Anda di halaman 1dari 8

Vol. 4, No.

2 – Oktober 2019
ISSN: 2503-5274(p), 2657-1900(e)

IDENTIFIKASI KONSEP FISIKA PADA KEARIFAN LOKAL


PENGOLAHAN SAGU (PUTAK) KABUPATEN TIMOR TENGAH
SELATAN

Landiana E. Laos1, Meti. O. F. I Tefu2


1
Prodi Pendidikan Fisika, STKIP SoE, Timor Tengah Selatan, 85511, Indonesia
2
Prodi Pendidikan Biologi, STKIP SoE, Timor Tengah Selatan, 85511, Indonesia
Emai: landianalaos28@gmail.com

Abstrak
Kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat
kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis.
Pembelajaran fisika akan lebih bermakna jika dalam proses pembelajaran dikaitkan dengan kearifan
lokal yang ada pada suatu tempat. Sagu (putak) adalah makanan tradisional yang diwariskan oleh
nenek moyang masyarakat Santian, Kabupaten Timor Tengah Selatan semenjak dahulu kala. Metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif fenomenologi, menggunakan teknik triangulasi
berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian diperoleh bahwa pada proses
pengolahan sagu (putak) terdapat konsep-konsep fisika yang diidentifikasi terutama pada gaya,
tekanan, suhu dan kalor, momentum, proses pemisahan campuran, larutan, pengendapan,
penguapan, perubahan volume.

Kata kunci: Kearifan Lokal; Konsep Fisika

Abstract
Local wisdom is a kind of knowledge, belief, comprehension and insight as well as habit and ethic that
leads human’s behavior in an ecology community. Physics will be meaningful learning process is
related to the local wisdom in a certain context. Sagu (putak) is a kind of traditional meal which is
inherited by the anchestors of Santian community, Timor Tengah Selatan from time to time. This study
is a phenomenology, applying qualitative method, triangulating among observation, interview and
documentation. The result showed that in processing sagu (the traditional meal), there were some
physics concepts identified particularly force, pressure, temperature and heat, momentum, mixture
separation, solution, deposition, evaporation and volume change.

Keywords: Local wisdom; physics concept

PENDAHULUAN lebih baik, jika tidak melupakan budaya yang


Inovasi pendidikan merupakan suatu ada di lingkungan keseharian peserta didik
perubahan, ide, gagasan berupa pikiran yaitu budaya yang ada dalam masyarakat.
cemerlang dari hasil olah pikir yang diterapkan Budaya merupakan suatu kebiasaan yang
melalui langkah tertentu dan dapat diyakini dilakukan oleh sekelompok masyarakat yang
untuk memecahkan permasalahan dalam mengandung unsur-unsur nilai penting dan
pendidikan yang timbul di lingkungan sekitar perjuangan masyarakat terhadap alam dan
dan dapat memperbaiki suatu keadaan yang zaman yang membuktikan kemakmuran yang
terjadi di masyarakat[1]. Inovasi biasanya diwariskan dari generasi ke generasi
bersumber dari kemauan sekolah untuk berikutnya[2].
mengadakan respon terhadap kebutuhan Kearifan lokal adalah pendangan hidup
masyarakat dan adanya usaha untuk dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi
menggunakan sekolah dalam memecahkan kehidupan yang berwujud aktivitas yang
masalah yang dihadapi masyarakat. Teknologi dilakukan oleh masyarakat lokal dalam
pendidikan memandang soal proses menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan
pembelajaran sebagai suatu masalah yang kebutuhan hidup mereka[3]. Kearifan lokal
harus dihadapi secara rasional dan ilmiah. merupakan segala sesuatu yang menjadi ciri
Penerapan penggunaan teknologi akan menjadi khas suatu daerah, baik berupa makanan, adat-

77
Vol. 4, No. 2 – Oktober 2019
ISSN: 2503-5274(p), 2657-1900(e)

istiadat, tarian, dan lagu maupun upacara dengan memanfaatkan budaya lokal yang ada
daerah[4]. Kebiasaan-kebiasaan yang di sekeliling peserta didik.
dilakukan oleh masyarakat mengandung Budaya yang dieksplor dengan konsep
konsep-konsep dalam pembelajaran fisika fisika telah diungkapkan oleh beberapa peneliti
yang diajarkan oleh guru kepada peserta didik. sebelumnya. Salah satu penelitian tentang
Pembelajaran sains berbasis kearifan budaya masyarakat Lalundu yang berkaitan
lokal dilakukan dengan cara menata ulang dengan konsep fisika contohnya cekot (sendok
sains asli dan menerjemahkan sains asli ke yang terbuat dari batok kelapa). Selain itu ada
dalam konsep-konsep sains ilmiah. Sains asli juga alat tradisional yang biasa digunakan oleh
ini di dapatkan melalui observasi budaya- masyarakat Lalundu yaitu kendi (dibuat dari
budaya yang ada di masyarakat. Oleh karena tanah liat) juga memanfaatkan pengetahuan
itu, dapat dikatakan bahwa pembelajaran ini sains yaitu tentang perubahan wujud zat [6].
berbasis kearifan lokal, karena didapatkan dari Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS)
pengetahuan asli (indigineous knowledge) atau memiliki kearifan lokal yang menjadi ciri khas
kecerdasan local (local genius) suatu daerah baik berupa makanan, adat istiadat,
masyarakat yang berasal dari nilai luhur tradisi tarian, lagu maupun upacara daerah. Agar
budaya untuk mengatur tatanan kehidupan potensi budaya yang ada di Kabupaten TTS
masyarakat dalam rangka mencapai kemajuan tetap dilestarikan maka upaya yang dilakukan
komunitas baik dalam penciptaan kedamaian adalah dengan menanamkan nilai-nilai budaya
maupun peningkatan kesejahteraan lokal kepada masyarakat. Jika pembelajaran
masyarakat[5]. Pembelajaran berbasis budaya berorientasi pada kearifan lokal tidak
merupakan suatu pembelajaran yang dapat diterapkan sejak dini, maka masa yang akan
diciptakan oleh lingkungan belajar dan datang globalisasi dan perkembangan
pengalaman belajar serta mengintegrasikan teknologi yang sangat pesat dapat menggeser
budaya dalam proses pembelajaran. Salah satu kearifan lokal dalam masyarakat. Pergeseran
bentuknya adalah menekankan belajar dengan ini terjadi karena tidak adanya batasan yang
budaya. Proses pembelajaran sains jelas antara budaya local dan budaya asing.
menekankan pada pemberian pengalaman Kondisi ini jelas menunjukkan bahwa perlu
langsung kepada peserta didik untuk diterapkan pembelajaran yang berorientasi
mengembangkan kompetensinya agar mampu pada kearifan lokal. Salah satu kebudayaan
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara yang di identifikasi adalah proses pengolahan
ilmiah. Pembelajaran sains akan bermakna sagu (putak) yang ada di masyarakat Santian
dalam kehidupan masyarakat apabila ada Kecamatan Santian Kabupaten Timor Tengah
keterampilan guru dalam merancang, Selatan. Sagu (putak) merupakan makanan
mengembangkan, dan mengelola sistem tradisional yang diwariskan oleh nenek
pembelajaran sehingga guru mampu moyang masyarakat Santian, semenjak dahulu
menciptakan suasana pembelajaran yang kala. Sagu (putak) yang dikonsumsi
efektif dan menggairahkan. masyarakat Santian adalah sagu dari tumbuhan
Pada kuriulum 2013 peran guru di kelas gewang. Proses pengolahan sagu di lakukan
semakin berkurang dimana guru hanya sebagai secara tradisional. Dalam penelitian ini proses
fasilitator untuk mengarahkan peserta didik pengolahan makanan pokok sagu (putak) dapat
sedangkan peserta didik yang berperan aktif di dieksplorasi hubungannya dengan konsep-
dalam kelas. Keadaan ini harus didukung konsep fisika.
dengan media pembelajaran yang memadai Berdasarkan latar belakang yang telah
sehingga peserta didik dapat memahami diuraikan di atas, yang menjadi tujuan dalam
konsep-konsep fisika dalam pembealajaran. penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
Jika dalam pembelajaran guru hanya konsep fisika pada kearifan lokal pengolahan
menggunakan buku sumber yang disediakan di sagu (putak) masyarakat Desa Santian,
sekolah maka peserta didik akan sulit Kecamatan Santian Kabupaten Timor Tengah
memahami konsep fisika. Kurangnya media Selatan.
pembelajaran di sekolah mengakibatkan
peserta didik cenderung merasa malas dan METODE
bosan. Salah satu cara yang dapat dilakukan Jenis penelitian ini adalah penelitian
dalam pembelajaran fisika di sekolah adalah kualitatif fenomenologi. Penelitian

78
Vol. 4, No. 2 – Oktober 2019
ISSN: 2503-5274(p), 2657-1900(e)

fenomenologi dapat dimulai dengan rendah. Di Indonesia tanaman ini banyak


memperhatikan dan menelaah fokus fenomena ditemukan di Propinsi Nusa Tenggara Timur,
pembuatan sagu (putak). Peneliti melakukan Kabupaten Timor Tengah Selatan. Gewang
penggalian data berupa bagaimana pemaknaan banyak dimanfaatkan secara intensif oleh
pembuatan sagu (putak) dalam memberikan masyarakat lokal di NTT baik untuk bahan
arti terhadap fenomena terkait. Penggalian data perumahan, makanan, minuman, peralatan
dengan melakukan wawancara mendalam, dapur, tali-temali, pagar, kayu bakar dan
observasi langsung dan dokumentasi tentang sebagainya[7].
pengolahan sagu (putak). Bagi penduduk setempat tumbuhan
Teknik pengumpulan data terdiri dari gewang memegang peranan penting dalam
observasi, wawancara dan dokumentasi. kehidupannya karena tumbuhan gewang
Observasi dilakukan terhadap proses mempunyai manfaat dan kegunaan yang
pengolahan sagu (putak) dan wawancara yang berganda karena semua bagiannya dapat
dipakai adalah wawancara mendalam. dimanfaatkan. Secara tradisional daun gewang
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti dimanfaatkan menjadi atap dan dianyam
sendiri dan instrumen wawancara. menjadi wadah dan tikar. Batangnya
Sumber data dalam penelitian ini digunakan sebagai bahan bangunan (tiang,
menurut cara memperolehnya dibagi menjadi dinding, saluran, lantai yang sangat kuat),
dua yaitu sumber data primer dan sumber data bahan bakar dan dapat juga dijadikan arang.
sekunder. Sumber data primer adalah data Ampas sisa pengolahan dapat dijadikan pakan
yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti ternak, bahan bakar, media pertumbuhan
secara langsung dari sumber datanya yakni tanaman (jamur, tanaman hias) yang kemudian
masyarakat Santian yang mengolah sagu menjadi pupuk.
(putak). Sumber data sekunder dalam Bagian yang paling penting dari gewang
penelitian ini adalah data yang sudah diolah adalah bagian tengah atau batang (empulur)
dalam bentuk dokumen-dokumen atau naskah tempat akumulasi pati. Empulur batang
tertulis, seperti buku, majalah, jurnal, sumber gewang yang sudah tua (umur di atas 20 tahun)
dari arsip, dokumen pribadi atau dokumen dikenal sebagai putak oleh masyarakat Timor
resmi melalui studi kepustakaan. telah lama dimanfaatkan sebagai sumber pakan
Teknik analisis data yang digunakan maupun pangan. Untuk tujuan pangan, putak
dalam penelitian ini adalah teknik analisis data biasanya diproses dengan cara ekstraksi
deskriptif kualitatif. Data kualitatif yang sederhana untuk diambil patinya [8]. Pada
dikumpulkan akan diinterpretasikan dengan gewang dewasa, bagian ini penuh (jenuh)
teknik triangulasi. Data yang diperoleh dengan pati hingga ke mahkotanya.
dianalisis berlangsung secara terus menerus Kandungan pati tertinggi pada tanaman muda
sampai tuntas sehingga datanya jenuh. sesaat sebelum berbunga dan rendah pada saat
Aktivitas dalam analisis meliputi reduksi data dan sesudahnya.
(data reduction), penyajian data (data display), Pengolahan sagu gewang secara
serta penarikan kesimpulan dan verifikasi tradisional masih menggunakan cara
(conclusion drawing/verification). konvensional dengan alat manual yang lakukan
melalui tahapan penebangan batang gewang,
HASIL DAN PEMBAHASAN pemotongan batang secara melintang dengan
Sagu merupakan sumber pangan ukuran tertentu, pemisahan empulur sagu dari
karbohidrat yang potensial sebagai pangan, bagian batang sagu yang keras, pengirisan,
pakan dan sumber energi terbarukan. Sagu pengeringan dengan cara dijemur atau
(Putak) yang dikonsumsi masyarakat Santian pengasapan jika hujan, penumbukan,
adalah sagu dari tumbuhan gewang. Menurut pengayakan, pencucian/perendaman,
sejarahnya, pilihan mengkonsumsi sagu pengeringan endapan pati sagu, pembakaran
sebagai makanan pokok merupakan reaksi sagu.
terhadap ketersediaan tumbuhan gewang di Berikut ini adalah eksplorasi konsep-
sekitar tempat tinggal mereka. konsep fisika pada proses pengolahan sagu
Gewang (Corypha utan (putak) di Desa Santian, Kecamatan Santian,
Lamk.) merupakan tanaman sejenis palma Kabupaten Timor Tengah Selatan.
tinggi besar yang tumbuh di daerah dataran

79
Vol. 4, No. 2 – Oktober 2019
ISSN: 2503-5274(p), 2657-1900(e)

Tabel 1. Proses pengolahan sagu (putak) dan konsep-konsep fisika

No Tahapan Pengolahan Sagu (putak) Konsep-Konsep Penjelasan


Fisika
1 Gaya gesek, Pada proses penebangan batang
tekanan gewang, pemisahan kulit
dengan empulur sagu serta
pengirisan terdapat gaya gesek
antara kapak/parang yang
digunakan untuk memotong
batang gewang. Semakin kecil
luas permukaan parang serta
gaya dorong yang diberikan
semakin besar maka akan
Gambar 1. Batang gewang ditebang, dibelah mempercepat proses
dan dikuliti untuk dipisahkan kulit dengan pemotongan/tekanannya
empulur sagu serta di iris. semakin besar.
2 Suhu, Pada musim panas sagu
perpindahan dijemur, sedangkan pada
kalor secara musim hujan digunakan tradisi
radiasi dan sei dimana sagu diletakan di
konveksi, atas loteng (pana) untuk di
penguapan, lakukan pengasapan. Pada
dan perubahan proses penjemuran dan
volume pengasapan terjadi pengurangan
kadar air mencapai kadar air
tertentu. Pengurangan kadar air
Gambar 2. Penjemuran dan pengasapan dapat menghasilkan perubahan
putak. volume. Sagu yang benar-benar
kering yang dapat di gunakan
untuk proses pengolahan sagu.
3 Momentum, Menumbuk sagu merupakan
Gaya gesek salah satu proses untuk
menghaluskan kepingan sagu.
Pada proses menumbuk terjadi
tumbukan dan gaya gesek
antara permukaan aluk dan
Gambar 3. Menumbuk sagu putak yang ada dalam lesung.
Semakin cepat gerakan
menumbuk maka semakin besar
momentumnya.
4 Pemisahan Ayak sagu (mengayak putak)
campuran merupakan pemisahan
dengan prinsip campuran berdasarkan ukuran
perbedaan partikel dengan prinsip
ukuran perbedaan massa jenis. Ukuran
partikel dan partikel yang ada di atas ayakan
gaya adalah sagu kasar yang akan di
tumbuk lagi sedangkan sagu
yang halus akan di saring/di
ayak lagi untuk mendapatkan
tepung sagu yang benar-benar
Gambar 4. Mengayak sagu halus.

80
Vol. 4, No. 2 – Oktober 2019
ISSN: 2503-5274(p), 2657-1900(e)

5 Larutan dan Melarutkan tepung pati sagu


pengendapan dengan air, kemudian diaduk
lalu di diamkan beberapa saat
sampai pati sagu mengendap.
Airnya di buang sedangkan
endapannya digunakan untuk
proses pembuatan sagu.

Gambar 5. Merendam tepung sagu dengan


air
6 Kerapatan Penggumpalan/pemadatan
partikel dan endapan pati sagu dengan cara
gaya di tepuk menyebabkan
menyebabkan kerapatan partikel dan
perubahan perubahan bentuk.
bentuk
Gambar 6. Memadatkan sagu untuk
dikeringkan
7 Penguapan, Pada proses pengeringan
perpindahan dengan prinsip perpindahan
kalor secara kalor secara konduksi akan
konduksi mempercepat pengurangan
kadar air.
Gambar 7. Pengeringan adonan sagu
8 Campuran Mencampur adonan pati sagu
dengan parutan kelapa.

Gambar 8. Mencampur sagu dengan kelapa


parut
9 Suhu dan Tahap akhir adalah proses
kalor, pembakaran sagu. Campuran
perubahan sagu dimasukan ke dalam
volume cetakan (lana) untuk di bakar.
Pada tahap ini terjadi
perpindahan kalor secara
konduksi.

Gambar 9. Proses pembakaran sagu

Berdasarkan hasil analisis proses dalam pembelajaran fisika disesuaikan dengan


pengolahan sagu dan hubungannya dengan kompetensi dasar yang disajikan pada Tabel 2
konsep-konsep fisika, jika di integrasikan dan 3.

81
Vol. 4, No. 2 – Oktober 2019
ISSN: 2503-5274(p), 2657-1900(e)

Tabel 2. Hubungan antara proses pengolahan sagu dengan kompetensi dasar Fisika di SMP

No Kompetensi Dasar Konsep fisika dalam proses pengolahan sagu


1. Memahami wujud zat dan Pemisahan campuran sagu yang telah ditumbuk atau
perubahannya dihaluskan dan massa jenis.

2. Menjelaskan konsep partikel materi Pemadatan sagu yang telah mengendap dengan cara
ditepuk menyebabkan kerapatan partikel.

3. Memahami peranan usaha, gaya dan Gaya menyebabkan perubahan bentuk pada proses
tekanan dalam kehidupan sehari-hari pengolahan sagu.

4. Menyelidiki tekanan pada benda padat, Pada proses penebangan batang gewang, semakin
cair, dan gas serta penerapannya dalam kecil luas permukaan parang/kapak serta gaya
kehidupan sehari-hari. dorong yang diberikan semakin besar maka akan
mempercepat proses pemotongan/tekanannya
semakin besar.

Tabel 3. Hubungan antara proses pengolahan sagu dengan kompetensi dasar Fisika di SMA
No Kompetensi Dasar Konsep fisika dalam proses pengolahan sagu
1 Menganalisis proses Proses penjemuran sagu untuk menghilangkan kandungan air
pemuaian, perubahan dalam ruang antar partikel. Air terevaporasi dan partikel-partikel
wujud zat dan perpindahan menjadi lebih dekat satu sama lain dan terjadi penyusutan. Proses
kalor dengan konsep suhu pengeringan melalui tradisi sei jika hujan. Proses pengeringan
dan kalor. sagu setelah proses pengendapan.

2 Memahami sifat, Proses penjemuran sagu untuk menghilangkan kandungan air


persamaan gas dan hukum dalam ruang antar partikel. Proses pengeringan melalui tradisi sei
Termodinamika dalam jika hujan. Proses pengeringan sagu setelah proses pengendapan.
kehidupan sehari-hari. Air terevaporasi dan partikel-partikel menjadi lebih dekat satu
sama lain dan terjadi penyusutan.
3 Menerapkan konsep Pada proses menumbuk terjadi tumbukan dan gaya gesek antara
momentum dan impuls, permukaan aluk dan putak yang ada dalam lesung. Semakin besar
serta hukum kekekalan massa aluk maka semakin besar momentumnya dan semakin
momentum dalam cepat gerakan menumbuk maka semakin besar pula
kehidupan sehari-hari momentumnya.

Kearifan lokal (local wisdom) Tengah Selatan sejak dahulu kala. Putak yang
merupakan pandangan hidup, ilmu dikonsumsi masyarakat Santian adalah sagu
pengetahuan, dan berbagai strategi dari tumbuhan gewang. Pilihan mengkonsumsi
kehidupan yang berwujud aktivitas yang sagu sebagai makanan pokok merupakan
dilakukan oleh masyarakat setempat untuk reaksi terhadap ketersediaan tumbuhan gewang
menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan di sekitar tempat tinggal mereka.
kebutuhan mereka. Kearifan lokal berperan Masyarakat Santian Kabupaten TTS
sebagai proses pembelajaran yang menuntut masih mempertahankan budaya pengolahan
adanya interaksi aktif antara guru dan peserta sagu karena sagu (putak) merupakan bahan
didik serta berbagai sumber belajar pada suatu pangan lokal masyarakat yang diwariskan
lingkungan belajar baik yang dikembangkan secara turun temurun sampai saat ini. Alasan
oleh guru atau sumber belajar yang sudah lain yaitu dengan menjual sagu masyarakat
tersedia secara alami di lingkungan hidup. dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Sagu (putak) merupakan bahan makanan Sagu juga dapat di gunakan sebagai makan
pokok masyarakat Santian Kabupaten Timor ternak.

82
Vol. 4, No. 2 – Oktober 2019
ISSN: 2503-5274(p), 2657-1900(e)

Konsep-konsep fisika pada proses fisika tentang gaya, tekanan, suhu dan kalor,
pengolahan sagu yang berbasis kearifan lokal momentum, proses pemisahan campuran,
dapat di integrasikan dalam pembelajaran larutan, pengendapan, penguapan, perubahan
fisika. Pembelajaran ini membuat adanya volume. Saran penulis untuk peneliti
interaksi antara pendidik dan peserta didik, selanjutnya agar membahas konsep fisika lebih
dengan memberikan makna terhadap apa yang mendalam dan menerapkan dalam proses
dilihat, didengar, dibaca dan dipelajari dari pembelajaran di sekolah.
warisan budaya sehingga mengembangkan
potensi peserta didik untuk berpikir rasional. UCAPAN TERIMAKASIH
Kearifan lokal diterapkan pada penelitian ini Ucapan terima kasih kepada:
dimaksudkan untuk memperkenalkan dan 1. Program studi pendidikan Fisika
melestarikan budaya lokal pada peserta didik STKIP SoE yang telah memberikan
sehingga diharapkan peserta didik memahami waktu dan kesempatan kepada peneliti
dan semakin mencintai kearifan lokalnya.
untuk melakukan penelitian ini.
Konsep fisika yang terdapat pada proses
pengolahan sagu sangat bermanfaat untuk 2. Kemenristek Dikti yang telah
pembelajaran sehingga peserta didik lebih memberikan bantuan dana demi
mengenal budaya yang ada pada masyarakat kelancaran penelitian ini.
sebagai sumber belajar. Di samping itu pula
peserta didik dapat mengetahui peran budaya DAFTAR PUSTAKA
pada proses pembelajaran sehingga membuat 1 Kusnandi. 2017. Model Inovasi
peserta didik berpikir dengan mudah untuk Pendidikan Dengan Strategi Implementasi
menyelesaikan konsep-konsep fisika yang di Konsep “Dare To Be Different”. Jurnal
anggap sulit.
Wahana Pendidikan. Vol. 4, No.1.
Keberhasilan proses pembelajaran dalam
suatu lingkungan belajar, dipengaruhi oleh 2 Mujadi. 2015. Indiginasi seni dan udaya
beberapa faktor di antaranya metode dan dalam pembelajaran fisika. JRKPF UAD:
sumber belajar yang digunakan oleh pendidik. Vol. 2 No. 2 : 66 - 72.
Pembelajaran yang bersumber pada kearifan 3 Hidayanto, F., Sriyono., & Nur Ngazizah,
lokal dan melibatkan tradisi yang ada di N. 2016. Pengembangan Modul Fisika
lingkungan tempat tinggal peserta didik, SMA Berbasis Kearifan Lokal Untuk
sehingga memberikan kesan yang
Mengoptimalkan Karakter Peserta Didik.
kontekstual[9]. Pembelajaran yang dikaitkan
dengan kehidupan nyata peserta didik akan Radiasi : Vol. 9 No.1.
membuat peserta didik berpikir lebih mudah, 4 Maknun. J. 2017. Konsep Sains Dan
karena konsep yang diterapkan sesuai dengan Teknologi Pada Masyarakat Tradisional di
pengalaman nyata dalam kehidupan sehari- Propinsi Jawa Barat, Indonesia. Jurnal
hari. Hal ini akan membuat peserta didik lebih Indonesia Untuk Kajian Pendidikan.
aktif, kreatif dan mampu berpikir kritis Vol.2, No.2: 127 – 142.
sehingga pembelajaran fisika menyenangkan.
Pembelajaran dengan pendekatan etnosains 5 Khusniati, M. 2014. Model pembelajaran
akan memberikan pemahaman bagi siswa sains berbasis kearifan lokal dalam
untuk lebih menghargai alam dan menumbuhkan karakter konservasi.
memanfaatkan sains dalam kehidupan sehari- Indonesian Journal of conservation, Vol. 3
hari[10]. No. 1 : 67 – 74.
6 Saputra, I. W.A ., Nurjannah., & Lamba H.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. 2017. Pengembangan bahan ajar fisika
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
maka dapat disimpulkan bahwa adanya materi suhu dan kalor berbasis budaya
hubungan antara pengolahan sagu (putak) masyarakat. Jurnal pendidikan fisika
masyarakat Santian Kabupaten Timor Tengah Tadulako (JPFT), Vol. 1 No. 4 : 55 – 58.
Selatan dengan konsep-konsep fisika. 7 Kurniawan, H & D. Yuniati. 2015.
Berdasarkan tahap proses pengolahan sagu Potensi Simpanan Karbon Pada Tiga
ditemukan keterkaitannya dengan konsep

83
Vol. 4, No. 2 – Oktober 2019
ISSN: 2503-5274(p), 2657-1900(e)

Tipe Savana di Nusa Tenggara Timur.


Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea.
Vol. 4, No.1 : 51-62
8 Lalel, H.J.D dan Riwu Kaho N. P. L. B.
2018. Gewang (Corypha utan Lamk)
Sebagai Tanaman Penyangga Pangan
Lokal Masyarakat Timor. Prosiding.
Seminar Nasional perhimpunan agronomi
Indonesia
9 Bakhtiar, D. 2016. Bahan Ajar berbasis
Kearifan Lokal Terintegrasi STM (Sains,
Teknologi, Dan Masyarakat) Pada Mata
Pelajaran Fisika. Prosiding. Seminar
Nasional Pendidikan, Universitas Jamber.
10 Kartimi. 2014. Implementation Of Biology
Learning Based On Local Science Culture
To Improvement Of Senior High School
Students Learning Outcome In Cirebon
District And Kuningan District. Scientiae
Educatia, Vol. 3, No. 2.

84

Anda mungkin juga menyukai