TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Pengertian Fermentasi
Teknologi fermentasi dalam pangan adalah proses pengolahan pangan dengan
menggunakan aktivitas mikroorganisme secara terkontrol untuk meningkatkan keawetan
pangan dengan diproduksinya asam dan atau alkohol, untuk menghasilkan prosuk dengan
karakteristik flavor dan aroma yanfg khas, atau untuk menghasilkan pangan dengan mutu
dan nilai yang lebih baik. Teknologi untuk meningkatkan mutu bahan pakan adalah
dengan fermentasi. Secara umum semua produk akhir fermentasi biasanya mengandung
senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna daripada bahan asalnya sehingga dapat
meningkatkan nilai gizinya. Fermentasi juga berfungsi sebagai salah satu cara pengolahan
dalam rangka pengawetan bahan dan cara untuk mengurangi bahkan menghilangkan zat
racun yang dikandung suatu bahan. Berbagai jenis mikroorganisme mempunyai
kemampuan untuk mengkonversikan pati menjadi protein dengan penambahan nitrogen
anorganik ini melalui fermentasi. Ciri khas fermentasi adalah prosesnya berlangsung
dengan diikuti pengeluaran panas. Substrat yang diurai tampak memuai atau mengembang
serta terjadi perubahan sifat (Sarwono, 2010) .
1. Fermentasi alkohol
Pada fermentasi alkohol, asam piruvat diubah menjadi etanol atau etil alkohol
melalui dua langkah reaksi. Langkah pertama adalah pembebasan CO2 dari asam piruvat
yang kemudian diubah menjadi asetal dehida. Langkah kedua adalah reaksi reduksi
asetildehida oleh NADH menjadi etanol. NAD yang terbentuk akan digunakan untuk
glikolisis (Ariebowo, 2007).
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP
Sel ragi dan bakteri melakukan respirasi secara anaerob. Hasil fermentasi berupa
CO2 dalam industri roti dimanfaatkan untuk mengembangkan adonan roti sehingga pada
roti terdapat pori-pori (Ariebowo, 2007).
II-1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
untuk mengoksidasi alkohol menjadi asam asetat digunakan bakteri Acetobacter. Seleksi ini
bertujuan untuk mendapatkan mikroorganisme yang mampu tumbuh dengan cepat dan
mempunyai toleransi tinggi terhadap konsentrasi gula yang tinggi. Sehingga dapat
menghasilkan kadar bioetanol yang dikehendaki. Kadar etanol dalam ubi kayu sebesar
95,9%, kadar etanol ini dapat tercapai dengan penambahan massa ragi (Saccharomyces
cereviseae) sebesar 45 gr (Maryani; 2008). Ragi atau fermen merupakan zat yang
menyebabkan fermentasi. Mikroorganisme yang digunakan di dalam ragi umumnya terdiri
atas berbagai bakteri dan fungi (khamir dan kapang), yaitu Rhizopus, Aspergillus, Mucor ,
Amylomyces, Endomycopsis, Saccharomyces, Hansenula anomala, Lactobacillus, Acetobacter, dan
sebagainya.
3. Suhu
Suhu selama proses fermentasi sangat menentukan jenis mikroorganisme dominan
O
yang akan tumbuh. Umumnya diperlukan suhu sekitar 20-30 C untuk pertumbuhan
mikroorganisme. Bila suhu kurang dari 20 -30 O C pertumbuhan mikroorganisme penghasil
asam akan lambat sehingga dapat terjadi pertumbuhan produk.
a. Suhu fermentasi sangat menentukan macam mikroba yang dominan
b. Pada suhu 10-30oC terbentuk alkohol lebih abnayk karena ragi bekerja optimal
pada suhu tersebut
4. Waktu
Laju perbanyakan bakteri bervariasi menurut spesies dan kondisi pertumbuhannya.
Pada kondisi optimal, sekali setiap 20 menit
5. Makanan (Nutrisi)
Semua mikroorganisme memerlukan nutrient yang menyediakan energi biasanya
diperoleh dari substansi yang mengandung karbon. Nitrogen salah satu contoh sumber
nitrogen yang dapat digunakan adalah urea. Mineral, mineral yang digunakan
mikroorganisme salah satunya adalah asam phospat yang dapat diambil dari pupuk TSP.
5. Kadar Gula
Gula yang ditambahkan pada hidrolisat jerami padi bertujuan untuk memperoleh
kadar etanol yang lebih tinggi, tetapi bila kadar gula terlalu tinggi maka aktifitas khamir
dapat terhambat. Kadar gula yang optimum untuk aktifitas pertumbuhan khamir adalah 10
sampai 18 persen. (Iroi, 2008).
Hidrolisat jerami padi yang bersifat asam didinginkan sampai suhu 300C. Sebelum
difermentasi ditambahkan NaOH terlebih dahulu agar pH nya mencapai sekitar 4-5,
setelah ditambahkan NaOH larutan hidrolisat tersebut diletakkan pada fermentor
kemudian ditambahkan yeast dan temperatur dijaga konstan pada 300C, dan membutuhkan
ketelitian agar tidak terkontaminasi oleh mikroba lain karena itu keseluruhan rangkaian
proses harus dilakukan dengan kondisi bebas kontaminasi (Washito, 1981).
Singkong atau ubi kayu (Manihot Esculenta Crantz) merupakan salah satu sumber
karbohidrat. Menurut Rahmad Rukmana dan Yuniarsih (2001) dalam Suparti dan
Asngad (2009), kandungan karbohidrat ketela pohon cukuplah tinggi (36,89 gram), hal ini
berpotensi sebagai bahan alternatif dalam pembuatan alkohol. Karbohidrat akan diubah
menjadi gula dan gula akan diubah menjadi alkohol. Fermentasi mempunyai pengertian
aplikasi metabolisme mikroba untuk mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai
lebih tinggi, seperti asam-asam organik, protein sel tunggal, antibiotika dan biopolimer
(Muhidin dkk., 2001). Ragi adalah suatu inokulum atau starter untuk melakukan
fermentasi dalam pembuatan produk tertentu.
Dalam pembuatan tapai ketan putih dibutuhkan sebanyak 0,5 kg
dibersihkan/dicuci. Kemudian dimasak dengan panci atau bisa menggunakan magic com.
Setelah masak kemudian didinginkan di wadah. Selanjutnya timbang ketan putih dibagi
menjadi 3 bagian masing-masing seberat 100 g untuk 3 perlakuan ragi. Dengan
menaburkan serbuk ragi masing-masing sebanyak 0,5%, 1 %, dan 1,5% b/b selanjutnya
diaduk sampai rata. Langkah selanjutnya dimasukkan kedalam wadah yaitu dari daun
pisang ditutup rapat. Difermentasi selama 3 hari pada suhu kamar (28 30C). Untuk
pembuatan tapai singkong dibutuhkan sebanyak 0,5 kg dibersihkan/ dicuci. Kemudian
dimasak/direbus dengan panci atau bisa menggunakan magic com. Setelah masak kemudian
didinginkan di wadah. Kemudian timbang singkong dibagi menjadi 3 bagian masing-
masing seberat 100 g untuk 3 perlakuan ragi. Selanjutnya taburkan serbuk ragi masing-
masing sebanyak 0,5%, 1 %, dan 1,5% b/b selanjutnya diaduk sampai rata. Langkah
selanjutnya dimasukkan kedalam wadah yaitu dari daun pisang ditutup rapat.
Difermentasi selama 3 hari pada suhu kamar (28 30C).
Kesimpulan pada jurnal ini, terdapat perbedaan sangat nyata terhadap kadar
alkohol hasil fermentasi tapai ketan putih dan singkong pada taraf signifikasi 1%. Dimana
F hitung = 82,14 > F tabel = 8,29. 2. Ada pengaruh yang sangat nyata dari dosis ragi 0,5%,
1%, dan 1,5% terhadap kadar alkohol tapai ketan putih dan singkong pada taraf signifikasi
1%. Dimana F hitung = 40,17 > F tabel = 6,01.