Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat ini biotaeknologi berkembang sangat maju. Kemajuan ini dapat
dilihat dari penemuan-penemuan prodak bioteknologi di berbagai bidang.
Bioteknologi dapat diartikan sebagai cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan
makhluk hidup (Bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun prodak dari makhluk
hidup (enzim,alkohol). Bioteknologi lingkungan mengacu pada penerapan
mikroorganisme untuk meningkatkan kualitas lingkungan (Daugulis, 2003).
Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan kualitas suatu organisme melalui
aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi tersebut dapat memodifikasi fungsi biologis
suatu organisme dengan menambahkan gen dari organisme lain atau merekayasa
gen pada organisme tersebut.
Penerapan bioteknologi dilakukan dengan tujuan memenuhi kebetuhan
manusi. antara lain: rekayasa genetika, kultur jaringan, dan kloning . Di bidang
pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan dan
DNA rekombinan, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul
karena mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta
juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan lingkungan. Penerapan
bioteknologi pada masa ini juga dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan hidup
dari polusi .Sebagai contoh, pada penguraian minyak bumi yang tertumpah ke
laut oleh bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai
atau laut dengan menggunakan bakteri jenis baru. Namun sejalan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi, banyak dampak yang ditimbulkannya terutama
bagi lingkungan.
Bioteknologi juga dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yang
terjadi dalam lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia tersebut. Oleh
karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas tentang bioteknologi
khususnya dibidang lingkungan, tentang bioteknologi untuk meningkatkan
kualitas lingkungan dalam arti menciptakan produk ramah lingkungan maupun

1
bioteknologi untuk mengurangi permasalahan lingkungan seperti limbah dan
aplikasi bioteknologi di lingkungan.

1.2 Rumusan masalah


1. Apakah pengertian dan jenis-jenis Bioteknologi?
2. Apasajakah produk bioteknologi dalam bidang lingkungan?
3. Bagaimana produk bioteknologi dibidang lingkungan tersebut tercipta?
4. Bagaimanakah bioteknologi berperan dalam mengatasi permasalahan
lingkungan?
5. Apasajakah aplikasi bioteknologi dalam bidang lingkungan?

1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini antara lain:
1. Mendiskripsikan pengertian dan jenis-jenis bioteknologi
2. Mendiskripsikan produk bioteknologi dalam bidang lingkungan
3. Mendiskripsikan cara kerja produk bioteknologi dalam bidang lingkungan
4. Mendiskripsikan peran bioteknologi dalam mengatasi permasalahan
lingkungan
5. Mendiskripsikan aplikasi bioteknologi dalam bidang lingkungan

1.4 Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
1. Dapat memberikan pengetahuan tentang produk bioteknologi dalam
bidang lingkungan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
sehingga kita dapat memanfaatkan produk bioteknologi untuk
meningkatkan kesejahteraan manusia.
2. Dapat memberikan pengetahuan tentang penanggulangan dampak
bioteknologi sehingga dapat meningkatkan kualitas lingkungan.
3. Dapat memberi pengetahuan tentang aplikasi dari bioteknelogi dalam
bidang lingkungan yang sering kita gunakan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bioteknologi

Bioteknologi berasal dari dua bahasa yaitu “bio” dan “teknologi” maka
jika digabung dapat di artikan sebagai pengggunaan organisme atau sistem hidup
untuk memecahkan suatu masalah atau unruk menghasilkan prodak yang berguna.
Istilah bioteknologi pertama kali ditemukan oleh Karl Erekty, seseorang insinyur
Hongaria pada tahun 1917 untuk mendeskripsikan prodak babi dalam skala besar
dengan menggunakan bit gula sebagai sumber pakan. Pada perkembangannya
sapai pada tahun 1970 bioteknologi selalu berasosiasi dengan rekayasa biokimia
(Alberecht,2006). Bioteknologi lingkungan sendiri mengacu kepada penerapan
mikroorganisme untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Alat utama yang
digunakan untuk menentukan sifat dan pengendalian proses bioteknologi
lingkungan telah ada selama beberapa dekade (Daugulis, 2003).
Federasi (1981) adalah seorang Bioteknologi Eropa mendefinisikan
bioteknologi sebagai berikut, bioteknologi adalah aplikasi terpadu biokimia,
mikrobiologi, dan rekayasa kimia dengan tujuan untuk mendapatkan aplikasi
teknologi dengan kapasitas biakan mikroba, sel, atau jaringan di bidang industri,
kesehatan, dan pertanian. Sedangkan menurut Sardjoko (1991), boteknologi
didefinisikan sebagai proses-proses biologi oleh mikroorganisme yang
dimanfaatkan oleh dan untuk kepentingan manusia (Gavrilescu, 2010).

2.2 Jenis-jenis Bioteknologi


Menurut Gavrilescu (2010) Bioteknologi dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Bioteknologi Konvensional
Bioteknologi konvensional yaitu suatu praktek bioteknologi yang dilakukan
dengan cara dan peralatan yang sederhana. Contoh produknya yaitu; bir,
wine, tuak, sake, yoghurt, roti, keju, tempe dan lain-lain.

3
2) Bioteknologi Moderen
Bioteknologi moderen merupakan bioteknologi yang berdasarkan kepada
manipulasi atau rekayasa DNA, selain memanfaatkan dasar Mikrobiologi dan
Biokimia. Penerapan bioteknologi modern juga mencakup di berbagai aspek
kehidupan. Bioteknologi modern antara lain berupa kultur jaringan, rekayasa
genetika dan lain-lain.
Sedangkan menurut cabang ilmu bioteknologi diantaranya diasosiasikan
dengan warna yaitu;

a. Bioteknologi Merah (red biotechnology)


Yaitu suatu cabang ilmu bioteknologi yang mempelajari aplikasi bioteknologi
dibidang medis. Cakupannya meliputi seluruh spektrum pengobatan manusia,
mulai dari tahap preventif, diagnosis dan pengobatan. Contohnya adalah
pemanfaatan organisme untuk menghasilkan obat dan vaksin.
b. Bioteknologi Putih / Abu-abu (white/ grey biotechnology)
Yaitu bioteknologi yang begerak di bidang industri seperti pertambahan dan
produksi senyawa baru serta pembuatan sumber energi terbarukan. Dengan
memanipulasi mikroorganisme seperti bakteri dan khamir atau ragi , enzim-
enzim dan organisme yang lebiuh baik telah tercipta untuk memudahkan proses
produksi dan pengolahan limbah industri.
c. Bioteknologi Hijau (green Biotechnology)
Yaitu bioteknologi yang mempelajari aplikasi bioteknologi dibidang
pertanian dan peternakan.
d. Bioteknologi Biru (blue biotechnology)
Bioteknologi ini juga disebut sebagai bioteknologi akuatik atau perairan
yang mengendalikan proses-proses yang terjadi di lingkungan akuatik.
Contohnya adalah akuakultura dan salmon transgenik.

4
2.3 Bioteknologi dalam Bidang Lingkungan

Salah satu contoh bioteknologi dalam bidang lingkungan yaitu pohon


bercahaya. Pohon bercahaya di desain oleh disainer asal Belanda Daan
Roosegaarde. Ia tertarik menciptakan sumber pencahayaan tanpa menggunakan
listrik sebagai gerakan penghematan energi listrik. Daan Roosegaarde bekerja
sama dengan para ilmuwan di State University of New York dan sebuah perusahaan
bernama Bioglow, ia membuat 'pohon bercahaya' yang terinspirasi dari bioluminescent
ubur-ubur dan kunang-kunang.

Akhirnya Daan Roosegaarde berkerjasama dengan Alexander Krichevsky, yang


telah menciptakan rekayasa genetik tanaman menyala dalam gelap dan telah dipasarkan.
Dr. Krichevsky membuatnya dengan cara mengombinasikan gen dari bakteri bercahaya
dengan klorofil tanaman dalam pot untuk menciptakan "Starlight Avatar". Ini bisa
memancarkan cahaya mirip yang dihasilkan kunang-kunang. Sejauh ini proyek
tanaman bercahaya masih dalam tahap uji coba, jika sukses dalam uji coba pada
saatnya nanti keberadaan lampu jalan akan bisa digantikan oleh pohon-pohon
yang memancarkan cahayanya.

5
Starlight Avatar, tanaman pot pertama yang bisa memancarkan cahaya.

2.4 Prodak Yang Diciptakan

Biomassa merupakan salah satu material yang berasal dari organisme hidup yang
meliputi tumbuh-tumbuhan, hewan dan produk sampingnya seperti sampah
kebun, hasil panen dan sebagainya. Tidak seperti sumber-sumber alamiah lain
seperti petroleum, batubara dan bahan bakar nuklir, biomassa adalah sumber
energi terbarukan yang berbasis pada siklus karbon. Biomassa bisa digunakan
secara langsung maupun tidak langsung sebagai bahan bakar. Briket arang, briket
sekam padi, briket ranting dan daun kering adalah contoh bahan bakar biomassa
yang dapat digunakan secara langsung sebagai bahan bakar pemanas atau sumber
tenaga.

Nilai kalor bakar biomassa bervariasi tergantung kepada sumbernya.


Pemakaian biomassa dapat memberi kontribusi yang signifikan kepada
managemen sampah, ketahanan bahan bakar dan perubahan iklim. Di pedesaan,
utamanya di negara-negara berkembang, biomassa dari kayu, daun, sekam padi
dan jerami merupakan bahan bakar utama untuk pemanasan dan memasak.
Catatan dari International Energy Agency menunjukkan bahwa energi biomassa
menyediakan 30% dari suplai energi utama di beberapa berkembang. Dewasa ini
lebih dari 2 juta penduduk dunia masih tergantung kepada bahan bakar biomassa
sebagai sumber energi primer. Pemakaian biomassa secara langsung dapat
menghemat bahan bakar fosil, akan tetapi disisi lain jika dipakai dalam ruang

6
tanpa ventilasi yang memadai bahan bakar biomassa yang digunakan secara
langsung dapat membahayakan kesehatan. Laporan International Energy
Agency dalam World energy Outlook 2006 menyebutkan bahwa 1.3 juta orang di
seluruh dunia meninggal karena pemakaian biomassa secara langsung. Selain
pennggunaan secara langsung sebagai bahan bakar padat, biomassa dapat diolah
menjadi berbagai jenis biofuel cair dan gas.

a) Biofuel
Biofuel yaitu bahan bakar terbarukan yang cukup menjanjikan. Biofuel dapat
secara luas didefinisikan sebagai padatan, cairan atau gas bakar yang mengandung
atau diturunkan dari biomassa yang berfungsi sebagai bahan bakar alternatif yang
penting karena dapat mengurangi emisi gas dan meningkatkan ketahanan energi.

Penggunaan minyak nabati (BBN) sebagai bahan biofuel sebenaranya sudah


dimulai pada tahun 1895 saat Dr. Rudolf Christian Karl Diesel mengembangkan
mesin motor yang dijalankan dengan BBN. BBN saat itu adalah minyak yang
didapatkan langsung dari pemerasan biji sumber minyak, yang kemudian disaring
dan dikeringkan. Bahan bakar minyak nabati mentah yang digunakan pada mesin
diesel buatan Dr. Rudolf Christian Karl Diesel tersebut berasal dari minyak sayur.
Namun karena pada saat itu produksi minyak bumi berlimpah dan murah, maka
BBN untuk mesin diesel tersebut secara perlahan-lahan diganti dengan minyak
solar dari minyak bumi.

Saat ini biofuel telah digunakan di berbagai negara, industri biofuel tersebar di
Eropa, Amerika dan Asia. India, misalnya mengembangkan biodiesel dari
tanaman jarak pagar (Jatropha). Kebanyakan biofuel dipakai untuk transportasi
otomotif. India mentargetkan penggunaan 5% bioetanol sebagai bahan bakar
transportasi, sementara cina sebagai prodesen utama etanol di Asia mentargetkan
15% bioetanol sebagai bahan bakar transportasinya pada tahun 2010. Biofuel
dapat diproduksi dari sumber-sumber karbon dan dapat diproduksi dengan cepat
dari biomassa.

7
b) Bioetanol
Bioetanol adalah bahan bakar alternatif yang prospektif karena beberapa
alasan seperti tidak member kontribusi pada pemanasan global, dapat dicampur
dengan gasoline sampai 10% (E10) dapat dibuat dari bahan-bahan alami
(biomassa) yang dapat diperbaharui (renewable) seperti ubi kayu, jagung dan
buah-buahan. Bioetanol saat ini merupakan biofuel yang paling banyak
digunakan. Di USA pada tahun 2004 produksi etanol (termasuk bioetanol)
mencapai 3 sampai dengan 4 billion gallons dan terus meningkat dari tahun ke
tahun.
Bioetanol pada prinsipnya adalah etanol yang diperoleh melalui proses
fermentasi sehingga dinamakan bioetanol. Bioetanol dihasilkan dari distilasi bir
hasil fermentasi. Bioetanol merupakan bahan bakar nabati yang relatif mudah dan
murah diproduksi sehingga industri rumahan sederhana pun mampu membuatnya.
Biasanya bioetanol dibuat dengan teknik fermentasi biomassa seperti umbi-
umbian, jagung atau tebu dan dilanjutkan dengan destilasi. Bioetanol dapat
digunakan secara langsung maupun tidak langsung sebagai bahan bakar. Untuk
bahan bakar kendaraan bermotor terlebih dahulu bioetanol harus dicampur dengan
premium dengan perbandingan tertentu. Hasil pencampuran ini kemudian disebut
dengan Gasohol (Gasoline Alcohol). Gasohol memiliki performa yang lebih baik
daripada premium karena angka oktan etanol lebih tinggi daripada premium.
Selain itu gasohol juga lebih ramah lingkungan daripada premium. Penguapan
bioetanol dari cair ke gas juga tidak secepat bensin. Karena itu pemakaian
bioetanol murni pada kendaraan dapat menimbulkan masalah. Tetapi masalah
dapat diatasi dengan mengubah desain mesin dan reformulasi bahan bakar.

c) Biodiesel
Biodiesel atau alkil ester bersifat sama dengan solar, bahkan lebih baik
nilai cetanenya. Bahan baku utamanya antara lain yaitu minyak kedelai,
minyak rapeseed, dan minyak bunga matahari. Riset tentang biodiesel telah
dilakukan di seluruh dunia khususnya di Austria, Jerman, Perancis, dan Amerika
Serikat. Di Hawaii biodiesel dibuat dari minyak goreng bekas dan di Nagano,

8
Jepang bahan baku dari restoran-restoran cepat saji telah dipakai sebagai bahan
baku biodiesel. Saat ini biodiesel telah merebut 5% pangsa pasar ADO
(automotive diesel oil) di Eropa. Pada tahun 2010 Uni-Eropa mentargetkan
pencapaian sampai 12%. Malaysia telah mengembangkan pilot plant biodiesel
berbahan baku minyak sawit dengan kapasitas berkisar 3000 ton/hari yang telah
siap memenuhi kebutuhan solar transportasi.
Di Indonesia biodiesel biasanya menggunakan bahan baku minyak sawit
mentah (Crude Palm Oil), minyak nyamplung, minyak jarak, minyak
kelapa, palm fatty acid distillate (PFAD) dan minyak ikan. Biodiesel dapat
digunakan pada mesin diesel tanpa modifikasi. Biodiesel dibuat dengan berbagai
metode. Transesterifikasi adalah salah satu teknik pembuatan biodiesel yang
paling popular dewasa ini karena aman, murah dan mudah dilakukan. Biodiesel
bersifat ramah lingkungan karena tidak memberi kontribusi kepada pemanasan
global, mudah didegradasi, mengandung sekitar 10% oksigen alamiah yang
bermanfaat dalam pembakaran dan dapat melumasi mesin.

d) Biogas
Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi
dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan,
limbah domestik, sampah atau limbah biodegradable dalam kondisi anaerobik.
Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida. Biogas dapat
digunakan sebagai bahan bakar kendaraan maupun untuk menghasilkan listrik.
Metana yang terkandung di dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih
daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi
karbon dioksida yang lebih sedikit.

Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam manajemen limbah


karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dalam
pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Saat ini, banyak
negara maju mulai meningkatkan penggunaan biogas yang dihasilkan baik dari
limbah cair, padat atau yang dihasilkan dari sistem pengolahan limbah. Komposisi
gas di dalam biogas yang dihasilkan bervariasi tergantung dengan asal proses

9
anaerobik yang terjadi. Rata-rata biogas memiliki konsentrasi metana sekitar 50%,
sedangkan sistem pengolahan limbah modern dapat menghasilkan biogas dengan
kadar metana berkisar dari 55-75%.

Biogas Biogas adalah suatu gas methan yang terbentuk karena proses
fermentasi secara anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri methan atau
Methanobacterium disebut juga bakteri anaerobic. Bakteri biogas yang
mengurangi sampah-sampah yang banyak mengandung bahan organik (biomassa)
sehingga terbentuk gas methan (CH4) yang apabila dibakar dapat menghasilkan
energi panas.Gas methan sama dengan gas elpiji (liquidified petroleum gas/LPG),
perbedaannya adalah gas methan mempunyai satu atom C, sedangkan elpiji lebih
banyak.

2.5 Peranan Bioteknologi dalam mengatasi Permasalahan Lingkungan


1. Membuat Instalasi Biogas Sederhana
Digester merupakan bahan bangunan utama dari instalasi biogas dimana
fungsinya untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan organik
oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak digunakan adalah
model continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukan secara
kontinu setiap hari. Besar kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yamg
dihasilkan dan banyaknyaÿ biogas yang diinginkan. Lahan yang diperlukan
sekitar 16 m2. Untuk membuat digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir,
semen, batu kali, batu koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon.

10
Gambar: Unit pengolahan kotoran sapi menjadi biogas
Lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat dengan kandang sehingga
kotoran ternak dapat langsung disalurkan kedalam digester. Disamping digester
harus dibangun juga penampung sludge (lumpur) dimana slugde tersebut nantinya
dapat dipisahkan dan dijadikan pupuk organik padat dan pupuk organik cair.
Setelah pengerjaan digester selesai maka mulai dilakukan proses pembuatan
biogas dengan langkah langkah sebagai berikut:
1. Mencampur kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur dengan
perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan
mempermudah pemasukan kedalam digester
2. Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada
pengisian pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan
lebih mudah dan udara yang ada didalam digester terdesak keluar. Pada
pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang
banyak sampai digester penuh.
3. Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter
dan isi rumen segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung
untuk kapasitas digester 3,5 - 5,0 m2. Setelah digester penuh, kran gas
ditutup supaya terjadi proses fermentasi.
4. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 karena
yang terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-
14 baru terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada
komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala

11
5. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api
pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah
bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak
berbau seperti bau kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur
kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal
Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan
untuk memasak juga mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk
organik padat dan pupuk organik cair dan yang lebih penting lagi adalah
mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang
tidak bisa diperbaharui.
Dengan teknologi tertentu, gas methan dapat dipergunakan untuk
menggerakkan turbin yang menghasilkan energi listrik, menjalankan kulkas,
mesin tetas, traktor, dan mobil. Secara sederhana, gas methan dapat digunakan
untuk keperluan memasak dan penerangan

2. Bioteknologi Pengolahan Limbah (Bioremediasi)


Pada tahapan ini akan disampaikan beberapa proses bioremidiasi yang
dilakukan untuk mengatasi limbah yang terjadi (Malik., 2010).
a. Bioremediasi Tanah yang Tercemar limbah Penggilingan Minyak Nabati
Peningkatan kebutuhan bahan bakar minyak mengakibatkan peningkatan
ekplorasi dan pengolahan. Eksplorasi dan pengolahan minyak bumi selain
memberikan keuntungan juga memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan
yaitu berupa limbah (residu). Limbah hasil pengolaha minnyak bumi memiliki
komposisi berupa aspal, lilin, logam berat, lumpur bercampur minyak sisa
pengilangan (oil sludge) dan hidrokarbon. Tanah yang tercemar limbah
hidrokarbon akan membahayakan organisme yang terdapat padanya. Hal ini
dikarenakan senyawa hidrokarbon bersifat toksik dan karsinogenik sehingga dapat
menyebabkan kematian terhadap organisme tersebut.
Pada umumnya remediasi cemaran limbah minyak bumi dilakukan secara
fisika dengan cara penyaringan, penyerapan, pembakaran atau secara kimia
dengan menggunakan pengemulsi. Cara-cara ini memang dapat menghilangkan

12
limbah dengan cepat, akan tetapi biayanya mahal dan tidak ramah lingkungan.
Salah satu cara untuk pengelolaan dan pemanfaatan limbah dilakukan sengan
mengunakan agen biologi yang disebut bioremediasi.
Bioremediasi merupakan suatu prose pemulihan (remediasi) lahan yang
tercemar limbah organik maupun limbah anorganik dengan pemanfaatan
organisme. Bakteri umumnya digunakan dalam proses bioremediasi limbah
pengilangan minyak bumi adalah bakteri hidrokarbonoklastik. Secara alami,
mikroorganisem ini memiliki kemampua untuk mengikat, mengemulsi,
mentranspor dan mendegradasi hidrokarbon. Bakteri ini mendegradasi senyawa
hidrokarbon dengan memotong rantai hidrokarbon tersebut menjadi lebih pendek
dengan melibatkan beberapa enzim.
Bakteri pendegradasi minyak bumi akan menghasilkan bioproduk seperti
asam lemak, gas, surfaktan dan biopolimer yang dapat meningkatkan porositas
dan permeabilitas batuan reservoir formasi klastik dan karbonat apabila bakteri ini
menguraikan minyak bumi. Proses awal degradasi adalah dengan pembentukan
pro-to-ca-techua-te atau catechol atau senyawa yang secara struktur berhubungan
dengan senyawa ini. selanjutnya senyawa ini akan didegradasi menjadi senyawa
yang dapat masuk ke dalam siklus Krebs (siklus asam sitrat) yaitu suksinat, asetil
Ko A dan piruvat.
Berdasarkan hasil penelitian Syukria Ikhsan Zam, dengan menggunakan
bakteri antara lain Acinetobacter baumannii, Alcaligenes eutrophus, Bacillus sp
1., Bacillus sp2., Morococcus sp., Pseudomonas diminuta, Xanthomonas
albilineans, Bacillus cereus dan Flavobacterium branchiophiia. didapatkan
bahwa pH optimum untuk proses bioremediasi sebesar 7,5 dimana pada proses ini
dapat berlangsung baik pada kondisi pH 6,5 sampai 8. Organisme tersebut mampu
mendegradasi TPH (Total Petroleum Hydrocarbon) sebesar 73,241% dan COD
(Chemycal Oxygen Demand) naik sebesar 86,28%

b. Bioremediasi Perairan Akibat limbah Rumah Tangga


Meningkatkan aktivitas manusia di lingkungan rumah tangga menyebabkan
semakin besarnya volume limbah yang dihasilkan dari waktu ke waktu. Volume

13
limbah rumah tangga meningkat 5 juta m3 pertahun dengan peningkatan
kandungan sebesar 50%. Konsekuensinya adalah beban badan air yang dijadikan
tempat pembuangan limbah rumah tangga menjadi semakin berat. Keadaan ini
menyebabkan terjadinya pencemaran yang banyak menimbulkan kerugian bagi
manusia dan lingkungan.
Belum adanya teknik pengolahan, biaya mahal serta penerapan pengolahan
limbah yang sulit membuat lingkungan merasakan dampaknya. Hal ini dikuatkan
dengan asumsi dan pemikiran masyarakat bahwa membuang limbah rumah tangga
langsung ke lingkungan tidak akan menimbulkan dampak yang serius. Salah satu
pemikiran yang dapat dikembangkan adalah dengan memamfaatkan sumber daya
alam yang telah diketahui memiliki kaitan erat dengan proses penjernihan limbah
rumah tangga. Salah satu contohnya adalah tanaman air yang tumbuh di kolam
atau genangan air di sekitar pemukiman. Ada 4 jenis tanaman air dilihat dari sifat
dan posisi hidupnya yaitu:
a. Marginal aquatic plant; tanaman air yang hidup di bagian tepian peraian
b. Floating aquatic plant; tanaman air yang hidup di bagian permukaan peraian
c. Submerge aquatic plant; tanaman air yang hidup melayang di dalam peraian
d. The deep aquatic plant; tanaman air yang hidup di dasar peraian
Kemampuan tanaman air untuk menjernihkan limbah cair akhir-akhir ini
banyak mendapat perhatian. Penataan tanaman air dalam suatu bedengan-
bedengan kecil dalam kolam pengolahan dapat berfungsi sebagai saringan hidup
bagi limbah cair yang dilewatkan pada bedengan. Proses yang terjadi adalah
penyerapan dan penyaringan oleh akar dan batang tanaman air, pross pertukaran
dan penyerapan ion. Dalam limbah rumah tangga biasanya terdapat
mikroorganisme yang bernama Coliform yang jumlahnya dalam keadaan normal
dalam perairan adalah 20.000 sel/ 100 ml air. Bioremediasi dengan menggunakan
tanaman air ini menyebabkan jumlah Coliform semakin sedikit dengan semakin
banyaknya ragam tanaman air dalam kolam yang digunakan sebagai kolam
penyaringan.
Tanaman yang pernah dijadikan bahan penelitian dalam bioremediasi
limbah cair rumah tangga adalah mendong (Iris sibirica), Teratai (Nymphaea

14
firecrest), Kiambang (Spirodella polyrrhiza) dan Hidrilla (Hydrilla verticillata).
Keadaan limbah cair rumah tangga setelah dialirkan pada kolam yang diberi
tanaman air tadi memiliki efek dari segi fisik limbah yaitu terjadi penurunan
kekeruhan sebesar 27,99 NTU (kondisi normal kekeruhan perairan <20 NTU) dan
penurunan padatan yang tersuspensi sebesar 66,95%, terjadi penurunan suhu
sampai 10,7%. pH awal limbah rumah tangga kebanyakan bersifat asam, dengan
menggunakan bioremediasi tanaman air ini dapat ditingkatkan sebesar 2,5-7,46%
dari suhu limbah sebelumnya. Peningkatan pH ini semakin membuat pH limbah
menuju pH aman bagi lingkungan yang berkisar antara 6-9. Faktor lain yang juga
mengalami peningkatan adalah kandiungan oksigen terlarut yang semakin
meningkat (Yusuf, 2008).

c. Pengurangan Dampak Lingkungan Akibat Pestisida Pertanian


Penggunaan yang berlebihan terhadap herbisida, pestisida, fungisida dan
pupuk pertanian menyebabkan bahaya bagi lingkungan yang menghasilkan
semakin berkurangnya kemampuan biodegradasi. Penggunaan varietas tanaman
dengan modifikasi genetik yang resisten terhadap serangga atau penyakit
memiliki pengaruh yang lebih besar daripada dengan menggunakan pestisida.
Biopestisida (yang sering disebut dengan pestisida biologi) merupakan
turunan dari bahan alami (hewan, tumbuhan, bakteri, mineral) dan mengandung
sedikit racun dibandingkan dengan pestisida konvensional. Menurut USEPA
(2008), ia mengindikasikan bahwa pada akhir tahun 2001 akan ada sekitar 195
biopestisida yang teregistrasi yang mengandung bahan aktif dan sebanyak 780
produk yang dihasilkan. Mereka mengklasifikasikannya kedalam kelompok
sebagai berikut:
1. Pestisida mikrobial, mengandung mikroorganisme (bakteri, jamur, virus
atau protozoa) sebagai bahan aktifnya (Tabel 1).
2. Tanaman yang digabung dengan pelindung, yang berarti bahwa pestisida
aktif diproduksi oleh tanaman dengan bahan genetik yang dimasukkan ke
dalam tanaman.

15
3. Pestisida biokimia, mengandung bahan yang mengontrol hama dengan
menggunakan mekanisme nontoksik.
Tabel 1. Organisme penyusun biopestisida beserta target kontrolnya (MCD 2008)
Target Organisme Contoh
Serangga Bakteri Bacillus thuringensis
Bacillus sphaericus
Paenibacillus popiliae
Serratia entomophila
Virus Nuclear polyhedrosis viruses
Granulosis viruses
Non-occluded baculoviruses
Jamur Beauveria spp.
Metharizium
Entomorphaga
Zoopthora
Paecilomyces fumosoroseus
Nornuraea
Lecannicillium lecanii
Protozoa Nosema
Thelohania
Vairimorpha
Entomopathogenic Steinernema spp
Nematoda Heterorhabditid spp
Lainnya Pheromones
Parasitoids
Predator
Microbial byproducts
Pengontrol Jamur Colletotrichum gloeosporioides
tanaman saat
Chondrostereum purpureum
menyiangi
Cylindrobasidium laeve

16
Xanthomonas campestris
Pengontrol Jamur Ampelomyces quisqualis
penyakit
Candida spp.
tanaman
Clonostachys rosea
Inokulan kompetitif Coniothyrium minitans
Pseudozyma flocculosa
Tricoderma spp.
Kompos, inokulan Bacillum pumilus
tanah
Bacillus subtilis
Pseudomonas spp.
Streptomyces griseoviridis
Burkholderia cepacia
Nematisida Nematoda penangkap Myrothecium verrucaria
jamur
Paecilomyces lilacinus
Bakteri Bacillus firmus
Pasteruria penetrans
Molusca pemakan Phasmarhabitis hermaphrodita
nematoda

Biopestisida selalu efektif dalam jumlah sedikit dan selalu menjadi


kompos dengan sangat cepat dan pencahayannnya sedikit, sehingga jika mereka
digunakan dapat menghasilkan semakin berkurangnya resiko terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan. Sementara itu, penggunaan tanaman yang memiliki
modifikasi genetik resisten terhadap serangga atau penyakit dapat digunakan
untuk mengurangi secara besar dari penggunaan pestisida. Tanaman yang
dilindungi serangga (insect-protected crop) memberikan dampak penurunan nilai
potensial yang didapat oleh petani dan air tanah terhadap residu kimia oleh
pestisida tersebut.

17
d. Pengolahan Limbah Ikan menjadi Biodisel
Selama ini pengolahan ikan hanya akan menjadi pencemaran lingkungan .
kegiatan pengolahan ikan hanya akan menimbulkan limbah karena yang dimbil
hanya berupa dagingnya saja, sementara kepala, isi perut dan kulitnya dibuang.
Bagian ikan yang dibuang inilah yang disebut dengan limbah ikan.
Limbah ikan jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
pencemaran terutama bau yang sangat menyengat dikarenakan terjadinya proses
dekomposisi protein ikan. Proses penguraian protein ikan ini yang dilakukan oleh
bakteri menghasilkan pecahan-pecahan protein sederhana dan berbau busuk
seperti adanya gas H2S, amonia, indol, skatol dan lain-lain. Pada saat ikan mati,
enzim yang terkandung dalam tubuh ikan akan merombak bagian-bagian tubuh
ikan dan mengakibatkan perubahan rasa, bau, rupa dan tekstur. Hal ini ditambah
dengan perubahan secara kimiawi dengan terjadinya oksidasi lemak daging ikan
oleh oksigen di udara sehingga menimbulkan bau tengik. Hal ini membuat bakteri
pembusuk semakin cepat mengalami pertumbuhan.
Limbah pengolahan ikan masih banyak yang belum dimanfaatkan. Untuk
mendukung kegiatan Zero Waste, maka perlu dilakukan terobosan baru dalam
pemanfaatannya. Pengolahan ikan patin termasuk salah satu pengolahan ikan yang
banyak menghasilkan limbah. Limbah yang ditimbulkan menghasilkan bau busuk
dan akan berakibat pada terganggunya kesehatan manusia yang dapat ditularkan
oleh lalat. Ikan patin yang mengandung banyak protein (dalam limbahnya juga
demikian) memungkinkan untuk dilakukan pengolahan menjadi biodiesel sebagai
alternatif pensubstitusian bahan bakar fosil. Dengan banyaknya ikan sebesar 1 ton
menghasilkan limbah ikan sebanyak 150-200 kg untuk sekali penyalaian atau
sekali kegiatan. Oleh karena itu, jika limbah ikan ini tidak dilakukan proses daur
ulang, akan banyak sekali limbah yang menumpuk dilingkungan. Pengolahan
limbah ikan patin menjadi biodiesel dilakukan dengan memanfaatkan minyak
ikan yang berasal dari limbah perut ikan patin. Proses awal dilakukan berupa
pengukusan limbah perut ikan patin sehingga diperoleh minyak ikan. Kemudian
minyak tersebut diolah menjadi biodiesel (Harahap, 2013).

18
2.6 Aplikasi Bioteknologi Lingkungan

Dengan penggunaan peralatan, sains dan teknologi unggulan, terutama


teknologi tanpa konsekuensi buruk bagi lingkungan, perkembangan yang
berkelanjutan dan aman bagi manusia dapat dicapai (Fierascu., 2009). Singkatnya,
penerapan bioteknologi dalam perbaikan lingkungan dapat dinyatakan sebagai
berikut:
1. Penghapusan kontaminan berbahaya secara efektif dari lingkungan
menggunakan filter-feeder (mikroorganisme dan tumbuhan)
2. Penghapusan polutan minyak menggunakan bakteri pemakan minyak
3. Penghapusan polutan industri seperti logam berat
4. Penghapusan bahan kimia beracun dan pestisida
5. Produksi plastik biodegradable menggunakan protein nabati
6. Produksi bahan kimia ramah lingkungan
7. Produksi bahan bakar non-fosil
8. Pengurangan polusi udara, tanah dan air
9. Deteksi organisme indikator untuk identifikasi cepat dan ekstraksi mineral
dan polutan (Kumar, 2011).

Dalam hal ini, untuk tujuan perbaikan lingkungan yang merupakan tugas
publik pada umumnya, dan tujuan dan tugas spesialis lingkungan khususnya,
metode bioteknik harus diterapkan secara tegas, sadar dan bertanggung jawab
sehingga selain meminimalkan dampak kesehatan dan lingkungan, Penghapusan
kontaminan dan pemulihan lingkungan akan tercapai (Kochhar., 2007). Berikut
ini adalah contoh aplikasi bioteknoloigi lingkungan lainnya yaiti :

a. Bioleaching
Masa depan pembangunan berkelanjutan memerlukan langkah-langkah untuk
mengurangi ketergantungan pada bahan baku terbarukan dan permintaan
kebutuhan dasar. Sumber logam baru harus dikembangkan dengan bantuan
teknologi. Bioteknologi adalah sains modern yang memiliki banyak solusi bagi
banyak masalah manusia, dan telah memberikan layanan hebat bagi masyarakat
manusia) Penerapan proses bioleaching dalam mengekstraksi mineral merupakan
salah satu keuntungan yang signifikan dari sains ini. Sebenarnya, bioleaching
adalah interaksi antara logam dan mikroba dengan tujuan mengubah sulfida logam
yang tidak larut menjadi sulfida logam terlarut. Proses bioleaching umumnya
digunakan untuk ekstraksi unsur yang berguna dari bijihnya oleh bakteri dan
untuk membubarkannya. Efisiensi peleburan bergantung pada flora mikro tanah
(Dumitrescu, 2002).

19
b. Bioenergi
Mengingat meningkatnya kebutuhan sumber daya energi dan keterbatasan
penggunaan bahan bakar fosil karena pengurangan cadangan yang ada serta
dampak lingkungan yang ditimbulkannya, banyak upaya telah dilakukan untuk
mencapai sumber energi terbarukan. Biofuel adalah sumber utama untuk
menggantikan bahan bakar fosil. Biofuel adalah bahan bakar yang berasal dari
sumber biomassa dan saat ini mereka telah mengalokasikan 11_14% dari total
konsumsi energi dunia. Umumnya sumber utama biofuel adalah limbah kayu,
limbah pertanian, tebu, jagung, minyak nabati dan nabati, residu minyak (seperti
lemak ayam dan minyak goreng yang digunakan di restoran), minyak nabati segar
(seperti minyak kedelai) dan non - Produk makanan (seperti minyak alga). Bahan
bakar yang berasal dari produk residu seperti minyak dapur atau etanol dihasilkan
dari keripik rumput atau kayu (Won., 2013).

c. Bioplastik
Produksi plastik dari polimer sintetis yang berasal dari sumber daya
terbarukan telah membawa banyak masalah bioenvironmental termasuk non-
biodegradabilitasnya (Kikuchi., 2012). Produksi bahan baru seperti plastik bio
menggunakan gula, lemak, protein, serat dan bahan alami lainnya yang diambil
dari tanaman akan mencegah penggunaan sumber daya terbarukan seperti bahan
bakar fosil dan akan menyebabkan berkurangnya energi, sumber daya yang lebih
terbatas dan pengurangan gas rumah kaca. Emisi kuman dapat menghasilkan
enzim yang diperlukan untuk mengubah bahan tanaman menjadi bahan struktural
untuk plastik biodegradable.

d. Pupuk Biologis
Saat ini, dengan meningkatnya produksi pertanian untuk memenuhi
kebutuhan ekspansi penduduk yang terus bertambah, kekhawatiran telah tumbuh
mengenai persediaan makanan masa depan bagi manusia. Kontaminasi air, tanah,
dan udara, erosi tanah, resistensi hama terhadap pestisida dan kenaikan pupuk
kimia telah menyebabkan kembali ke masa lalu dan mempertimbangkan budaya
industri untuk menjaga persediaan. Meski menghasilkan hasil pertanian rendah,
kesehatan manusia masa depan terjamin. Dalam hal ini, sebagian besar perhatian
diarahkan pada pertanian berkelanjutan (Tan., 2011). Pupuk biologis mengandung
sel hidup dan berbagai jenis mikroorganisme yang memiliki kemampuan untuk
mengubah kompleks makanan kimia menjadi bentuk yang lebih sederhana
melalui proses kimia, dan untuk mempersiapkannya untuk diserap oleh tanaman
(Costea, 2013).

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pemanfaatan bioteknologi yang tepat akan sangat menunjang
pembangunan di segala bidang, termasuk juga dalam hal penanganan
masalh limbah.
2. Pemanfaatan bioteknologi di bidang lingkungan antara lain dengan sudah
dilakukannya bioremediasi terhadap limbah rumah tangga, limbah minyak
bumi maupun limbah akibat pestisida pertanian.

3.2 Saran

Penerapan bioteknologi, sebaiknya tidak hanya dari segi menghasilkan suatu


produk saja namun juga perlu diperhatikan dampak yang akan terjadi dengan
dihasilkannya produk tersebut sehingga limbah yang dihasilkan dapat dikelola
dengan baik sehingga lingkungan dapat menjadi sehat.

21
Daftar Pustaka

Albercht P, Pandey VC, Srivastava P, Rakesh PS, Chandran S, Singh N and


Thomas AP. 2006. Phytofiltration of cadmium from water by
Limnocharis flava L. grown in free-floating culture system. J. Hazard.
Mater 170, 791-797.

Costea T, Istudor V, Fierascu RC, Fierascu I and Botez A. 2013. Researches upon
indigenous herbal products for therapeutic valorification in metabolic
diseases Note I. Betulae folium and Rubi idaei folium, sources of micro-
and microelements. Pharmacia 6, 56-61.

Daugulis Andrew J and Boudreue Neal G. 2003. Removal and Destruction of


Hing Concentrations of Gaseous Toluena in a Twi-phase Partitioning
Bioreactor by Alcaligenes Xylosoxidans. Biotecnology Letters 25, 1421-
1424.

Dumitrescu C. 2002. Methods and technics of assessment and neutralization of


pollutants,(in Romanian: Method şi technic de evaluate şi neutralizes a
poluanţilor). Bucureşti: Polytechnic University 30-110.

Fierascu RC, Dumitriu I, Ion ML, Catangiu A and Ion RM. 2009. Surface and
analytical techniques study of Romanian coins. European Journal of
Science and Theology 5,17-28.

Gavrilescu, Maria. 2010. Enviromental Biotechnology: Achievements,


Opportunities and Challenges. Dynamic Biochemistry, Process
Biotechnology and Molecular Biology. Vol 4 (1) p. 1-36.

Harahap, M,. F,. Thamrin dan Bahri, Saiful. 2013. Pengolahan Limbah Ikan Patin
menjadi Biodiesel. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau.
P. 113-122.

Kikuchi T and Tanaka S. 2012. Biological Removal and Recovery of Toxic


Heavy Metals in Water Environment. Critical Reviews in Environmental
Science and Technology 42, 1007-1057.

Kochhar H and Evans B. 2007. Current status of regulation biotechnology derived


animals in Canada animal health and food safety considerations.
Therigenology 6,188-197.

22
Kumar D and Gaur JP. 2011. Metal bio sorption by two cyanobacteria mats in
relation to pH, biomass concentration, pretreatment and reuse. Bio
resource Technology 102, 2529–2535 .

Malik RN, Husain SZ and Nazir I. 2010. Heavy metal contamination and
accumulation in soil and wild plant species from industrial area of
Islamabad, Pakistan. Pakistan Journal of Botany. 42, 291-301.

Won SW, Lim A and Yun YS. 2013. Recover y of high-pure toy metallic c Pod
from pod(II)-soared bio sorbents by incise ration. Bioresour. Technol.
137,400-403.

Yusuf, Guntur. 2008. Bioremediasi Limbah Rumah Tangga dengan Sistem


Simulasi Tanaman Air. Jurnal Bumi Lestari. Vol. 8 no. 2 p. 136-144.

23

Anda mungkin juga menyukai