Anda di halaman 1dari 5

DESAIN KIT MICROSAINS PADA BAHAN MAKANAN

1Amalia Safitri, 2Vania Dhea Anggraeni, 3Rizky Ulya Dewi

Program Studi Tadris IPA, Fakultas Tarbiyah

IAIN Kudus

1
Fitirilia054@gmail.com, 2anggraenivaniadhea@gmail.com, 3ulyarizky91@gmail.com

ABSTRAK
Kata kunci: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengetahui kelayakan
KIT media pembelajaran desain KIT microsains untuk uji bahan makanan pada mata
Microsains pelajaran zat aditif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dan
pengembangan (Research and Development) 4D dengan 4 tahapan yaitu Define
R and D (pendefinisian), Design (Perancangan), Development (pengembangan), Disseminate
Media (penyebaran). Pada penelitian ini hanya sampai tahap Design (perancangan). Tahap
pembelajaran Define (pendefinisian) mengenai gambaran kompetensi bahan ajar yang akan
dikembangkan berupa pemetaan kurikulum seperti kompetensi inti dan kompetensi
dasar. Selain itu juga menjelaskan tentang masalah yang dihadapi sekolah dalam
penggunaan fasilitas laboratorium yang jarang digunakan dalam pembelajaran.
Tahap Design (perancangan) menyiapkan prototype perangkat pembelajaran yang
berupa tester KIT penguji kandungan zat adiktif pada makanan dengan alat sederhana
dalam skala kecil. Pada tahap perancangan media ini mendeskripsikan panduan
penggunaan tester KIT berupa tujuan, penggunaan dan fungsi alat serta prosedur
kerja. Selain itu, penelitian dalam skala kecil ini mampu meminimalisir limbah jika
dibandingkan dengan penelitian dalam skala besar. Dan juga dalam biaya lebih
ekonomis dibandingkan dengan penelitian dalam skala besar.

ABSTRACT
Key word: This study aims to develop and determine the feasibility of learning media
KIT design KIT microsains for testing food ingredients on additives. The research method
Microsains used is the 4D research and development methode with four stages namely define,
design, development, and disseminate. In this study only research the design stage.
R and D Define phase regarding the description of the competence of teaching materials to be
Instructional developed in the form of curriculum mapping such as core competencies and basic
media competencies. It also explains the problem faced by schools in the use of laboratory
facilities that are rarely used in learning. The design phase prepares a prototype of a
learning device in the form of a KIT tester that tests the content of additives in food
with a simple tool on a small scale. At this media design stages, it describe the KIT
tester usage guidelines in the form of purpose, use and function of tools and work
procedures. In addition, this small-scale research is able to minimize waste when
compared with large-scale research. And also the cost is more economical compared
to large scale research.

Pendahuluan makanan tersebut banyak mengandung zat


Di era milenial saat ini banyak berbagai aditif seperti pewarna, formalin, boraks atau
jenis makanan yang unik sehingga menarik pengenyal, dan lain sebangainya.
minat pembeli. Akan tetapi sebagai konsumen Zat aditif merupakan zat-zat yang
tidak peduli akan kandungan dan bahaya yang ditambahkan pada makanan selama proses
terdapat dalam makanan tersebut. Umumya produksi, pengemasan, atau penyimpanan

JURNAL THABIEA Vol. x No. x Tahun 20XX | xx – xx


untuk maksud tertentu. Penambahan zat aditif Berdasarkan uraian diatas, penelitian
dalam makanan berdasarkan pertimbangan agar ini membuat desain mini riset berupa tester kit
mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga dan atau penguji kandungan bahan pada makanan
untuk mempertahankan nilai gizi yang mungkin dalam bentuk skala kecil yang nantinya akan
rusak atau hilang selama proses pengolahan. dihasilkan sebuah produk tester kit. Selain
digunakan dalam pembelajaran, penelitian
Pada awalnya zat-zat aditif tersebut
dalam skala kecil ini mampu meminimalisir
berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang
limbah jika dibandingkan dengan penelitian
selanjutnya disebut zat aditif alami. Umumnya
dalam skala besar. Dan juga dalam biaya lebih
zat alami tidak menimbulkan efek samping
ekonomis dibandingkan dengan penelitian
yang membahayakan kesehatan manusia. Akan
dengan skala besar.
tetapi, jumlah penduduk bumi yang semakin
bertambah menuntut jumlah makanan yang
Metode
lebih besar sehingga zat aditif alami tidak
mencukupi lagi. Oleh karena itu, industri yang Penelitian ini menggunakan metode
memproduksi makanan memakai zat aditif Penelitian dan Pengembangan Produk
buatan (sintesis). Bahan pembuatannya adalah (Educational Research and Development)
dari zat-zat kimia yang kemudian direaksikan. dengan pendekatan kualitatif untuk mengetahui
Bahan tersebutlah yang menyebabkan banyak kandungan zat aditif pada makanan. Dalam
makanan yang mengandung zat berbahaya dan penelitian ini akan menghasilkan produk
berdampak buruk bagi kesehatan terutama berupa tester KIT dengan tujuan untuk
anak-anak. mengetahui kelayakan dan kepraktisan dalam
pengujian kandungan zat aditif pada makanan
Mirisnya kasus yang beredar saat ini yang di jual oleh penjual di Kudus.
banyak anak-anak yang keracunan makanan
sehingga menarik para peneliti untuk menguji Pengembangan tester KIT melalui
kandungan yang ada pada makanan melalui beberapa tahap yaitu tahap pendefinisan
laboratorium. Namun, jika hal itu diterapkan (define), tahap perancangan (design), tahap
untuk pembelajaran siswa disekolah kurang pengembangan (develop), dan tahap uji coba
efektif karena mengingat adanya fasilitas (disseminate). Tahapan yang dilakukan pada
sekolah yang kurang memadai seperti penelitian ini baru sampai pada tahap
laboratorium. Oleh karena itu, guru dituntut perancangan (design).
untuk berfikir kreatif dalam pembelajaran Pada tahap pendefinisan (define) berisi
berskala kecil sehingga memudahkan dalam mengenai gambaran kompetensi bahan ajar
menjelaskan kandungan bahaya dari makanan yang akan dikembangkan berupa pemetaan
dengan alat dan bahan sederhana tanpa kurikulum seperti kompetensi inti dan
membutuhkan laboratorium salah satunya KIT kompetensi dasar. Selain itu juga menjelaskan
IPA. Dengan adanya KIT IPA tersebut dalam tentang masalah yang dihadapi sekolah dalam
proses pembelajaran tidak terasa
penggunaan fasilitas laboratorium yang jarang
membosankan, disebabkan peserta didik digunakan dalam pembelajaran.
melakukan percobaan secara langsung,
menyentuh alat-alat KIT secara langsung Tahap selanjutnya yaitu tahap
sehingga dapat memahami dengan baik materi perancangan (design) dimana menyiapkan
yang diajarkan oleh guru. Selain itu prototype perangkat pembelajaran yang berupa
pembelajaran tidak berpusat pada guru tester KIT penguji kandungan zat adiktif pada
melainkan berpusat pada peserta didik yang makanan dengan alat sederhana dalam skala
berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran. kecil. Pada tahap perancangan media ini
mendeskripsikan panduan penggunaan tester

JURNAL THABIEA Vol. x No. x Tahun 20XX | xx – xx


11
KIT berupa tujuan, penggunaan dan fungsi alat Dari kompetensi dasar yang sudah
serta prosedur kerja. tertera, siswa mampu menganalisis tentang
dampak zat aditktif terhadap kesehatan dengan
Pengujian makanan ini menggunakan
cara menguji kandungan makanan yang ada
reagen sederhana yaitu dengan pembuatan
disekitar dengan menggunakan fasilitas
paper test-kit dari kunyit sebagai regen boraks
laboratorium. Namun, jika hal itu diterapkan
dan paper test-kit dari kulit buah naga sebagai
untuk pembelajaran siswa disekolah kurang
reagen formalin, dimana reagen dari kunyit dan
efektif karena mengingat adanya fasilitas
kulit buah naga diekstrak dan diratakan pada
sekolah yang kurang memadai seperti
kertas saring yang kemudian dikeringkan
laboratorium. Oleh karena itu, guru dituntut
dibawah terik matahari.
untuk berfikir kreatif dalam pembelajaran
Selain itu, pada tahapan ini juga akan berskala kecil sehingga memudahkan dalam
mensimulasikan penggunaan model dan menjelaskan kandungan bahaya dari makanan
perangkat pembelajaran berupa desain KIT dengan alat dan bahan sederhana tanpa
dalam lingkup kecil dimana mampu membutuhkan laboratorium salah satunya KIT
meminimalisir limbah dan biaya jika IPA. Dengan adanya KIT IPA tersebut dalam
dibandingkan dalam penggunaan skala besar. proses pembelajaran tidak terasa
membosankan, disebabkan peserta didik
Hasil dan pembahasan melakukan percobaan secara langsung,
menyentuh alat-alat KIT secara langsung
Tabel 1. Kompetensi Inti dan Kompetensi sehingga dapat memahami dengan baik materi
Dasar Materi Zat Aditif yang diajarkan oleh guru. Selain itu
pembelajaran tidak berpusat pada guru
Kompetensi Inti
melainkan berpusat pada peserta didik yang
3. memahami dan 4. mengolah, menyaji,
berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran.
menerapkan dan menalar dalam
pengetahuan (faktual, ranah konkret Pada tahap design (perencanaan), KIT
konseptual dan (menggunakan, diletakkan pada sebuah toolbox yang
prosedural) mengurai, merangkai, didalamnya tertata ruang untuk tempat alat dan
berdasarkan rasa memodifikasi, dan bahan tester KIT. Selain itu, juga menjelaskan
ingin tahunya tentang membuat) dan ranah tentang penggunaan dan fungsi dari alat KIT
ilmu pengetahuan, abstrak (menulis, serta prosedur kerja.
teknologi, seni, membaca, menghitung,
budaya terkait menggambar, dan
fenomena dan mengarang) sesuai
kejadian tampak dengan yang dipelajari
mata. di sekolah dan sumber
lain yang sama dalam
sudut pandang atau
teori. Gambar 1. Tool Box Desain KIT

Kompetensi Dasar 1. Penggunaan Alat dan Fungsinya


3.6 Menjelaskan 4.6 Membuat karya a. Tabung Reaksi, sebagai wadah untuk
berbagai zat aditif tulis tentang dampak menampung reaksi kimia dalam skala
dalam makanan dan penyalahgunaan zat kecil serta digunakan untuk
minuman, zat adiktif aditif dan zat adiktif melakukan percobaan reaksi kimia
serta dampaknya bagi kesehatan dalam skala kecil.
terhadap kesehatan

JURNAL THABIEA Vol. x No. x Tahun 20XX | xx – xx


12
b. Gelas Ukur, sebagai alat ukur volume dahulu lakukan uji boraks sebagai
cairan dalam praktikum. pembanding warna jika ditetesi
c. Pipet Tetes, digunakan sebagai alat kunyit.
bantu memindahkan cairan dari wadah 2) Teteskan boraks menggunakan
yang satu ke wadah yang lain dalam pipet sebanyak 2 tetes, kemudian
jumlah sangat kecil yaitu setetes demi masukkan kertas reagen kunyit pada
setetes. tetesan boraks, amati warnanya.
d. Cawan Porselen, digunakan sebagai 3) Siapkan bahan makanan yang akan
wadah untuk menghaluskan bahan diuji kandungan boraksnya, seperti
berupa padatan dalam skala kecil. kerupuk, bakso dan makanan lain.
e. Botol Kecil, sebagai wadah suatu 4) Tumbuk bahan makanan, kemudian
cairan seperti aquades. larutkan dengan air sebanyak 1 ml
f. Batang Pengaduk, digunakan sebagai dan letakkan pada tabung reaksi
mengaduk larutan yang belum yang tersisa.
tercampur. 5) Ambil sampel larutan bahan
g. Kertas Uji, digunakan sebagai makanan menggunakan pipet
identifikasi suatu kandungan pada sebanyak 2 tetes, kemudian
bahan uji. masukkan kertas reagen kunyit pada
2. Prosedur Kerja tetesan larutan bahan makanan.
a. Alat dan Bahan 6) Amati perubahan warna yang
terjadi pada larutan makanan.
7) Bandingkan warna dengan uji
boraks asli.

Uji Formalin

1) Sebelum menguji kandungan


boraks pada makanan, terlebih
dahulu lakukan uji formalin sebagai
Gambar 2. Alat dan Bahan KIT
pembanding warna jika ditetesi
1) Tabung reaksi ekstrak kulit buah naga.
2) Mortar 2) Teteskan formalin menggunakan
3) Batang pengaduk pipet sebanyak 2 tetes, kemudian
4) Gelas ukur masukkan kertas reagen kulit buah
5) Pipet naga pada tetesan formalin, amati
6) Cawan porselen warnanya.
7) Botol kecil 3) Siapkan bahan makanan yang akan
8) Aquades diuji kandungan formalinnya,
9) Kertas curcumin (kertas ekstrak dari seperti aneka macam sosis.
kunyit) 4) Tumbuk bahan makanan, kemudian
10) Kertas ekstrak dari kulit buah naga larutkan dengan air sebanyak 1 ml
11) Berbagai jenis makanan dan letakkan pada tabung reaksi
12) Boraks/Bleng yang tersisa.
13) Formalin 5) Ambil sampel larutan bahan
b. Langkah Kerja makanan menggunakan pipet
Uji Boraks sebanyak 2 tetes, kemudian
1) Sebelum menguji kandungan masukkan kertas reagen kulit buah
boraks pada makanan, terlebih
JURNAL THABIEA Vol. x No. x Tahun 20XX | xx – xx
13
naga pada tetesan larutan bahan Akuator Untuk Meningkatkan Hasil
makanan. Belajar Siswa Kelas XI Pada Pelajaran
6) Amati perubahan warna yang terjadi Teknik Mikrokontroler Di SMK YPT 1
pada larutan makanan. Purbalingga. Skripsi. Yogyakarta:
7) Bandingkan warna dengan uji Universitas Negeri Yogyakarta
formalin asli.
Widodo, Endro. 2014. Efektivitas
Simpulan Pembelajaran Berbasis Praktikum Pada
Uji Zat Makanan di Kelas XI Universitas
Metode penelitian yang digunakan
Pendidikan Indonesia.
yang dapat digunakan untuk memecahkan
Repository.upi.edu.Perpustakaan.upi.ed
masalah-masalah khususnya dalam bidang
u
pendidikan adalah penelitan dan
pengembangan (R and D). Penelitian dan
pengembangan merupakan langkah untuk
mengembangkan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang sudah ada dan
menguji keefektifannya. Dalam penelitian ini
menggunakan metode microsains dimana
bentuk desain mini riset berupa tester kit pada
mata pelajaran zat aditif yaitu untuk penguji
bahan makanan dan dapat digunakan sebagai
ilmu alternative dalam pembelajaran
disekolahan untuk penanganan dalam
keterbatasan fasilitas laboratorium disekolahan.

Referensi

Mudzrikah, Ida. 2016. Identifikasi Penggunaan


Zat Pengawet Boraks Dan Formalin
Pada Makanan Jajanan Di Kantin UIN
Alauddin Makassar. Makassar: UIN
Alauddin.

Rachmawati, Ryna. 2013. Microscience


Experiment: The Idea Of Improving In-
Service Science Teachers’ Training
Quality At Balai Diklat Keagamaan
Bandung, Indonesia. International
Journal Of Scientific & Technology
Research Volume 2, Issue 5, Mei 2013

Santi, Apri Utama Parta. 2017. Analisis


Kandungan Zat Pengawet Boraks Pada
Jajanan Sekolah Di SDN Serua Indah 1
Kota Ciputat. Holistika: Jurnal Ilmiah
PGSD Volume 1 No. 1 Mei 2017

Syaefrudin, Nizar. 2016. Pengembangan Media


Pembelajaran Trainer KIT Sensor Dan
JURNAL THABIEA Vol. x No. x Tahun 20XX | xx – xx
14

Anda mungkin juga menyukai