Oleh Kelompok 3 :
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
LAMPIRAN TABEL PENGAMATAN ...................................................... 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Produk fermentasi banyak berkembang di masyarakat, mulai dari
makanan fermentasi serta minuman fermentasi. Fermentasi merupakan cara
untuk memproduksi berbagai produk yang menggunakan mikroba melalui
aktivitas metabolisme. Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas
mikroba pada substrat organik yang sesuai. Proses fermentasi menggunakan
mikroorganisme yang tidak bersifat patogen sehingga aman bagi kesehatan
tubuh.
Perkembangan teknologi di bidang makanan, memberikan peluang
bagi industri makanan untuk menaikkan harga pemasaran baik dari segi
bahan hingga pengolahan menjadi produk. Harga makanan yang meningkat,
membuat masyarakat menciptakan inovasi pengolahan makanan yang
bernilai ekonomis melalui metode fermentasi. Melalui metode fermentasi
yang sederhana, masyarakat dapat menghasilkan dan membuat makanan
yang bernilai ekonomis tanpa harus membeli makanan yang mahal. Selain
itu, makanan hasil fermentasi baik bagi kesehatan tubuh karena
mengandung keanekaragaman mikroba yang bermanfaat bagi tubuh.
Menurut Tim Spector, Profesor Epidemiology Genetic in King’s College
London, keanekaragaman mikroba membuat usus sehat, slaah satu cara
untuk meningkatkan keanekaragaman bakteri hidup dalam usus adalah
memakan makanan hasil fermentasi. Selain itu Sandra Allonen,
Med,RD,LDN from Beth Israel Deaconess Medical Center, makanan yang
difermentasi akan menghasilkan senyawa yang mencegah dan
menghancurkan pertumbuhan bakteri jahat, membantu produksi
neurotransmitter, asetilkolin (zat kimia dari saraf untuk mengirim sinyal ke
sel lain), dan serotonin (zat kimia rasa enak yang dihasilkan dari sel saraf di
usus) dan membantu produksi asam lambung.
1
Daerah di Indonesia yang terkenal dengan penghasil produk
fermentasi terbanyak adalah pulau jawa dan sumatra. Hal ini dilihat dari
banyaknya produk fermentasi dijual di pasaran, mulai dari tempe, oncom,
brem, terasi dan masih banyak lagi. Tak terkecuali produk fermentasi yang
terbuat dari sayuran. Data Produksi Tanaman Sayuran dari Badan Pusat
Statistik tahun 2020, hasil panen terbanyak untuk jenis sayuran adalah sayur
sawi putih di Jawa Barat, yaitu dengan jumlah 189,354,00 ton. Tentu dengan
jumlah sebanyak ini, sawi putih dapat dimanfaatkan menjadi berbagai jenis
makanan olahan. Salah satu makanan olahan yang terbuat dari sawi putih
adalah kimchi. Kimchi adalah sejenis asinan sayuran hasil fermentasi
dengan bumbu pedas yang direndam atau digarami selama beberapa jam,
kemudian dicuci dan diberi bumbu.
Maraknya trend K-Pop (Korean Pop) di Indonesia membuat para
penikmatnya ingin mencoba budaya dari negara tersebut. Mulai dari
pakaian, music hingga makanan. Data dari Badan Promosi Kebudayaan
International Korea, Kementerian Pariwisata (Study On Ripple Effects of
Halyu, 2017), Produk Korea terfavorit—lebih dari 50% responden
menyatakan terpopuler adalah makanan. Salah satu makanan khas negara
tersebut yang banyak diminati dari seluruh kalangan usia, adalah kimchi.
Menurut Sarah,dkk (2020), makanan Korea adalah makanan yang mahal di
Indonesia, terkecuali kimchi. Kimchi hanya memerlukan bahan yang
sederhana dan melalui proses fermentasi yang sederhana, dengan bahan
yang sederhana dan proses pembuatan yang sederhana, membuat
masyarakat Indonesia lebih memilih untuk membuat daripada membeli.
Salah satu jenis sayuran yang banyak diolah menjadi kimchi adalah
sawi putih. Yang menjadi sebab banyaknya sawi putih yang diolah menjadi
kimchi adalah yang pertama, dari segi kesehatan tubuh, tinjauan medis
dr.Katya Saphira,M.Gizi dari IDNMedis mengatakan dalam 100 gram sawi
putih memiliki 9 kalori, air 96,6 gr, protein 1,0 gr, karbohidrat 1,7 gr, serat
0,8 gr, kalsium 56 gr, fosfor 42 mg, zat besi 1,1 mg, natrium 5 mg, kalium
193,1 mg, folat 66 mcg, beta karoten 862 mcg , vit A 223 mcg, vit B2 0,18
2
mg, vit C 45 mg dan vit K 45,5 mcg. Kandungan gizi tersebut berperan
dalam mengurangi risiko penyakit jantung, menjaga tubuh dari inflamasi,
menjaga kekuatan tulang serta menjaga kesehatan saluran pencernaan. Yang
kedua, dari segi kualitas yang dimiliki, sawi putih memiliki tekstur renyah
dan segar. Sawi putih akan renyah karena helai daunnya tebal. Saat
dilayukan dalam proses fermentasi meskipun bagian daun yang lunak
menjadi layu tetapi bagian putihnya tetap renyah dan enak. jika dibelah akan
terlihat helaiannya terikat rapat satu sama lain. Yang ketiga, Data Produksi
Tanaman Sayuran di Indonesia tahun 2020 dari Badan Pusat Statistik, ketiga
sayuran yang digunakan dalam proses pembuatan kimchi yaitu lobak, sawi
putih dan selada, yang mempunyai hasil panen tertinggi adalah sawi putih
yaitu 667 473,00. Hasil panen sawi putih dengan jumlah yang banyak,
membuat masyarakat lebih gemar memilih sawi putih dalam pembuatan
kimchi karena jumlahnya yang banyak.
Penambahan garam menyebabkan fermentasi berlangsung secara
selektif, sehingga hanya mikroba tahan garam yang tumbuh. Garam
berfungsi untuk mengeluarkan beberapa substrat tertentu, terutama gula
yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri asam laktat (Pederson,2015).
Menurut Jacob (2014), garam dapat menarik air keluar dari buah-buahan
yang mengandung padatan terlarut seperti protein, karbohidrat, mineral, dan
vitamin yang penting bagi bakteri asam laktat. Peremasan daun sawi yang
telah layu juga bertujuan untuk membantu pengeluaran padatan terlarut dari
sayuran. Ayres et al. (2013) menambahkan bahwa garam juga dapat
menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif. Garam juga membantu
mengontrol mikroflora selama fermentasi yang dapat bersaing dengan
mikroba yang diinginkan, terutama bakteri proteolitik, bakteri aerob, dan
bakteri pembentuk spora (Frazier dan Westhoff, 2011). Garam bersama
asam yang dihasilkan akan menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak
diinginkan. Pada tahap ini bakteri asam laktat yang sesungguhnya mulai
berperan dan akan mencapai puncak pertumbuhan pada hari pertama
fermentasi.
3
Semakin cepat perendaman garam, maka semakin tinggi kandungan
air kimchi sawi putih. Sebaliknya, semakin lama perendaman garam yang
digunakan, semakin rendah kadar air kimchi sawi putih. Penurunan kadar
air dalam berbagai perlakuan lama perendaman dalam larutan garam, garam
menarik kandungan air dari sawi putih sehingga air terlepas dari jaingan
sawi putih. Garam menyerap air dan zat gizi dalam jaringan sayuran
sehingga cairan keluar dari sayuran (Buckle, et al.,2009). Kadar air yang
rendah dapat meningkatkan masa simpan suatu produk karena adanya
kandungan air dalam bahan dalam jumlah besar akan memberikan peluang
hidup dan berkembang bagi segala jenis mikroba, termasuk mikroba
penyebab kebusukan (Hasanah, 2013).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini ialah
“Bagaimana kualitas kimchi sawi putih menggunakan lama perendaman
garam selama 2 jam dan 5 jam?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh lama perendaman garam terhadap daya
awet kimchi sawi putih.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kualitas kimchi dengan perendaman garam
selama 2 jam.
b. Untuk mengetahui kualitas kimchi dengan perendaman garam
selama 5 jam.
c. Untuk mengetahui cemaran bakteri E. Coli pada kimchi sawi putih.
d. Untuk mengetahui sifat kimia (pH) pada kimchi sawi putih
D. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan proposal ini adalah sebagai bentuk
pengajuan rencana pengolahan makanan menggunakan metode fermentasi
dengan judul “Pengaruh Lama Perendaman Garam Terhadap Daya Awet
Kimchi Sawi Putih”.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
yaitu warna produk, kecerahan,, dan kejelasan warna produk (Rahayu,
2001).
Penggunaan variasi lama perendaman dalam larutan garam
memberikan pengaruh pada pembuatan kimchi sawi putih untuk parameter
warna (Muhammad Ardiyanto, dkk 2019). Hal tersebut dikarenakan
semakin lama waktu perendaman dalam larutan garam maka warna produk
akan semakin pudar. Hal ini terjadi karena garam mendegradasi pigmen
pada bahan (Hanifah,2016).
Cabai merah berkontribusi besar dalam pembentukan warna merah
yang menarik pada kimchi (Koswara,2009), selain itu menurut Singh dkk.
(2009) adanya kehadiran mikroorganisme yang menghasilkan panas dan
asam laktat menyebabkan perubahan warna menjadi lebih pekat yang
mengindikasikan adanya perubahan tingkat keasaman kimchi. Standar
warna kimchi yang baik adalah warna merah dari cabai (Codex,2001).
Warna kimchi yang memasuki fase basi, ditandai dengan warna
gelap, hijau dan pucat yang tidak biasa pada kimchi. Hal itu disebabkan
karena terdapat jamur yang berperan dalam proses pembusukan kimchi,
yang biasanya terletak di permukaan kimchi (Ahmad, 2015).
6
mikroorganisme lain dan memberikan rasa khas pada sayuran yang
difermentasi pada kimchi sawi putih (Aryulina,2010).
Rasa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu senyawa kimia. Suhu,
konsentrasi, dan interaksi dengan komponen rasa yang lain (Juwita,2014).
7
E. Cemaran Mikroba Jenis E.Coli Terhadap Kimchi Sawi Putih
Bakteri patogen seperti Escherichia Coli adalah Bakteri gram
negatif penyebab infeksi saluran pencernaan yang sering dijumpai akibat
keracunan makanan (Rahmawati dkk, 2014).
E. coli dapat bertahan hidup dimedium sederhana menghasilkan gas
dan asam dari glukosa dan memfermentasi laktosa. Pergerakan bakteri ini
motil, tidak motil, dan peritrikus, ada yang bersifat aerobik dan anaerobik
fakultatif (Elfidasari et al. 2011).
Bakteri E. coli merupakan bagian dari mikrobiota normal saluran
pencernaan yang dapat berpindah dari satu tempat ketempat lainnya, seperti
dari tangan ke mulut atau dengan pemindahan pasif lewat minuman yang
terkontaminasi dengan bakteri tersebut. Berbagai makanan dan minuman
yang dikonsumsi manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari
keberadaan bakteri di dalamnya. Namun, jika makanan dan minuman
tersebut diolah secara higienis, mungkin bakteri didalmnya masih memiliki
batas toleransi untuk dikonsumsi, terutama bakteri patogen penyebab
penyakit (Elfidasari et al. 2011).
Makanan termasuk sayuran rentan tercemar oleh E.Coli. Baik pada
tahap pemilihan hingga penyajian makanan. Sayuran tak terkecuali sawi
putih, rentan tercemar oleh bakteri tersebut pada saat pengolahan. Media air
dan tanah dapat menjadi media transmisi bakteri tersebut. Pada saat
penanaman tinja dari manusia mengkontaminasi tanah, sehingga berdampak
pada media tanaman sawi jika jaraknya tidak > 11 m (Hikmah,2015).
Disamping itu, media air juga dapat menjadi media pencemaran apabila air
yang digunakan dalam pengolahan sayur tercemar oleh bakteri E.Coli.
Berdasarkan Peraturan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) Nomor 13 Tahun 2019 Tentang Batas Cemaran Mikroba Dalam
Pangan Olahan, Standar maksimum cemaran E.Coli produk fermentasi
sayuran adalah 3 APM/g.
8
F. pH Kimchi Sawi Putih
Nilai pH yang diukur yaitu nilai pH medium kimchi fermentasi
sesudah fermentasi. Senyawa NaCl akan terurai menjadi ion Na+ dan Cl-.
Na+ sangat dibutuhkan oleh Lactobacillus plantarum sebagai faktor
pendukung pertumbuhannya, sedangkan ion Cl berikatan dengan air bebas
pada bahan yang menyebabkan ketersediaan air dalam bahan berkurang
(Desniar et al., 2009).
Semakin lama perendaman dalam larutan garam akan menghasilkan
nilai pH rendah karena kandungan garam yang terdapat dalam media
fermentasi yang akan menjadi nutrisi untuk pertumbuhan bakteri asam
laktat. Kadar garam yang digunakan akan membantu berlangsungnya proses
fermentasi. Garam akan menarik keluar gula dari sayuran untuk
pertumbuhan bakteri asam laktat (Fathonah, 2009).
Proses, kondisi, dan lama fermentasi merupakan faktor penting
yang harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi pH
produk kimchi yang dihasilkan dan secara tidak langsung dapat
mempengaruhi karakteristik sensoris atau rasa asam pada kimchi. Pada
umumnya, pH optimum yang menghasilkan flavor optimal kimchi berada
pada kisaran 4,2 ( Kanal Pengetahuan dan Informasi Fakultas Teknologi
Pertanian Univesitas Gajah Mada, 2018).
9
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Jenis Penelitian
Jenis praktikum ini adalah pengolahan makanan menggunakan
metode fermentasi. Metode fermentasi ini diterapkan pada proses
pembuatan kimchi sawi. Pengaruh lama perendaman garam dan lama
fermentasi, untuk mengetahui mana kimchi yang mempunyai ketahanan dan
sifat fisik yang bagus.
B. Waktu Praktikum
a. Hari/tanggal : Jumat, 22 Oktober 2021
b. Lokasi : Jl. Batua Raya 7 Lr. 1 No.4
c. Waktu : 09.00 wita – Selesai
C. Variabel Praktikum
Perendaman
garam 2 jam Daya awet kimchi
sawi putih
(tekstur,aroma,rasa
Perendaman dan warna)
garam 5 jam
Keterangan :
Variabel bebas :
Variabel terikat :
10
D. Kerangka Berpikir
Kimchi
Perendaman Garam
2 Jam 5 Jam
Fermentasi
E. Instrumen Penelitian
1) Prosedur Pembuatan Kimchi
Alat :
- Wadah - Wajan
- Pisau - Sendok
- Talenan - Wadah yang memiliki penutup
Bahan :
- 1 buah sawi putih besar
- 1 bawang bombai, diiris memanjang
- 4 batang daun bawang, diiris
11
- 4 siung bawang putih yang sudah dihaluskan
- 1 ruas jahe dihaluskan
- 6 sdm bubuk cabe
- 2 sdt garam
- 1 sdm gula pasir
- ½ gelas garam kasar
- 2 sdm kecap ikan
- 1 sdm maizena
- Air secukupnya
12
2) Prosedur Pengamatan
a. Pemeriksaan E.Coli
Alat :
- Timbangan - Ose
- Glass Erlenmeyer - Beaker Glass
- Incubator - Blender
- Tabung reaksi - Gelas ukur
- Petridish - Batang pengaduk
- Lampu spiritus - Autoclave
Bahan :
Prosedur Kerja :
Hari I
- Sterilkan tempat sebelum melakukan praktikum dan juga
sterilkan tangan praktikum
- Ambil sampel dan timbang sebanyak 5 gram untuk makanan
dan 10 ml untuk minuman
- Sampel dimasukkan ke dalam wadah plastic steil dan
makanan yang dalam bentuk padat dihaluskan.
- Encerkan dengan aquadesh ± 90 ml, apabila sampel berkuah
maka aquadesh digantikan dengan kuah dari sampel
- Pipet 1 ml sampel, dengan menggunakan pipet steril
- Buka tutup tabung rekasi berisikan EC Medium, kemudian
flambir bibir tabung
- Masukkan sampel sebanyak 1 ml, flambir bibir tabung dan
tutup
13
- Inkubasikan ke dalam incubator slama 1x24 jam dengan suhu
44,5˚C
Hari II
- Keluarkan media dalam incubator yang telah diinkubasikan
selama 1x24 jam
- Lakukan pembacaan apabila media EC Medium mengalami
perubahan warna menjadi keruh dan ada gas dalam tabung
durham dicurigai terdapat e.coli
- Pindahkan ke media endo agar dengan menggunakan 1-2
mata ose
- Sebelumnya panaskan mata ose sampai merah dan diamkan
beberapa saat
- Buka tutup tabung reaksi pada media sebelumnya (EC
Medium) dan flambir bibir tabung
- Ambil 1-2 mata ose dan pindahkan ke petridish yang
berisikan endo agar dengan membentuk zig-zag 4 kuadran
- Flambir tutup petridish dan inkubasikan ke dalam incubator
dengan suhu 37˚C selama 1x24 jam.
Hari III
- Keluarkan media dalam incubator yang telah diinkubasikan
selama 1x24 jam
- Lakukan pembacaan apabila media endo agar terdapat coloni
berwarna gelap atau tanpa keliatan logam, dilanjutkan
pemeriksaan dengan media gula-gula dan TSIA.
- Panaskan mata ose sampai merah dan didiamkan beberapa
saat
- Ambil 1-2 mata ose pada media sebelumnya (endo agar)
yang diperkirakan terdapat koloni
- Masukkan pada media gula-gula, media gula-gula pertama
berisikan (maltose). Sebelumnya tutup tabung dibuka dan
14
diflambir kemudian masukkan mata ose 1-2 mata ose,
flambir dan tutup.
- Pindahkan ose ke media gula-gula ke dua (manit), mulut
tabung yang berisi manit diflambir dan masukkan ose 1-2
mata ose.
- Lakukan cara yang sama untuk media gula-gula ketiga,
empat dan lima (sakrosa, laktosa, dan glukosa)
- Selanjutnya pindahkan ose ke media TSIA, 1-2 mata ose
- Flambir bibir tabung dan goreskan dengan cara zig-zag pada
lereng dan tusuk hingga ke dasar, kemudian tarik ose secara
hati-hati
- Eramkan selama 1x24 jam dengan suhu 37˚C di dalam
incubator.
Hari IV
- Keluarkan media dalam incubator yang telah diinkubasikan
selama 1x24 jam.
- Lakukan pembacaan dengan menghubungkan pada table
untuk menentukan jenis bakteri pada media gula-gula (Mal,
Manit, Sac, Lak, Glu). Apabila terjadi perubahan dari warna
biru menjadi kuning dan terdapat gelembung/gas dalam
tabung durham maka +AG dan apabila hanya terjadi
perubahan warna saja dan tidak terdapat gelembung gas
dalam tabung durham maka +A
- Pada media TSIA, apabila tusukan pertama ada warna hitam
maka menandakan adanya gas H2S dan pada lereng warna
merah dengan dasar kuning.
b. Pemeriksaan pH
Alat :
pH meter
15
Bahan :
10 ml sampel kimchi
Prosedur Kerja :
- Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter.
- Alat pH meter distandarisasi terlebih dahulu dengan buffer
untuk pH 4 sesuai kisaran pH kimchi.
- Pengukuran dilakukan dengan mencelupkan elektroda pH
meter ke dalam 10 ml sampel.
F. Cara Pengamatan
1) Setelah kimchi selesai dibuat, masukkan ke dalam wadah dan
tutup dengan rapat.
2) Setelah dimasukkan ke dalam wadah, simpan pada suhu ruang
dan terhindar dari cahaya matahari.
3) Fermentasi dilakukan selama 3 hari.
4) Pengamatan hari 1, amati apakah kimchi sudah mempunyai
sedikit rasa asam, warna pada kimchi mulai berwarna merah
tetapi belum pekat, tekstur pada kimchi sedikit tegar belum
menampakkan adanya layu, untuk aroma belum menghasilkan
aroma asam
5) Pengamatan hari 2, amati rasa pada kimchi, apabila sudah
menimbulkan asam tetapi belum pekat, warna pada kimchi
mulai berwarna merah sedikit pucat, tekstur pada kimchi
renyah apabila ditekan, dan aroma sudah mulai asam tetapi
belum menghasilkan aroma asam yang tajam.
6) Pengamatan hari 3, amati rasa pada kimchi sudah
menimbulkan asam yang pekat, warna pada kimchi berwarna
merah pekat, tekstur pada kimchi sudah tegar, renyah dan
garing serta kimchi beraroma asam yang tajam dan pekat.
16
G. Rincian Dana
5. jahe Rp.5000,00.-
10 Maizena Rp.8.000,00.-
17
LAMPIRAN
TABEL PENGAMATAN
No Kondisi
Kriteria
(Hari)
Penilaian
Awal 1 2 3 ket
1 Tekstur
2 Aroma
(bau)
3 Warna
4 Ketahanan
(Daya simpan)
18
Tabel Pengamatan Sampel 2
No Kondisi
Kriteria
(Hari)
Penilaian
Awal 1 2 3 Ket
1 Tekstur
2 Aroma
(bau)
3 Warna
4 Ketahanan
(Daya simpan)
19
DAFTAR PUSTAKA
20