Anda di halaman 1dari 20

IPA MASA DEPAN

BIOTEKNOLOGI DAN KLONING MASA DEPAN

OLEH:
I GEDE SANDI WIARSANA
NIM: 1723071005

JURUSAN PENDIDIKAN IPA


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2017
PRAKATA
Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
karunia yang telah diberikan, makalah yang berjudul “Bioteknologi dan Kloning
Masa Depan” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
mendukung, baik berupa bimbingan, doa maupun materiil yang diberikan guna
membantu penyelesaian makalah ini. Terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
memberikan banyak dukungan kepada penulis. Tidak lupa pula, ucapan terima
kasih kepada orang tua yang telah memberikan doa dan restu serta dukungan
materiil kepada penulis. Terima kasih pula kepada para penulis yang tulisannya
dikutip sebagai bahan rujukan dalam makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis menerima dengan terbuka saran dan kritik konstruktif untuk
menjadikan makalah ini lebih baik di kemudian hari. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk pembaca.
Om Santih, Santih, Santih, Om
Singaraja, Oktober 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 . Pengertian Kloning……..................................................... 3
2.2 Sejarah Kloning……….. …………………....................... 4
2.3 Metode Kloning…… …………......................................... 8
2.4 Jenis-jenis Kloning …………………………... …………. 8
2.5 Proses Terjadinya Kloning Pada Hewan Dan Manusia …. 10
2.6 Pro dan Kontra Terhadap Perkembangan Kloning ……… 13
2.7 Pendekatan Etik dan Hukum Kloning Pada Manusia …… 14
BAB III PENUTUP
3.1. Simpulan ......................................................................... 16
3.2. Saran ............................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Perkembangan zaman yang sangat pesat menghasilkan teknologi yang
semakin canggih, hal ini membuat para ilmuan baik fisika, kimia dan biologi saling
berlomba-lomba untuk menciptakan teknologi yang semakin tinggi yang tentunya
tepat guna dan efisien, salah satu contohnya adalah bioteknologi. Penerapan
bioteknologi yang semakin meningkat merupakan potensi untuk meningkatkan
kesejahtraraan masyarakat. Akan tetapi, perlu di sadari bahwa dengan adanya
bioteknologi yang semakin berkembang belum menjamin peningkatan
kesejahteraan masyarakat suatu negara, karena makin banyak masyarakat yang
tingkat ekonominya rendah sehingga pengguna bioteknologi yang kurang merata.
Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara
negara maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam
teknologi semisal rekayasa genetika, kultur jaringan, rekombinan DNA,
pengembangbiakan sel induk, kloning, dan lain-lain. Teknologi ini memungkinkan
kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit genetik maupun kronis
yang belum dapat disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS. Penelitian di bidang
pengembangan sel induk juga memungkinkan para penderita stroke ataupun
penyakit lain yang mengakibatkan kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh
dapat sembuh seperti sediakala. Di bidang pangan, dengan menggunakan teknologi
rekayasa genetika, kultur jaringan dan rekombinan DNA, dapat dihasilkan tanaman
dengan sifat dan produk unggul karena mengandung zat gizi yang lebih jika
dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan
lingkungan (Pramashinta dkk, 2014). Penerapan bioteknologi di masa ini juga dapat
dijumpai pada pelestarian lingkungan hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada
penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut oleh bakteri, dan penguraian zat-
zat yang bersifat toksik (racun) di sungai atau laut dengan menggunakan bakteri
jenis baru.
Kemajuan di bidang bioteknologi tak lepas dari berbagai kontroversi yang
melingkupi perkembangan teknologinya. Sebagai contoh, teknologi kloning dan

1
rekayasa genetika. Hal itu baik ketika digunakan untuk mendukung kehidupan
manusia. Namun perkembangan terjadi demikian pesat hingga manusia membuka
dunia baru untuk mengambil kontrol dalam teknik biologis, kloning. Manusia
sekarang dapat memanipulasi kehidupan di dalam laboratorium dan membuka
gerbang menuju apa yang disebut “a Brave New World” Berangkat dari latar
belakang masalah di atas maka penulis menyusun makalah dengan judul “
Bioteknologi dan Kloning Masa Depan”.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud kloning?
2. Bagaimana sejarah kloning?
3. Metode apa saja yang dapat dilakukan untuk kloning?
4. Apa saja jenis-jenis dari kloning?
5. Apa saja komponen-komponen kloning gen?
6. Bagaimana proses terjadinya kloning pada hewan dan manusia?
7. Bagaimana pro dan kontra dalam perkembangan kloning?
8. Bagaimana pendekatan etik dan hukum kloning pada manusia?
1.3.Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian dari kloning.
2. Mahasiswa dapat memahami pengertian dari kloning.
3. Mahasiswa mampu memaparkan metode-metode yang dapat dilakukan
untuk kloning.
4. Mahasiswa mampu memaparkan jenis-jenis dari kloning.
5. Mahasiswa mampu memaparkan komponen-komponen kloning.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan proses terjadinya kloning pada hewan dan
manusia.
7. Mahasiswa dapat menjelaskan pro dan kontra dalam perkembangan kloning
8. Mahasiswa dapat menjelaskan pendekatan etik dan hukum kloning pada
manusia
1.4 Manfaat
Agar pembaca bisa mengerti dan memahami kloning dengan baik dan
mampu menggunakannya secara bijak.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kloning


Belakangan ini teknologi dan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang
kehidupan manusia berkembang demikian pesat. Perkembangan itu juga terjadi
dalam bidang kesehatan dan biologi. Hal itu baik ketika digunakan untuk
mendukung kehidupan manusia. Namun perkembangan terjadi demikian pesat
hingga manusia membuka dunia baru untuk mengambil kontrol dalam teknik
biologis, kloning. Manusia sekarang dapat memanipulasi kehidupan di dalam
laboratorium dan membuka gerbang menuju apa yang disebut “a Brave New
World” (Raimon, 2012).
Pada hakekatnya secara alamiah kloning organisme unisel sampai ke yang
multisel telah berlangsung selama ribuan tahun. Dengan kemajuan biotekonologi
maka terdapat perkembangan pesat dalam kloning artifisial. Keberhasilan
melakukan kloning pada mamalia dengan menggunakan sel non embrionik yang
diawali ole hot issue “Dolly The Sheep” telah membuka wawasan penelitian
biomelekular dan bioteknologi yang sangat luas (Muhammad, 2015). Kloning gen
yang menghasilkan salinan gen atau segmen DNA dan kloning sel punca ataupun
sel dewasa dapat diaplikasikan dalam pengobatan; kloning reproduktif
menghasilkan salinan hewan seutuhnya (termasuk manusia); dan sebagai
replacement yaitu berfungsi untuk penggantian bagian tubuh individu (yang
dilakukan kloning) yang mengalami kerusakan, atau gagal organ. Salah satu isu
yang cukup menggemparkan adalah menghasilkan klon manusia sebagai
replacement children dengan menggunakan sel somatik dari individu itu sendiri
(Wangko & Kristanto, 2010).
Secara Terminologi, menurut Encyclopedia Britannica clone (whole
organism cloning) sebagai organisme individual yang tumbuh dari satu sel tubuh
tunggal orang tuanya yang secara genetik identik (Wangko & Kristanto, 2010).
Kemudian dari bidang Biomelekul, kloning adalah kreasi suatu organisme yang
merupakan salinan genetik dari organisme pendahulu. Clone adalah salinan genetik
yang identik dari potongan DNA, sel, atau organisme keseluruhan.

3
Kloning adalah reproduksi aseksual (Raimon, 2012). Untuk melakukan
kloning, yang pertama dibutuhkan adalah sebuah sel telur yang matang. Sel telur
itu kemudian diambil inti selnya. Inti sel itu kemudian diganti dengan inti sel tubuh
dari organisme dewasa yang sejenis. Ketika sel itu mulai berkembang, ia kemudian
ditanamkan di rahim. Sel itu akan berkembang di rahim hingga kelahirannya.
Individu yang dilahirkan akan menjadi individu yang indentik secara genetis
dengan individu donor inti sel. Pada prinsipnya, siapapun dapat dikloning, dan
karena sel itu dapat dibekukan, orang bahkan dapat mengklon orang yang sudah
meninggal. Kloning bukanlah fotokopi. Ketika ia lahir, ia akan lahir seperti bayi
lainnya. Namun ketika dewasa ia akan kembar identik dengan aslinya.
Klon juga mempunyai arti menggandakan atau memperbanyak. Istilah

Clone asal mulanya muncul dengan arti memperbanyak DNA pada bakteri. Para

ilmuwan memperluas pengertian tersebut menjadi setiap individu yang darinya

dapat dihasilkan individu baru tanpa melalaui perkawinan meski satu saja

disebut juga dengan mengklon. Pada prinsipnya mengklon individu baru ialah

mengganti inti telur dengan inti sel definitif, lalu merangsang telur itu agar

tumbuh, inti telur tersebut mengandung separuh kromosom sel definitif yang

disebut haploid. Sel haploid tidak dapat tumbuh menjadi embrio dengan

sendirinya sehingga inti sel telur harus diganti dengan inti sel yang berasal

dari embrio yang sudah mengalami pembuahan yang kromosomnya lengkap.


Gabungan inti telur dengan inti sperma disebut diploid (Aziz,2001).
Menurut Pai, 2001 yang dimaksud dengan kloning adalah perbanyakan

sel atau organism secara aseksual. Hasil kloning adalah klon, yakni populasi

yang berasal dari satu sel atau organisme yang mempunyai rangkaian kromosom

yang sama dan sifat yang identik dengan induk asalnya. Klon kemudian diartikan

sebagai kumpulan organisme baik tanaman maupun hewan yang mengandung

perangkat gen yang sama. Anak kembar yang berasal dari satu telur akan

4
memiliki perangkat gen yang sama sehingga sulit dibedakan karena adanya

kemiripan antara yang satu dengan yang lainnya.

2.2 Sejarah Kloning


Sejarah Kloning

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah banyak ditemukan

penemuan baru oleh para ilmuwan, khususnya dalam rekayasa genetika yang

merupakan tonggak lahirnya teknik kloning. Perkembangan bioteknologi

melanda dunia ilmu pengetahuan, tepatnya dengan keberhasilan Watson dan

Crick dalam bidang biokimia pada tahun 1953 yang berhasil mengungkap

struktur kimia molekul DNA, yaitu suatu materi genetik yang bertanggung jawab

terhadap pemindahan sifat dari pada induknya (Aziz, 2001).

Penelitian tentang genetika pertama kali dilakukan oleh Gregor Mendel

yang dijuluki dengan bapak genetika. Ia melakukan dengan eksperimen tentang

pola-pola dasar pewarisan. Melalui eksperimen-eksperimen ini menyimpulkan

memang ada suatu pola terhadap pemindahan sifat-sifat. Sifat-sifat itu

ditentukan oleh sepasang unit, dan hanya sebuah unit yang diteruskan oleh

setiap induk kepada keturunannya. Pada permulaan tahun 1990, W.L Jhonson

mengusulkan untuk menggunakan istilah gen terhadap unsur pewarisan.

Pada tahun 1950 mereka sukses pertama kali dalam pembekuan semen

(sperma dan ovum) sapi pada suhu -79 derajat selsius, semen beku tersebut

kemudian digunakan untuk kawin suntik dan transfer embrio.

Penelitian kloning pertama berhasil pada tahun 1952 oleh Robert Briggs

dan Thomas King, yang berupa kloning dari sel cebong. Telur kodok A yang

5
telah dibuahi dikeluarkan intinya lalu diganti dengan sel telur kodok B yang

berada pada fase embrio. Hasilnya menjadi kodok baru yang mempunyai sifat

seperti kodok B. Sepuluh tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1962,

pengklonan pada kodok dilakukan lagi oleh John Gurdon. Ia berhasil

merekayasa kloning yang dibuat dari sel-sel cebong yang lebih tua dari yang

dilakukan oleh Robert Briggs dan Thomas King.

Pada tahun 1978, Baby Laouse lahir melalui pembuahan bayi tabung,

yang merupakan karya Dr Patrick Steptoe dan R. G Edwards dari Inggris. Ahli

kandungan inilah yang mempelopori teknik bayi tabung. Bayi tabung ini tidak

hanya dikenal di luar negeri saja, tetapi di Indonesia pun telah banyak

diterapkan. Transfer embrio manusia dari ibu satu ke ibu yang lain berlangsung

pertama kalinya pada tahun 1983, kemudian disusul dengan keberhasilannya

lagi pada tahun 1986. Inseminasi buatan pada manusia dilakukan oleh Mary

Beth Whitehead dengan mengandung Baby M hingga lahir, Ia berusaha

membesarkan Baby walaupun gagal di tengah jalan.

Menurut Umar, 2010 Pada tahun 1993, Dr Jerry Hall berhasil

mengkloning embrio manusia dengan teknik pembelahan (embrio splitting

technique) walaupun akhirnya semua klon tersebut rusak. Empat tahun

kemudian tepatnya tanggal 23 Februari 1997 Dr Ian Wilmuth dari Scotlands

Rouselin Institute berhasil mengkloning mamalia pertama dengan kelahiran

domba dolly yang menggunakan teknik ahli inti sel somatik atau somatic sel

nuclear transfer (SCNT), setelah melakukan percobaan 227 kali.

Untuk menghasilkan dolly, Ian Wilmut dan rekan kerjanya mengambil

sel kambing (kelenjar susu) anak domba bernama “Finn Dorset”. Sel kambing

tersebut kemudian ditempatkan pada cawan petri berisi nutrisi berkonsentrasi

6
sangat rendah. Karena kelaparan, sel berhenti membela dan gen (sementara)

berada dalam keadaan “tertidur” atau dalam bahasa ilmiah sel dalam fase “GO”,

mirip dengan keadaan inti sel sperma bergabung dengan inti sel telur seusai

pembuahan. Sedang sel telur mandul (dimandulkan) diambil dari domba

“Scottish Blackface”. Intinya (berikut DNA) dibuang, sehingga menjadi sel

telur kosong dan siap diproduksi menjadi embrio.

Sebagai gantinya dimasukkan sel donor berisi DNA atau sel kambing

dalam fase GO- yang berasal dari domba Finn Dorset. Setelah difusikan

kedalam cawan tabung reaksi, kemudian dalam tabung kedua sel berdekatan

satu sama lain dan bereaksi dengan memberikan kejutan listrik lemah. Kejutan

listrik tersebut selain menghasilkan fungsi juga merangsang sel untuk

membelah. Setelah enam hari embrio domba kloning terbentuk. Embrio yang

dihasilkan kemudian ditanam dalam rahim domba Scottish Blackface yang

lain. Setelah masa gestasi, domba Blackface melahirkan kembaran (kloning)

domba Finn Dorset. Pada tahun yang sama lembu kloning pertama kali juga

lahir yang diberi nama gene.

Menurut Umar, 2010 Para peneliti di Universitas Hawai yang dipimpin

oleh Dr Teruhiko Wakayama pada tahun 1998 berhasil melakukan kloning

tikus hingga tiga generasi, dengan memakai teknik mikro injection yang tingkat

keberhasilannya 3%. Pada tahun 2000 Professor Gerard Schatten dari Amerika

berhasil membuat kera kloning yang diberi nama tetra. Awal April 2001,

sebagaimana diberitakan oleh harian umum Kompas pada tanggal 9 April 2001,

dr. Saverino Anitori dari Italia mengumumkan

7
bahwa seorang perempuan tengah mengandung bayi hasil kloning yang usia

kehamilannya telah mencapai 8 minggu, indikasi keberhasilan kloning tinggal

menunggu waktu.

Bila sebelumnya ilmuwan melakukannya dengan meletakkan embrio di

tabung percobaan, Zavos langsung menaruhnya di rahim manusia. Jum'at, 24

April 2009, Dokter Kloning Berhasil Lahirkan Kembali Gadis yang Tewas

Tabrakan di LONDON- Dokter di pusat kesuburan Amerika Serikat mengklaim

telah berhasil mengkloning 14 embrio manusia dan mentransfer 11 di antaranya

ke rahim empat perempuan kemarin. Pengakuan mencengangkan itu

disampaikan Dr. Panayiotis Zavos dalam sebuah wawancara yang diterbitkan

kemarin (Solchan,2004).

2.3 Metode Melakukan Kloning


Secara umum dikenal beberapa cara untuk melakukan kloning berdasarkan
Wangko dan Kristanto (2010).
a) Artificial Embryo Twinning
Cara ini relatif lowtech, yang mencontohi proses alamiah terjadinya kembar
identik. Pada embrio yang masih dini dilakukan separasi secara manual sehingga
menghasilkan sel-sel individu, yang selanjutnya akan membelah dan berkembang.
Embrio ini diimplantasikan pada inang subtitusi sampai cukup bulan dan kemudian
dilahirkan. Oleh karena embrio-embrio klon ini berasal dari zigot yang sama maka
mereka secara genetik identik.
b) Somatic Cell Nuclear Transfer (SCNT)
Cara ini aga berbeda dengan artificial embryo twinning tetapi memberik hasil
yang reltif sama yaitu Salinan genetik yang sama. Sel somatik yang dipakai adalah
sel-sel di dalam tubuh selain sel sperma dan sel telur. Pada mamalia setiap sel

8
somatic mempunyai dua set kromosom yang lengkap. Inti sel somatik ditransfer ke
sel telur yang telah dilakukan enukleasi. Sel telur dengan inti baru ini akan berlaku
sebagai zigot, yang kemudian diimplantasikan ke inang subtitusi. SCNT bertujuan
utama untuk menghasilkan embrio yang akan digunakan pada riset, terutama riset
sel punca. Sel-sel ini kemudian dipanen untuk digunakan pada riset bioteknologi
dengan harapan dapat diaplikasikan bagi berbagai aspek yang menunjang
kesejahteraan manusia, termasuk aspek kesehatan dan pengobatan.
2.4 Jenis Kloning
Dewasa ini terdapat beberapa jenis kloning yang telah diteliti
1. Kloning Molekul (Molecular cloning)
Di dalam alam DNA tersusun sangat panjang dimana satu molekul tunggal
menyandang banyak gen. Untuk organisme multisel gen menempati hanya
sebagaian kecil dari DNA kromosom; siswanya merupakan sekuens nukleotid yang
berulang dan noncoding. Sebagai contoh, gen manusia menyusun 1/100.000
molekul DNA dimana ia terdapat. Kloning DNA bertujuan menghasilkan sejumlah
besar DNA yang identik, termasuk gen, promotor, sekuens noncoding, dan fragmen
DNA, untuk penelitian lanjutan menggunakan DNA pada organisme yang intak
untuk menghasilkan protein yang bermanfaat baik bagi penelitian maupun aplikasi
bagi kesehatan manusia.
Kloning dilakukan dengan menggunakan bakteri dan plasmid. Plasmid
merupakan molekul DNA sirkular berukuran kecil, tetapi mempunyai ukuran sama
atau bahkan lebih besar dari ukuran bahan genetik utamanya (kromosom bakteri),
dan Bereplikasi di dalam sel bakteri. Dalam hal melakukan kloning gen atau
potongan DNA, plasmid asal (cloning vector) diisolasi dari sel bakteri. Gen sel
tertentu disisipkan ke dalam plasmid, sehingga terbentuk plasmid dengan DNA
rekombinan. Plasmid yang baru dimasukkan ke dalam sel bakteri, dan terbentuk
bakteri rekombinan yang akan membentuk sel klon. Gen yang disisipkan akan
terikut pada bakteri yang bermitosis. Klon bakteri ini akan menghasilkan protein
yang sesuai dengan gen yang disisipkan. Produk protein yang dihasilkan dapat
digunakan untuk penelitian lanjut atau diaplikasikan bagi kesehatan manusia
ataupun bidang lainnya. Sebagai contoh perusahaan farmasi menghasilkan berbagai
jenis hormone dengan menggunakan bakteri yang menyandang gen manusia. Gen

9
yang resisten terhadap hama dari satu spesies dapat diklon dan disisipkan ke spesies
yang lain.
Secara umum kloning fragmen DNA mencakup lima langkah strategi kloning:
a) Isolasi
Isolasi dan pemurnian DNA sampel
b) Fragmentasi
Fragmentasi dengan menggunakan enzim restriksi yang memisahkan
yang untaian DNA
c) Ligasi
Ligasi untuk melekatkan potongan-potongan DNA dalam sekuens yang
diinginkan. Fragmen DNA dicampurkan dengan plasmid yang telah
dipotong dengan enzim restriksi yang sama. DNA ligase ditambahkan
untuk mengikatkan fragmen DNA ke plasmid.
d) Transfeksi
Transfeksi untuk menyisipkan potongan baru DNA ke dalam sel
e) Seleksi
Seleksi sel-sel yag berhasil ditansfeksi dengan DNA baru
2. Kloning Sel
Kloning sel bertujuan menghasilkan suatu populasi sel dari satu sel tunggal.
Pada organisme unisel seperti bakteri dan jamur, proses ini relatif mudah dan hanya
memerlukan inokulasi pada media yang sesuai. Pada kultur sel dari organisme
multisel, baik sel dewasa maupun sel punca, kloning sel merupakan hal yang cukup
rumit karena sel-sel ini tidak dapat tumbuh pada media standar. Tehnik yang
diperkenalkan adalah dengan menggunakan cincin kloning. Suspensi sel tunggal
yang telah dipapar dengan agen mutagenik atau obat tertentu ditempatkan pada
pengenceran tinggi untuk menghasilkan koloni-koloni yang terisolasi. Setiap koloni
tumbuh dari satu sel tunggal. Sel-sel klon dikumpulkan dari dalam cincin dan
dipindahkan untuk pertumbuhan lanjut.
3. Kloning Organisme
Disebut juga kloning reproduksi yang bertujuan untuk menghasilkan
organisme multisel yang identik secara genetik. Proses kloning ini merupakan
reproduksi aseksual dimana tidak terjadi fertilisasi. Disini dilakukan transfer inti

10
dari sel dewasa donor ke dalam sel telur tanpa inti. Bila sel telur telah membelah
normal maka akan dipindahkan ke dalam uterus inang substitusi. Klon yang
dihasilkan tidak sepenuhnya identik oleh karena sel somatik dapat mengandung
mutase DNA inti. Selain itu mitokondria di dalam sitoplasma juga mengandung
DNA, dan selama SCNT, DNA ini sepenuhnya berasal dari sel telur donor, jadi
genom mitokondria tidak serupa dengan sel telur donor. Hal ini sangat perlu
diperhatikan pada cross species nuclear transfer oleh karena bila terjadi
incompatbilitas mitokondria maka akan mengarah ke kematian sel. Selain itu dalam
proses kloning peran kromosom seks (inaktivasi) belum dapat dipenuhi.
Secara umum proses kloning pada mamalia dan manusia serupa, tetapi
aplikasi pengunaan klon pada manusia lebih kompleks. Kloning dapat berfungsi
sebagai terapeutik, reproduktif, dan replacement. Kloning terapeutik merupakan
kloning sel punca ataupun sel dewasa untuk diaplikasikan pada pengobatan dan
penelitian. Kloning reproduktif secara teoritik untuk membentuk klon manusia.
Kloning replacement merupakan gabungan keduanya, dan berfungsi untuk
penggantian bagian tubuh individu yang dilakukan kloning yang mengalami
kerusakan, atau gagal organ, dan diikuti oleh transplantasi otak sebagian atau
seluruhnya. Salah satu keuntungan bila menggunakan klon organ dari diri sendiri
yaitu tidak terjadi reaksi penolakan jaringan, dan dengan sendirinya tidak
memerlukan pemberian obat imunosupresif. Kloning replacement masih mendapat
banyak tantangan karena belum terdapat persesuaian pendapat mengenai hasil klon,
antara lain apakah sudah layak pakai atau belum.
Walaupun kloning telah berhasil dilakukan pada berbagai spesies,
pemahaman mengenai proses cloning subselular dan molecular masih sangat
terbatas. Aborsi, lahir mati dan perkembangan yang abnormal pada hewan klon
masih sangat tinggi, yang menunjukkan bahwa tingkat efisiensi dan keamanan
SCNT masih belum meyakinkan. Masalah lain yang cukup serius adalah
pemendekan telomer. Telomer merupakan sekuens DNA berulang pada ujung
kromosom. Dengan bertambahnya usia hewan telomer akan memendek. Bila
telomere sel sudah sangat memendek, maka sel tersebut akan mati. Bila klon
diambil dari sel yang tua, maka telomerya pun akan memendek yang

11
mengakibatkan kecenderungan menderita penyakit dan mengalami kematian pada
usia yang relative muda.
2.5 Komponen Kloning Gen
Kloning melibatkan lima komponen utama yaitu fragmen DNA (gen) yang
akan di kloning (disebut juga DNA sisipan), DNA vektor (bisa plasmid,
bakteriofage atau cosmid), enzim restriksi, enzim ligase, dan sel inang (bakteri atau
ragi).
1. DNA sisipan (Insert)
Tujuan kloning adalah memperbanyak suatu fragmen DNA dari suatu
organisme dalam suatu sel inang. Namun tujuan akhirnya bisa bermacam-
macam, diantaranya: produksi protein penting dengan skala besar, untuk
deteksi patogen atau sel abnormal, dan identifikasi DNA sidik jari pada
kasus forensik dan hubungan kekerabatan antara individu. DNA sisipan bisa
diperoleh dengan dua cara, yaitu Produk PCR dan Fragmen DNA hasil
pemotongan dengan enzim restriksi yang spesifik.
2. DNA vektor / plasmid Vektor
DNA vektor merupakan suatu mulekul DNA sirkular yang bertindak
sebagai wadah untuk membawa DNA sisipan masuk ke dalam sel inang dan
bertanggung jawab atas replikasinya. Berdasarkan fungsinya vektor dapat
dibagi dua, yaitu vektor kloning dan vektor ekspresi. Vektor kloning hanya
berfungsi untuk memperbanyak fragmen DNA yang disisipkan, sehingga
fragmen DNA tersebut hanya direplikasi, tidak di transkripsi. Biasanya
vektor ini digunakan untuk tujuan sekuensing atau untuk perbanyakan DNA
yang nantinya akan di sisipkan ke vektor ekspresi. Sementara vektor
ekspresi digunakan untuk memproduksi protein dari gen yang diklon. Jenis
vektor ekspresi tergantung dari sel inang yang akan digunakan dan ukuran
DNA yang akan disisipkan ke dalam vektor tersebut. Syarat suatu vektor
adalah : (1) mampu memasuki sel inang, (2) bereplikasi sendiri (memiliki
ori ), (3) menghasilkan jumlah copy yang banyak dan (4) mempunyai
ukuran yang relatif kecil (< 10 kb). Molekul DNA yang memenuhi
persyaratan tersebut adalah : plasmid dan kromosom virus terutama
bakteriofage.

12
3. Enzim Ligase
Enzim yang mengkatalisis reaksi pembentukan kembali ikatan fospodiester
antara potongan fragmen DNA atau RNA berujung kohesif yang saling
berkomplemen hasil pemotongan dengan enzim restriksi. Enzim ligase yang
sering digunakan adalah DNA ligase dari E. Coli, DNA ligase dari Fage T4,
ligase bakteri termofilik dan termostable DNA ligase.

4. Enzim Restriksi
Enzim restriksi merupakan suatu endonuklease yang mengenal urutan
spesifik pada molekul DNA dan memotong pada urutan yang spesifik
tersebut.
5. Sel Inang
Sel Inang berfungsi untuk menyimpan gen atau fragmen DNA yang sudah
di klon.
6. Proses Terjadinya Kloning
2.4.1 Kloning pada Domba
2.4.2 Kloning pada Katak

7. Pro dan Kontra Terhadap Perkembangan Kloning


Walaupun kloning merupakan lahan penelitian yang melibatkan berbagai
disiplin ilmu yang bernaung di bawah biomolecular dan bioteknologi, masih
terdapat banyak tantangan, ketidaksesuaian paham, ataupun oposisi dari berbagai
pihak, terlebih lagi bila berkaitan dengan etik, kepercayaan/agama, dan hukum
(Aman, 2007). Berbagai masalah dalam bidang pertanian seperti pemanfaatan
tanaman transgenik untuk dikonsumsi oleh manusia; dalam bidang peternakan yang
menghasilkan klon hewan yang dibesarkan tanpa induk, apakah kelak dapat
berperan secara alamiah; kloning spesies yang telah punah untuk mempertahankan
atau memulihkan ekosistem apakah memang dibutuhkan, dan dapat menggantikan
peran spesies tersebut pada saat sekarang; kloning hewan tertentu seperti babi untuk
aplikasi xenotransplantation; kloning sel atau organ manusia untuk kepentingan

13
terapeutik, dan lain sebagainya masih memerlukan banyak pemahaman yang
meyakinkan dan persesuaian pendapat, baik secara etik, moral, dan hukum.
8. Pendekatan Etik dan Hukum Kloning Pada Manusia
Setelah diungkapnya kasus Dolly the sheep di Edinburgh 1997, UNESCO
mempublikasikan Declaration on the human genome and human rights yang
ditandatangani oleh 186 negara, yang melarang reproduksi manusia melalui proses
kloning (Wangko & Kristanto, 2010).
Secara etik, pendekatan pertama adalah bahwa secara fundamental proses
kloning adalah teknologi yang masih dalam pengembangan dan belum cukup aman
untuk diaplikasikan pada subjek manusia. Pengembangan teknologi kloning masih
memerlukan banyak perbaikan untuk mengatasi penuaan dini seperti yang terjadi
pada Dolly the sheep, dan dihasilkannya sejumlah besar embrio dengan malformasi.
Bila di kemudian hari kloning menjadi teknologi yang aman, masih perlu pula
dikaji apakah kloning dapat membawa malapetaka psikologis bagi para ”clone”.
Kesadaran bahwa mereka kehilangan kesempatan untuk menjadi unik, beban
harapan orang tua clone yang mungkin terlalu besar, penerimaan lingkungan
terhadap clone, dan melihat dengan langsung seperti apa dirinya pada berbagai usia
melalui orang tuanya masih perlu pertimbangan masak. Akan selalu dibayangi
bahaya bahwa dengan teknologi ini, masyarakat akan melihat anak hasil kloning
(clone) sebagai komoditas barang dan bukan sebagai satu sosok pribadi manusia
seutuhnya. Komoditas tersebut dapat diperdagangkan untuk kepentingan
transplantasi organ, tenaga kerja, kemiripan bentuk fisik dengan seorang figur,
maupun ekploitasi lainnya.
Dari pandangan sisi yang berbeda masih akan timbul pula permasalahan seperti
individu bagaimana yang berhak memperoleh clone? Apakah kloning dikehendaki
dengan alasan moral yang dapat diterima? Sebagai contoh, membesarkan seorang
clone dengan alasan untuk menyediakan cadangan organ bagi seseorang tentu saja
tidak dapat diterima. Pada UU No.36 tahun 2009 pasal 65 disebutkan bahwa
”Pengambilan organ dan/atau jaringan tubuh dari seorang donor harus
memperhatikan kesehatan yang bersangkutan dan mendapat persetujuannya.”
Persetujuan pendonor dalam keadaan yang tidak cakap hukum karena satu dan lain

14
hal juga membuat kloning bukan teknologi yang tepat digunakan untuk alasan di
atas.
Di pihak lain teknologi sel punca mungkin merupakan jawaban atas
problematika tertentu di bidang pelayanan kedokteran, dimana hal ini telah di atur
dalam UU no.36 tahun 2009 pasal 70.

15
BAB III
SIMPULAN

3.1 Simpulan

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan melalui makalah ini yaitu

1. diharapkan pembaca bisa lebih memahami kloning dimasa depan dengan


baik dan bisa menggunakannya secara bijak.
2.

16
DAFTAR PUSTAKA

Aman. 2007. “Kloning Manusia dan Masalah Sosial-Etik” Jurnal Dimensia, 1: 1-


21. Tersedia pada http://download.portalgaruda.org/article.php?article=307
334&val=481&title=Kloning%20Manusia%20dan%20Masalah%20Sosial-
Etik. (diakses 25 Oktober 2017).

Muhammad, K. 2015. “Aplikasi Medis dan Masa Depan Kemanusiaan: Dilema


Kloning dan Teknologi Biomedik Lainnya” (Artikel Online). Tersedia pada
https://jurnaltarjih.or.id/index.php/tarjih/article/view/2105/23 (diakses 25
Oktober 2017)

Pramashinta, A., dkk. 2014. “Review Bioteknologi Pangan: Sejarah, Manfaat dan
Potensi Risiko”. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 3(1): 1-6. Tersedia pada
http://jatp.ift.or.id/index.php/jatp/article/download/34/14 (diakses 25 Oktober
2017).

Raimon. 2012. “Kloning dan Masa Depan Manusia”. (Artikel Online). Tersedia
pada https://web.facebook.com/TeknologiReproduksi/posts/130617733761
158?rdc=1&_rdr (diakses 19 Oktober 2017)

Riantari, I. A. P. C., dkk. 2016. “Masa Depan Bioteknologi”. (Artikel Online).


Tersedia pada https://id.scribd.com/doc/311787966/Masadepan-Bioteknologi-
Kelompok-6 (diakses 19 Oktober 2017)

Sunarlim, N. dan Sutrisno. 2003. “Perkembangan Penelitian Bioteknologi Pertanian


di Indonesia”. Buletin AgroBio, 6(1): 1-7. Tersedia pada http://biogen.litbang.
pertanian.go.id/terbitan/pdf/agrobio_6_1_01-07.pdf. (diakses 25 Oktober 2017).

Tajuddin, T. 2012. “Pengantar Bioteknologi”. (Modul Online). Tersedia pada


http://repository.ut.ac.id/4340/1/PEBI4426-M1.pdf. (diakses 19 Oktober 2017).

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Wangko, S. dan E. Kristanto 2010. “Kloning: Manfaat Versus Masalah” Jurnal


Biomedik, 2: 88-94. Tersedia pada https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/
biomedik/article/download/847/665 (diakses pada 25 Oktober 2017).

17

Anda mungkin juga menyukai