Anda di halaman 1dari 25

PEMANFAATAN BIOCHAR SEKAM DAN KOMPOS JERAMI

PADI TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH CENDANA


(Santalum album Linn.)

PROPOSAL PENELITIAN

Untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh derajat Sarjana S-1


Program Studi Kehutanan

Diajukan oleh
FIRDAUSTIAN AKA HEKU
1904070022

KEMENTERIAN, PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
KUPANG
2023

i
PROPOSAL PENELITIAN

PEMANFAATAN BIOCHAR SEKAM DAN KOMPOS JERAMI PADI


TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH CENDANA (Santalum album
Linn.)

OLEH:
FIRDAUSTIAN AKA HEKU
1904070022

Diterima dan Disetujui


Tanggal:

Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Anggota

Wilhelmina Seran, S.Hut., M.Si Norman P.L. B. Riwu Kaho, Sp., M.Sc
NIP. 19820101 200604 2 001 NIP: 19841012 201012 1 006

Mengetahui:

Dekan Fakultas Pertanian Koordinator Program StudiKehutanan

Dr. Ir. Muhammad S. M. Nur, M.Si Maria M.E Purnama, S.Hut.,M.Sc


NIP. 19650628 198803 1 001 NIP. 19760613 200604 2 001

ii
LEMBAR PENGESAHAN

PEMANFAATAN BIOCHAR SEKAM DAN KOMPOS JERAMI PADI


TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH CENDANA (Santalum album
Linn.)

OLEH:

Nama : Firdaustian Aka Heku


NIM : 1904070022
Program Studi : Kehutanan
Minat : Budidaya Sumber Daya Hutan

Disetujui oleh:

Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Anggota

Wilhelmina Seran, S.Hut., M.Si Norman P. L. B. Kaho, Sp., M.Sc


NIP. 19820101 200604 2 001 NIP: 19841012 201012 1 006

Mengetahui:

Dekan Fakultas Pertanian Koordinator Program Studi Kehutanan

Dr. Ir. Muhammad S. M. Nur, M.Si Maria M.E Purnama, S.Hut.,M.Sc


NIP. 19650628 198803 1 001 NIP. 19760613 200604 2 001

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala karunia dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan
proposal penelitian yang berjudul “Pemanfaatan Biochar Sekam Dan Kompos
Jerami Padi Terhadap Perkecambahan Benih Cendana (Santalum Album
Linn.)’’ dengan baik. Proposal penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi pada Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Nusa Cendana.
Penyelesaian penulisan proposal penelitian ini tidak terlepas dari arahan,
motivasi dan dukungan doa dari berbagai pihak baik secara moril maupun secara
materil. Karena itu secara khusus dan dengan rendah hati penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang mendalam terutama kepada:
1. Bapak Dr. drh. Maxs U.E Sanam, M,Sc selaku Rektor Universitas Nusa
Cendana.
2. Bapak Dr. Ir. Muhammad S. Mahamuddin Nur, M.Si selaku
DekanFakultasPertanianUniversitas Nusa Cendana.
3. Ibu Maria M. E. Purnama, S.Hut., M.Sc selaku Ketua Program Studi
Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana.
4. Ibu Mamie E. Pelando’u S.Hut., M.Sc selaku Dosen Penasehat Akademik
5. Ibu Wilhelmina Seran, S.Hut., M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama
yang dengan tulus meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan proposal ini.
6. Bapak Norman P. L. B. Riwu Kaho, SP., M.Sc selaku Dosen Pembimbing
II yang telah banyak membimbing, membantu dan mengarahkan penulis
dalam menyelesaikan proposal ini.
7. Orang tua tercinta, kaka serta adik, yang selalu memberi kekuatan,
dorongan dan doa bagi penulis.

iv
8. Teman-teman seperjuangan Anaphlis javanica19 yang memberikan
dukungan dan dorongan selama proses penyusunan hingga penyelesaian
penulisan proposal penelitian ini.
9. Semua pihak yang dengan caranya masing-masing mendukung penulis
dalam penyelesaian penyusunan proposal penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penulisan maupun substansi, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
sehingga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Program Studi
Kehutanan dan Para Pembaca pada umunya.

Kupang, April 2023

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN .......................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
1.4. Manfaaat..................................................................................... 4
1.5. Hipotesis..................................................................................... 4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Taksonomi dan Morfologi Cendana (Santalum album Linn) ....... 5
2.2. Penyebaran dan Habitat Cendana (Santalum album Linn) ........... 6
2.3. Syarat Tumbuh Cendana Cendana (Santalum album Linn).......... 6
2.4. Kandungan dan Kegunaan Cendana (Santalum album Linn) ....... 7
2.5. Biochar Sekam Padi .................................................................... 8
2.6. Kompos Jeramai Padi ................................................................. 10
BAB III : METODE PENELITIAN
3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian .................................................. 12
3.2. Alat Dan Bahan ....................................................................... 12
3.3. Rancangan Penelitian .............................................................. 13
3.4. Metode Analisis Data ............................................................... 13
3.5. Prosedur Penelitian ................................................................... 14
3.6. Parameter Yang Diukur ............................................................ 15
3.7. Denah Penelitian ...................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian ................................................................ 12
Gambar 3.2 Denah Penelitian ........................................................................ 16

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cendana (Santalum album Linn.) merupakan tanaman hutan penghasil


kayu di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi dan merupakan salah satu dari 22 spesies genus Santalum yang ada di
dunia. Tanaman ini merupakan spesies endemik yang mempunyai keunggulan
kadar minyak dan produksi kayu teras yang baik. Minyak cendana yang
dihasilkan memiliki aroma khas yang harum sehingga banyak digemari. Kayu
cendana digunakan sebagai bahan dasar dalam produksi parfum, sabun, ukiran
dan kemenyan (Sole., dkk, 2019).
Secara alami, daerah persebaran cendana terpusat di kawasan lahan kering
NTT yaitu pulau Timor, Sumba, Flores. Keberadaan cendana di NTT sekarang ini
jumlahnya semakin menurun, hal ini ditunjukkan dengan semakin berkurangnya
jumlah pohon cendana.Upaya regenerasi sulit dilakukan karena kurangnya
dukungan masyarakat untuk mempertahankan dan membudidayakan tanaman
cendana. Upaya pemulihan tanaman cendana di NTT telah banyak dilakukan,
seperti usaha pengembangan dengan penanaman cendana dari pembibitan,
maupun pemeliharaan anakan yang berasal dari penyebaran secara alami, akan
tetapi usaha tersebut tidak cukup berhasil.
Perbanyakan cendana secara generatif yaitu penanaman dengan biji, terjadi
perkecambahan yang lambat pada biji cendana, karena biji mengalami dormansi.
Dormansi bisa disebabkan karena sifat fisik kulit benih, keadaan fisiologis dari
embrio, atau interaksi dari keduanya. Kulit benih yang keras ini biasanya
menyebabkan dormansi melalui satu dari tiga cara, adalah kulit yang keras
menyebabkan impermeabel terhadap air, gas, atau secara mekanik menekan
perkembangan embrio.

1
Upaya pematahkan dormansi biji cendana telah banyak dilakukan,
menurut penelitian yang dilakukan Gue., dkk. (2022) bahwa, penggunaan media
tanam dengan perbandingan tanah 25% + limbah serbuk gergaji 25% + pasir 50%
memberikan pengaruh sangat nyata terhadap daya kecambah serta indeks
kecepatan berkecambah cendana. Demikian juga hasil penelitian dari Haky,
(2020), bahwa pemakaian konsentrasi air kelapa muda 75% (250 ml aquades +
750 ml air kelapa muda) memberikan pengaruh nyata terhadap daya kecambah
serta indeks kecepatan berkecambah cendana. Lebih lanjut penelitian dari Un, V.
(2018) menyatakan bahwa penggunaan jenis zat pengatur tumbuh (air kelapa
muda, simplisia tauge, simplisia tomat, dan GA3) terhadap perkecambahan benih
cendana berpengaruh secara signifikan terhadap parameter kecepatan
berkecambah, daya kecambah, panjang plumula dan berat basah benih cendana.
Biochar adalah produk yang kaya karbon yang dihasilkan oleh pirolisis
(pemanasan dalam ketiadaan lengkap atau parsial oksigen) dari biomassa pada
suhu relatif rendah (<700 °C) (Basri & Azis, 2011). Biochar telah diketahui dapat
meningkatkan kualitas tanah dan digunakan sebagai salah satu alternatif untuk
pembenah. Pemberian biochar ke tanah berpotensi meningkatkan kadar C-tanah,
retensi air dan unsur hara di dalam tanah. Gani (dalam Herman, 2018) juga
menyatakan bahwa keuntungan lain dari biochar adalah bahwa karbon pada
biochar bersifat stabil dan dapat tersimpan selama ribuan tahun di dalam tanah.
Sekam padi merupakan limbah penggilingan padi, yang keberadaannya cukup
melimpah dan sulit terdekomposisikan (Agustin dkk., 2014). Sekam sebagai
limbah penggilingan padi jumlahnya mencapai 20-23% dari gabah. Sekam padi
ini sangat potensial dijadikan biochar untuk menambah unsur hara pada tanaman.
Jerami padi dapat dimanfatkan sebagai pupuk organik yang dikemas dalam
bentuk kompos (Herman, 2018). Limbah yang berasal dari pengolahan hasil
pertanian secara umum memiliki kandungan gizi yang tinggi, dan tingginya
kandungan pati yang menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan
tanaman (Irianto, 2015). Berdasarkan Herman, (2018) menyatakan bahwa

2
ketersediaan unsur hara posfor (P), nitrogen (N) dan kalium (K) mengalami
peningkatan akibat pemberian biochar sekam dan kompos jerami padi. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa sulfur (S) , kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) pada tanah
meningkat dengan penambahan biochar sekam dan kompos jerami padi.
Tingginya kandungan unsur hara disumbangkan oleh bahan organi yang
bersumber dari biochar dan kompos. Biochar sekam padi yang diberikan kedalam
tanah selain dapat menyumbangkan unsur hara tetapi juga mampu mengikat
unsur hara yang disumbangkan oleh kompos jerami padi.
Penelitian yang dilakukan oleh Herman, (2018) berdasarkan hasil analisis
sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh pemberian biochar sekam dan
kompos jerami padi berbeda nyata terhadap jumlah anakan produktif. Biochar
yang diberikan dapat membantu di dalam proses penyerapan unsur hara yang
disumbangkan oleh kompos jerami padi. Lebih lanjut dijelaskan dalam Herman.,
(2018) bahwa biochar mampu memperbaiki sifat kimia tanah serta
mengefektifkan pemanfaatan pemupukan, dengan cara mengikat hara pada saat
terjadi kelebihan hara dan melepaskan hara pada saat tanaman membutuhkan
(slow release), sehingga bisa mencegah dari keracunan hara (terutama hara
mikro) dan kekurangan hara.
Berdasarkan uraian diatas, makaperlu mengembangkan tanaman cendana
(Santalum album Linn.) untuk meningkatkan pertumbuhan cendana dengan
melakukan penelitian tentang “Pemanfaatan Biochar Sekam Dan Kompos
Jerami Padi Terhadap Pertumbuhan Cendana (Santalum Album Linn.)’’.

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian
ini adalah bagaimana pengaruh komposisi biochar sekam dan kompos jerami padi
terhadap pertumbuhan cendana (Santalum album Linn.)?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui untuk mengetahui
pengaruh komposisi biochar sekam dan kompos jerami padi terhadap
pertumbuhan cendana (Santalum album Linn.)
1.4 Manfaat
Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi yang
bermanfaat dalam penggunaan aplikasi berbagai komposisi biochar sekam dan
kompos jerami padi terhadap pertumbuhan cendana (Santalum album Linn.) serta
dapat digunakan sebagai informasi bagi penelitian selanjutnya.
1.5 Hipotesis
Terdapat minimal satu perlakuan komposisi biochar sekam dan kompos
jerami padi yang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan cendana (Santalum
album Linn.)

4
BABII
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi dan Morfologi Cendana (Santalum album Linn.)


Riswan (2001) mengatakan bahwa dalam sistematika atau taksonomi
tumbuhan, pohon cendana diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Monochlamideae
Suku : Santalaceae
Marga : Santalum L.
Jenis : Santalum album Linn.

Riswan (2001) mengatakan bahwa pada fase semai atau kecambah, pohon
cendana hidup parasit pada tumbuhan lain, melalui sistem perakarannya.
Perawakan tanaman ini kurang begitu menarik. Batang pohon pada umumnya
berukuran pendek, meskipun tinggi tanaman ini dapat mencapai 12-15 m dan
diameter batangnya sekitar 20-35 cm. Tajuk tanamannya terkesan tidak rimbun
sebab daunnya memang tumbuh jarang. Daun cendana merupakan daun tunggal.
Daunnya yang berwarna hijau ini berukuran kecil- kecil, 4-8 cm x 2-4 cm dan
relatif jarang. Bentuk daunnya bulat memanjang dengan ujung daun lancip (acute)
dan dasar daun lancip sampai seperti bentuk pasak (cuneate); pinggiran daunnya
bergelombang; tangkai daun, kekuning-kuningan, 1-1,5 cm panjangnya.
Perbungaannya (inflorescence) seperti payung menggarpu (cymose) atau
malai (panicle), dengan hiasan bunga yang seperti tabling, berbentuk lonceng,
panjang 2-3 mm, yang pada awalnya berwarna kuning, kemudian berubah
menjadi merah gelap kecoklat-coklatan. Pohon cendana berbunga sepanjang

5
tahun. Buahnya, buah batu (drupe), jorong (ellipsoid), kecil, berwarna merah
kehitam-hitaman dan panjangnya kurang lebih 1 cm. Biji mudah sekali
berkecambah, akan tetapi harus segera mendapatkan tanaman inangnya, supaya
dapat bertahan hidup. Pada fase inilah cendana hidup sebagai parasit atau sering
disebut semi-parasit (Riswan, 2001).
2.2 Penyebaran dan Habitat Cendana (Santalum album Linn.)
Cendana (Santalum album Linn.) pada mulanya diperkirakan berasal dari
India, karena dijumpainya tegakan alami cendana di daerah Mysore dan daerah
sekitarnya, di bagian selatan India (Bentley & Trimen dalam Riswan, 2001). Akan
tetapi kebanyakan pakar botani umumnya lebih meyakini bahwa pohon cendana
berasal dari kepulauan Indonesia (Fischer, 1938; Felgas 1956; van Steenis, 1971),
yaitu di Kepulauan Busur Luar Banda (the Outer Banda Arc of Islands) yang
terletak di sebelah Tenggara Indonesia, dan yang terutama di antaranya adalah
pulau Timor dan Sumba (Riswan, 2001).
Sejarah perdagangan kayu cendana di masa lampau, ikut menunjang bahwa
pohon cendana merupakan tumbuhan asli di Nusa Tenggara Timur terutama di
pulau Timor dan Sumba. Pohon cendana ini (baik di hutan alam maupun di hutan
tanaman), sekarang dapat dijumpai di Kabupaten Bondowoso (Jawa Timur),
Sulawesi, Maluku dan sampai di bagian utara Australia. Keberadaan cendana
tumbuh di India, berkaitan dengan perdagangan kayu cendana di masa lampau,
yang kemudian didatangkan ke India, dan dikembangkan di India pada daerah
yang iklim dan habitatnya seperti di Nusa Tenggara Timur, khususnya seperti di
pulau Timor dan Sumba (Riswan, 2001).
2.3 Syarat Tumbuh Cendana (Santalum album Linn).
Cendana (Santalum album Linn.) umumnya dijumpai pada daerah-daerah
dengan kisaran curah hujan tahunan antara 600-2.000 mm; cendana dapat tumbuh
optimal pada kisaran curah hujan 850-1350 mm per tahun, dan masih toleran
sampai curah hujan 2500 mm per tahun, akan tetapi harus dengan sistem drainase
yang baik, Habitat asli tempat tumbuh cendana biasanya mempunyai musim

6
kering yang lama dan musim hujan yang pendek, 2- 3 bulan per tahun (Hamzah
dalam Riswan, 2001).
Pohon cendana tidak menyukai daerah yang tergenang air, khususnya
sewaktu pohonnya masih muda, meski hal ini hanya sedikit berpengaruh terhadap
pohon yang sudah dewasa atau tua. Daerah-daerah yang selalu basah kurang baik
untuk pertumbuhan cendana. Cendana memerlukan banyak sinar matahari dan
banyak dijumpai dan tumbuh baik pada hutan-hutan luruh yang terbuka dan pada
daerah pinggiran hutan. Pemanasan yang lama dengan intensitas cahaya matahari
yang tinggi menyebabkan banyak kayu-kayu gubal yang mengelupas, terutama
pada pohon-pohon yang sudah tua; suhu yang tinggi juga dapat membunuh semai-
semai yang baru berkecambah (Riswan, 2001).
Tanah-tanah di pulau Timor dan Sumba, umumnya didominasi oleh tanah
lempung (clay) yang berat dan tanah ini berasal dari endapan di laut. Kenyataan
menunjukkan bahwa banyak pohon cendana yang tumbuh baik di atas tanah
dangkal yang berbatu-batu. Hasil kayu yang terbaik diperoleh dari pohon cendana
yang tumbuh di hutan-hutan terbuka pada tanah kurang subur dan berbatu. Pada
tanah Hat (loam) yang subur, pohon cendana tumbuh baik dan cepat menjadi
besar, tetapi kandungan minyaknya sangat rendah dan kualitasnya juga kurang
baik. Pohon cendana tidak mempunyai toleransi terhadap tanah-tanah yang
mengandung garam dan kapur yang tinggi, akan tetapi dapat toleran terhadap
tanah yang mengandung natrium (sodic soils) (Riswan, 2001).
2.4 Kandungan dan Kegunaan Cendana (Santalum album Linn.)
Kayu cendana menghasilkan minyak dengan aroma wangi yang
mengandung tiga komponen senyawa utama yaitu santalol, santalyl acetate, dan
santalene. Ekstrak minyak tersebut dibutuhkan oleh industri farmasi sebagai
bahan obat-obatan aromaterapi, antiseptik, diaphoretik, dan industri komestik
sebagai bahan pembuat parfum (Etty, 2018).
Pohon cendana digunakan sebagai bahan baku industri minyak cendana dan
industri kerajinan tangan, misalnya kipas, patung dan tasbih. Sumbangan sebesar

7
rata-rata 40 % per tahun pada pendapatan asli daerah, menjadikan cendana
mempunyai kedudukan istimewa bagi Propinsi NTT (Etty, 2018).
2.5 Biochar Sekam Padi
Biochar adalah produk yang kaya karbon yang dihasilkan oleh pirolisis
(pemanasan dalam ketiadaan lengkap atau parsial oksigen) dari biomassa pada
suhu relatif rendah (<700 °C). Biasanya, kebakaran hutan melebihi 800 °C dan api
terlihat sederhana sudah hampir 600 °C. Biochar adalah produk karbon sangat
ringan. Namun, biochar berbeda dari yang lain karena diberikan dalam tanah
sebagai pembenah tanah dan bermanfaat bagi lingkungan (Basri & Azis, 2011).
Pengaruh signifikan biochar dan interaksinya dengan FMA terhadap
peningkatan total P tanah terkait dengan suplai luas permukaan yang tinggi yang
disediakan oleh biochar (400-800 m2 /g tanah) yang menciptakan habitat yang
lebih baik untuk pengembangan dan aktivitas tanaman (Mau & Utami, 2014).
Peran biochar terhadap peningkatan produktivitas tanaman dipengaruhi oleh
jumlah biochar yang ditambahkan. Pemberian sebesar 0,4 sampai 8 t C ha-1
dilaporkan dapat meningkatkan produktivitas secara nyata antara 20 – 220 %
(Basri & Azis, 2011). Pemanfaatan biochar/arang limbah pertanian mulai
berkembang, karena sifat biochar yang sulit didekomposisi sehingga mampu
bertahan lama di dalam tanah atau mempunyai efek yang relatif lama, juga bahan
bakunya mudah diperoleh seperti tempurung kelapa, kulit buah kakao, sekam
padi, batang kayu bakau, kulit kelapa sawit, dan lain-lain (Widyantika & Prijono,
2019).
Pembakaran sekam menjadi biochar melalui tiga metode, yaitu
menggunakan tiang pembakaran, drum retort kiln, dan sistem terbuka yang biasa
dilakukan masyarakat dengan menggunakan kawat ram. Masing-masing metode
memiliki kelebihan dan kekurangan. Penggunaan kawat ram memang lebih
mudah dan murah, namun hanya bisa dipakai 3–5 kali pembakaran, setelah itu
kawat akan hancur. Jika menggunakan tiang pembakaran tentu harus
mengeluarkan biaya dalam proses pembua- tannya, namun bisa dimanfaatkan

8
seterusnya. Penggunaan metode terbuka dengan pemakaian kawat ram ataupun
tiang pembakaran membutuhkan waktu yang cukup lama, kurang lebih 4-5 jam
tergantung banyak sedikitnya bahan yang akan dibakar dan proses pembalikan/
pengadukan bahan sekam, sehingga membutuhkan lebih banyak tenaga kerja
(Widiastuti & Lantang, 2017).
Adapun proses pembuatan arang sekam dapat dilakukan dengan
menggunakan retort kiln atau dengan sistem terbuka. (Widiastuti & Lantang,
2017) menyatakan bahwa langkah-langkah pembuatan arang sekam dengan
menggunakan retort kiln adalah sebagai berikut:
 Sekam dimasukkan ke dalam drum setengah bagian sambil dipadatkan dan beri
sedikit minyak tanah lalu bakar dengan mema- sukkan api kedalam pipa yang
berada di dalam drum
 Masukkan kembali sekam sampai drum terisi penuh
 Kemudian sekam dibakar melalui lubang silindris dengan menggunakan
pematik seperti koran bekas/ranting daun, pembakaran dapat dengan mudah
berlangsung karena sekam dalam keadaan kering, di samping itu karena udara
yang masuk ke dalam drum melalui mulut tungku naik ke atas sehingga
proses pembakaran menjadi cepat
 Sekam yang terbakar sedikit demi sedikit akan jatuh ke bawah sambil dibalik-
balik sehingga menjadi arang sekam
 Arang sekam yang telah berwarna hitam dikeluarkan menggunakan sekop
 Arang sekam tersebut disiram dengan air bersih, supaya arang sekam tadi
tidak menjadi abu
 Jemur arang sekam supaya kering, kemudian masukkan ke dalam
karung/plastik dan siap digunakan. Setelah arang terbentuk merata, harus di-
lakukan penyiraman dengan air supaya pembakaran tidak berlangsung terus
yang dapat berpotensi menjadi abu.

9
2.6 Kompos Jerami Padi
Jerami padi merupakan salah satu bahan yang dapat dan mudah digunakan
untuk pembuatan pupuk organik, hal ini karena banyaknya jerami padi ketika
musim panen tiba. Biasanya jerami padi hanya digunakan sebagai makanan
ternak, meskipun beberapa petani biasanya juga langsung memasukkannya ke
lahan pertanian yang telah dipanen, tetapi proses penguraiannya sangat lambat
dalam menyediakan unsur hara. Jerami padi mempunyai kandungan hara makro
dan mikro yang baik bila dikembalikan ke pertanaman. Agar bisa diserap
tanaman, jerami padi harus terdekomposisi dengan sempurna.
Kompos dilakukan dengan masa pengomposan 4 minggu dengan bahan
dasar jerami padi, pupuk kandang sapi serta EM-4. Mempercepat proses
pembuatan pupuk organik dapat dilakukan dengan cara fermentasi menggunakan
decomposer EM4. Kompos sebagai bahan organik tanah berpengaruh langsung
atau tidak langsung terhadap pertumbuhan tanaman, memperbaiki sifat fisik,
kimia dan biologi tanah. Larutan EM4 berisi mikroorganisme fermentasi yang
kurang lebih jumlahnya 80 genus. Mikroorganisme dalam EM4 tersebut mampu
memberikan pengaruh positif bagi proses dekomposisi bahan-bahan organik
seperti protein (Indawati, dkk., 2017).
Penggunaan kompos/bokashi jerami padi dapat meminimalkan dan
memperbaiki kualitas tanah yang menurun akibat dari penggunaan pupuk
anorganik. Selain itu perlakuan bokashi jerami padi 6.0 t/ha di lahan pasang surut
dapat meningkatkan tinggi tanaman dari 41.50 cm (2 mst) menjadi 89.99 cm dan
bobot kering gabah isi padi sebesar 174,16 g, menurunkan bobot kering gabah
hampa dari 6.63 menjadi 5.89 g, serta bobot kering jerami padi 152.86 g
(Sulistiyanto et al., 2011)
Bahan organik (kompos jerami) sebagai bahan pensuplai berbagai unsur
hara (C, N, P, K, S, dan senyawa lainnya) dalam kisaran yang luas sebagai hasil
dari proses dekomposisi berupa senyawa sederhana yang cepat dimanfaatkan oleh

10
mikroorganisme tanah dan juga tersedia sebagai hara bagi tanaman diantaranya
nitrogen sehingga ketersediaan-N tanah meningkat (Kaya, 2018).
Pemberian kompos jerami berbeda nyata dengan tanpa pupuk dalam
meningkatkan tinggi tanaman padi. Kompos jerami dapat meningkatkan tinggi
tanaman padi dari 87,10 menjadi 93,62 cm. Pemberian kompos dapat
memperbaiki struktur tanah sehingga pertumbuhan akar baik dan ditambah
dengan ketersediaan nitrogen yang tinggi maka akar akan menyerap unsur
nitrogen dengan baik (Kaya, 2018).

11
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Juni 2023,
bertempat di Lahan Kering, Universitas Nusa Cendana.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian

3.2 Alat dan Bahan Penelitian


Alat yang digunakan antara lain: bak kecambah, gembor, mangkuk, sekop,
kertas label, kamera, dan alat tulis menulis serta menggunakan program Microsoft
Excel 2010. Bahan yang disiapkan yaitu: biji cendana (Santalum album Linn.),
tanah, biochar sekam padi, dan kompos jerami padi.

12
3.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen Rancangan Acak
Lengkap (RAL) ,dengan 5 perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali
sehingga diperoleh 20 unit percobaan. Unit percobaan berupa campuran media
perkecambahan dimasukkan ke dalam bak kecambah. Setiap bak kecambah
ditanami sebanyak 50 biji, sehingga total seluruh perlakuan dan ulangan
membutuhkan 1000 biji Cendana (Santalum album Linn).
Perbandingan biochar sekam padi dan kompos jerami padi mengacu pada
perbandingan yang dilakukan oleh (Herman, 2018) dapat dilihat sebagai berikut :
M0 : Tanah 100% Kontrol 10 Kg
M1 : Tanah 50% + 50 % Biochar Sekam Padi
M2 : Tanah 50% + 50% Kompos Jerami Padi
M3 :Tanah 25% + 50% Biochar Sekam Padi + 25% Kompos Jerami Padi
M4 : Tanah 25 % + 25% Biochar Sekam Padi + 50% Kompos Jerami Padi
3.4 Model Analisis Data
Model persamaan Rancangan Acak Lengkap (RAL ) yang digunakan
mengacu pada Mattjik dan Sumertajaya (2013) adalah sebagai berikut :
Yij = µ + Ti + €ij
Keterangan :
Yij = nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = nilai tengah umum
Ti = pengaruh perlakuan ke-i
€ij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-I (0,1,2,3,4,) dan
ulangan ke-j (1,2,3,4).
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis keberhasilan perkecambahan
bijiCendana (Santalum album Linn) menggunakan uji ANOVA pada taraf uji 5%.
Apabila ada pengaruh, maka dilanjutkan dengan uji Duncant (Duncant Multiple
Range Test atauDMRT) pada taraf 5%.

13
3.5 Prosedur Penelitian
1. Persiapan Bibit
Bibit yang digunakan adalah bibit tanaman Cendana (Santalum album Linn).
Sebelum benih ditabur terlebih dahulu biji cendana direndam dengan air
dingin selama 24 jam.
2. Persiapan Media tanam
Tanah yang digunakan terlebih dahulu dikering anginkan dan dibersihkan dari
gulma serta kotoran yang ada. Membuat biochar sekam dan kompos jerami
padi. Selanjutnya isi bak kecambah dengan media tanam berupa tanah,
biochar sekam dan kompos jerami padi dengan bobot media sesuai perlakuan
masing-masing sebanyak 4 ulangan.
3. Penaburan Benih
Benih ditabur di bedeng semai yang telah disiapkan sebelumnya. Benih
cendana ditabur dengan kedalaman 1 cm.
4. Pemeliharaan
Proses pemeliharaan berupa kegiatan penyiraman dan penyiangan gulma
yang dilakukan dengan cara mencabut gulma atau tanaman pengganggu yang
di sekitar. Penyiraman dilakukan dua kali pada pagi hari dan sore hari.
5. Waktu Pengamatan
Waktu yang dibutuhkan untuk pengamatan perkecambahan benih adalah
setiap harinya dan dinyatakan dalam persentasi tumbuh tanaman Cendana
(Santalum album Linn.).

14
3.6 Parameter yang Diukur
Adapan pengamatan yang dilakukan meliputi :
1. Daya Berkecambah (DB)
Daya berkecambah ditentukan dari biji normal dimana akar primer
cukup kuat pada kondisi lingkungan tertentu dalam jangka waktu yang telah
ditentukan.

∑𝐊𝐍𝟏 + ∑𝐊𝐍𝟐
𝐃𝐁(%) = × 𝟏𝟎𝟎%
∑𝐁𝐢𝐣𝐢𝐲𝐚𝐧𝐠𝐝𝐢𝐭𝐚𝐧𝐚𝐦
Keterangan :
DB = Daya Kecambah (%)
KN = Kecambah Normal
2. Indeks Kecepatan Berkecambah (KB)

Indeks Kecepatan Berkecambah dihitung berdasarkan pengamatan


langsung akan jumlah benih yang berkecambah normal setiap harinya yang
dinyatakan dalam persen.

𝑮₁ 𝑮₂ 𝑮₃ 𝑮ₙ
𝐊𝐁 = + + +⋯,
𝑫₁ 𝑫₂ 𝑫₃ 𝑫ₙ
Keterangan:
G1-Gn = Pengamatan (n=1,2,3, dan seterusnya)
D1-Dn = Waktu pengamatan (n = 1,2,3 dan seterusnya).
3. Nilai Perkecambahan
Nilai perkecambahan yaitu nilai puncak dikali dengan nilai rata-rata
perkecambahan harian yang dapat dihitung dengan rumus :
𝐍𝐏 = 𝐏𝐕 × 𝐌𝐃𝐆

% 𝐏𝐞𝐫𝐤𝐞𝐜𝐚𝐦𝐛𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐓
𝐏𝐕 =
𝐡𝐚𝐫𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐥𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐚𝐩𝐚𝐢𝐧𝐲𝐚

15
%𝐊𝐞𝐜𝐚𝐦𝐛𝐚𝐡 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐆
𝐌𝐃𝐆 =
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐮𝐣𝐢 𝐬𝐞𝐥𝐮𝐫𝐮𝐡𝐧𝐲𝐚
Keterangan :
NP = Nilai Perkecambahan
PV = Nilai Puncak
MDG = Rata-rata perkecambahan harian
T = Titik dimana lajuperkecambahan mulai menurun
G = Saat perkecambahan terakhir.
3.7 Denah Penelitian

Gambar 3.2 Dena Penelitian

Keterangan : Angka dalam denah diatas menyatakan perlakuan yang diberikan


sedangkan angka romawi pada denah menyatakan ulangan dari setiap perlakuan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Agustin DA, Riniarti M, Duryat. 2014. Pemanfaatan limbah serbuk gergaji dan
arang sekam sebagai media sapih untuk cempaka kuning (Michelia
champaca).Jurnal Sylva Lestari 2 (3): 49-58.
Agustin DA, Riniarti M, Duryat. 2014. Pemanfaatan limbah serbuk gergaji dan
arang sekam sebagai media sapih untuk cempaka kuning (Michelia
champaca).Jurnal Sylva Lestari 2 (3): 49-58.
Basri, A. B., & Azis, A. (2011). Arang hayati (biochar) sebagai bahan pembenah
tanah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh.
Dolu, H. S., Solle, H. R., & Hendrik, A. C. (2019). Pengaruh Pematahan
Dormansi Terhadap Daya Kecambah Biji Cendana (Santalum album L.).
Cokroaminoto Journal of Biological Science, 1(1), 12-16.
Etty, H. (2018). Buku Pembibitan dan Pengembangan Tanaman Buah Lokal.
Haky, C. E., Pelondo'u, M. M., & Rammang, N. (2020). Perendaman Biji
Cendana (Santalum Album Linn.) Dengan Berbagai Konsentrasi Air
Kelapa Muda Untuk Meningkatkan Kualitas Perkecambahan. Wana
Lestari, 3(02), 130-137.
Herman, W., & Resigia, E. (2018). Pemanfaatan Biochar Sekam Dan Kompos
Jerami Padi Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Padi (Oryza Sativa)
Pada Tanah Ordo Ultisol. Jurnal Ilmiah Pertanian, 15(1), 42-50.
Gue, Y., Seran, W., & Sinaga, P. S. (2022). Pengaruh Komposisi Media Tanam
Terhadap Perkecambahan Benih Cendana (SantalumAlbum Linn.). Wana
Lestari, 7(02), 171-178.
Idawati, I., Rosnina, R., Jabal, J., Sapareng, S., Yasmin, Y., & Yasin, S. M.
(2017). Penilaian Kualitas Kompos Jerami Padi Dan Peranan
Biodekomposer Dalam Pengomposan. Journal Tabaro Agriculture Science,
1(2), 127-135.
Irianto IK. 2015. Hasil Proses Teknologi Pengolahan Limbah Cair Secara Biologi
Terhadap Kualitas dan Produksi Bahan Baku Pupuk. WICAKSANA:
Jurnal Lingkungan dan Pembangunan. 24(2): 1–14.
Kaya, E. (2018). Pengaruh kompos jerami dan pupuk NPK terhadap N-tersedia
tanah, serapan-N, pertumbuhan, dan hasil padi sawah (Oryza Sativa L).
Agrologia, 2(1).
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2013. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS
dan Minitab. Bogor (ID): IPB Press.
Mau, A. E., & Utami, S. R. (2014). Effects Of Biochar Amendment And
Arbuscular Mycorrhizal Fungi Inoculation On Availability Of Soil
Phosphorus And Growth Of Maize. Journal of Degraded and Mining Lands
Management, 1(2), 69-74.
Riswan, S. (2001). Kajian Botani, Ekologi Dan Penyebaran Pohon Cendana
(Santalum Album L.). Berita Biologi, 5(5), 571-574.

17
Siregar, D. A., Lahay, R. R., & Rahmawati, N. (2017). Respons Pertumbuhan
Dan Produksi Kedelai (Glycine max (L. Merril) Terhadap Pemberian
Biochar Sekam Padi Dan Pupuk P: Growth Response and Production of
Soybean (Glycine max (L. Merril) on application of Rice Husk Biochar and
P Fertilizer. Jurnal Agroekoteknologi, 5(3), 722-728.
Solle, H. R. L., Nitsae, M., & Ledo, M. E. S. (2019). Pengaruh Pupuk Organik
Cair (POC) Terhadap Perkecambahan Cendana (Santalum Album L.)
Secara In Vitro Di Nusa Tenggara Timur. Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Hayati, 110-115.
Sulistiyanto, Y., Sustiyah dan L. Widya. 2011. Pertumbuhan Dan Produksi Padi
(Oryza Sativa) Yang Ditanam Di Lahan Pasang Surut Setelah Pemberian
Bokashi Jerami Padi.Prosiding Seminar dan Kongres Nasional Himpunan
Ilmu Tanah Indonesia X. Jurusan Ilmu Tanah Faperta Universitas Sebelas
Maret Surakarta bekerjasama dengan HITI. Surakarta, 6-8 Desember 2011.
Buku 1:439-443.
Surata, I. K., & Idris, M. M. (2001). Status Penelitian Cendana di Propinsi Nusa
Tenggara Timur. Berita Biologi, 5(5), 521-537.
Un, V., Farida, S., & Tito, S. (2018). Pengaruh Jenis Zat Pengatur Tumbuh
Terhadap Perkecambahan Benih Cendana (Santalum album Linn.).
Widiastuti, M. M. D., & Lantang, B. (2017). Pelatihan Pembuatan Biochar Dari
Limbah Sekam Padi Menggunakan Metode Retort Kiln. Agrokreatif: Jurnal
Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat, 3(2), 129-135.
Widyantika, S. D., & Prijono, S. (2019). Pengaruh Biochar Sekam Padi Dosis
Tinggi Terhadap Sifat Fisik Tanah Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung
Pada Typic Kanhapludult. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan, 6(1),
1157-1163.

18

Anda mungkin juga menyukai