Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha penggemukan sapi akhir-akhir ini semakin berkembang, hal ini


ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat maupun daerah yang
mengusahakan penggemukan sapi. Pada saat ini usaha penggemukan sapi
sudah menyebar ke beberapa daerah di luar Jawa, seperti Aceh, Lampung,
Sulawesi, Bali, NTB dan NTT.

Penggemukan sapi dapat dilakukan secara perseorangan hingga skala


usaha yang besar, namun ada pula yang mengembangkan usahanya dalam
bentuk kelompok dalam kandang yang berkelompok pula (Siregar, 2006).
Usaha penggemukan mendatangkan keuntungan ganda berupa keuntungan dari
pertambahan bobot badan dan kotoran (feses) berupa pupuk kandang. Besar
keuntungan ini tergantung pada pertambahan bobot badan yang dicapai dalam
proses penggemukan, lama penggemukan dan harga daging saat penjualan.
Terdapat berbagai pertimbangan yang harus dilakukan dalam memulai usaha
penggemukan sapi, yakni metode penggemukan yang dipilih, jenis ternak yang
digemukkan, aspek manajemen dan tatalaksana penggemukan.
Usaha ternak sapi potong dapat dikatakan berhasil bila telah
memberikan kontribusi pendapatan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup
peternak sehari- hari, Agar usaha ternak sapi potong menghasilkan sapi
berkualitas, peternak harus meningkatkan keterampilan dan pengetahuan
mereka dalam beternak sapi potong.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL)


Adapun tujuan dilakukannya Prakter Kerja Lapangan (PKL) yaitu:

Praktek kerja budidaya ternak potong adalah untuk mengetahui Tata Laksana
pemeliharaan sapi potong di peternakan milik Bapak Sukarman SP. Serta
meningkatkan profesionalisme dan keahlian serta pengalaman Kerja Lapangan
siswa/i pada bidang pemeliharaan sapi potong.

1
1. Memberikan bekal dan pengalaman kepada siswa dalam dunia
kerjauntuk menyesuaikan diri menghadapi dunia usaha.
2. Siswa menjadi lebih displin dan bertanggung jawab dalam bekerjadan
melaksanakan tugasnya.
3. Untuk mendapatkan ilmu dan keterampilan baru yang didapatnya di
dalam dunia kerja.
4. Siswa mendapatkan pandangan untuk jenis pekerjaan yang sesui
dengan kemampuannya.

1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Manfaat dari praktek kerja budidaya ternak potong ini adalah untuk
membandingkan antara teori yang doi dapat di sekolah dengan keadaan di
lapangan, menambah pengetahuan tentang Tata Laksana pemeliharaan sapi
potong. Untuk meningkatkan ketrampilan dan keahlian siswa tentang Tata
Laksana pemiliharaan sapi potong, serta sebagai bahan informasi bagi yang
memerlukannya

1. Siswa memiliki kemampuan yang lebih mendalam mengenai instansi


yang dijadikan sebagai tempat praktek kerja lapangan.
2. Tempat penelitian khususnya di bagian mana siswa tersebut
ditempatkan.
3. Membuka wawasan tentang dunia kerja yang sesungguhnya, baik dari
segi kedisiplinan maupun pergaulan dalam dunia kerja.
4. Siswa mampu mengenali potensi dirinya sehingga dapat menentukan
pada jenis pekerjaan apa siswa tersebut akan memanfaatkan ilmunya.

2
BAB II

KEADAAN UMUM

2.1 Tempat Dan Waktu Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)


Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Peterakan Sapi PerahR3M
pada tanggal 04 Februari sampai dengan 04 April 2018.

2.2 Keadaan Fisik Wilayah

2.2.1 Letak dan Luas Desa

Desa Buntul Pediwi Wilayah Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh


Tengah, Takengon.

2.2.2 Geografis

Ditinjau dari letak geografis Desa Buntul Pediwi Kecamatan Bebesen


Kabupaten Aceh Tengah, Takengon termasuk dataran tinggi, bergelombang
dan berbukit. Dengan mayoritas mata pencaharian penduduk sebagai petani
dan peternak.

Desa Buntul Pediwi ini memiliki batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Umah Opat


- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Simpang Empat
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kebet
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Empus Talu

2.3 Iklim

Suhu udara sekitar berkisar antara 21.4 C-20.7 C. Dengan kelembaban


udara 45-50%. Sedangkan rata rata curah hujan yang terjadi di Desa Buntul
Pediwi Kecamatan Bebesen sangat memungkinkan untuk dikembangkan
berbagai jenis usaha terutama sekali di bidang pertanian dan peternakan.

3
2.4 Sumber Daya Manusia

Jumlah penduduk yang ada di Desa Buntul Pediwi Kecamatan Bebesen


Kabupaten Aceh Tengah, Takengon sebany ak 1 8.858 jiwa.

4
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN(PKL)

3.1 Bentuk kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Dalam kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) yang ditempatkan di


Peternakan sapi perah R3M di Desa Buntul Pediwi Kecamatan Bebesen
Kabupaten Aceh Tengah, Takengon ini banyak memberikan pengalaman, baik
dari segi Tata Laksana pemeliharaan sapi potong maupun masalah yang timbul
lapangan berlangsung. Hal hal yang telah dilakukan ditempat Praktek Kerja
Lapangan (PKL) yaitu sebagai berikut.

1. Melakukan sanitasi kandang


2. Pemberian pakan dan air minum
3. Melakukan kegiatan Inseminasi Buatan (IB)
4. Melakukan kegiatan Pemeriksaan Kebuntingan (PKB)
5. Melakukan kegiatan penolongan kelahiran

3.2 Prosedur kerja

Jenis kegiatan yang dilakukan selama Praktek Kerja Lapangan (PK L) di


usaha peternakan sapi potong, yaitu:

1. Melakukan sanitasi kandang


Untuk kegiatan sanitasi kandang dengan cara membuang dan menyiram
feses yang ada di dalam kandang serta menyapu sisa sisa pakan yang
ada di dalam kandang

2. Pemberian pakan dan air minum


Untuk kegiatan ini dilakukan dengan cara memberikan konsentrat yang
kemudian di susul dengan pakan hijauan yang telah di sediakan
sebelumnya. Untuk air minum di sediakan di dalam ember.

5
3. Melakukan kegiatan Inseminasi Buatan (IB)
Untuk kegiatan ini Peralatan seperti gun, gunting, plastik shite, plastik
glove, termos/ kontainer lapangan, strow, air hangat, ember kecil,
minyak/sabun mandi. Langkah kerjanya melaukan towing setelah itu
bibit di masukkan ke dalam gun, di potong ujung bibit dan di berikan
plastik seat, makai sarung tangan, kemudian memasukkan gun ke dalam
organ reprodusi betina.

4. Melakukan kegiatan Pemeriksaan Kebuntingan (PKB)


Untuk kegiatan ini perlu palpasi rektal untuk melakukan diagnosis
kebuntingandengan cara tangan di masukkan lewat rektum.

5. Melakukan kegiatan penolongan kelahiran


Pada pertologan kelahiran Ada beberapa posisi tidak normal pada saat
pedet akan lahir masing- masing posisi memerlukan bantuan
penanganan yang berbeda, seperti penanganan pada posisi kelahiran
satu kaki depan normal namun satu kaki lainnya posisinya tertekuk, jika
sulit, sedikit dorong bagian kepala kembali kedalam secara perlahan
hingga tangan mampu meraih kaki yang tertekuk tersebut. Setelah itu
posisikan kedua kaki depan sejajar (seperti posisi normal) dan tarik
keluar secara perlahan mengikuti dorongan sang induk.

6
BAB IV

PEMBAHASAAN

4.1 Sapi Potong

Sapi potong adalah jenis sapi yang diternakkan untuk dimanfaatkan


oleh karena itu, penggemukan yang dilakukan betujuan untuk mencapai bobot
badan secara maksimal produk utama peternakan sapi potong adalah daging
tinggi rendahnya produksi penggemukan tersebut di pengaruhi oleh faktor
genetik ternak itu sendiri dan lingkungan. Untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas daging sapi potong di dalam negeri, baik yang berasal dari sapi
potong impor maupun sapi potong lokal, telah banyak berkembang akhir akhir
ini berbagai usaha penggemukan sapi potong yang dilakukan oleh para
feedlotters ada pun para peternak kecil di indonesia. Biasanya terdapat tiga
tahapan utama dalam produksi daging sapi, yaitu tahapan pengasuhan,
pengembalaan, dan pemberian pakan.

Adapun ciri-ciri sapi pedaging adapun seperti berikut : tubuh besar,


berbentuk persegi empat atau balok, kualitas dagingnya maksimum dan mudah
dipasarkan, laju pertumbuhannya cepat, cepat mencapai dewasa, efisiensi
pakannya tinggi (Santosa 1995).

Menurut Romans et al., (1994) serta Blakley dan Bade, (1992) bangsa
sapi mempunyai taksonomi sebagai berikut :

 Phylum : Chordata
 Subphylum : Vertebrata
 Class : Mamalia
 Sub Ordo : Ruminantia
 Family : Bovidae
 Genus : Bos (cattle)
 Spesies : Bos taurus (sapi eropa), Bos indicus (sapi
India/sapi zebu) dan Bos sundaicus (banteng)

7
Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha
penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Sapi Bali

Sapi bali merupakan sapi potong asli Indonesia dan merupakan


hasil domestikasi dari Banteng (Bos-bisbos banteng) (Hardjosubroto,
1994), dan merupakan sapi asli Pulau Bali (payne dan Rollinson,
1974 cit Sutan, 1998). Sapi bali menjadi primadona sapi potong di
Indonesia karena mempunyai kemampuan reproduksi tinggi, serta
dapat digunakan sebagai ternak kerja di sawah dan ladang (Putu et
al., 1998), persentase karkas tinggi, daging tanpa lemak, heterosis
positif tinggi pada persilangan (Pane, 1990), Namun ada juga
beberapa kekurangannya yaitu pertumbuhannya lambat, peka
terhadap penyakit Jembrana, penyakit ingusan (malignant cattarrhal
fever) dan Bali ziekte (Hardjusubroto, 1994).

Ciri-ciri sapi bali yaitu bulu berwarna merah bata, pada jantan
akan menjadi hitam saat dewasa, ada warna putih mulai dari kaki
paling bawah hingga paling belakang paha, pinggiran bibir atas,
kaki, mempunyai gumba yang bentuknya khas serta terdapat garis
hitam yang jelas di bagian atas punggung.

Kenaikan bobot badan sapi bali per harinya 0,35 – 0,66 Kg.
persentase karkas berkisar 56-57%. Perbandingan daging dengan
tulangnya adalah 4.44:1. Bobot sapi jantan dewasa dapat mencapai
375 – 400 Kg, sedangkan sapi betina dewasa berkisar 275 – 300 Kg.

2. Sapi Ongole
Sudarmono (2008) mengatakan sapi onole berasal dari India
(madras) yang beriklim tropis dan curah hujan rendah. Sapi ongole
merupakan sapi tipe potong dan tipe pekerja. Sapi ongole memiliki
ciri umum tubuh besar, leher pendek, kaki panjang dengan warna
putih dan jantan memiliki warna putih keabu abuan dari leher sampai
ponok. Selain itu, tinggi sapi ongole jantan berkisar 150 cm dengan
bobot badan mencapai 600 Kg.
8
Sementara itu, sapi betina memiliki tinggi badan berkisar 135
cm dan bobot badan 450 Kg. Pertambahan bobot badan sapi ongole
dapat mencapai 45 - 58%. Rasio daging dengan tulangnya 1 : 4,23.
Sapi ongole termasuk lambat untuk mencapai dewasa, yaitu sekitar
umur 4 – 5 tahun. Untuk sapi PO, bobot badan rataan sekitar 200 –
350 Kg dengan pertambahan bobot badan 0,6 – 0,8 Kg/hari jika
dipelihara dengan baik.

3. Sapi American Brahman


Bangsa sapi american brahman di kembangkan di amerika
serikat antara tahun 1845 dan 1926. American Brahman termasuk
zebu keturunan kankrey, ongole, gir, krishna, hariana dan bhagari.
Sapi ini sudah tersebar luas di daerah tropis maupun subtropics,
antara lain Australia dan Indonesia (Sudarmono, 2008).
Sudarmono (2008) menambahkan ciri umum sapi American
Brahman antara lain ukuran tubuh besar, panjang dengan kedalaman
tubuh sedang. Bagian punggung lurus, kakinya panjang sampai
sedang, dengan warna rata-rata abu abu muda tapi ada pula merah
atau hitam.
4. Sapi Madura
Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara Bos sundaicus
dan Bos indicus dengan daerah penyebaran utama pulau Madura
dan Jawa Timur. Sapi ini termasuk jenis tipe pedaging dan pekerja
(Sudarmono, 2008).
Sudarmono (2008) menambahkan ciri-ciri yang dimiliki bangsa
sapi Madura hampir sama dengan sapi bali, dengan warna merah
bata, paha belakang memiliki warna putih, kaki bagian depan
berwarna merah muda. Tanduk pendek dengan beragam bentuk
serta panjang badan hampir sama seperti sapi bali, namun memiliki
ponok kecil.
5. Sapi Limousine
Sapi Limousine merupakan keturunan sapi eropa yang
berkembang di Perancis. Tingkat pertambahan badan yang cepat

9
perharinya 1,1 Kg. Ukurannya besar dan panjang serta dadanya
besar dan berdaging tebal. Bulunya berwarna merah mulus. Sorot
matanya tajam, kaki tegap dengan warna pada bagian lutut
kebawah berwarna terang. Tanduk pada sapi jantan tumbuh keluar
dan agak melengkung (Sudarmono, 2008).
Selain itu, bobot sapi jantan 850 Kg dan betina 650 Kg, dengan
pola daging yang ekstrim. Sapi Limousine asli memiliki bentuk
tubuh besar dengan tulang iga dangkal. Sapi jantan dapat mencapai
bobot 1000 sampai dengan 1400 Kg, sedangkan betina dapat
mencapai bobot 600-850 Kg. Masa produktif sapi betina antara 10-
12 tahun (Sudarmono, 2008).
6. Sapi Simental
Sapi Simental adalah bangsa Bos taurus (Talib dan Siregar,
1999). Nama Simental berasal dari tempat asalnya Simmental, yaitu
di Lembah Simme di Swiss, sedangkan Thal atau tal dalam bahasa
Jerman (Swiss juga berbahasa Jerman) artinya adalah lembah,
sehingga sapi dari lembah Simme ini lebih dikenal dengan sebutan
Simmetal. Tetapi sekarang berkembang lebih cepat di benua Eropa
dan Amerika.
Talib dan Siregar (1999) juga menambahkan bahwa Simmental
merupakan tipe perah dan pedaging, warna bulu coklat kemerahan
(merah bata), dibagian muka dan lutut kebawah serta ujung ekor
berwarna putih, sapi jantan dewasanya mampu mencapai berat
badan 1150 Kg sedangkan betina dewasanya 800 Kg. Bentuk
tubuhnya kekar dan berotot, sapi jenis ini sangat cocok dipelihara
di tempat yang iklimnya sedang. Persentase karkas sapi jenis ini
tinggi, mengandung sedikit lemak. Dapat difungsikan sebagai sapi
perah dan potong.
Secara genetik, sapi Simmental adalah sapi potong yang berasal
dari wilayah beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar,
mempunyai volume rumen yang besar, voluntary intake
(kemampuan menambah konsumsi diluar kebutuhan yang

10
sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat, sehingga
menuntut tata laksana pemeliharaan yang lebih teratur.

4.2 Manajemen Pemeliharaan Sapi Potong

Sapi potong menjadi salah satu pilihan komoditas yang diyakini bisa
menjadi sumber pendapatan keluarga. Proses pemeliharaan sapi potong cukup
mudah dilakukan. Namun, juga banyak kendalanya.Kendala tersebut
pemeliharaan yang dilakukan peternak.Beberapa peternak belum memiliki
orientasi bahwa beternak sapi potong bisa menjadi sumber pendapatan
utama.Sehingga pemeliharaannya tidak hanya dilakukan secara asal–asalan.
Banyak harus diketahui peternak sebelum mengenal management
pemeliharaan.Pemilihan bibit, pemberian pakan, dan pemasaran.Pemasalahan
tersebut sering kali menjadi kendala para peternak.

Para peternak harus memperhatikan bibit yang akan dipelihara. Banyak macam
untuk dapat memilih bibit sesuai dengan kebutuhannya. Pemilihan bibit harus
memperhatikan beberapa hal antara lain :

1. Kondisi sehat dan kuat


2. Badan lebar dan dalam
3. Pedagingannya padat dan bentuk badannya kompak
4. Temperamennya aktif, tetapi lembut
5. Kepala lebar, moncong tumpul.

4.3 Jenis Jenis Kandang

Bentuk / Model Kandang

Menurut Purnomoadi, (2003) ada 2 model kandang sapi, yakni kandang bebas
(loose housing) dan kandang konvensional (conventional/stanchion barn).

 Kandang Bebas

Kandang bebas merupakan barak atau areal yang cukup luas dengan atap
diatasnya.Kandang ini ditempati populasi sapi tanpa adanya batasan sedikit
11
pun.Sapi dapat bergerak bebas kemana saja selama masih ada didalam area
kandang. Kandang bebas hanya terdiri dari satu bangunan atau ruangan,
tetapi digunakan untuk ternak dalam jumlah banyak, Sebuah kandang bebas
yang berukuran 7m X 9m dan dapat menampung 20-25 ekor sapi.

 Kandang Konvensional

Posisi ternak yang dipelihara di dalam kandang dibuat sejajar, lazim


disebut sistem stall. Susunan stall ada tiga macam yaitu stall tunggal, stall
ganda tail to tail, dan stall face to face.

 Stall Tunggal

Pada kandang stall tunggal, sapi ditempatkan satu baris dengan kepala
searah. Bentuk ini tepat untuk jumlah ternak yang tidak lebih dari 10 ekor.

 Stall ganda tail to tail

Sapi pada kandang Stall ganda tail to tail ditempatkan dua baris sejajar
(stall ganda) dengan gang di tengah, sedangkan kepala ternak berlawanan
arah atau ekor saling berhadapan (tail to tail).

 Stall Ganda Face to Face

Model kandang ini mendesain sapi pada dua baris sejajar dengan gang di
tengah dengan kepala ternak saling berhadapan (face to face).Gang di
tengah agak lebar.

Sedangkan menurut (Sugeng dan Sudarmono, 2008) bentuk atau tipe kandang
sebagai berikut :

 Kandang Tipe Tunggal

Kandang tunggal merupakan tipe kandang yang ditempati ole h satu ternak
di lengkapi oleh tempat pakan dan tempat minum.Penempatan ternak pada
kandang tunggal dilakukan dengan metode satu baris atau sejajar,
sedangkan pada bagian belakang adalah parit pembuangan kotoran.

12
 Kandang Tipe Ganda

Kandang ganda merupakan tipe kandang yang ternaknya saling berhadapan


(head to head) atau tolak belakang (tail to tail), dan dilengkapi oleh tempat
pakan dan tempat minum.

 Kandang Tipe Paddock

Kandang paddock merupakan tipe kandang dengan penempatan ternal


secara individual dan memiliki umbaran sehingga memungkinkan ternak
untuk bisa bergerak lebih bebas dibanding dengan kandang tipe individu
dan kandang tipe ganda. Kandang ini dikhususkan untuk ternak agar dapat
melakukan exercise.

Jenis Kandang Berdasarkan Fungsinya

 Kandang Isolasi dan Karantina

Kandang karantina dipergunakan untuk mengkarantina ternak yang baru


masuk atau baru datang dengan tujuan pemeriksaan kondisi ternak yang
baru datang tersebut, sedangkan kandang isolasi hanya digunakan untuk
memisahkan ternal yang sedang sakit agar tidak menular ke ternak yang
lainnya.

 Kandang pembibitan

Kandang pembibitan digunakan untuk pemeliharan induk/calon induk


dengan tujuan untuk menghasilkan anak. Tipe kandang untuk program
pembibitan ternak berdasarkan program perkawinanya, yaitu menggunakan
kandang individu atau kandang kelompok

 Kandang beranak

Kandang beranak atau kandang menyusui adalah kandang untuk


pemeliharaan khusus induk atau calon induk yang telah bunting tua sampai
disapih dengan tujuan menjaga keselamatan dan keberlangs ungan hidup
pedet.Kontruksi kandang beranak harus memberi kenyamanan dan
keleluasaan bagi induk dan anaknya selama menyusui. Kandang beranak

13
termasuk tipe individu yang dilengkapi dengan palungan pada bagian
depan, dan selokan pada bagian dibelakang ternak, serta di belakang
kandang dilengkapi dengan halaman pelumbaran. Lantai kandang selalu
bersih, kering dan tidak licin.

 Kandang pembesaran

Kandang pembesaran untuk pemeliharaan ternak lepas sapih sampai


dewasa.Tipe kandang ini adalah kandang kelompok yang mempunyai
umbaran. Kontruksi kandang pembesaran untuk ternak lepas sapih harus
menjamin ternak tidak bisa keluar pagar serta mampu mencapai pakan di
dalam palungan

 Kandang penggemukan

Kandang penggemukan untuk ternak sampai mencapai bobot tertentu.


Lama pemeliharaan ternak pada kandang penggemukan berkisar antara 3-5
bulan, tergantung pada kondisi awal ternak (umur dan bobot badan) dan
ransum yang diberikan.

 Kandang pejantan

Kandang pejantan untuk pemeliharan ternak jantan yang khusus digunakan


sebagai pemacek. Tipe kandang pejantan adalah individu yang dilengkapi
dengan palungan (sisi depan) dan saluran pembuangan kotoran pada sisi
belakang. Kontruksi kandang pejantan harus kuat serta mampu menahan
benturan dan dorongan serta memberikan kenyamanan dan keleluasaan
bagi ternak.

4.4 Pakan

Pakan adalah makanan/asupan yang diberikan kepada hewan ternak


(peliharaan). Istilah ini diadopsi dari bahasa Jawa. Pakan merupakan sumber
energi dan materi bagi pertumbuhan dan dan kehidupan makhluk hidup. Zat
yang terpenting dalampakan adalah protein.

14
 Pakan untuk pedet
Pemberian Kolostrum. Kolostrum disekresi oleh glandula mamary segera
sebelum dan setelah persalinan. Kolostrum yang sebenarnya disekresi
hanya saat perahan pertama, setelah 1,5 sampai dua hari kemudian,
dinamakan susu transisi. Kolostrum diperuntukkan kepada pedet sebagai
makanan utama. kolostrum mengandung dua kali atau lebih bahan kering
dan total bahan padat, dua – tiga kali lebih banyak mineral dan lima kali
lebih banyak protein dari susu pada umumnya. Kolostrum juga
mengandung berbagai hormon dan pemicu pertumbuhan yang penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan saluran pencernaan. Kolostrum memiliki
kandungan laktosa lebih rendah sehingga mengurangi terjadinya gangguan
diare. Susu yang diperah setelah masa awal pemerahan memiliki kualitas
yang rendah dan sebaiknya tidak diberikan sebagai makanan bagi pedet
sebagai susu kolostrum.

Jenis-jenis Bahan Pakan Anak Sapi / Pedet.


Selama 1 – 2 minggu sejak lahir, pedet mengkonsumsi air susu sebagai
makanannya. Setelah empat hari, pedet dapat mengkonsumsi jenis susu lain,
misalnya air susu biasa, susu reject, Calf Milk Replacer (CMR) atau susu
fermentasi atau kolostrum segar. Perbedaan jenis susu diatas adalah harga,
keterdiaan dan kemudahan. Pedet secara umum mengkonsumsi air susu dua
kali sehari dari dot atau ember atau mereka mengkonsumsi langsung dari
ember. Saat mengkonsumsi susu, saluran oesophagus akan menutup dan air
susu akan secara langsung masuk ke abomasum atau perut sejati. Respon
menutupnya oesophagus, merupakan mekanisme kerja syaraf yang akan aktif
sampai kira-kira pedet berumur 12 minggu.

Konsentrat pemula (calf starter) dan hijauan.


Pemberian Pakan Awal/Pemula (Calf Starter) dimulai sejak pedet 2 – 3
minggu (fase pengenalan). Pemberian calf starter ditujukan untuk
membiasakan pedet dapat mengkonsumsi pakan padat dan dapat mempercepat
proses penyapihan hingga usia 4 minggu. Penyapihan (penghentian pemberian
air susu) dapat dilakukan apabila pedet telah mampu mengkonsumsi konsetrat

15
calf starter 0.5 – 0.7 kg kg/ekor/hari atau pada bobot pedet 60 kg atau sekitar
umur 1 – 2 bulan.Tolak ukur kualitas calf starter yang baik adalah dapat
memberikan pertambahan bobot badan 0.5 kg/hari dalam kurun waktu 8
minggu. Kualitas calf starter yang dipersyaratkan : Protein Kasar 18 – 20%,
TDN 75 – 80%, Ca dan P, 2 banding 1, kondisi segar, palatable, craked.
 Pakan untuk indukan sapi
1. Zat Nutrisi
Zat nutrien adalah zat- zat gizi di dalam bahan pakan yang sangat
diperlukan untuk hidup ternak meliputi protein, karbohidrat,lemak,
mineral, vitamin dan air .
2. Bahan pakan
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan dapat
dicerna sebagian atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak
yang memakannya (Tillman et al., 1998)
Bahan pakan terdiri dari 2 kelompok, yaitu bahan pakan asal tanaman
dan asal non tanaman (ternak atau ikan). Berdasarkan sifat fisik dan kimianya
dibedakan menjadi 8 klas yaitu : hijauan kering dan jerami, tanaman padangan
rumput,hijauan segar, silage dan haylage; sumber energi; sumbe r protein;
suplemen vitamin, mineral; aditif dan non aditif (Kellems and Church, 1998).
Berikut ini beberapa bahan pakan yang dapat di gunakan untuk pakan sapi
pembibitan yang ekonomis yang biasa di gunakan di feedlot.
- Onggok
- Kulit kopi
- Bungkil Kopra
- Jerami
- Rumput Lapang
- Jerami tongkol jagung
- Janggel jagung
- Kulit Coklat
- Bungkil sawit
- Bungkil Kedelai
- DDGS
- Jagung

16
- Jerami
- Molasis
- Dedak Halus
- Ampas Tahu
- Ampas bir
- CPO
- Tapioca Chip
- Gren chop
- Shorgum
- King Grass
- Ampas Nanas
- Ampas Markisa

Sedangkan bahan pakan yang biasa di jumpai di peternak rakyat adalah


- Jerami
- Bungkil Kopra
- Ampas tahu
- Ampas Kedelai
- Jerami jagung
- Kulit Kopi
- Kulit Coklat
- Jangel Jagung
- Dedak
- Jagung

 pakan untuk pejantan sapi potong

Kebutuhan hijauan segar kira-kira 10% dari bobot badan, sedangkan pakan
konsentrat sebanyak 1-2% dari bobot badan. Konsentrat merupakan pakan
tambahan yang mempunyai kadar serat rendah dan kadar energi tinggi.
Hijauan rumput yang biasa dijadikan pakan ternak seperti rumput alam,
rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput setaria (Setaria sphacelata),
rumput benggala, rumput raja (Pennisetum purpureophoides). Sedangkan

17
jenis leguminosa seperti lamtoro (Leucaena leucocephala), Kaliandra
(Calliandra calothyrsusmiessn), Gamal (Gliricidia sepium), Turi (Sesbania
grandiflora), Albasia. Sisa hasil pertanian yang dapat dijadikan sumber
hijauan pakan ternak seperti; jerami padi, daun dan tongkol jagung, jerami
kacang tanah. Untuk jerami padi mempunyai kadar serat yang tinggi dan
kadar energi yang rendah sehinga nilai cernanya rendah. Untuk itu
sebaiknya diperlakukan agar mudah dicerna yaitu dengan proses
fermenasi.

4.5 Penyakit

Sesuai dengan pengalaman kami dalam Praktek Kerja Lapangan (PKL)


penyakit-penyakit sapi potong yang pernah kami tangani selama Praktek kerja
Lapangan (PKL) ialah sebagai berikut :

1. Disentri / Diare

Diare merupakan sebuah kata umum yang digunakan untuk


menggambarkan keadaan sapi yang mengalami sakit mencret. Diare pada
ternak khususnya sapi bukan merupakan sebuah penyakit, tapi lebih merupakan
tanda atau gejala klinis dari sebuah penyakit yang lebih komplek yang bisa
disebabkan oleh berbagai hal. Pada dasarnya diare adalah sebuah gejala klinis
yang menunjukkan adanya perubahan fisiologis atau patologis di dalam tubuh
terutama saluran pencernaan. Gejala yang bisa k ita perhatikan dari mencret
meliputi perubahan konsistensi (keras atau tidaknya) feses, warna feses, bau
feses, dan keberadaan benda atau bahan yang terbawa di dalam feses pada
waktu feses keluar. Untuk itu harus dibedakan gejala yang terjadi karena
pengobatannya pun akan berbeda.

a. Penyebab Diare

Penyebab timbulnya diare pada ternak sapi dapat dibedakan menjadi 2


yakni :

18
1. Faktor / Perubahan Fisiologis

Ciri-ciri :

- Tubuh masih terlihat sehat (tidak pucat dan tidak lesu)


- Masih mau makan
- Feses lembek sampai cair tanpa disertai perubahan lainnya (tidak
berbau, berlendir atau disertai bercak darah/segmen-segmen cacing)

Gejala yang terjadi diatas merupakan diare yang disebabkan oleh


perubahan fisiologis misalnya perubahan lingkungan ternak, meliputi
perubahan pakan, perpindahan ternak, perubahan cuaca, dan pergantian
pemeliharaan. Untuk itu cara penanganannya adalah dengan tidak
melakukan perubahan yang mendadak dalam hal pakan, perpindahan
lokasi kandang dan sebagainya agar ternak tidak stres. Selain itu untuk
mengganti cairan tubuh yang hilang maka diberikan cairan elektrolit
terutama air, bikarbonat, sodium dan potassium atau larutan garam agar
tidak terjadi dehidrasi yang lebih lanjut. Berikut disajikan resep cairan
elektrolit yang dapat digunakan sebagai pertolongan pertama untuk
mengatasi diare :

- 3 kotak kecil kaldu sapi instan (bisa juga menggunakan 1 sachet


kaldu sapi)
- 1 sachet agar agar bubuk
- 2 sendok garam
- 2 sendok soda kue/baking soda/sodium bicarbonate/NaHCO3
(Anonimusa, 2006)

Selain untuk mengembalikan keseimbangan cairan tubuh juga


diperlukan pengobatan untuk mengurangi gejala yang terjadi agar tidak
menjadi lebih parah.

19
2. Faktor Penyakit/Agen Infeksi

Diare dapat juga disebabkan oleh agen-agen infeksi, diantaranya


bakteri, virus ataupun parasit. Gejala klinisnya pun berbeda dengan
diare yang disebabkan oleh perubahan fisiologis, diantaranya adalah:

• Diare profus (terus-menerus)


• Feses lembek sampai cair, berwarna gelap/kehitaman, berbau
busuk, kadang disertai lendir, bercak darah/segmen cacing yang
keluar dari lubang anus
• Tubuh terlihat kurus, pucat, lemah dan lesu
• Dari mata dan hidung keluar eksudat / lendir
• Bulu kasar, kaku dan rontok
• Nafsu makan menurun
• Merejan/merintih
• Punggung melengkung
• Jalan sempoyongan atau bahkan sampai ambruk

Penanganan bagi ternak yang terkena diare dengan gejala klinis seperti
di atas selain dengan cara penggantian cairan tubuh yang hilang sebagai
pertolongan pertama juga dilakukan pengobatan untuk menghentikan gejala
diare atau mengatasi penyebab diare. Berikut ada beberapa resep lain yang
dipercaya masyarakat dapat digunakan untuk menangkal diare pada sapi, baik
sapi pedet maupun sapi dewasa gejala diare yang masih dalam stadium awal :

a. Bahan : arang tempurung kelapa

Cara membuat :

- Tumbuk halus arang tempurung kelapa.


- Ayak, lalu tampung dalam wadah yang mudah disimpan.

Cara Pengobatan

Untuk mengobati sapi berikan sebanyak 50 gram per oral

20
b. Bahan : Minyak kelapa 500 ml

Cara Pengobatan :

Minumkan untuk pengobatan seekor sapi

c. Bahan : daun jambu biji 200-300 kg

Cara pengobatan : diberikan secara langsung maupun bisa ditumbuk,


ditambahkan sedikit air lalu diminumkan ke ternak. Dosis untuk seekor sapi

d. Daun nangka maupun buah nangka yang masih muda dan baru tumbuh
diberikan secara langsung maupun ditumbuk dan dicampur sedikit air lalu
diminumkan ke ternak
e. Campur dan haluskan temu ireng, kunir, kencur, lempuyang dan tempe
busuk masing- masing 200-300 gram, dimasukkan ke dalam plastik dan
didiamkan selama 1 malam lalu diperas. Hasil perasan diminumkan 3 kali
sehari selama 2 hari.
f. Campur dan haluskan lempuyang 3 biji, gula pasir 250 gram lalu
tambahkan 10 liter air masak dan diminumkan ke ternak dengan dosis 1
liter/ekor 3 kali sehari (Anonimus, 1994)
 Pisahkan sapi dara dan sapi yang lebih dewasa, tingkat imunitas dari
pedet yang dilahirkan sapi dara secara umum lebih rendah daripada
pedet yang dilahirkan sapi dewasa.
 Hindari tempat melahirkan yang basah dan lembab, proses kelahiran
dapat dilakukan di padang penggembalaan apabila cuaca dan tempat
memungkinkan. Lingkungan ideal untuk melahirkan adalah
padang/lapangan rumput yang tidak terlalu curam, tersedia penahan
angin (windbreak), cuaca hangat dan kering. Ingatlah bahwa penyebab
diare adalah udara lembab, dingin, basah dan lingkungan yang kotor.
 Apabila melahirkan di tempat yang sempit, apabila kondisi
memungkinkan, pindahkan induk dan anak ke lapangan rumput yang
bersih segera setelah melahirkan. Lindungi pedet (dengan kandang
portable) dari udara dingin, hujan atau serangan binatang buas

21
 Isolasi pedet yang diare secepat mungkin. Bersihkan dan desinfeksi
lingkungan kandang. Isolasi sedini mungkin sangat kritis untuk
menghindari penyebaran diare pada pedet lain.
 Pastikan induk dan anak dalam kondisi yang baik, terapkan program
pakan dan nutrisi untuk memastikan ternak tumbuh sehat dan kuat.
 Berikan larutan iodine (betadine, atau minimal obat merah) pada ari ari
pedet, sedini mungkin setelah dilahirkan.
 Minta saran dokter atau mantri hewan mengenai vaksinasi atau
perawatan kesehatan yang dapat diberikan

22
KATA PENGANTAR

Assaalamu’alakum warahmatullahi wabarakatu.

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi


sedikt sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala
berkat, Rahmat, Taufik, serta Hidayah-Nya. Yang tiada terkira besarnya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas hasil laporan PKL.

Dalam penyusunannya, kami mengucapkan terima kasih kepada


pembimbing kami yaitu Bapak Sukarman SP. Yang telah memberikan
dukungan, dan kepercayaan yang begitu besar. Dan kami ucapkan terimakasih
kepada teman-teman yang telah membantu menyelesaikan isi laporan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) ini, serta kepada guru yang telah memberikan bahan
dan materi kepada kami mengucapkan penghargaan dan terima kasih. Semoga
laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dapat bermanfaat bagi pembangunan di
bidang peternakan. Kami menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) yang kami tulis masih banyak kekurangan baik materi maupun
teknisnya, mesikupun kami telah berusaha menulis laporan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) ini sesuai materi yang tersedian. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan kritik dan semoga laporan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) ini dapat dijadikan evaluasi untuk penulisan selanjutnya.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, semoga hasil laporan PKL
kami ini bermanfaat.

Bireuen, 16 April 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATAKENGANTAR................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1

1.2 Tujuan Prakerin ........................................................................ 1

1.3 Manfaat Prakerin ...................................................................... 2

BAB IITINJAUAN PUSAKA

2.1 Tempat Dan Waktu Pelaksanaan Praktek

Kerja Lapangan (PKL) .................................................................. 3

2.2 Keadaan Fisik Wilayah............................................................. 3

2.2.1 Letak dan Luas Desa............................................................. 3

2.2.2 Geografis................................................................................ 3

2.3 Iklim ....................................................................................... 3

2.4 Sumber Daya Manusia ............................................................. 4

BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN(PKL)

3.1 Bentuk kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ................... 5

3.2 Prosedur kerja ......................................................................... 5

BAB IV PEMBAHASAAN

4.1 Sapi potong............................................................................... 7

4.2 Manajemen Pemeliharaan Sapi Potong.................................... 11

4.3 Jenis Jenis Kandang ................................................................ 11


ii
4.4 Pakan........................................................................................ 14

4.5 Penyakit .................................................................................. 18

BAB VPENUTUP

5.1 Kesimpulan ..............................................................................

5.2 Saran .......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

iii
LAPORAN PRAKERIN

AGRIBISNIS TERNAK RUMINANSIA

KELOMPOK :II

ARI HENDRIANSYAH

JUNAIDA

MAHZAR

NABIEL FAJRI

UMMI FADHILAH

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN-PEMBANGUNAN PERTANIAN

(SMK-PP) NEGERI BIREUEN

DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN ACEH

2018

iv

Anda mungkin juga menyukai