Anda di halaman 1dari 15

Tugas Kelompok

PERBENIHAN KEPITING KENARI


MELIPUTI PEMELIHARAAN LARVA DAN JUVENIL

OLEH :
KELOMPOK VI
David Rantetana L 111 16 313 Muh. Syuhdi Ilham L 011 17 1 537
Muh. Taufik Rabbani L 011 17 1 517 Rahmat Hidayar H R L 011 17 1 523
Fauzan Fahrizal Parma L 011 17 1 533 Axel Bimo Kneefel L 011 17 1 032
Firly Maulana L 011 17 1 502 Deliana Agresita L 011 17 1 029
Try Aswandi Saputra L 011 17 1 330 Devani Cahya Lestari L 011 17 1 017

MATA KULIAH PERBENIHAN DAN PENANGKARAN BIOTA LAUT


DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS LMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
2

DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 2
I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 3
B. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 4
II. ISI ............................................................................................................................... 5
A. Ketam Kenari .......................................................................................................... 5
B. Siklus Hidup Ketam Kenari .................................................................................... 6
C. Pemeliharaan Larva dan Juvenil Ketam Kenari...................................................... 8
III. PENUTUP................................................................................................................ 14
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 14
B. Saran ..................................................................................................................... 14
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 15

Perbenihan dan Penangkaran Biota Laut


Pemeliharaan Larva dan Juvenil Ketam Kenari
Departemen Ilmu Kelautan_UNHAS_2019
3

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara dengan sumber daya yahati laut yang begitu kaya.
Hal tersebut dikarenakan Indonesia merupakan Negara dengan wilayah lautan yang lebih
luas dari daratan menjadikan Indonesia sebagai salah satu Negara kepulauan terbesar di
dunia yang memiliki beragam potensi. Potensi tersebut dapat digunakan untuk menunjang
kehidupan masyarakat, baik dari segi ekonomi, social, maupun mempertahankan
kebudayaan. Salah satu kekayaan hayati Indonesia yang data dimanfaatkan adalah dari
kelompok Crustacea yang dikenal dengan sebutan ketam kenari atau kepiting kenari.
Di Indonesia, kepiting kenari Robber Crab atau kepiting kelapa dan ketam kelapa
Coconut Crab (Birgus latro) tersebar di kawasan Indonesia bagian timur yaitu di pulau-
pulau di Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan. Papua. Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku dan Papua. Di Sulawesi, kepiting kenari terdapat di wilayah Kepulauan Talaud,
·sulawesi Utara · (Boneka, 1990), Pulau Pasoso (Sulistiono, 2006), sedangkan di Nusa
Tenggara terdapat di pantai berbatu Pulau Yam dena (Monk dkk, 2000), dan di
Kalimantan terdapat di Pulau Derawari.
Kondisi populasi Ketam Kenari saat ini mengalami penurunan, sehingga perlu
dilindungi agar tidak punah. Penurunan populasi kepiting tersebut di alam diperkirakan
akibat adanya perubahan lingkungan (habitat, makanan, dan predator). Penurunan kodisi
habitat tersebut secara tidak langsung disebabkan oleh aktivitas manusia (penebangan
hutan, penghunian, kedatangan transmigran yang membawa hewan pemangsa, dan
ekploitasi). Keberadaan kepiting kenari di alam sudah sangat mengkhawatirkan. Kepiting
kenari (Birgus latro) merupakan salah satu spesies dari krustasea yang sudah dianggap
langka dan dikelompokkan ke dalam kategori rawan oleh IUCN (Wells et a/. 1983).
Kepiting ini juga memiliki pertumbuhan yang sangat lambat sehingga dikhawatirkan
populasinya dapat menurun secara drastis di alam jika eksploitasi berlangsung terus
menerus tanpa ada upaya pelestariannya.
Mengingat di Indonesia penyebarannya terbatas pada Kawasan timur saja, maka
Pemerintah Indonesia melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan
No.12/KPTSII/1987(PPSDAHP, 198711988) telah melakukan tindakan perlindungan
terhadap kepiting kenari, namun usaha yang dilakukan baru sebatas penetapan hewan ini
sebagai hewan yang dilindungi. Belum ada upaya dalam menetapkan suatu kawasan atau
pulau sebagai kawasan konservasi bagi kelangsungan hidup kepiting yang hampir punah
ini. Usaha pemerintah untuk tetap mempertahankan populasi hewan ini mengalami

Perbenihan dan Penangkaran Biota Laut


Pemeliharaan Larva dan Juvenil Ketam Kenari
Departemen Ilmu Kelautan_UNHAS_2019
4

hambatan karena penduduk masih menangkap tanpa memperhatikan aspek


kelestariannya.
Oleh karena itu pengetahuan mengenai penangkaran atau pembudidayaan
kepiting kenari dalam bentuk benih akan sangt diperlukan untuk mendukung
kelangsungan dan kelestarian spesies yang sudah mulai langka ini.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui teknik perbenihan


kepiting kenari (Birgus latro) khususnya dalam hal pemeliharaan larva dan juvenile
untukk tujuan konservasi dan pelestarian kepiting kenari.

Perbenihan dan Penangkaran Biota Laut


Pemeliharaan Larva dan Juvenil Ketam Kenari
Departemen Ilmu Kelautan_UNHAS_2019
5

II. ISI
A. Ketam Kenari
Ketam kenari ((Birgus
Birgus latro) adalah salah satu anggota dari ordo Decapoda
yang banyak menghabiskan waktunya di daratan. Ketam kenari adalah crustacea
yang paling besar dibandingkan dengan jenis
jenis-jens
jens crustacea lainnya, sehingga
dikenal sebagai Arthtropoda daratan terbes
terbesar di dunia.

Gambar 1. Ketam Kenari (Birgus latro)

Ketam kenari (Birgus latro) merupakan hewan yang hidupnya di sekitar


pantai dan lebih aktif mencari makan pada malam hari. Hewan ini merupakan
hewan yang dilindungi oleh Pemerintah Republik Indonesia (PP No 9 Tahun
1999), karena populasinya diperkirakan telah menurun dan mulai jarang
ditemukan di alam. Kondisi demikian diduga selain sebagai akibat kegiatan
penangkapan yang dilakukan secara terus
terus-menerus
menerus tanpa memperhatikan aspek
pelestariannya, juga diduga sebagai akibat habitat ketam kenari yang telah
terkonversi menjadi peruntukan lain. Hewan ini juga telah dimasukan ke dalam
“red list” IUCN dengan alasan utama informasi biologinya yang masih sangat
terbatas (PPSDAHP, 198
1987/1988).
Ketam kenari atau Birgus latro termasuk ke dalam Kelas crustasea, Filum
Arthropoda darat yang terbesar di dunia. Penduduk Kepulauan Maluku
menyebutnya ketam kenari. Ketam kenari ini dikenal karena kemampuannya
mengupas buah kelapa dengan capitnya yang kuat untuk memakan isinya,
satusatunya spesies dari Genus Birgus. Menurut Eldredge (1996) ketam kenari
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Perbenihan dan Penangkaran Biota Laut


Pemeliharaan Larva dan Juvenil Ketam Kenari
Departemen Ilmu Kelautan_UNHAS_2019
6

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Order : Decapoda
Family : Coenobitidae
Genus : Birgus
Species : Birgus latro
Ketam kenari menyebar luas dari lautan Pasifik Barat hingga Samudra
Hindia bagian timur. Di daerah tersebut hewan ini menempati pulau-pulau berbatu
di kawasan lautan. Selain itu ketam kenari ini juga hidup di daerah pantai yang
menyatu dengan daratan kepulauan dan umumnya tidak dijumpai di daerah karang
atol karena di wilayah tersebut sumber makanan yang dibutuhkan tidak memadai.
Di Aldabra dilaporkan masih terdapat ketam kenari namun di Kepulauan
Seychelles diperkirakan sudah tidak ditemukan lagi. Ketam kenari juga tersebar di
pulau-pulau kecil di wilayah pantai Tanzania dan Sentinal selatan (Andaman dan
Nikobar), Kepulauan Keeling dan Mauritius. Di Filipina dilaporkan hanya
terdapat di Pulau Ilongo dan sebagian di Pulau Cebu. Di kawasan Pasifik ketam
kenari dapat dijumpai di Ryukus, Fiji dan Kepulauan Marshall kecuali Kepulauan
Hawaii, Wake dan Midway. Di Papua Nugini biota ini dapat ditemukan di
Propinsi Manus, yakni di Rantan, Sae dan Los Negros (PPSDAHP, 1987/1988).
Di Indonesia ketam kenari terutama ditemukan di kawasan Indonesia
bagian timur yaitu di Pulau-Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.
Di Sulawesi, ketam kenari terdapat di wilayah Kepulauan Talaud (Sulawesi
Utara) (Boneka, 1990), Pulau Siompu, Tongali, Kaimbulawa dan Liwutongkidi
(Sulawesi Tenggara) (Ramli, 1997), Pulau Pasoso (Sulistiono dkk., 2005),
sedangkan di Nusa Tenggara terdapat di pantai Pulau Yamdena (Monk
dkk.,2000), dan di Kalimantan terdapat di Pulau Derawan (Sulistiono dkk., 2005).

B. Siklus Hidup Ketam Kenari


Selama siklus hidupnya, ketam kenari memiliki dua habitat yaitu di darat
dan laut. Pada masa inkubasi sampai matang telur berlangsung di darat,sedangkan
masa penetasan telur sampai telur menjadi burayak (benih) hidup sebagai
planktonik yang hidup bebas di laut kemudian setelah dewasa kembali ke daratan.

Perbenihan dan Penangkaran Biota Laut


Pemeliharaan Larva dan Juvenil Ketam Kenari
Departemen Ilmu Kelautan_UNHAS_2019
7

Fase setelah telur yang baru menetas disebut fase zoea. Fase ini biasanya
berlangsung sekitar 30 hari yang terdir
terdiri dari lima tahap. Tiap--tiap tahap akan
mengalami perubahan bentuk dan ukuran. Tahap zoea pertama berlangsung 55- 6
hari setelah telur menetas dan pergantian ke tahap zoea kedua terjadi pada hari ke
empat. Tahap zoea kedua berlangsung sekitar 3 – 15 hari dari
ri kehidupan larva dan
selesai dalam waktu 10 hari. Lamanya tahap zoea ketiga ini umumnya 88-9 hari.
Pergantian ke tahap keempat dimulai pada hari ke 15 dari kehidupan larva sampai
kira-kira
kira hari ke 24. Burayak biasanya mengalami pergantian kulit pada hari ke 18
– 20 dan terjadi sangat aktif. Setelah selesai berganti kulit, zoea memasuki tahap
keempat dan lamanya tahap ini berkisar antara 6 – 12 hari. Ketika usia sekitar 30
hari, fase Zoea akan segera beralih ke fase post larva atau “Glaucothoe” (Schiller
et al., 1991). Berikut merupakan siklus hidup ketam kenari :

Gambar 2. Siklus Hidup Ketam Kenari


Biasanya setiap berganti kulit, ketam kenari akan mengganti cangkangnya
dengan menyesuaikan pertambahan tubuhnya. Tingkah laku ini menjadikannya
sebagai hewan pembawa cangkang yang dapat berlangsung sampai 2,5 tahun,
selanjutnya ketam kenari meninggalkan cangkang dan berkembang menjadi ketam
kenari dewasa. Ketam kenari muda yang tidak dapat menemukan cangkang untuk
ukuran yang tepat, biasanya menggunakan potongan-potongan
potongan kelapa rusak
(Schiller et al., 1991).

Perbenihan dan Penangkaran Biota Laut


Pemeliharaan Larva dan Juvenil Ketam Kenari
Departemen Ilmu Kelautan_UNHAS_2019
8

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Schiller et al. (1991) menyatakan


bahwa ketam kenari mencapai matang gonad pada umur 3,5 – 5 tahun, dan sudah
mulai melakukan aktivitas dan. Umur dari ketam kenari dapat mencapai 30-60
tahun (Altevogt dan Davis, 1975).

C. Pemeliharaan Larva dan Juvenil Ketam Kenari


Pada bagian ini, penulis mengutip hasil penelitian Sulistiono et al, 2009,
yang mencoba melakukan pengkajian menganai penetasan telur Ketam Kenari
untuk mengkaji teknik penetasan dan pembesaran benih ketam kenari (Birgus
latro) yang dipelihara pada kolam penangkaran yang dilakukan di Ds Citarate,
Kabupaten Lebak, Banten.
Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut, adalah sebagai berikut :
a. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan.
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas biota
target berupa kepiting kenari, pakan dan peralatan pemeliharaan, yang secara
rinci sebagai berikut : bak pembesaran 5 x 6 x 1 m3 (3 buah) yang terbagi
menjadi 30 kotak ukuran 1 x 1 x 1,2 m3 per buah, akuarium ukuran 0,5 x 0,4
x 0,75 m2 pakan berupa kelapa, ikan tembang yang sudah direbus, jagung
dan sayur. Selain itu kolam dilengkapi dengan air tawar, dan air laut.
b. Pemeliharaan Induk.
Induk yang digunakan berasal dari Pulau Yoi, Kecamatan Pulau Gebe,
Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku Utara. Proses penangkapan
dilakukan pada malam hari dengan mempergunakan umpan berupa kelapa
yang ditempatkan di lokasi yang diperkirakan terdapat ketam kenari, yait
berupa lubang, gua atau tumpukan batu-batu yang berada dalam keadaan
basah/lembab.
Induk yang berasal dari alam dipelihara dalam bak beton yang
berukuran 2x2x1.5 m3 di kolam penangkaran Citarate, pantai selatan,
Kabupaten Lebak, Banten. Kondisi induk yang memiliki telur tersebut
(ovigerous female) diberi pakan berupa kelapa dan ikan tembang. Selain itu,
untuk menjaga kesehatan, Vitamin C yang telah dicampurkan dengan parutan
kelapa juga diberikan. Pergantian makanan dan air (laut dan tawar) dilakukan
sebanyak 2 hari sekali.

Perbenihan dan Penangkaran Biota Laut


Pemeliharaan Larva dan Juvenil Ketam Kenari
Departemen Ilmu Kelautan_UNHAS_2019
9

Gambar 3. Bak penangkaran untuk pematangan gonad


Penggantian air laut dan air tawar dilakukan setiap 3 hari sekali, namun
demikian penggantian air dapat dilakukan sewaktu
sewaktu-waktu
waktu disesuikan dengan
kondisi kualitas airnya. Air laut dan air tawar yang digunakan sudah
diendapkan dan diaerasi selama 24 jam, air tersebut selanjutnya
didistribusikan ke setiap bak pemeliharaan induk kepiting kenari.
kenari
Di alam, kepiting kenari dewasa beruaya ke laut untuk melakukan
pemijahan. Ruaya ini bertujuan untuk menemukan perairan yang bersalinitas
tinggi guna untuk kehidupan larva stadia awal (zoea). Proses Pemijahan
kepiting kenari belangsung se
secara
cara internal, dimana setelah massa telur
dikeluarkan dari ovary dan pada saat yang bersamaanpun terjadi
pembuahan. Massa telur yang telah dikeluarkan pada mulanya berserakan
sebelum menempel pada umbai-umbai
umbai kaki renang (endopodit) yang terletak
dibagian bawah abdomen. Pada saat tersebut telur mulai mengalami
pengeraman dan induk kemudian dipindahkan ke dalam bak pegeraman
(inkubasi) telur.

Gambar 4. Pemijahan kepiting kenari

Lama waktu pengeraman (inkubasi) telur kepiting kenari berfluktuasi


sesuai dengan suhu air dan lingkungannya. Dari ke enam kepiting kenari yang

Perbenihan dan Penangkaran Biota Laut


Pemeliharaan Larva dan Juvenil Ketam Kenari
Departemen Ilmu Kelautan_UNHAS_2019
10

bertelur memiliki bobot rata


rata-rata
rata 0.156 kg dan bobot setelah aborsi sebesar
0.134 kg. Wadah untuk inkubasi menggunakan bak beton yang pada bagian
baknyaa terdapat cekungan untuk air laut dan air tawar yang disertai dengan
aerasi. Pada bagian samping ditutup dengan pelepah kelapa berdaun untuk
peneduh dan atap bak terbuat dari asbes bergelombang untuk menghindari
masuknya cahaya. Selama masa pengeraman telur-telur
telur kepiting kenari
mengalami perubahan mulai dari warna kuning, orange, coklat dan kemudian
kehitaman akibat terjadi perkembangan embrio didalam telur..
c. Penetasan
Induk tersebut dipelihara sampai menetaskan secara semi alami di
kolam air laut (ukuran 2x1x30 cm3) yang terdapat di kolam tersebut. Pada
kegiatan penetasan, diamati perkembangan telur yang menetas.

Gambar 5.. Perkembangan Larva kepiting Kenari


 Untuk pemeliharaan larva jika terjadi penetasan, dilakukan pembersihan
akuarium, pemeliharaan Rotifer, Chlorella, Tetraselmis dan Artemis
sebagai makanan alami yang akan diberikan pada larva. Kegiatan ini
dilakukan hingga fase post larva dimana benih kepiting kenari masih
dalam vase hidup planktonik.
 Setelah memasuki fase po
post
st larva, kepiting dipindahkan ke dalam bak
pembesaran yang memiliki kolam air tawar dan air laut serta pasir di
dalamnya, karena pada fase ini ketam kenari akan memulai hidup sebagai
amfibi dan mulai menggali pasir. Bak pembesaran juga kemudian diberi
bekas-bekas
bekas cangkang gastropoda yang berbeda ukuran serta tempurung
atau kulit kelapa, hal ini karena kepiting kenari akan mengalami
pergantian kulit sebanyak 8 kali hingga ia dewasa pada usia 2,5 tahun, dan

Perbenihan dan Penangkaran Biota Laut


Pemeliharaan Larva dan Juvenil Ketam Kenari
Departemen Ilmu Kelautan_UNHAS_2019
11

selama itu juga akan tetap memerlukan cangkang lain sebagai tempat
perlindungannya (Supyan, 2013).
 Pada fase post larva, dimana kepiting kenari sudah mulai tumbuh menjadi
kepiting muda (Kelomang) yang hidup di darat, dilakukan pemberian
pakan berupa kelapa yang dicacah dan pakan tambahan yang terbuat dari
campuran kelapa, terigu, tepung ikan, vitamin mix, mineral mix, dan
Kalsium (Supyan, 2013).
 Kepiting kenari berusia dewasa setelah 4 tahun dan pada fase ini kepiting
kenari tidak membutuhkan cangkang dari makhluk hidup lain serta siap
untuk bereproduksi (Supyan, 2013).
Berikut ini, merupakan sajian tabel yang menggambarkan secara
spesifik perkembangan atau pertumbuhan ketam kenari :

No Fase Ukuran ( mm) Waktu (Hari)

1 Telur 0,79 ± 0,20 24 sd 45


2 Zoea I 2,80 ± 0,12 5 sd 6
3 Zoea II 3,40 ± 0,03 5 sd 5
4 Zoea III 3,90 ± 0,10 8 sd 9
5 Zoea IV 4,40 ± 0,13 6 sd 12
6 Glaucothoe 4,00 21 sd 28

7 Kelomang <100 12 sd 24
8 Remaja 22

Tabel 1. Pertumbuhan Kepiting Kenari

Perbenihan dan Penangkaran Biota Laut


Pemeliharaan Larva dan Juvenil Ketam Kenari
Departemen Ilmu Kelautan_UNHAS_2019
12

Gambar 6. Sketsa Kolam Penetasan

Gambar 7. Sketsa Kolam Pembesaran II

Perbenihan dan Penangkaran Biota Laut


Pemeliharaan Larva dan Juvenil Ketam Kenari
Departemen Ilmu Kelautan_UNHAS_2019
13

Gambar 8. Skematik Kolam Penetasan Kepiting Kenari

d. Analisis data di Laboratorium.


Dalam hasil penelitian percobaan penetasan telur ketam kenari ini, maka
diperoleh nilai sintasan sebesar 70
70-80%.

Perbenihan dan Penangkaran Biota Laut


Pemeliharaan Larva dan Juvenil Ketam Kenari
Departemen Ilmu Kelautan_UNHAS_2019
14

III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa perbenihan dan
penangkaran ketam kenari sebagai salah satu hewan yang mulai terancam punah
sangat dibutuhkan saat ini. Hal tersebut karena tingginya eksploitasi di alam,
sedangkan kepiting kenari baru akan mencapai matang gonad pada usia 3,5-4
tahun. Selain itu, dari beberpa penelitian yang telah dibahas, khususnya penelitian
dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, belum ditemukan adanya suplemen atau
pakan tambahan yang mampu merangsang pertumbuhan serta percepatan
kematangan gonad dari ketam kenari sendiri, melainkan hanya sebatas pada
penetasan dengan tingkat sintasan sebesar 60-80%.
B. Saran
Penelitian mengenai kepiting kenari masih sangat jarang dilakukan
utamanya untuk mendukung konservasi dan rehabilitasi dari salah satu spesies
langka ini. Semoga di waktu yang akan datang lebih anyak anak muda yang
tertarik dalam pengembangan perbenihan dan penangkaran kepiting kenari ini.

Perbenihan dan Penangkaran Biota Laut


Pemeliharaan Larva dan Juvenil Ketam Kenari
Departemen Ilmu Kelautan_UNHAS_2019
15

Daftar Pustaka

Altevogt R, Davis TA. 1975. Birgus latro: India's monstrous crab. A study and an
appeal. Bulletin of the Department of Marine Sciences, University of
Cochin. : Kepiting Kelapa. Wikipedia Berbahasa Indonesia.

Boneka, F.B. 1990. Mengenal Birgus latro melalui aktivitas penangkapan di Pulau
Salibabu. Jurnal Fakultas Perikanan Unsrat, 1 (2) : 113-11

Eldredge LG. 1996. Birgus latro. In: IUCN 2010. IUCN Red List of Threatened
Species. Version 2010.

Monk A., De Fretes Y, Reksodihardjo-Liley G. 2000., Ekologi Nusantara dan


Maluku. Prenhallindo, Jakarta. 966 hal.

PPSDAHP (Proyek Pengembangan Sumber Daya Alam Hayati Pusat).


1987/1988. Deskripsi Biota Laut Langka. Departemen Kehutanan
Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. Bogor.

Ramli, M. 1997. Studi Preferensi Habitat Kepiting Kelapa (Birgus latro L.)
Dewasa di Pulau Siompu dan Liwutongki di Buton, Sulawesi Tenggara.
Tesis. Institut Pertanian Bogor.

Sulistiono, Muslihuddin, S. Refiani. 2005. Teknologi penangkaran kepiting kelapa


(Birgus latro) di Indonesia. Laporan Penelitian. Institut Pertanian Bogor

Sulistiono, Abdillah,Vitas, Charles P Simanjutak. 2009. Teknologi Produksi Bibit


Ketam Kenari (Birgus Latro) : Penetasan Telur Ketam Kenari. Prosiding
Seminar Hasil Penelitian-IPB

Supyan. 2013. Karakteristik Habitat Dan Beberapa Aspek Reproduksi Kepiting


Kelapa (Birgus Latro) Di Pulau Uta Propinsi Maluku Utara. Tesis.
Institut Pertanian Bogor.

Schiller C, Fielder DR, Brown IW Obed A. 1991. Reproduction, early life-history


and recruitment. In I. W. Brown & D. R. Fielder. The coconut crab:
aspects of Birgus latro biology and ecology in Vanuatu. ACIAR
Monograph. pp. 13–35. ISBN 1863200541.

Perbenihan dan Penangkaran Biota Laut


Pemeliharaan Larva dan Juvenil Ketam Kenari
Departemen Ilmu Kelautan_UNHAS_2019

Anda mungkin juga menyukai