Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

BIOLOGI TERAPAN

Tentang “pemanfaatan biologi dalam bidang kehutanan “

DISUSUN OLEH

COSINDHY VRATIWI (1710204051)

NOVIA TAMALA PUTRI (1710204052)

WINDA HIDAYATI ( 1710204053)

DOSEN PENGAMPU:

NOVI NOVRITA,M.M.Si

MAHASISWA JURUSAN TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan taufiq, hidayah, rahmat
dan karunianya serta kelapangan berpikir dan waktu, sehingga saya dapat menyusun
dan menyelesaikan makalah dengan judul “PEMANFAATAN BIOLOGI DALAM
BIDANG KEHUTANAN”. Makalah ini  disusun sebagai tugas yang diberikan
oleh guru pembimbing matapelajaran "BIOLOGI TERAPAN".

Kemudian saya juga menyadari bahwa materi dan teknik yang saya sampaikan dalam
makalah ini masih memiliki beberapa kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran dari
pembaca sangat diharapkan agar makalah ini menjadi lebih baik. Atas kritik dan
sarannya saya mengucapkan terimakasih.

Akhir kata pengantar saya mengucapkan terima kasih karena telah berkenan membaca
makalah ini. Semoga memberikan manfaat kepada kita semua.  

Sungai penuh , 05 november 2020

Kelompok 2

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara definisi, istilah biologi mempunyai pengertian: penerapan prinsip-
prinsip biologi , biokimia, dan rekayasa dalam pengolahan bahan dengan
memanfaatkan agensia jasad hidup dan komponen-komponenya untuk
menghasilkan barang dan jasa.
Prinsip-prisip biologi telah digunakan untuk membuat dan memodifikasi
tanaman, hewan, dan produk makanan. Biologi yang menggunakan teknologi
yang masih sederhana ini disebut biologi konvensional atau tradisional.
Penerapan biologi konvensional ini sering diterapkan dalam pembuatan produk-
produk makanan. Seiring dengan perkembangan dan penemuan dibidang
molekuler maka teknologi yang digunakan dalam biologi pada saat ini semakin
canggih. Salah satu nya adalah biologi kehutanan. Maka makalah ini akan di
bahas secara khusus tentang prinsip-prinsip ilmiah( biologi molekuler) dan
perekayasaan (rekayasa genetik) yang diterapkan didalam usaha biologi dibidang
kehutanan.

B. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan Biologi kehutanan ?

2. Apa saja aplikasi dalam pengembangan Biologi kehutanan?

3. Bagaimana pemanfaatan biologi kehutanan ?

C. Tujuan

AdapunTujuan dari makalah ini adalah:

1. Mengetahui pengertian biologi kehutanan;

2. Mengetahui cara aplikasi pengembangan biologi kehutanan ;

3
3. Mengetahui pemanfaatan pemanfaatan biologi kehutanan;

BAB II
PEMBAHASAN

BIOLOGI KEHUTANAN
A. Pengertian Biologi Kehutanan
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu
dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Fungsi hutan yang memiliki nilai lebih
sebagai pemukiman penduduk: hutan Sebagai Penyerap Karbondioksida, sebagai sumber
kehidupan, pencegah banjir, sumber air cadangan, dan sebagai pengatur iklim

Hutan, seiring dengan perkembangan aspek-aspek kehidupan manusia, telah


mengalami penyusutan luas. Eksploitasi hutan dengan tujuan ekonomi telah
menyebabkan hilangnya sebagian besar hutan. Untuk mencegah laju penyusutan luas
hutan atau deforestrasi yang semakin besar diperlukan adanya usaha global untuk
memasukan tumbuhan-tumbuhan hutan penghasil kayu ke dalam era modern pemuliaan
tanaman (plant breeding). Penggunaan biologi dalam bidang kehutanan perlu
ditingkatkan sampai pada aspek molekular. Hal ini sangat penting diperhatikan
mengingat tumbuhan-tumbuhan hutan akan menjadi target utama dalam rekayasa genetik
dan pemuliaan molekuler (molecular breeding).

Penggunaan biologi dalam bidang kehutanan perlu ditingkatkan sampai pada


aspek molekular. Hal ini sangat penting diperhatikan mengingat tumbuhan-tumbuhan
hutan akan menjadi target utama dalam rekayasa genetik dan pemuliaan molekuler
(molecular breeding) . Potensi biologi untuk menunjang program-program pemuliaan
tumbuhan hutan dapat dilaksanakan dalam berbagai tingkatan, mulai dari (1) propagasi
klon dari genotip terpilih melalui teknik kultur jaringan (in vitro technique), (2) teknik sel
somatik (somatic-cell technique) seperti hibridisasi somatik dengan menggunakan
protoplas, (3) teknik mutasi terinduksi, sampai pada, (4) teknik rekayasa genetik,
terutama melalui transformasi genetik untuk memperoleh varietas tanaman yang lebih
unggul.

4
B. Aplikasi Biologi Bidang Kehutanan

Adapun aplikasi biologi dalam bidang kehutanan adalah sebagai berikut :

1. propagasi klon dari genotip terpilih.

Propagasi klonal invitro dikenal dengan istilah mikropropagasi. propagasi klonal


adalah multiplikasi dari individu gen identik melalui reproduksi aseksual sedangkan klon
itu sendiri adalah satu populasi tanaman derivat (turunan) dari satu individu tunggal yang
dihasilkan melalui reproduksi aseksual. Berikut ini adalah tahapan metodenya:

 Tahap 1 yaitu tahap awal atau induksi (inisiasi) .


 Tahap 2 yaitu tahap perbanyakan (multiplikasi).
 Tahap 3 persiapan plantlet.
 Tahap 4 adalah aklimatisasi.

2. Teknik Sel Somatik.

Embrio somatik dapat terbentuk melalui dua jalur, yaitu secara langsung maupun
tidak langsung (melewati fase kalus). Embriogenesis somatik langsung adalah proses
perkembangan embrio secara langsung pada potongan eksplan tanpa melalui fusi gamet,
dan terjadi pada eksplan yang masih muda (George dan Sherrington, 1984). Sedangkan
embryogenesis somatik tidak langsung yaitu proses perkembangan embrio melalui
pembentukan kalus yang berasal dari akar, tangkai daun, tangkai bunga, daun, batang,
atau embrio zigot yang mampu membentuk kalus embrigionik.

3. Teknik Mutasi Terinduksi.

Mutasi merupakan salah satu teknik sebagai upaya untuk meningkatkan


keragaman genetik tanaman untuk mendapatkan sifat baru sebagai sarana untuk
perbaikan genetik tanaman, terutama pada tanaman yang selalu diperbanyak secara
vegetatif.Beberapa tanaman hasil mutasi kombinasi yang telah dilepas antara lain pada
mawar Rosmarum,Yulikara dan Rosanda oleh Balithi.

5
Studi Kasus : Perbanyakan Massal Tanaman Sagu ( Metroxylon sagu Rottb. ) Melalui
Embriogenesis Somatik

Adapun Tahapan Teknik Embriogenesis Somatik:


1) Stadia Globuler.
Tahap pertama embrio somatik adalah stadia globuler, pada tahap ini embrio
tumbuh secara merata ke segala arah (isodiametrik).

2) Eksplan dan Inisiasi Kalus.


Seleksi tanaman sagu yang akan diambil eksplannya dilakukan berdasarkan
beberapa sifat unggul dari individu (genotipe) tanaman sagu dewasa. Bahan eksplan
berupa anakan yang tumbuh di sekitar pohon induk dengan tinggi sekitar 1 m dan
diameter pangkal batang 5 – 10 cm. Bahan eksplan ini selanjutnya segera dikirim ke
laboratorium untuk dikultur.

3) Proliferasi Kalus Embriogenik.


Kalus embriogenik dapat diperbanyak pada media padat atau cair. Media yang
digunakan adalah MMS. Pada kultur cair, labu Erlenmeyer diletakkan pada shaker
dengan putaran 100 rpm. Hasil penelitian menunjukkan pada kultur SPS dan cair
meningkatkan bobot basah kalus embriogenik sagu sebesar 6,5 kali.

4) Induksi dan Pendewasaan Embrio Somatik.


Induksi embrio somatik dari kalus embriogenik dilakukan pada medium padat. Tahap
perkembangan pertama dari embrio somatik adalah fase globuler.

5) Perkecambahan Embrio Somatik.


Embrio somatik sagu fase lanjut (kotiledon) pada medium padat atau cair
ditumbuhkan lebih lanjut menjadi kecambah

6) Pembesaran dan Pembentukan Akar Planlet.


Kecambah yang terbentuk dalam media padat atau SPS dipindahkan pada media
padat dalam botol kultur untuk perkembangan tunas.

6
7) Aklimatisasi pada Lingkungan Ex Vitro.
Aklimatisasi adalah proses adaptasi planlet yang tumbuh heterotrof di
laboratorium (in vitro) dengan medium yang kaya dan lingkungan terkendali ke
lingkungan luar (ex vitro) yang fluktuatif dan ekstrem, serta planlet harus menyerap hara
dan air sendiri (autotrof)

Gambar 19: Tahapan embriogenesis somatik tanaman sagu: (A). Kalus remah (friable),
(B). Embrio somatic pada berbagai tahap perkembangan, (C). Pertumbuhan planlet pada
medium padat, (D). Pembentukan akar planlet dalam medium cair, (E). Aklimatisasi bibit
sagu

Sumber : https://spark.adobe.com/page/YMEJ2/

Aplikasi biologi dalam bidang kehutanan seperti yang telah diuraikan di atas,
bukanlah hanya sekedar teori. Usaha-usaha melalui uji coba dari skala laboratorium
hingga penerapannya di lapangan, bahkan perhitungan secara ekonomi untuk skala hutan
indistri telah dilakukan di beberapa negara seperti Canada dan New Zealand.

7
Dengan melihat laju deforestrasi di negara yang saat ini masih terus berlangsung,
aplikasi biologi akan sangat bermanfaat dalam menciptakan hutan industri yang cukup
berkualitas, dimana kebutuhan akan kayu baik untuk bahan kontruksi maupun untuk
bahan baku kertas dan pulp ataupun sebagai sumber energi tidak lagi tergantung pada
hutan-hutan alami yang ada.

Secara tidak langsung terciptanya hutan sebagai produk biologi juga dapat
menjaga lestarinya keanekaragaman hayati yang ada. Disamping itu, sumber daya hutan
akan mampu secara berkelanjutan menunjang kehidupan manusia dari satu generasi ke
generasi berikutnya.

C. Pemanfaatan Biologi Bidang Kehutanan

Manfaat hutan kini tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan manusia
secara langsung saja, tetapi juga sebagai tempat tersimpannya sumber plasma nutfah,
yakni sebagai tempat berkumpulnya jenis-jenis alami yang melalui sentuhan teknologi
bisa menjadi jenis yang berguna bagi manusia. Dalam sistem perekonomian bangsa dan
bahkan sistem perekonomian dunia, hutan juga memiliki arti yang sangat penting. Hutan
bisa mendatangkan devisa yang sangat besar bagi negara. Manfaat lain yang tidak kalah
penting adalah bahwa hutan merupakan wahana dalam melestarikan ekosistem, baik
dalam pengertian regional maupun global.

Dari segi kepentingan komersial, hutan merupakan sumber kayu untuk konstruksi
atau bahan bangunan, sumber bahan mentah untuk produksi kertas dan pulp, serta sebagai
sumber energi. Secara teoritis pemenuhan kepentingan akan kayu yang bersumber dari
hutan diharapkan tidak mengurangi luasnya hutan yang ada, serta tidak merusak dan
mengurangi jenis-jenis makhluk hidup yang ada di dalamnya, sehingga hutan akan tetap
mampu menyangga kehidupan manusia di masa yang akan datang serta mampu
mempertahankan keseimbangan ekosistem. Konsep pengelolaan hutan seperti ini sesuai
dengan apa yang diinginkan dalam konsep pembangunan berkelanjutan. Namun
demikian, dalam kenyataannya eksploitasi hutan untuk memenuhi kebutuhan akan kayu
telah menyebabkan berbagai kerusakan hutan hingga hilangnya sebagian luas hutan.

8
Ketidakseimbangan antara laju penebangan dan penanaman kembali merupakan
penyebab utama hilangnya sebagaian luas hutan. 

Untuk mencegah laju penyusutan luas hutan atau deforestrasi yang semakin besar
diperlukan adanya usaha global untuk memasukan tumbuhan-tumbuhan hutan penghasil
kayu ke dalam era modern pemuliaan tanaman (plant breeding). Optimasi produktivitas
hutan dengan memperhatikan jenis tumbuhan yang menjadi sumber utama penghasil kayu
di masa yang akan datang melalui program-program peningkatan kualitas yang
terakselerasi dengan memadukan teknik-teknik konvensional dan modern merupakan
kunci keberhasilan reforestrasi (penghutanan kembali) dan managemen hutan komersial
di masa yang akan datang. (http://fdib.tripod.com/makalah/adi.html)

9
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

 Dengan adanya Aplikasi biologi dalam pengelolaan hutan sangat berperan


penting dalam meningkatkan produktivitas dan kovervasi sumber daya hutan.
Biologi di bidang kehutanan meliputi 3 bagian utama, yaitu penggunaan
metode kultur jaringan, penggunaan penanda molekuler dan rekayasa
genetik untuk memproduksi tanaman transgenik. Penanda molekuler dapat
digunakan untuk mendukung kegiatan pemulian dan konservasi sumber daya
genetik. Dengan menggunakan penanda molekuler, bibit unggul dapat
dihasilkan dengan waktu yang lebih cepat dan lebih tepat. Penerapan teknik
penanda molekuler juga sangat penting dalam konservasi sumber daya genetik.
Dengan menggunakan teknik penanda molekuler dapat mengetahui tingkat
keragaman genetik dan sebarannya di hutan alam maupun tanaman bahkan
keanekaragaman satwa.

10
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Jimmy. 2007.Teknik Hidroponik. Penebar Swadaya, Yogyakarta

http://fdib.tripod.com/makalah/adi.html (14/03/2018) 10:00

https://hidroponikalami.blogspot.co.id/2016/10/teknik-hidroponik-sistem-pasang-
surut.html (14/03/2018) 12:45

http://www.atobasahona.com/2016/08/peranan-bioteknologi-ekonomi-kehutanan.html

http://www.rain.org/global-garden/hydroponics-history.html (14/03/2018) 12:53

http://www.urbanhidroponik.com/2016/04/sejarah-ringkas-hidroponik-indonesia-dan-
dunia.html(14/03/2018) 10:30

Sunarlim, Novianti dan Sytrisno.2003.Perkembangan Penelitian Bioteknologi Pertanian


Di Indonesia.buletin AgroBio 6 (1):-7, Balai Penelitian Dan Sumber Daya Genetik
Pertanian Bogor

Yuwono, Triwibowo. 2006. Bioteknologi Pertanian. Penerbit: Gadjah Mada University


Press, Yogyakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai