OLEH :
KELOMPOK VI
David Rantetana L 111 16 313 Muh. Syuhdi Ilham L 011 17 1 537
Muh. Taufik Rabbani L 011 17 1 517 Rahmat Hidayar H R L 011 17 1 523
Fauzan Fahrizal Parma L 011 17 1 533 Axel Bimo Kneefel L 011 17 1 032
Firly Maulana L 011 17 1 502 Deliana Agresita L 011 17 1 029
Try Aswandi Saputra L 011 17 1 330 Devani Cahya Lestari L 011 17 1 017
DAFTAR ISI
Contents
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 2
I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 3
B. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 4
II. ISI ............................................................................................................................... 5
A. Ketam Kenari .......................................................................................................... 5
B. Siklus Hidup Ketam Kenari .................................................................................... 6
C. Pemeliharaan Larva dan Juvenil Ketam Kenari...................................................... 8
III. PENUTUP................................................................................................................ 14
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 14
B. Saran ..................................................................................................................... 14
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 15
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara dengan sumber daya yahati laut yang begitu kaya.
Hal tersebut dikarenakan Indonesia merupakan Negara dengan wilayah lautan yang lebih
luas dari daratan menjadikan Indonesia sebagai salah satu Negara kepulauan terbesar di
dunia yang memiliki beragam potensi. Potensi tersebut dapat digunakan untuk menunjang
kehidupan masyarakat, baik dari segi ekonomi, social, maupun mempertahankan
kebudayaan. Salah satu kekayaan hayati Indonesia yang data dimanfaatkan adalah dari
kelompok Crustacea yang dikenal dengan sebutan ketam kenari atau kepiting kenari.
Di Indonesia, kepiting kenari Robber Crab atau kepiting kelapa dan ketam kelapa
Coconut Crab (Birgus latro) tersebar di kawasan Indonesia bagian timur yaitu di pulau-
pulau di Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan. Papua. Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku dan Papua. Di Sulawesi, kepiting kenari terdapat di wilayah Kepulauan Talaud,
·sulawesi Utara · (Boneka, 1990), Pulau Pasoso (Sulistiono, 2006), sedangkan di Nusa
Tenggara terdapat di pantai berbatu Pulau Yam dena (Monk dkk, 2000), dan di
Kalimantan terdapat di Pulau Derawari.
Kondisi populasi Ketam Kenari saat ini mengalami penurunan, sehingga perlu
dilindungi agar tidak punah. Penurunan populasi kepiting tersebut di alam diperkirakan
akibat adanya perubahan lingkungan (habitat, makanan, dan predator). Penurunan kodisi
habitat tersebut secara tidak langsung disebabkan oleh aktivitas manusia (penebangan
hutan, penghunian, kedatangan transmigran yang membawa hewan pemangsa, dan
ekploitasi). Keberadaan kepiting kenari di alam sudah sangat mengkhawatirkan. Kepiting
kenari (Birgus latro) merupakan salah satu spesies dari krustasea yang sudah dianggap
langka dan dikelompokkan ke dalam kategori rawan oleh IUCN (Wells et a/. 1983).
Kepiting ini juga memiliki pertumbuhan yang sangat lambat sehingga dikhawatirkan
populasinya dapat menurun secara drastis di alam jika eksploitasi berlangsung terus
menerus tanpa ada upaya pelestariannya.
Mengingat di Indonesia penyebarannya terbatas pada Kawasan timur saja, maka
Pemerintah Indonesia melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan
No.12/KPTSII/1987(PPSDAHP, 198711988) telah melakukan tindakan perlindungan
terhadap kepiting kenari, namun usaha yang dilakukan baru sebatas penetapan hewan ini
sebagai hewan yang dilindungi. Belum ada upaya dalam menetapkan suatu kawasan atau
pulau sebagai kawasan konservasi bagi kelangsungan hidup kepiting yang hampir punah
ini. Usaha pemerintah untuk tetap mempertahankan populasi hewan ini mengalami
B. Tujuan Penulisan
II. ISI
A. Ketam Kenari
Ketam kenari ((Birgus
Birgus latro) adalah salah satu anggota dari ordo Decapoda
yang banyak menghabiskan waktunya di daratan. Ketam kenari adalah crustacea
yang paling besar dibandingkan dengan jenis
jenis-jens
jens crustacea lainnya, sehingga
dikenal sebagai Arthtropoda daratan terbes
terbesar di dunia.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Order : Decapoda
Family : Coenobitidae
Genus : Birgus
Species : Birgus latro
Ketam kenari menyebar luas dari lautan Pasifik Barat hingga Samudra
Hindia bagian timur. Di daerah tersebut hewan ini menempati pulau-pulau berbatu
di kawasan lautan. Selain itu ketam kenari ini juga hidup di daerah pantai yang
menyatu dengan daratan kepulauan dan umumnya tidak dijumpai di daerah karang
atol karena di wilayah tersebut sumber makanan yang dibutuhkan tidak memadai.
Di Aldabra dilaporkan masih terdapat ketam kenari namun di Kepulauan
Seychelles diperkirakan sudah tidak ditemukan lagi. Ketam kenari juga tersebar di
pulau-pulau kecil di wilayah pantai Tanzania dan Sentinal selatan (Andaman dan
Nikobar), Kepulauan Keeling dan Mauritius. Di Filipina dilaporkan hanya
terdapat di Pulau Ilongo dan sebagian di Pulau Cebu. Di kawasan Pasifik ketam
kenari dapat dijumpai di Ryukus, Fiji dan Kepulauan Marshall kecuali Kepulauan
Hawaii, Wake dan Midway. Di Papua Nugini biota ini dapat ditemukan di
Propinsi Manus, yakni di Rantan, Sae dan Los Negros (PPSDAHP, 1987/1988).
Di Indonesia ketam kenari terutama ditemukan di kawasan Indonesia
bagian timur yaitu di Pulau-Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.
Di Sulawesi, ketam kenari terdapat di wilayah Kepulauan Talaud (Sulawesi
Utara) (Boneka, 1990), Pulau Siompu, Tongali, Kaimbulawa dan Liwutongkidi
(Sulawesi Tenggara) (Ramli, 1997), Pulau Pasoso (Sulistiono dkk., 2005),
sedangkan di Nusa Tenggara terdapat di pantai Pulau Yamdena (Monk
dkk.,2000), dan di Kalimantan terdapat di Pulau Derawan (Sulistiono dkk., 2005).
Fase setelah telur yang baru menetas disebut fase zoea. Fase ini biasanya
berlangsung sekitar 30 hari yang terdir
terdiri dari lima tahap. Tiap--tiap tahap akan
mengalami perubahan bentuk dan ukuran. Tahap zoea pertama berlangsung 55- 6
hari setelah telur menetas dan pergantian ke tahap zoea kedua terjadi pada hari ke
empat. Tahap zoea kedua berlangsung sekitar 3 – 15 hari dari
ri kehidupan larva dan
selesai dalam waktu 10 hari. Lamanya tahap zoea ketiga ini umumnya 88-9 hari.
Pergantian ke tahap keempat dimulai pada hari ke 15 dari kehidupan larva sampai
kira-kira
kira hari ke 24. Burayak biasanya mengalami pergantian kulit pada hari ke 18
– 20 dan terjadi sangat aktif. Setelah selesai berganti kulit, zoea memasuki tahap
keempat dan lamanya tahap ini berkisar antara 6 – 12 hari. Ketika usia sekitar 30
hari, fase Zoea akan segera beralih ke fase post larva atau “Glaucothoe” (Schiller
et al., 1991). Berikut merupakan siklus hidup ketam kenari :
selama itu juga akan tetap memerlukan cangkang lain sebagai tempat
perlindungannya (Supyan, 2013).
Pada fase post larva, dimana kepiting kenari sudah mulai tumbuh menjadi
kepiting muda (Kelomang) yang hidup di darat, dilakukan pemberian
pakan berupa kelapa yang dicacah dan pakan tambahan yang terbuat dari
campuran kelapa, terigu, tepung ikan, vitamin mix, mineral mix, dan
Kalsium (Supyan, 2013).
Kepiting kenari berusia dewasa setelah 4 tahun dan pada fase ini kepiting
kenari tidak membutuhkan cangkang dari makhluk hidup lain serta siap
untuk bereproduksi (Supyan, 2013).
Berikut ini, merupakan sajian tabel yang menggambarkan secara
spesifik perkembangan atau pertumbuhan ketam kenari :
7 Kelomang <100 12 sd 24
8 Remaja 22
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa perbenihan dan
penangkaran ketam kenari sebagai salah satu hewan yang mulai terancam punah
sangat dibutuhkan saat ini. Hal tersebut karena tingginya eksploitasi di alam,
sedangkan kepiting kenari baru akan mencapai matang gonad pada usia 3,5-4
tahun. Selain itu, dari beberpa penelitian yang telah dibahas, khususnya penelitian
dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, belum ditemukan adanya suplemen atau
pakan tambahan yang mampu merangsang pertumbuhan serta percepatan
kematangan gonad dari ketam kenari sendiri, melainkan hanya sebatas pada
penetasan dengan tingkat sintasan sebesar 60-80%.
B. Saran
Penelitian mengenai kepiting kenari masih sangat jarang dilakukan
utamanya untuk mendukung konservasi dan rehabilitasi dari salah satu spesies
langka ini. Semoga di waktu yang akan datang lebih anyak anak muda yang
tertarik dalam pengembangan perbenihan dan penangkaran kepiting kenari ini.
Daftar Pustaka
Altevogt R, Davis TA. 1975. Birgus latro: India's monstrous crab. A study and an
appeal. Bulletin of the Department of Marine Sciences, University of
Cochin. : Kepiting Kelapa. Wikipedia Berbahasa Indonesia.
Boneka, F.B. 1990. Mengenal Birgus latro melalui aktivitas penangkapan di Pulau
Salibabu. Jurnal Fakultas Perikanan Unsrat, 1 (2) : 113-11
Eldredge LG. 1996. Birgus latro. In: IUCN 2010. IUCN Red List of Threatened
Species. Version 2010.
Ramli, M. 1997. Studi Preferensi Habitat Kepiting Kelapa (Birgus latro L.)
Dewasa di Pulau Siompu dan Liwutongki di Buton, Sulawesi Tenggara.
Tesis. Institut Pertanian Bogor.