Oleh
Kelompok 4:
1. Zainuddin (2020030200048)
2. Iklil (2020030200041)
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM MADURA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
karunia serta hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah untuk mata kuliah
Pembangunan pertanian yang bertemakan “kemiskinan sebagai masalah sosial”
dengan tepat waktu.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
SAMPUL..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................3
C. Tujuan.......................................................................................................3
BAB II : PEMBAHASAN
A. Falsafah penyuluhan pertanian..................................................................3
B. Paradigma baru penyuluhan pertanian……………………………………3
C. Prinsip penyuluhan pertanian....................................................................11
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan Dan saran ..............................................................................15
Daftar Pustaka.....................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di sisi lain, Patton (1993) dan Miller (1993) dalam P3P Unram (2007)
menganggap bahwa penyuluhan menjadi organisasi masa depan. Bagaimana
masyarakat pertanian di masa yang akan datang ditentukan oleh bagaiamana
1
lembaga penyuluhan memainkan perannannya. Dalam perspektif mereka
penyuluhan harus mengalami pergeseran paradigma, kalau peran strategis itu mau
diwujudkan. Beberapa pergeseran itu adalah: (1) Penyuluhan bergeser dari
pendekatan top-down kepada pendekatan partisipatif, (2) dari parsial kepada
holistik dan sistem, (3) dari “pengajaran dan training” kepada “pembelajaran dan
fasilitasi”, dan (4) dari pendekatan disiplin kepada multidisiplin.
Sektor pertanian hingga kini masih memiliki peranan yang strategis dalam
pembangunan nasional, baik bagi pertumbuhan ekonomi maupun pemerataan
pembangunan. Peran strategis sektor pertanian bagi pertumbuhan ekonomi antara
lain: Penyedia pangan bagi penduduk Indonesia, penghasil devisa negara melalui
ekspor, penyedia bahan baku industri, peningkatan kesempatan kerja dan usaha,
peningkatan PDB, pengentasan kemiskinan dan perbaikan SDM pertanian melalui
kegiatan Penyuluhan Pertanian.
B. Rumusan Masalah
2
Adapun beberapa rumusan masalah yang akan di bahas pada
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan falsafah dan prinsip penyuluhan pertanian?
2. Apa yang di maksud dengan Paradigma baru penyuluhan pertanian?
3. Bagaimana peran Falsafah dan prinsip penyuluhan pertanian terhadap
kegiatan penyuluhan Pertanian?
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
3
A. Falsafah Penyuluhan Pertanian
4
Mengingat adanya begitu banyak perubahan yang telah dan sedang terjadi
di ling-kungan pertanian, baik pada tingkat individu petani, tingkat lokal, tingkat
daerah, nasional, regional maupun internasional, maka pelaksanaan penyuluhan
pertanian perlu dilandasi oleh pemikiran-pemikiran yang mendalam tentang
situasi baru dan tantangan masa depan yang dihadapi oleh penyuluhan pertanian.
Paradigma baru ini memang perlu, bukan untuk mengubah prinsip-prinsip
penyuluhan tetapi untuk mampu merespon tantangan-tantangan baru yang muncul
dari situasi baru itu. Paradigma baru itu adalah sebagai berikut:
1. Jasa Informasi.
Bertani adalah profesi para petani, dalam keadaan bagaimanapun petani
akan tetap bertani (kecuali dia pindah profesi) dan selalu berusaha dapat
bertani dengan lebih baik dari sebelumnya. Untuk itu yang mereka perlukan
adalah informasi baru tentang segala hal yang berkaitan dengan usahataninya.
Apakah itu informasi baru tentang teknologi budidaya pertanian, tentang
sarana-sarana produksi, permintaan pasar, harga pasar, cuaca, serangan dan
ancaman hama dan penyakit, berbagai alternatif usahatani lain, dan lain
sebagainya. Informasi adalah bahan mentah untuk menjadi pengetahuan, dan
pengetahuan itu sangat diperlukan untuk bisa mempertahankan hidupnya,
apalagi untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dunia petani tidak lagi sebatas
desanya, tetapi sudah meluas ke semua daerah di negaranya bahkan ke manca
negara. Oleh karena itu para petani juga semakin memerlukan informasi
tentang dunianya yang semakin luas itu. Kalau kebutuhannya akan berbagai
macam informasi itu tidak terpenuhi maka itu berarti para petani itu terkendala
untuk maju. Penyuluhan pertanian seyogyanya dapat berfungsi melayani
kebutuhan informasi para petani itu.
Konsekuensi : Konsekuensinya bagi penyuluhan pertanian ialah harus mam-
pu menyiapkan, menyediakan dan menyajikan segala informasi yang
diperlukan oleh para petani itu. Informasi-informasi tentang berbagai
komoditas pertanian dan informasi lain yang berhubungan dengan pengolahan
5
dan pemasarnya perlu dipersiapkan dan dikemas dalam bentuk dan bahasa
yang mudah dimengerti oleh para petani.
2. Lokalitas.
Akibat dari adanya desentralisasi dan kemudian otonomi daerah,
penyuluhan pertanian harus lebih memusatkan perhatian pada kebutuhan
pertanian dan petani di daerah kerjanya masing-masing. Ekosistem daerah
kerjanya harus dikuasai dengan baik secara rinci, ciri-ciri lahan dan iklim di
daerahnya harus dikuasai dengan baik, informasi-informasi yang disediakan
haruslah yang sesuai dengan kondisi daerahnya, teknologi yang dianjurkan
haruslah teknologi yang sudah dicoba dan berhasil baik di daerah yang
bersang-kutan, pokoknya semua informasi dan anjuran harus yang benar-benar
sesuai dengan kondisi daerah dan ini diketahui karena sudah melalui ujicoba
setempat.
Konsekuensi : Untuk dapat memenuhi prinsip lokalitas ini Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian dan lembaga sejenisnya harus lebih difungsi-aktifkan,
bah-kan diperluas penyebarannya sampai ke daerah tingkat II dalam bentuk
stasion-stasion percobaan dan penelitian.
3. Berorientasi agribisnis.
Usahatani adalah bisnis, karena semua petani melakukan usahatani dengan
motif mendapatkan keuntungan. Kebutuhan keluarga petani pada saat ini telah
sangat berkembang dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Hampir semua
kebutuhan perlu dibeli ataupun dibayar dengan uang. Kebutuhan keluarga ini
akan terus berkembang seiring dengan meningkatnya taraf kehidupan mereka,
se-hingga para petani memerlukan pendapatan yang semakin banyak dari
usaha-taninya. Untuk mendapatkan itu para petani perlu mengadopsi prinsip-
prinsip agribisnis agar mereka memperoleh pendapatan yang lebih besar dari
hasil usahataninya. Penyuluhan dimasa lalu lebih menekankan perlunya
meningkatkan produksi usahatani, dan kurang memperhatikan pendapatan atau
keuntungan . Oleh karena itu di masa depan penyuluhan pertanian harus
6
berorientasi agribisnis, memperhatikan dan memperhitungkan dengan baik
masalah pendapatan dan keuntungan itu.
7
Konsekuensi : Konsekuensinya para penyuluh pertanian perlu disiapkan
dengan baik bagaimana cara membina kelompok dan mengembangkan
kepemimpinan kelompok agar kelompok itu tumbuh menjadi kelompok tani
yang dinamis. Kelompok-kelompok dengan anggota-anggotanya yang sudah
menjadi dinamis itu nantinya akan menjadi kader dan pimpinan untuk
melancarkan pembangunan masyarakat desa yang benar-benar berasal dari
bawah (bottom up).
8
sebagai manusia yang memiliki kepentingan, kebutuhan, pendapat,
pengalaman, kemampuan, harga diri, dan martabat. Mereka harus dihargai
sebagaimana layaknya orang lain yang sejajar dengan diri penyuluh.
7. Profesionalisme
Penyuluhan pertanian di masa depan harus dapat dilaksanakan secara
profesional dalam arti penyuluhan itu tepat dan benar secara teknis, sosial,
budaya dan politik serta efektif karena direncanakan.
Ketepatan materi penyuluhan terhadap kebutuhan petani akan menjamin
tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan bersama dengan para petani,
dan ini menjamin adanya partisipasi para petani. Kegagalan karena kurangnya
respon dan partisipasi petani dapat dihindarkan. Programa-programa
penyuluhan dirancang pula secara profesional sehingga terjamin kelancaran
dan keefektifannya bila dilaksanakan. Bila penyuluhan pertanian dapat
dilakukan secara profesional dan dilaksanakan oleh tenaga-tenaga profesional
dan sub-profesional pula, maka otonomi penyuluhan dalam arti melaksanakan
secara mandiri dan tidak selalu tergantung pada arahan dan petunjuk dari
”atas” akan benar-benar dapat diwujudkan. Dan penyuluhan yang otonom
seperti telah dikemukakan di atas menjamin diperhatikannya kepentingan
petani setempat.
Konsekuensi : Bila prinsip ini diterima konsekuensinya ialah perlu
dipersiapkan generasi penyuluh yang profesional dan yang sub-profesional,
dan penyuluh yang telah ada (yang belum termasuk profesional atau sub-
profesional) perlu ditatar agar meningkat menjadi profesional/sub-profesional.
Untuk keperluan semua itu perlu dilakukan penataan dan peningkatan dari
9
lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan yang menangani tenaga-tenaga
penyuluh itu.
8. Akuntabilitas
Akuntabilitas atau pertanggung-jawaban, maksudnya setiap hal yang dila-
kukan dalam rangka penyuluhan pertanian harus difikirkan, direncanakan, dan
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, agar proses dan hasilnya dapat
dipertang-gung-jawabkan. Sistem pertanggung-jawaban itu harus ada dan
mengandung konsekuensi-konsekuensi tertentu bagi penyuluh-penyuluh yang
bersangkutan, apakah itu berupa konsekuensi positif (penghargaan) ataupun
negatif (hukuman).
10
fasilitas yang memadai di lembaga-lembaga penyuluhan pertanian seperti
perpustakaan, internet dan jaringan kerjasama dengan instansi-instansi terkait
juga akan sangat membantu para penyuluh untuk dapat memberi pelayanan
penyuluhan sepenuh hati itu.
11
teguh pada prinsip-prinsip yang sudah disepakati agar dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik.
1) Mengerjakan,
artinya, kegiatan penyuluhan harus seba-nyak mungkin melibatkan masyarakat
untuk mengerjakan/ menerapkan sesuatu. Karena melalui "mengerjakan"
mereka akan mengalami proses belajar (baik dengan menggunakan pikiran,
perasaan, dan ketrampilannya) yang akan terus diingat untuk jangka waktu
yang lebih lama.
2) Akibat,
artinya, kegiatan penyuluhan harus memberikan akibat atau pengaruh yang
baik atau bermanfaat.
Sebab, perasaan senang/puas atau tidak senang/kecewa akan mempengaruhi
semangatnya untuk mengikuti kegiatan belajar/penyuluhan dimasa-masa
mendatang.
3) Asosiasi,
artinya, setiap kegiatan penyuluhan harus dikait-kan dengan kegiatan lainnya.
Sebab, setiap orang cende-rung untuk mengaitkan/menghubungkan
kegiatannya dengan kegiatan/peristiwa yang lainnya. Misalnya, dengan
melihat cangkul orang ingat penyuluhan tentang persiapan lahan yang baik;
melihat tanaman yang kerdil/subur, akan mengingatkannya kepada usahaa-
usaha pemupukan.
Lebih lanjut, Dahama dan Bhatnagar (1980) meng-ungkapkan prinsip-
prinsip penyuluhan yang lain yang mencakup:
12
yang benar-benar menjadi minat dan kebutuhan yang dapat menyenangkan
setiap individu maupun segenap warga masyarakatnya, kebutuhan apa saja
yang dapat dipenyui sesuai dengan tersedianya sumberdaya, serta minat dan
kebutuhan mana yang perlu mendapat prioritas untuk dipenuhi terlebih dahulu.
2) Organisasi masyarakat bawah,
artinya penyuluhan akan efektif jika mampu melibatkan/menyentuk organisasi
masyarakat bawah, sejak dari setiap keluarga/kekerabatan.
3) Keragaman budaya,
artinya, penyuluhan harus memperha-tikan adanya keragaman budaya.
Perencanaan penyuluhan harus selalu disesuaikan dengan budaya lokal yang
beragam. Di lain pihak, perencanaan penyuluhan yang seragam untuk setiap
wilayah seringkali akan menemui hambatan yang bersumber pada keragaman
budayanya.
4) Perubahan budaya,
artinya setiap kegiatan penyuluhan akan mengakibatkan perubahan budaya.
Kegiatan penyuluhan harus dilaksanakan dengan bijak dan hati-hati agar
perubahan yang terjadi tidak menimbulkan kejutan-kejutan budaya. Karena
itu, setiap penyuluh perlu untuk terlebih dahulu memperhatikan nilai-nilai
budaya lokal seperti tabu, kebiasaan-kebiasaan, dll.
5) Kerjasama dan partisipasi,
artinya penyuluhan hanya akan efektif jika mampu menggerakkan partisipasi
masyarakat untuk selalu bekerjasama dalam melaksanakan program-program
penyuluhan yang telah dirancang.
6) Demokrasi dalam penerapan ilmu,
artinya dalam penyu-luhan harus selalu memberikan kesempatan kepada
masyarakatnya untuk menawar setiap ilmu alternatif yang ingin diterapkan.
Yang dimaksud demokrasi di sini, bukan terbatas pada tawar-menawar tentang
ilmu alternatif saja, tetapi juga dalam penggunaan metoda penyuluhan, serta
proses pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh masyarakat
sasarannya.
7) Belajar sambil bekerja,
13
artinya dalam kegiatan penyuluh-an harus diupayakan agar masyarakat dapat
"belajar sambil bekerja" atau belajar dari pengalaman tentang segala sesuatu
yang ia kerjakan. Dengan kata lain, penyuluhan tidak hanya sekadar
menyampaikan informasi atau konsep-konsep teoritis, tetapi harus
memberikan kesempatan kepada masyarakat sasaran untuk mencoba atau
memperoleh pangalaman melalui pelaksanaan kegiatan secara nyata.
8) Penggunaan metoda yang sesuai,
artinya penyuluhan harus dilakukan dengan penerapan metoda yang selalu
disesuaikan dengan kondisi (lingkungan fisik, kemampuan ekonomi, dan nilai
sosialbudaya) sasarannya. Dengan kata lain, tidak satupun metoda yang dapat
diterapkan di semua kondisi sasaran dengan efektif dan efisien.
9) Kepemimpinan,
artinya, penyuluh tidak melakukan kegi-atan-kegiatan yang hanya bertujuan
untuk kepenting-an/kepuasannya sendiri, dan harus mampu mengembang-kan
kepemimpinan.
Dalam hubungan ini, penyuluh sebaiknya mampu menum-buhkan pemimpin-
pemimpin lokal atau memanfaatkan pemimpin lokal yang telah ada untuk
membantu kegiatan penyuluhannya.
10)Spesialis yang terlatih,
artinya, penyuluh harus benar-benar orang yang telah memperoleh latihan
khusus tentang segala sesuatu yang sesuai dengan fungsinya sebagai penyuluh.
Penyuluh-penyuluh yang disiapkan untuk menangani kegiatan-kegiatan
khusus akan lebih efektif dibanding yang disiapkan untuk melakukan
beragam kegiatan (meskipun masih berkaitan dengan kegiatan pertanian).
11)Segenap keluarga,
artinya, penyuluh harus memperhatikan keluarga sebagai satu kesatuan dari
unit sosial.
12)Kepuasan,
artinya, penyuluhan harus mampu mewujudkan tercapainya kepuasan.
Adanya kepuasan, akan sangat menentukan keikutsertaan sasaran pada
program-program penyuluhan selanjutnya.
14
BAB III
PENUTUP
15
penyuluhan dapat diakui dan dikembangkan lagi semata-mata untuk mencapai
perubahan perilaku masyarakat yang tidak akan pernah berkesudahan.
Daftar Pustaka
16