(Cyprinus carpio)
LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Oleh :
Kelompok 6/Perikanan A
Drian Alif Anando 230110180022
Fajar Nurul Arifah 230110180024
Tiar Tiarawaty 230110180027
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2019
ANALISIS ASPEK BIOLOGI IKAN MAS
(Cyprinus carpio)
LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Untuk Memenuhi Laporan Praktikum Biologi Perikanan
Disusun Oleh :
Kelompok 6/Perikanan A
Drian Alif Anando 230110180022
Fajar Nurul Arifah 230110180024
Tiar Tiarawaty 230110180027
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui:
Asisten Laboratorium
Afifah Sabila
NPM. 230110170074
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat
dan karunia-Nya, laporan praktikum Biologi Perikanan mengenai “Analisis Aspek
Biologis Ikan Mas (Cyprinus carpio)” dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Laporan ini disusun dengan hasil praktikum yang telah dilakukan du
laboratorium dengan tujuan dapat memenuhi tugas laporan akhir Praktikum Biologi
Perikanan.
Laporan ini dapat tersusun tak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena
itu kelompok 6 mengucapkan terima kasih kepada:
Jatinangor, 2019
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
KATA PENGANTAR ........................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .............................................................................. v
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... vii
PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................. 2
1.3 Manfaat ............................................................................................... 2
ii
3.3 Prosedur Praktikum ........................................................................... 15
3.3.1 Prosedur Analisis Pertumbuhan......................................................... 15
3.3.2 Prosedur Analisis Reproduksi ........................................................... 15
3.3.3 Prosedur Analisis Kebiasaan Makanan ............................................. 15
3.4 Parameter Praktikum ......................................................................... 16
3.4.1 Parameter Praktikum ......................................................................... 16
3.4.2 Faktor Kondisi (Indeks Ponderal)...................................................... 16
3.4.3 Rasio Kelamin ................................................................................... 17
3.4.4 Indeks Kematangan Gonad (IKG) ..................................................... 17
3.4.5 Hepato Somatik Indeks (HSI)............................................................ 17
3.4.6 Fekunditas .......................................................................................... 18
3.4.7 Diameter Telur ................................................................................... 18
3.4.8 Tingkat Kematangan Telur ................................................................ 18
3.4.9 Indeks Bagian Terbesar (Index of Preponderance) ........................... 18
3.4.10 Indeks Ivlev (Index of Electivity)....................................................... 19
3.4.11 Tingkat Trofik ................................................................................... 19
3.5 Analisis Data ..................................................................................... 19
3.5.1 Analisis Data Hubungan Panjang Bobot ........................................... 20
KESIMPULAN ................................................................................ 35
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 35
5.2 Saran .................................................................................................. 35
iii
LAMPIRAN ..................................................................................... 40
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Beberapa hal yang penting dalam kegiatan budidaya antara lain tersedianya
benih yang baik ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitas, cara pemeliharaan,
pemberian pakan, pengaturan kualitas air dan sebagainya. Oleh karena itu, perlu
1
diamati aspek biologis pada ikan agar dapat mengetahui faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi pada saat pembudidayaan ikan.
1.2 Tujuan
1. Mengetahiui aspek pertumbuhan pada ikan mas (Cyprinus carpio) melalui
analisis distribusi ukuran, hubungan panjang bobot dan faktor kondisi.
2. Mengetahui aspek reproduksi pada ikan mas (Cyprinus carpio), melalui
analisis rasio kelamin, TKG, IKG, HSI, fekunditas, diameter telur, dan
tingkat kematangan telur.
3. Mengetahui aspek kebiasaan makan pada ikan mas (Cyprinus carpio),
melalui analisis indeks bagian terbesar, indeks invlev serta tingkat trofik.
1.3 Manfaat
Dapat mengetahui aspek-aspek pada biologi ikan mas (Cyprinus carpio),
yakni aspek pertumbuhan, aspek reproduksi, serta aspek kebiasaan makan.
Diharapkan hasil pengamatan ini dapat memberikan informasi mengenai aspek
aspek biologi yang baik bagi pertumbuhan ikan.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Taksonomi
Adapun klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Ostheichthyes
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio L
3
2.1.2 Morfologi
Ikan mas pada umumnya memiliki tubuh memanjang dan sedikit pipih ke
samping (compressed), mulutnya berada ditengah (terminal), terdapat dua pasang
sungut (barbel) di setiap sisi mulutnya, sungut dimulut bagian atas memiliki
panjang yang lebih pendek, sirip dorsal ikan mas terdapat rusuk-rusuk yang kuat
dan memanjang dengan jumlah rusuk sekitar 17 -22. Sirip anal terdapat 6-7 rusuk
halus. Linear latelaris terdapat 32 sampai 38 sisik (Peteri 2006), berada
dipertengahan tubuh melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal
ekor (Khairuman dkk. 2008).
Usus ikan mas umumnya tidak begitu panjang dibandingkan dengan hewan
pemakan tumbuhan lainnya. Ikan mas tidak memiliki lambung dan gigi untuk
mencerna makanannya ikan mas menggunakan pharing mengeras sebagai
pengganti gigi saat menghancurkan makanannya (Santoso 1993). Ikan mas
memiliki sisi relatif besar dan termasuk kedalam tipe cycloid , memiliki garis rusuk
yang lengkap berada pada sirip ekor, gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) terdiri
dari tiga baris yang berbentuk geraham (Susanto 2004).
2.1.3 Habitat
Ikan mas biasa hidup di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan
deras seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah
dengan ketinggian 150-600 meter di atas permukaan air laut, pada suhu 25-30° C,
DO > 3 mg/l, salinitas 0 ppt dan pH air antara 7-8 (Khairuman dkk. 2008). Menurut
Vonti (2008) Semakin tinggi suhu air, maka kandungan oksigen terlarut akan
semakin sedikit. Sebaliknya jika suhu air semakin rendah maka kandungan oksigen
terlarut akan semakin besar. Doudoroff dan Shumway (1970) menyatakan bahwa
kebutuhan minimum oksigen untuk ikan mas (Cyprinus carpio) adalah 0,2-2,8
mg/L. Kandungan DO kurang dari 1 mg/L dapat menyebabkan lethal atau
menyebabkan kematian dalam beberapa jam (Boyd 1990).
4
2.1.4 Pertumbuhan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Komarawidjaja dkk. (2005) mengenai
status kualitas air waduk Cirata dan dampaknya terhadap pertumbuhan ikan mas
budidaya. Pengukuran ikan saat awal penelitian adalah 5,5 – 10,6 cm, dengan
panjang dominan antara 6,6-9,3 cm. Ikan dengan ukuran panjang tersebut memiliki
sebaran berat antara 3,78-21,9 gram dengan ukuran dominan antara 6,04-15,07.
Hasil selanjutnya pengukuran pertumbuhan pada akhir penelitian, panjang ikan
berkisar antara 17,5-28,2 cm dengan panjang dominan pada ukuran panjang 17,5-
25,5 cm. Dengan ukuran panjang tersebut, ikan memiliki berat berkisar antara
100,00-287,53 gram. Berdasarkan data tersebut panjang ikan meningkat 3-4 kali
berat awal sedangkan berat bertambah kurang lebih 60 kali berat awal. Kondisi
pertumbuhan ikan mas di waduk cirata dapat di sebut kurang normal dan tidak
mengutungkan untuk tujuan budidaya.
2.1.5 Reproduksi
Menurut Sito (2009) reproduksi merupakan hal yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup suatu organisme. Ikan mas melakukan reproduksi secara
eksternal, ikan jantan dan betina akan saling mendekat satu sama lain kemudian
betina akan mengeluarkan telur. Selanjutnya jantan akan segera mengeluarkan
spermanya, lalu sperma dan telur tersebut bercampur di dalam air. Cara ikan mas
bereproduksi tersebut dikenal sebagai ovipar, yaitu telur dibuahi dan berkembang
di luar tubuh ikan.
5
Golongan ovipar yaitu ikan yang mengeluarkan telur pada waktu pemijahan.
ikan jantan dan betina megeluarkan sperma dan telur secara bersama dalam suatu
lingkungan yang cocok. Jumlah telur yang banyak dibiarkan hanyut dalam perairan
terbuka, terbawa dan terapung oleh turbulensi arus, kemudian menempel pada
substrat. Spesies lain memiliki kebiasaan berpasangan dalam memijah setelah satu
atau dari pasangan tersebut keduanya menyiapkan tempat untuk meletakkan telur.
Beberapa jenis ikan memendam telurnya di krikil dan kemudian meninggalkannya,
sedangkan jenis lain akan menjaga (mengawal) sarangnya (Sito 2009).
2.2 Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan proses bertambah panjang dan berat suatu
organisme yang dapat dilihat dari perubahan ukuran panjang dan berat dalam
sautuan waktu. Menurut Effendie (1997) pertumbuhan merupakan perubahan
ukuran ikan baik dalam berat, panjang maupun volume selama periode waktu
tertentu yang disebabkan oleh perubahan jaringan akibat pembelahan sel otot dan
tulang yang merupakan bagian terbesar dari tubuh ikan sehingga menyebabkan
perubahan berat atau panjang ikan. Pertumbuhan ikan dapat dipengaruhi oleh
kualitas dan kuantitas pakan, imir dan kualitas air. Menurut Hidayat dkk (2013),
pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu ada factor dalam dan factor
luar, adapaun factor-faktor dalam meliputi sifat keturunan, ketahanan terhadap
penyakit dan kemampuan dalam memanfaatkan makanan, sedangkan faktor dari
luar meliputi sifat fisika, sifat kimia, dan biologi perikanan.
6
2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Menurut Prihadi (2007) menyatakan pertumbuhan dipengaruhi oleh
beberapa factor yaitu factor dari dalam dan faktor dari luar, adapun faktor dari
dalam meliputi sifat keturunan, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan
dalam memanfaatkan makanan, sedangkan faktor dari luar meliputi sifat fisika,
kimia dan biologi. Faktor makanan dan suhu perairan merupakan faktor utama yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Pertumbuhan ikan dapat terjadi jika
jumlah makanan melebihi kebutuhan untuk pemeliharaan tubuhnya (Arofah 1991
dalam Prihadi, 2007). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah
kandungan protein dalam pakan, sebab protein berfungsi membentuk jaringan baru
untuk pertumbuhan dan menggantukan jaringan yang rusak. Menurut Khans dkk
(1993) dalam Kordi (2009) kekurangan protein berpengaruh negatif terhadap
konsumsi pakan, konsekuensinya terjadi penurunan pertumbuhan bobot.
7
biologis maupun secara komersil. Faktor kondisi setiap jenis ikan secara umum
relatif tidak berbeda jauh.
2.3 Reproduksi
Reproduksi merupakan suatu proses alam dalam usaha mempertahankan
keturunan dan keberadaan jenisnya di alam. Ada dua cara berbeda pada makhluk
hidup dalam membentuk keturunan, yaitu reproduksi secara seksual dan reproduksi
secara aseksual. Reproduksi seksual terjadi karena bertemunya gamet jantan
(sperma) dengan gamet betina (sel telur) dalam suatu proses pembuahan (fertilisasi),
sedangkan pada reproduksi asekesual, keturunan yang terbentuk tanpa melalui
proses pembuahan (KIMBALL, 1994). Ikan merupakan salah satu makhluk hidup
yang secara umum bereproduksi secara seksual. Dalam proses reproduksinya, ikan
mempunyai tingkah laku dan tata cara yang berbeda-beda, mulai dari tingkah laku
meminang dan kawin, memijah, sampai penjagaan terhadap telur dan anak-anaknya.
Pada tulisan ini, diuraikan secara singkat mengenai tingkah laku reproduksi ikan
tersebut.
2.3.1 Rasio Kelamin
Sex Ratio (Perbandingan jenis kelamin) adalah suatu angka yang
menunjukan perbandingan jumlah individu jantan dan betina dalam suatu populasi.
Variasi dalam perbandingan kelamin sering terjadi dikarenakan tiga faktor yaitu
perbedaan tingkah laku seks, kondisi lingkungan, dan penangkapan (Bal & Rao
1984). Pendugaan rasio jenis kelamin sangat dibutuhkan sebagai bahan
pertimbangan dalam produksi, rekruitmen, dan konservasi sumber daya ikan
tersebut (Sukimin dkk., 2002).
2.3.2 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Tingkat kematangan gonad adalah tahap tertentu perkembangan gonad
sebelum dan sesudah ikan memijah (Effendie8 1979). Penentuan tingkat
kematangan gonad sangat penting dilakukan, karena sangat berguna untuk
mengetahui perbandingan antara gonad yang masak dengan stok yang ada di
perairan, ukuran pemijahan, musim pemijahan, dan lama pemijahan dalam suatu
siklus (Sukimin et al., 2002). Penentuan tingkat kematangan gonad dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu secara morfologis (visual) dan secara histologis. Pengamatan
8
terhadap tingkat kematangan gonad ikan todak berparuh pendek di perairan
Samudera Hindia dilakukan secara morfologis (visual). Pengamatan secara visual
terhadap gonad ikan todak berparuh pendek yang tertangkap diperoleh empat
tingkat yaitu tingkat kematangan gonad II, III, IV, dan V.
9
kematangan gonad dengan tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad
akan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat kematangan gonad dan akan
menurun setelah ikan selesai memijah (Effendie 2002)
2.3.4 Hepato Somatik Indeks (HSI)
Indeks hepatosomatik (HSI) merupakan rasio antara berat hati dengan berat
tubuh ikan. Parameter ini menunjukan status energi cadangan pada hewan. Pada
lingkungan yang buruk, ikan ini biasanya memiliki hati yang berukuran kecil
karena kehilangan energi cadangan pada hati. Nilai HSI tidak hanya dipengaruhi
oleh ketersediaan makanan di perairan tetapi juga dengan TKG. Pada saat
pematangan gonad, organ aktif menentukan kebutuhan vitelogenin sehingga organ
hati bertambah berat dan ukurannya pun bertambah (Sulistiono dkk., 2001).
2.3.5 Fekunditas
Menurut nikolsky (1963) fekunditas merupakan jumlah telur yang terdapat
dalam ovari ikan yang dinamakan fekunditas mutlak atau fekunditas total.
Fekunditas mutlak sering dihubungkan dengan berat, karena berat lebih mendekati
kondisi ikan daripada panjangnya, walaupun berat dapat berubah setiap saat,
apabila terjadi perubahan lingkungan dan kondisi fisiologis pada ikan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi fekunditas menurut Nikolsky (1969)
yaitu :
a. Umur
Fekunditas akan bertambah dan menurun lagi seiring bertambahnya umur.
Fekunditas relatif maksimum terjadi pada golongan ikan muda sedangkan ikan-
ikan yang sudah tua kadang tidak melakukan pemijahan sehingga fekunditasnya
menurun.
b. Makanan
Fekunditas tinggi cenderung dihasilkan oleh ikan yang pertumbuhannya cepat,
lebih gemuk dan lebih besar. Kenaikan fekunditas disebabkan oleh kematangan
gonad yang lebioh cepat karena individu tumbuh dengan cepat.
10
c. Ukuran ikan
Ikan yang bentuknya kecil dengan kemantangan gonad lebih awal serta
fekunditasnya tinggi mungkin disebabkan oleh kandungan makanan dan
predator dalam jumlah besar.
d. Kondisi lingkungan
Spesies yang hidup pada kondisi lingkungan yang berbeda-beda fekunditasnya
lebih besar.
11
peningkatan indeks kematangan gonad (IKG) sampai 20% atau lebih (Subagja
2006).
Kebiasaan makan ikan dipengaruhi oleh : ukuran tubuh ikan, bentuk organ
pencernaan, umur, lingkungan hidup ikan, dan penyebaran organisme pakan.
Tingkat kesukaan makan mencakup jenis, kualitas dan kuantitas makanan yang
dimakan oleh ikan. Makanan pertama ikan pada fase juvenile adalah plankton
(Effendie. 1997).
Cara makan ikan adalah tingkah laku ikan dalam mendapatkan makanan
hingga masuk ke dalam mulut. Tingkah laku ikan berbeda-beda yang sering
dihubungkan dengan bentuk tubuh yang khusus dan fungsional morfologis.
Adaptasi dan morfologis dan tingkah laku ikan berkaitan erat dengan makanan yang
dikonsumsinya (Effendie 1997). Cara makan ikan dapat digolongkan menjadi 5
bagian (Mudjiman 2008) : pemakan tumbuhan (herbivore), pemakan daging
(carnivore), pemakan segalanya atau campuran (omnivore), pemakan plankton, dan
pemakan detritus.
12
oleh ikan. Analisis indeks bagian terbesar dihitung dengan menggunakan rumus
perhitungan (Effendie 2002)
Tingkat trofik ikan dikategorikan menjadi tingkat trofik 2 yaitu untuk ikan
yang bersifat herbivora, tingkat 2,5 untuk ikan yang bersifat omnivora dan tingkat
trofik 3 atau lebih untuk ikan yang bersifat karnivora (Caddy dan Sharp 1986 dalam
Nugraha 2011).
13
BAB III
BAHAN DAN METODE
14
3.2.2 Bahan Praktikum
Bahan yang digunakan saat praktikum sebagai berikut :
a. Akuades digunakan untuk pengenceran sampel.
b. Formalin digunakan untuk mengawetkan organ.
c. Ikan Mas digunakan sebagai bahan untuk dianalisis
d. Larutan Asetokarmin digunakan untuk mewarnai jaringan pada gonad
ikan.
e. Larutan Serra digunakan untuk mengetahui tingkat kematangan telur.
3.3 Prosedur Praktikum
Prosedur kerja yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini sebagai
berikut :
3.3.1 Prosedur Analisis Pertumbuhan
a. Ikan mas disiapkan sebagai bahan uji atau bahan yang akan dianalisis.
b. Ikan mas ditusuk menggunakan jarum sonde dibagian kepala hingga
mati.
c. Tubuh ikan mas diukur menggunakan penggaris dimulai dari TL, FL,
SL, kemudian catat hasil pengukuran.
d. Ikan mas ditimbang menggunakan timbangan untuk diketahui bobot
tubuh.
3.3.2 Prosedur Analisis Reproduksi
a. Ikan mas yang telah diukur dilakukan pembedahan menggunakan
gunting bedah dimulai dari arah urogenital menuju bagian posterior
operculum.
b. Karakteristik dari gonad diamati untuk kemudian menentukan jenis
kelamin dari ikan mas.
c. Morfologi gonad kemudian akan diamati untuk menentukan tingkat
kematangan gonad.
3.3.3 Prosedur Analisis Kebiasaan Makanan
a. Ikan mas yang telah diukur dilakukan pembedahan menggunakan
gunting bedah dimulai dari arah urogenital menuju bagian posterior
operculum.
15
b. Bagian organ pencernaan diambil dan dipisahkan antara, usus, hati dan
bagian lambung.
c. Bagian usus dilakukan pengukuran panjang usus menggunakan
penggaris kemudian catat hasil pengukuran tersebut.
d. Bagian hati dipisah untuk dilakukan penimbangan bobot hati
menggunakan timbangan kemudian catat hasil pengamatan tersebut.
e. Bagian lambung disimpan menggunakan cawan petri untuk diberi
formalin sebanyak 5 tetes kemudian dilakukan penambahan akuades
hingga lambung terendam.
f. Lambung tersebut ditunggu selama 10 menit kemudian tiriskan dan
kemudian isi lambung diambil.
g. Isi lambung kemudian diamati dengan coverglass dibawah mikroskop
untuk mengetahui jenis pakan yang terdapat dibagian lambung
kemudian cata hasil pengamatan tersebut.
3.4 Parameter Praktikum
Parameter yang digunakan pada praktikum Biologi Perikanan mengenai
Analisis Aspek Biologi Ikan Mas (Cyprinus carpio) sebagai berikut :
3.4.1 Hubungan Panjang Bobot
Menurut Effendie (2002) hubungan panjang dan bobot ikan dapat dicari
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
W = a . Lb
Keterangan :
W = bobot ikan (gram)
L = panjang total (mm)
a = intercept
b = slope
16
𝑊
𝐾=
𝑎. 𝐿𝑏
Keterangan :
K = kaktor kondisi
W = bobot ikan (gram)
L = panjang total (mm)
a = intercept,
b = slope
X=J:B
Keterangan :
X = nisbah kelamin
J = jumlah ikan jantan (ekor)
B = jumlah ikan betina (ekor)
𝐵𝑔
𝐾= 𝑥 100%
𝐵𝑡
Keterangan :
IKG = indeks kematangan gonad (%)
Bg = bobot gonad dalam gram
Bt = bobot tubuh dalam gram
𝐵ℎ𝑡
𝐾= 𝑥 100%
𝐵𝑡
17
Keterangan :
HSI = Hepato somatic index (%)
Bht = Bobot hati ikan (gram)
Bt = Bobot tubuh (gram)
3.4.6 Fekunditas
Menurut Effendie (1992) fekunditas ikan ditentukan dengan menggunakan
metode gravimetric dengan rumus :
𝐵𝑔
𝐾= 𝑥 𝐹𝑠
𝐵𝑠
Keterangan :
F = jumlah seluruh telur (butir)
Fs = jumlah telur pada sebagian gonad (butir)
Bg = bobot seluruh gonad (gram)
Bs = bobot sebagian gonad (gram)
18
𝑉𝑖𝑥𝑂𝑖
𝐾= 𝑥 100%
∑𝑛𝑖=1 Vi × Oi
Keterangan :
Ii = Indeks Bagian Terbesar (Index of Preponderance)
Vi = Persentase volume satu macam makanan
Oi = Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan
∑(Vi x Oi) = Jumlah Vi x Oi dari semua jenis makanan
𝑟𝑖 − 𝑝𝑖
𝐸=
𝑟𝑖 + 𝑝𝑖
Keterangan :
E = Indeks Ivlev (Index of Electivity)
ri = Jumlah relatif macam-macam organisme yang dimanfaatkan
pi = Jumlah relatif macam-macam organisme dalam perairan
Keterangan :
𝑇𝑡𝑝 × 𝐼𝑖
Tp = Tingkat trofik 1 + ∑( )
100
Ttp = Tingkat trofik pakan
Ii = Indeks bagian terbesar pakan
Data yang diperoleh dalam riset yang disajikan dalam bentuk grafik, gambar
dan tabel. Data dianalisis menggunakan metode deskriptif kuantitatif (Effendie,
1979).
19
3.5.1 Analisis Data Hubungan Panjang Bobot
2
(𝑂𝑖 − 𝐸𝑖 )2
𝑥 =∑
𝐸𝑖
𝑖=1
Keterangan :
𝑥 2 = nilai chi kuadrat
𝑂𝑖 = frekuensi observasi yaitu jumlah ikan jantan atau betina hasil pengamatan
𝐸𝑖 = frekuensi harapan yaitu jumlah ikan jantan atau betina secara teoritis (1:1 )
Hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : Nisbah ikan jantan dan ikan betina adalah seimbang (1:1)
H1 : Nisbah ikan jantan dan ikan betina tidak seimbang
Kriteria pengambilan keputusan :
- Apabila nilai x2hitung > x2tabel, maka Ho ditolak artinya nibah kelamin tidak
seimbang.
20
- Apabila nilai x2hitung ≤ x2tabel, maka Ho diterima artinya nibah kelamin
seimbang.
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Aspek Pertumbuhan
Berikut merupakan data yang digunakan untuk menganalisis aspek
pertumbuhan pada ikan:
25%
20%
15% 13%
Ikan Mas
10% 6%
5% 2% 2% 2%
0%
Interval (mm)
22
Distribusi Bobot Ikan Mas
76%
80%
70%
Persentase (%)
60%
50%
40%
30%
20% 13%
10% 4% 6% 2% 0% 0% Ikan Mas
0%
Interval (g)
Pada grafik distribusi bobot ikan persentase terbanyak ada pada interval
220,04-248,82 g dengan persentase sebesar 65% sedangkan yang terendah berada
di interval 306,41-335,19 gr, dan 335,2-363,98 gr dengan persentase sebesar
0% .Bobot terbesar yang diperoleh sebesar 363,98 gr sedangkan bobot terendah
yang diperoleh 162,46 gr.
23
Regresi Hubungan Panjang Bobot
Ikan Mas
2.60
2.50
2.40
Log W
2.30
2.20 y = 1.1047x - 0.2463
R² = 0.2999
2.10
2.15 2.20 2.25 2.30 2.35 2.40 2.45 2.50
Log L
Bila b > 3 maka hubungan yang terbentuk adalah alometrik positif yaitu
pertambahan berat lebih cepat daripada pertambahan panjang, menunjukkan
keadaan ikan tersebut montok. Bila b < 3, hubungan yang terbentuk adalah
alometrik negatif yaitu pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan
berat, menunjukkan keadaan ikan yang kurus.
24
4.1.3 Faktor Kondisi
413.311
400 362.553
300
200
100
1.082
0
Interval TL (mm)
Berdasarkan grafik faktor kondisi ikan terlihat pada awal grafik yaitu interval
160-177 menunjukan nilai K terendah yaitu sebesar 1,082. Lalu pada grafik kedua
yaitu interval 178-195 dengan nilai K sebesar 362,553 dan semakin meningkat
hingga pada interval 268-285 mm dengan nilai K sebesar 616,343. Hal ini sesuai
pernyataan Effendi (1997) mengatakan bahwa ikan yang berukuran kecil
mempunyai kondisi relatif yang tinggi, kemudian menurun ketika ikan bertambah
besar. Hal ini berhubungan dengan perubahan makanan ikan tersebut yang berasal
dari pemakan plankton berubah menjadi pemakan ikan atau sebagai karnivor. Hal
demikian dapat terjadi pula apabila terjadi perubahan kebiasaan dari perairan
estuari ke perairan laut atau tawar.
25
R A S I O K E L A M I N PA DA
IKAN MAS
Jantan (♂) Betina (♀)
41%
59%
Berdasarkan data yang ditunjukkan oleh grafik, bahwa rasio kelamin pada
angkatan 2018 lebih banyak di dominasi oleh Ikan Mas Jantan dibandingkan
dengan Ikan Mas Betina. Perbedaan tersebut, terlihat dari persentase dimana Ikan
Mas Jantan berjumlah 32 ekor dengan persentase 59% dari total 54 ekor Ikan Mas
dan Ikan Mas Betina berjumlah 22 ekor dengan persentase sebesar 41% dari 54
ekor Ikan Mas. Sehingga dapat dikatakan bahwa rasio kelamin dari data angkatan
ialah 1:1, dengan dominasi jenis kelamin Jantan. Menurut Purwanto et al. (1986)
untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan populasi, perbandingan ikan
jantan dan ikan betina diharapkan dalam keadaan seimbang atau setidaknya ikan
betina lebih banyak. Melihat rasio kelamin didapatkan pendugaan keberhasilan
pemijahan suatu populasi karena jumlah imbangan ikan jantan dan betina
diharapkan seimbang (1:1) atau setidaknya jumlah ikan betina lebih banyak agar
dapat mempertahankan kelangsungan hidup.
26
TKG Jantan Pada Ikan Mas
7 7
8 5
4
Jumlah Ikan
6 3
4 12 2 1
2
0
2
2 111 11 1 1 1 1
1
1
0
27
yang mempengaruhi kematangan gonad dapat dibedakan dari factor yang
berhubungan dengan sistem endokrinologi yang bekerja di dalam tubuh dan factor
lingkungan yang berada di luar tubuh. Faktor luar yang mempengaruhi
kematanngan gonad antara lain temperature, air, kulaitas air, phoperiod. (Setyono,
2011).
Menurut Pellokia (2009) semakin panjang ukuran ikan akan semakin
dewasa dan mulai mengalami peningkatan TKG. Pernyataan tersebut sama dengan
data yang diperoleh. Bahwa TKG IV Ikan Mas Jantan berada pada interval 232-249
mm dengan jumlah ikan 10 ekor dan TKG III Ikan Mas Betina berada pada interval
214-231 mm dengan jumlah 6 ekor.
IKG (%)
12.00% 10.58%
9.81%
10.00%
Persentase (%)
8.00%
6.01%
6.00% 5.19%
3.54%
4.00%
2.00%
0.48%
0.00%
0.00%
I II III IV V
TKG
(♂) (♀)
28
Nilai IKG (%) tergantung dari TKG sehingga nilai IKG pada Ikan Mas
Betina lebih besar nilainya jika dibandingkan dengan nilai IKG pada Ikan Mas
Jantan. Hal ini dapat disebabkan karena bobot gonad ikan betina berukuran lebih
besar jika dibandingkan dengan ikan jantan. Dalam data yang ditunjukkan bahwa
pada TKG IV nilai IKG lebih besar dibandingkan dengan TKG sebelumnya.
Menurut Nasution (2004) dikatakan bahwa bobot gonad dan nilai IKG akan
mencapai nilai maksimal pada TKG IV. Hal ini sependapat dengan penyataan
Effendie (1997) bahwa berat gonad akan mencapai maksimum pada saat ikan
memijah. Kemudian menurun secara cepat selama berlangsungnya pemijahan
hingga pemijahan selesai.
HSI (%)
0.70%
0.58%
0.60%
0.50%
Persentase (%)
0.40% 0.35%
0.29% 0.27%
0.30%
0.20%
0.10%
0.00%
I II III IV V
TKG
29
Menurut Sulistiono dkk., (2001) pada saat pematangan gonad, organ aktif
menentukan kebutuhan vitelogenin sehingga organ hati bertambah berat maupun
ukurannya. Nilai HIS yang dimiliki oleh Ikan Mas Betina diduga
terjadinyapembesaran hati yang diakibatkan dari perubahan fisiologis selama
terjadinya pre-spawning. Tingginya nilai HSI juga dapat menentukan sebuah
keadaan lingkkungan sehingga dapat dikatakan keadaan lingkungan tersebut baik.
4.2.5 Fekunditas
Fekunditas
25000 23454.3612
20000
Jumlah Fekunditas
15000
10000 7715.786667
5000
15.985
0
I II III IV V
TKG
30
belum terlihat jelas, dikarenakan gonad pada Ikan Mas Betina baru memasuki TKG
III awal. Sehingga, belum dapat dilihat diameter telur.
Diameter telur adalah garis tengah atau ukuran panjang dari suatu telur yang
diukur dengan mikrometer berskala yang sudah ditera. Semakin meningkat
kematangan gonad garis tengah telur yang ada dalm ovarium emakin besar. Masa
pemijahan setiap spesies ikan berbeda-beda, ada pemijahan secara singkat (total
leptolepisawner), tetapi banyak pula pemijahan waktu yang panjang (partial
leptolepisawner) ada pada ikan yang berlangsung beberapa hari. Semakin
meningkat tingkat kematangan, garis tengah yang ada dalam ovarium semakin
besar pula (Arief 2009).
31
tahap inti ditengah, migrating germinal vesicle (mGV) atau tahap inti yang
bermigrasi dari tengah menuju tepi, peripheral germinal vesicle (pGV) atau tahap
inti di tepi dan germinal vesicle breakdown (GVBD) atau tahap inti yang telah
melebur (Yaron dan Levavi 2011).
INDEKS PROPENDERAN
60% 56%
50%
Presentase (%)
40%
30%
19%
20% 14%
10% 4% 4% 2% 2%
0% 0% 0%
0%
Jenis Pakan
32
makanan hewani dan nabati, jenis makanan ini dapat dimakan selagi masih hidup
seperti, gangang, lumut, serangga cacing dan juga dalam bentuk mati seperti limbah
industri pertania, bangkai dll.
Menurut Effendie (2002) Untuk menentukan kebiasaan makanan pada ikan,
maka urutan makanan dapat dibedakan manjadi tiga kategori yaitu makanan dengan
nilai IP > 40% dikategorikan sebagai makanan utama, nilai IP antara 4% hingga
40% dikategorikan sebagai makanan tambahan, dan nilai IP < 4% dikategorikan
sebagai makanan pelengkap.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa makanan ikan mas pakan
utamanya adalah detritus, pakan tambahannya adalah fitoplankton dan tumbuhan
sedangkan pakan pelengkapnya adalah zooplankton dan bentos. Pengelompokkan
ikan berdasarkan makanannya, ada ikan sebagai pemakan plankton, pemakan
tanaman, pemakan detritus, ikan buas, dan ikan pemakan campuran. Yang mana
jenis nya yaitu memakan tumbuhan maupun hewan, ikan mas biasanya mencari
makanannya yaitu dengan mengaduk-aduk dasar perairan untuk mendapatkan
makanan. Berhubungan dengan hasil yang didapatkan oleh kelompok kami adalah
bentos yang didapatkan dari usus ikan mas yang telah dibedah.
33
paling rendah dipegang oleh organisme benthos. Dari data konsumsi ikan mas dapat
dilihat bahwa ikan mas masuk pada golongan omnivora atau pemakan tumbuhan
dan hewan, tapi lebih cenderung memakan tumbuhan. Menurut Wilson (1977) pada
rantai makanan ekosistem air tawar, ikan mas termasuk dalam konsumen tingkat II
dikarenakan ikan mas termasuk dalam golongan ikan omnivor.
34
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil yang di dapat setelah melakukan praktikum Biologi Perikanan
mengenai Analisis Aspek Biologis pada Ikan Mas, sebagai berikut:
5.2 Saran
Setiap pengamatan harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Pengolahan data juga harus diperhatikan karena
hasil data tersebut mempengaruhi hasil dari analisis aspek-aspek biologi ikan
tersebut.
35
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R. Dan Usman M. T. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press: Pekanbaru
Afrianto, E dan Livyawati, E. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan.
Yogyakarta : Kanisius
Boyd CE. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Alabama: Birmingham
Publishing Co.Birmingham.
Dewantoro, Eko. 2015. Keragaan Gonad Ikan Tergadak (Barbonymus
schwanenfeldii) Setelah Diinjeksi Hormon HCG Secara Berkala. Jurnal
Akuatika Vol. VI No. 1. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Muhamadiyah Pontianak. Pontianak.
Doudoroff P, Shumway DL. 1970. Dissolved Oxygen Requirements of Freshwater
Fishes. Rome : Food and Agriculture Organization of the United Nations.
Edwards P, Demaine H. 1998. Rural Aquaculture: Overview andFramework for
Country Reviews Regional Office for Asia and The Pacific. Bangkok (TH):
Food and Agricultural Organization of The United Nations.
Flajshans, M. and G. Hulata. 2007. Common Carp – Cyprinus carpio. Genimpact
Final Scientific Report p: 32-39.
Hunter, G.A., Donaldson, E.M.:, 1983. Hormonal Sex Control And Its Application
To Fish Culture. In: Hoar, W.S., Randall, D.J., Donaldson, E.M.: (Eds.), Fish
Physiology, 9B. Academic Press, New York, Pp. 223-303.
Komarawidjaja, W. 2005. Rumput Laut Gracilaria sp sebagai Fitoremidian Bahan
Organik Perairan Tambak Budidaya. Jurnal Teknologi Lingkungan. 6(2):
410-415
Khairuman., K. Amri, dan T. Sihombing. 2008. Budidaya Lele Dumbo di Kolam
Terpal. PT. Agromedia Pustaka. Depok.
Efendi, E. 2005. Fungsi Probiotik dalam Budidaya Perikanan. Universitas
Lampung.
Effendie, M.I., 1997. Metode Biologi Perikanan. Penerbit Yayasan Dewi Sri. Bogor.
112 hal.
36
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengolahan Sumberdaya Dan
Lingkungan Perairan. Bogor. Jurusan Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB
Fahmi, 2001. Tingkah Laku Reproduksi Pada Ikan. Oseana, Volume XXVI. Nomor
1. 2001 : 17 – 24. LIPI.
Nikolsky, G.V., 1969. The Ecology of Fishes. Academic Press. New York.
Rahardjo M. F., Sjafei, D.S., Affandi, R., Sulistino, Hutabarat, J., 2010. Ikhtiologi.
Buku. Penerbit Lubuk Agung Bandung.
37
Saintek Vol 5, No 2 Tahun 2010. Staf Dosen Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
Sukimin, S., S. Isdrajat, & Yon Vitner. 2002. Petunjuk Praktikum Biologi
Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor
Sulistiono, Mia R. J., Yuniar. E., 2001. Reproduksi Ikan Belanak (Mugil
dussumieri) di Perairan Ujung Pangkal, Jawa Timur. Jurnal Ikhtiologi
Indonesia Vol i. No. 2. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Sugiyono. 2004. Statistik Non Parametris untuk Penelitian. Penerbit CV. Alfabeta
Bandung. 158 pp.
Vonti, O. 2008. Gambaran Darah Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn) Strain Sinyonya
yang Berasal dari Daerah Ciampea-Bogor. (Skripsi). Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor. 60 Hal.
Yudha, Indra. G., M.F Rahardjo, D. Djokosetiyanto., Lumban Batu. 2015. Pola
Pertumbuhan Dan Faktor Kondisi Ikan Lumo Labiobarbus Ocellatus (Heckel,
38
1843) Di Sungai Tulang Bawang, Lampung. Jurusan Budidaya Perairan,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Jln. Sumantri Brojonegoro No. 1,
Gd. Meneng, Bandar Lampung. Lampung.
39
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat
Wadah
41
Lampiran 2. Bahan
Alkohol Formalin 5%
42
Lampiran 3. Prosedur Bagan Alir
Aspek Pertumbuhan
Ikan mas disiapkan sebagai bahan uji atau bahan yang akan diianalisis
Ikan mas ditusuk menggunakan jarum sonde dibagian kepala hingga mati.
Aspek Reproduksi
43
Aspek Kebiasaan Makan
Bagian organ pencernaan diambil dan dipisahkan antara usus, hati, dan bagian
lambung.
Isi lambung kemudian diamati dengan cover glass dibawah mikroskop untuk
mengetahui jenis pakan yang terdapat dibagian lambung kemudian catat hasil
pengamatan tersebut.
44
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan
45
10. Amati gonad 11. Ukur panjang 12. Usus yang telah
menggunakan usus kemudian dibuka, isi
mikroskop. gunting usus. makanannya
disimpan di Petri
dish.
46
Lampiran 5. Data Pertumbuhan
Pertumbuhan
Panjang (mm)
No.
Bobot (g)
SL FL TL
1 130 205 225 235.91
2 186 205 226 217.78
3 200 215 245 258.51
4
200 220 240 264.34
5 200 220 250 259.27
6 220 190 230 315.58
7 170 185 220 186.01
8 210 230 245 225.85
9 135 190 225 199.25
10 185 200 225 242.48
11 210 175 160 162.52
12 175 200 220 206.83
13 185 205 220 297.75
14 185 215 235 218.75
15 200 210 245 207.87
16 200 210 240 258.24
17 180 197 211 221.58
18 200 225 245 279.75
19 195 215 245 207.27
20 180 205 220 212.25
21 190 210 225 233.65
22 143 215 230 225.27
23 200 220 240 257.8
24 200 220 240 204.31
25 210 230 200 218.83
26 240 210 190 264.22
27 207 225 240 228.58
28 210 235 250 263.53
29 200 230 245 258.4
30 180 195 225 211.1
31 175 195 210 181.14
32 145 205 225 218
33 190 205 235 251.52
47
34 193 209 226 206.09
35 185 200 220 225.94
36
185 175 210 180.88
37 175 185 210 180.88
38 190 210 240 206.96
39 195 205 233 261.8
40 195 215 235 266.49
41 185 202 223 246
42 230 240 280 356.97
43 130 190 225 192.22
44 185 206 245 206.25
45 190 185 225 223.97
46
170 175 210 162.46
47 239 237 225 284.7
48 178 204 227 221.07
49 194 215 229 247.47
50 205 145 250 256.02
51 135 185 220 224.26
52 196 212 233 262.33
53 185 205 225 196.63
54 166 180 210 162.69
48
Lampiran 6. Perhitungan Regresi Hubungan Panjang Bobot
49
Lampiran 7. Data Reproduksi
Bobo Bobo
Jenis
N TK t t Bobo IKG HSI Fekundit
Kelami
o G tubu gona t hati (%) (%) as
n
h d
162.5
1 I 0.78 0.94 0.48% 0.58% Betina
2
206.2
2 0.65 3.93% 0.32% Betina
II 5 8.11
218.7
3 II 4.18 1.08 1.91% 0.49% Betina
5
223.9
4 0.38 0.06% 0.17% Betina
II 7 0.13
225.2
5 0.76 1.30% 0.34% Betina
II 7 2.93
228.5
6 0.89 0.85% 0.39% Betina
II 8 1.95
256.0
7 0.37 3.02% 0.14% Betina
II 2 7.72
196.6
8 0.36 2.45% 0.18% Betina
III 3 4.81 10.368
206.8
9 III 8.57 0.36 4.14% 0.17% Betina
3
221.0
10 0.72 2.89% 0.33% Betina
III 7 6.39 1.519
247.4
11 0.69 3.41% 0.28% Betina
III 7 8.44
12 III 258.4 11.37 0.62 4.40% 0.24% Betina
263.5
13 0.59 4.83% 0.22% Betina
III 3 12.72
279.7 92223.157
14 III 14.9 0.77 5.33% 0.28% Betina
5 8
297.7
15 III 7.56 0.39 2.54% 0.13% 1582.4 Betina
5
315.5
16 III 5.92 1.58 1.88% 0.50% Betina
8
162.4
17 0.31 11.48% 0.19% Betina
Il 6 18.65 15.985
180.8
18 0.52 6.55% 0.29% Betina
IV 8 11.85
186.0
19 IV 10.86 1.18 5.84% 0.63% 23091 Betina
1
20 IV 218 8.98 0.82 4.12% 0.38% Betina
50
21 IV 284.7 10.56 0.67 3.71% 0.24% 27.757 Betina
356.9
22 5.75% 0.21% Betina
IV 7 20.52 0.76 28.603
23 I 246 0.01 0.00% 0.00% Jantan
181.1
24 12.14% 0.00% Jantan
III 4 21.99
204.3
25 11.57% 0.00% Jantan
III 1 23.63
26 iii 211.1 14.46 6.85% 0.00% Jantan
212.2
27 16.32% 0.00% Jantan
III 5 34.64
218.8
28 9.31% 0.00% Jantan
III 3 20.37
221.5
29 III 13.71 6.19% 0.00% Jantan
8
224.2
30 7.00% 0.00% Jantan
III 6 15.7
225.8
31 III 17.89 7.92% 0.00% Jantan
5
225.9
32 8.75% 0.00% Jantan
III 4 19.78
233.6
33 6.52% 0.00% Jantan
III 5 15.24
259.2
34 III 12.13 4.68% Jantan
7
262.3
35 2.07% 0.00% Jantan
III 3 5.42
264.2
36 28.20% 0.00% Jantan
III 2 74.5
162.6
37 6.51% 0.00% Jantan
IV 9 10.59
180.8
38 7.08% 0.00% Jantan
IV 8 12.8
192.2
39 11.59% 0.00% Jantan
IV 2 22.28
199.2
40 IV 14.1 7.08% 0.00% Jantan
5
206.0
41 9.05% 0.00% Jantan
IV 9 18.65
206.9
42 8.73% 0.00% Jantan
IV 6 18.07
207.2
43 9.35% 0.00% Jantan
IV 7 19.37
207.8
44 IV 21.7 10.44% 0.00% Jantan
7
51
217.7
45 IV 32.03 14.71% Jantan
8
235.9
46 IV 30.2 12.80% Jantan
1
242.4
47 IV 26.51 10.93% 0.00% Jantan
8
251.5
48 16.52% 0.00% Jantan
IV 2 41.54
49 IV 257.8 33.41 12.96% 0.00% Jantan
258.2
50 IV 32.13 12.44% 0.00% Jantan
4
258.5
51 IV 26.46 10.24% Jantan
1
52 IV 261.8 28.65 10.94% 0.00% Jantan
264.3
53 IV 20.26 7.66% Jantan
4
266.4
54 11.36% 0.00% Jantan
IV 9 30.28
52
Lampiran 8. Perhitungan Distribusi TKG
53
Lampiran 9. Data Kebiasaan Makanan
Jenis Pakan
No. Phytoplankto Zooplankto Fraksi Fraksi Bentho Detritu Molusc Insect Wor Fis
n n Hewan Tumbuhan s s a a m h
1 100
2 46 15 8 31
3 33 67
4 14 14 14 29 29 2
5 83 17
6 100
7 100
8 100
9 100
10 15 8 2 75
11 5 5 15 75
12 60 40
13 35 25 7 8 25
14 40 35 25
15 10 6 2 82
16 58 13 9 16 4
17 33 17 33 17 1
18 7 7 9 77
19 25 5 70
20 5 95
54
21 20 80
22 100
23 40 60
24 10 50 40
25 100
26 20 5 5 20 50
27 19 5 5 20 51
28
29 100
30 100
31 100
32 100
33 50 50
34 8 19 15 12 46
35 3 7 35 55
36 50 50
37 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
38 35 15 50
39 30 20 50
40 30 70
41 10 30 60
42 20 80
43 10 5 85
44 50 25 25
45 35 5 5 55
55
46 30 20 50
47 68 42
48 41 2 57
49 30 17 3 50
50 18 23 12 47
51 40 60
52 13 5 82
53
54 48 5 47
Jumla
956 216 201 700 89 2848 0 0 102 1
h
56