan
a. Mencit (Mus musculus) betina, dewasa, dan tidak hamil 1 ekor
b. NaCl fisiologis 0,9% secukupnya
c. Metilen biru 1% secukupnya
d. Aquades secukupnya
e. Air ledeng secukupnya
f. Alkohol 70% secukupnya
C. Prosedur Kerja

Ambil larutan NaCl fisiologis Masukkan pipet tetes yang berisi


0,9% mengguanakan pipet tetes larutan NaCl ke dalam vagina
mencit kira-kira sedalam ½ cm lalu
semprot dan sedot berulang kali
hingga cairan tampak keruh
Teteskan sedikit cairan keruh Teteskan metilen blue 1% ke
dari pipet tetes ke atas kaca atas cairan keruh di kaca objek
objek tersebut

Bilas kelebihan zat warna, Fiksasi cairan tersebut sampai


bersihkan menggunakan air terlihat kering
ledeng yang mengalir, lalu
tutup menggunakan kaca
penutup dan amati di bawah
microskop
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Gambar
No Fase Keterangan Gambar Pembanding
Hasil Pengamatan
1 Proestrus

(Researchgate, 2014)
2 Estrus 1. Sel epitel
menanduk

1
1. Sel epitel
menanduk

(Researchgate, 2014)

1
1. Sel epitel
menaduk

3. Metestrus 1. Sel epitel


menanduk
2. Leukosit

2 1
(Researchgate, 2014)
4. Diestrus 1. Sel epitel
berinti
2. Leukosit

(Researchgate, 2014)
2 1
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada preparat hasil apusan
vagina mencit yang diamati ditemukan banyak sel-sel epitel menanduk.
Banyaknya sel-sel epitel menanduk juga ditemukan pada hasil apusan vagina
di kelompok 3 dan 5. Dari hasil pengamatan yang diamati tersebut maka dapat
diketahui bahwa pada mencit yang diamati ini sedang mengalami fase estrus.
Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pada saat fase estrus
apusan vagina memperlihatkan sel-sel epitel yang menanduk (Adnan, 2016).
Berdasarkan pengamatan yang juga dilakukan oleh kelompok 1 pada hasil
apusan vagina mencit di temukan sel epitel menanduk dan juga banyak sel
darah putih (leukosit). Dari pengamatan yang diamati tersebut maka dapat
diketahui bahwa pada mencit yang diamati tersebut sedang mengalami fase
metestrus. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada fase metestrus keadaan sel-
sel epitel pada vagina relatif sama dengan fase estrus dan mulai ditemukan
adanya sel-sel darah putih dalam jumlah yang banyak (Sumarmin, 2016).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh kelompok 2 pada hasil
apusan vagina mencit di temukan sedikit sel epitel berinti dan banyak sel
leukosit. Dari pengamatan yang diamati tersebut maka dapat diketahui bahwa
pada mencit yang diamati tersebut sedang mengalami fase diestrus. Hal ini
sesuai dengan teiri yang mengatakan bahwa pada fase diestrus keadaan sel-sel
epitel vagina mulai dipulihkan kembali, terlihat dengan banyaknya sel epitel
berinti pada apusan vagina yang dibuat (Sumarmin, 2016).
Pada pengamatan hasil apusan vagina tidak ada kelompok yang
menemukan fase proestrus. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor
seperti tidak adanya mencit yang sedang mengalami fase proestrus pada saat
praktikum. Selain itu kurangnya keterampilan dari praktikan dalam
mengambil hasil apusan vagina mencit sehingga tidak bisa menemukan ciri-
ciri yang sesuai dengan salah satu fase pada siklus estrus mencit.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Siklus reproduksi adalah perubahan siklis yang terjadi pada sistem
reproduksi (ovarium, oviduk, uterus, dan vagina) hewan betina dewasa yang
tidak hamil, yang memperlihatkan hubungan antara satu dengan yang lainnya.
Siklus reproduksi pada mamalia primata disebut siklus menstruasi. Sedangkan
siklus reproduksi pada non primata disebut siklus estrus.Siklus estrus dibagi
menjadi 4 fase yaitu diestrus, proestrus, estrus dan metestrus.
B. Saran
Adapun saran untuk praktikan agar lebih berhati-hati saat memberikan
perlakuan terhadap hewan mencit agar mencit yang digunakan tidak tersakiti
oleh perlakuan yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2016. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan


Biologi FMIPA UNM.

Felicia., Hutagaol, Esther., Kundre, Rina. 2015. Hubungan Status Gizi dengan
Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di PSIK FK UNSTRAD Manado
dalam jurnal E-Journal Keperawatan. Vol: 3 (1): 2.

Huda, Nadayatul Khaira., Sumarmin, Ramadhan., Ahda, Yuni. 2017. Pengaruh


Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) Terhadap Siklus
Estrus Mencit (Mus musculus L. Swiss Webster) dalam jurnal Eksakta.
Vol: 18 (2): 70-71.

Narulita, Erlia., Prihatin, Jekti., Anam, Khoirul., Oktavia, Fikri Ainur Risma
Hardiyanti. 2017. Perubahan Kadar Ekastradiol dan Histologi Uterus
Mencit (Mus musculus) Betina dengan Induksi Progesteron Sintetik dalam
jurnal Biosfera. Vol: 34 (3): 118.

Palennari, Muhiddin., Lodang, Hamka., Faisal., Muis, Abd.. 2016. Biologi Dasar
Bagian Perama. Makassar: Alauddin University Press.

Sumarmin, Ramadhan. 2016. Perkembangan Hewan Edisi Pertama. Jakarta:


Kencana.

Yekti, Aulia Puspita Anugra., Susilawati, Trinil., Ihsan, Muhammad Nur.,


Wahyuningsih, Sri. 2017. Fisiologi Reproduksi Ternak (Dasar Manajemen
Reproduksi). Malang: Universitas Brawijaya Press.

Anda mungkin juga menyukai