Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH

PENYAKIT ORGANISME AKUAKULTUR

NUNITA

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERITAS TADULAKO
PALU
2023
LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH
PENYAKIT ORGANISME AKUAKULTUR
” Hama Pada Ikan Nila Merah (Oreochromis sp)) ”

Disusun sebagai salah satu syarat mengikuti


Mata Kuliah Penyakit Organisme Akuakultur:

Oleh :

NUNITA
O 271 21 019

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERITAS TADULAKO
PALU
2023
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat harmat dan

hidayah-nya sehingga Laporan praktikum Penyakit Organisme Akuakultur. dapat

terselesaikan. Laporan praktikum ini di susun guna memenuhi salah satu syarat

yang harus di penuhi untuk menyelesaikan mata kuliah Penyakit Organisme

Akuakultur. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1.Orang tua tercinta yang selalu memberikan doa dan dukungan baik

secara material dan nonmaterial.

2. Bapak Rusaini selaku kordinator praktikum mata kuliah Penyakit

Organisme Akuakultur.

3. Asisten ka Lili widiyanti yang membimbing dan memberikan masukan-

masukan dalam pembuatan laporan praktikum Penyakit Organisme

Akuakultur.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu penulis mohon maaf apabila di dalam laporan ini masih terdapat

keterangan atau kesalahan. Penulis sangat mengharapkan saran serta masukan

yang bersifat konstruktif dari semua pihak demi memperbaiki penyusun laporan

selanjutnya.

Palu, Februari 2023

Nunita
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Hama Pada


Nama : Nunita Ikan Nila Merah (Oreochromis sp)
Nim : O 271 21 019
Kelas : Akua 1
Kelompok : 5 (Lima)

Palu, Maret 2023

Menyetujui :

Kordinator Asistem Praktikum Asisten Praktikum Mata Kuliah


Mata Kuliah Manajemen Kualitas Manajemen Kualitas Air Akuakultur
Air Akuakultur

Zulkifli Hidayat Lili Widiyanti


O 271 20 001 O271 20 004

Mengetahui :

Kordinator praktikum Mata Kuliah


Manajemen Kualitas Air Akuakultur
Nur Hasanah, S.Pi., M.Si
NIP, 19900107 201903 2 022
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL...................................................................................
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
UCAPAN TERIMA KASIH........................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................
1.2 Tujuan Paraktikum...............................................................................
1.3 Kegunaan Praktikum...........................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Nila Merah (Oreochromis sp) .......................................
2.2 Hama Pada Budidaya ikan Di Tambak................................................
2.2.1 Pengertian Hama.........................................................................
2.2.2 Jenis-jenis hama pada Budidaya ikan DI tambak........................
2.2.3 Dampak pada budidaya ikan di tambak......................................
2.2.4 Kontrol terhadap hama pada budidaya Ikan di tambak..............
2.3 Biologi Keong Mas (Pomacea canaliculata))....................................
2.4 Biologi Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)...................................

2.5 Kualitas Air..........................................................................................


BAB 3METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat...............................................................................
3.2 Alat dan Bahan.....................................................................................
3.3 Prosedur Kerja.....................................................................................
3.4 Anlisis Data..........................................................................................
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil.....................................................................................................
4.1.1 Dampak hama terhadap tingkah laku dan kondisi ikan uji...............
4.1.2 Dampak hama terhadap pertumbuhan mutlak dan ikan uji .............
4.1.3 Dampak hama terhadap kelangsungan hidup ikan uji.....................
4.1.4 Dampak hama terhadap kualitas air media ikan uji.........................
4.2 Pembahasan.........................................................................................
4.2.1 Dampak hama terhadap tingkah laku dan kondisi ikan uji...............
4.2.2 Dampak hama terhadap pertumbuhan mutlak dan ikan uji..............
4.2.3 Dampak hama terhadap kelangsungan hidup ikan uji.....................
4.2.4 Dampak hama terhadap kualitas air media ikan uji.........................
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan..............................................................................................
5.2 Saran....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan strategis dengan

sumber daya alam yang begitu kaya akan keanekaragaman hayatinya, baik di

darat maupun di perairan tawar dan laut. Indonesia terdiri dari lima pulau besar

yaitu diantaranya seperti sumatra, kalimantan, jawa, sulawesi, dan papua.

Kepulauan indonesia yang sebagian besar merupakan lautan, memiliki kekayaan

akan keanekaragaman hayati yang tersebar mulai dari dasar laut sampai daerah

permukaan. (Nuitja., 2019).

Perikanan merupakan salah satu sumber yang berpotensi besar dalam perekonomian

Indonesia. Dimana Indonesia dengan banyaknya pulau yang tersebar, menjadikan daerah

ini 70% merupakan perairan. Sektor perikanan ini menjadi sebuah kekayaan terpendam

yang penting untuk dikelola secara optimal (Homaidi, 2017).

Akuakultur merupakan suatu upaya memproduksi biota akuatik atau

organisme air menggunakan teknik domestikasi (membuat suatu kondisi

lingkungan yang sama persis dengan habitat asli biota akuatik yang

dibudidayakan), penumbuhan hingga pengelolaan usaha yang berorientasi

ekonomi sehingga mendapatkan profit atau keuntungan (Diersing, 2009 dalam

Kusrini dkk., 2016).

Ikan air tawar merupakan jenis ikan yang menjalani sebagian atau seluruh

siklus hidupnya di habitat air tawar. Habitat air tawar yang banyak didiami oleh

ikan-ikan air tawar yaitu sungai, danau, lebak, lebung dan rawa-rawa atau habitat

lainnya yang digolongkan perairan taawar dengan kadar garam dibawah 0,5ppt.
Ikan air tawar beradaptasi secara fisiologis terhadap perbedaan tekanan osmosis

tubuh dan perairan tawar, dengan mengatur keseimbangan konsentrasi elektrolit di

dalam tubuhnya. (Anggraeni dkk., 2015)

Salah satu jenis ikan nila yang cukup berkembang di Indonesia yakni ikan nila

merah nilasa Oreochromis sp.. Ikan nila merah nilasa merupakan ikan hibrida

hasil persilangan yang terdiri dari 16 kombinasi yang digabung menjadi populasi

sintetik, Ikan nila merah Oreochromis sp., merupakan genus ikan yang dapat

hidup dalam kondisi lingkungan yang memiliki toleransi tinggi terhadap kualitas

air yang rendah (Andri dkk, 2021).

Hama merupakan organisme penggangu yang dapat memangsa, membunuh

dan mempengaruhi produktifitas, baik secara langsunng maupun tidak langsung.

Hama ini berasal dari aliran air masuk, baik udara maupun darat. Hama dapat

berupa predator dan perusak sarana. Hama dan penyakit merupakan salah satu

kendala dalam usaha budidya. Hama dan penyakit dapat mempengaruhi hasil

produksi usaha budidaya, sehingga jika serangan hama dan penyakit banyak

menyerang benih atau ikan pada saat proses pembesaran akan mempengaruhi

jumlah panen ikan (Wahyuni, 2020).

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun Tujuan untuk melihat pengaruh keberadaan hama di wadah

pemeliharaan terhadap ketersediaan oksigen, pertumbuhan dan tingkat

kelangsungan hidup ikan nila merah.


1.3Kegunaan Praktikum

Kegunaan dari praktikum ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman mahasiswa tentang efek yang ditimbulkan oleh hama pada budidaya

ikan nila merah di kolam/tambak.


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bioekologi Ikan Nila Merah (Oreochromis sp)

2.1.1 Klasifikasi Ikan Nila Merah (Oreochromis sp)


Menurut Integrated Taxonomic Information System (ITIS). (2022)

Klasifikasi ikan Nila merah (Oreochromis sp) adalah sebagai berikut : Kingdom:

Animalia, Phylum: Chordata, Subphylum: Vertebrata, Superclass: Actinopterygii,

Class : Teleostei, Superorder: Acanthopterygii, order: Perciformes, Suborder:

Channoidei, family: Chiclidae, Genus: Oreochromis, Species: Oreochromis Sp

Gambar 2-1 Ikan Nila Merah (Oreochromis sp)

2.1.2 Morfologi Ikan Nila Merah (Oreochromis sp)

Berdasarkan morfologinya, kelompok ikan Oreochromis berbeda dengan

kelompok Tilapia. Secara umum, bentuk tubuh ikan nila panjang dan ramping,

dengan sisik berukuran besar. Matanya besar, mononjol dan bagian tepinya

berwarna putih. Gurat sisi (Linea literalis) terputus di bagian tengah badan

kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih ke bawah daripada letak garis yang

memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik pada gurat sisi jumlahnya 34 buah.
Sirip punggung, sirip perut, dan sirip dubur mempunyai jari-jari lemah namun

keras dan tajam seperti duri. Sirip punggungnya berwarna hitam dan sirip dadanya

juga tampak hitam. (Suyatno, 2005).

2.1.3 Habitat dan penyebaran Ikan Nila Merah (Oreochromis sp)

Seperti ikan air tawar pada umumnya ikan nila hidup di tempat tempat

yang airnya tidak begitu dalam dengan arus yang tidak deras (Djarijah,

1995 ;Shipton dkk. 2008), dan dengan campur tangan manusia ikan nila telah

menyebarkeseluruh dunia dari benua Afrika, Amerika,Asia, sampai Australia

(AmridanKhairuman, 2003). Ikan nila merah Oreochromis sp., merupakan genus

ikan yang dapat hidup dalam kondisi lingkungan yang memiliki toleransi tinggi

terhadap kualitas air yang rendah (

Ikan nila banyak dibudidayakan diberbagai daerah, karena kemampuan

adaptasi bagus diberbagai jenis air.Nila dapat hidup di air tawar, air payau dan

airlaut. Ikan ini juga tahan terhadap perubahan lingkungan, bersifat

omnivora,mampu mencerna makanan secara efisien, pertumbuhan cepat dan tahan

terhadaphama penyakit (Suyanto, 1995)

Ikan nila terkenal sebagai ikan yang sangat tahan terhadap perubahan

lingkungan hidup. Ikan nila dapat hidup di lingkungan air tawar, air payau, dan air

asin di laut. Kadar garam air di sukai antara 0-35 per mil, ikan nila air tawar dapat

dipindahkan ke air asin dengan proses adaptasi yang bertahap. Pemindahan ikan

nila yang secara mendadak ke dalam air yang kadar garamnya sangat berbeda

dapat mengakibatkan stres dan kematian pada ikan. Ikan nila yang masih kecil
lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dibandingkan dengan ikan yang sudah

besar (Kordi, 2011).

2.1.4 Pakan Dan Kebiasan Makan Ikan Nila Merah (Oreochromis sp)

Pakan ikan nila di habitat asli berupa plankton, perifiton, dan tumbuh-

tumbuhan lunak, seperti Hydrilla dan ganggang. Ikan nila tergolong ke dalam

hewan omnivora (pemakan segala/hewan dan tumbuhan) cenderung herbivora.

Pada masa pemeliharaan, ikan nila dapat diberi pakan buatan (pelet) yang

mengandung protein antara 20%-25% (Ghufran, 2009).

ikan nila merah bisa diberi pakan tambahan berupa pellet(Amridan

Khairuman, 2008). Sedangkan menurut (Arie1 999), pellet yang  diberikan

sebagai pakan tambahan untuk ikan nilamerahharus mengandungprotein yang

tinggi, minimal 25% pellet yang diberikan dapat berupa tepungmaupun butiran.

pakan adalah salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan yang akan dibudidayakan. Karbohidrat

merupakan salah satu sumber energi dan pada umumnya berasal dari tumbuh-

tumbuhan. Fungsi karbohidrat itu sendiri adalah memenuhi kebutuhan energi dan

persediaan makanan didalam tubuh (Suarez dkk, 2002 dalam Amarwati,2015),

Menurut Kordi (2009), Kebutuhan karbohidrat untuk setiap ikan berbeda. Kadar

karbohidrat yang optimum pada ikan yang bersifat omnivor adalah 20 – 40%,

sedangkan untuk ikan karnivora 10 – 20%.

2.1.5 Siklus Hidup Ikan Nila Merah (Oreochromis sp)

Ikan nila pada umumnya dapat memijah sepanjang tahun. Siklus daur hidup

ikan nila yaitu dimulai dari stadium telur, larva, benih, dewasa, kemudian menjadi
indukan. Ikan nila merah bisa memijah sepanjang tahun di daerah tropis (Sumarni,

2018 dalam Andri dkk, 2021). Pemijahan alami diawali dengan induk jantan

membuat sarang pemijahan berdiameter 30-50 cm selanjutnya induk betina akan

mendiami sarang yang telah dibuat oleh induk jantan sampai induk jantan

menghampiri induk betina dan terjadi proses pemijahan (induk betina

mengeluarkan telur dan induk jantan mengeluarkan sperma). Proses pemijahan

ikan nila merah nilasa berlangsung sangat cepat. dalam waktu 50 sampai 60 detik

ikan betina mampu menghasilkan 20-40 butir telur yang telah dibuahi. Pemijahan

ikan nila merah nilasa terjadi beberapa tahap dengan pasangan yang sama atau

berbeda. Selanjutnya, telur akan dierami di dalam mulut induk betina. Induk

betina bersifat mouth breeder (mengerami telur di dalam mulut). Induk betina

yang sedang mengerami telur akan terlihat membesar pada bagian mulutnya

(Sumarni 2018 dalam Andri dkk, 2021).

Dari telur menjadi induk pada umumnya membutuhkan waktu sekitar 5

sampai dengan 6 bulan. Dalam setahun ikan nila dapat berpijah antara 6-7 kali.

Proses berpijah terjadi ketika bobot dari indukan betina mencapat berat 150 gram.

Proses tersebut berlangsng cepat, yaitu sekitar 50-60 detik. Tiap proses berpijah

menghasilkan 20-40 telur yang dibuahi. Telur akan menetas setelah 4-5 hari.

Setelah menetas, larva akan diasuh dalam mulut induk betina selama kurang lebih

11 hari. Ketika larva sudah memiliki uuran 8 mm maka dapat disebut dengan

benih (Andahera, 2020).


2.2 Hama Pada Budidaya Ikan di Tambak

2.2.1 Pengertian Hama

Hama merupakan organisme utama yang terus menerus merusak dan

secara ekonomis merugikan, sehingga selalu perlu dilakukan tindakan

pengendalian.selain itu Hama juga kadang-kadang merusak dan merugikan

sehingga perlu dilakukan tindakan pengendalian. Hama digolongkan sebagai

pengganggu tanaman yang kasat mata seperti keong, kutu, dan ulat. Sementara

penyakit merupakan pengganggu tanaman yang tidak kasat mata seperti jamur,

bakteri dan virus. (Astuti, 2007)

2.2.2 Jenis-jenis Hama Pada Budidaya Ikan di Tambak

Hama yang menyerang ikan biasanya datang dari luar melalui aliran air,

udaraatau darat. hama yang berasal dari dalam biasanya akibat persiapan kolam

yangkurang sempurna. hama ikan banyak sekali jenisnya antara lain larva

serangga, serangga air,ikan carnivora, ular, biawak, buaya , notonecta atau

bebeasan, larva cybister atauucrit, berang-berang atau lisang, larva capung,

trisipan. hama menyerang ikan hanya pada saat ikan masih kecil atau bila populasi

ikan terlalu padat. Sedangkan bila ikan mulai gesit gerakannya umumnya hama

sulit memangsanya. hama yang menyerang ikan budidaya biasanya berupa ular,

belut, ikan liar pemangsa. Sedangkan hama yangmenyerang larva dan benih ikan

biasanya notonecta atau bebeasan, larva cybister atauucrit. ikan-ikan kecil yang

masuk ke dalam wadah juga akan mengganggu. meskipun bukan hama, tetapi

ikan kecil-kecil itu menjadi pesaing bagi ikan dalam hal mencarimakan dan

memperoleh oksigen (suwigyo, 1997).


2.2.3 Kontrol terhadap hama pada budidaya udang ditambak

Upaya pemberantasan hama tambak dikenal dengan dua cara yaitu

secara mekanis dan kimiawi. Pemberantasan hama secara mekanis biasanya

dilakukan pada saat pengeringan tanah dasar atau rehabilitasi tambak,

dengan cara mencari, menangkap, dan mematikan hama yang ada, namun

untuk tambak yang sukar dikeringkan maka alternatif lain adalah dengan cara

kimiawi. Pemberantasan hama secara kimiawi yang umum dilakukan

yaitu dengan bantuan racun nabati dan pestisida yang dianjurkan (Dahlia dkk

2021).

2.3 Bioekologi Keong Mas (Pomacea canaliculata)

2.3.1 Klasifikasi Keong Mas (Pomacea canaliculata)

Gambar 2-3 Keong Mas


Menurut Integrated Taxonomic Information System (ITIS). (2022)

Klasifikasi Keong Mas (Pomacea canaliculata) adalah sebagai berikut

Kingdom : Animalia Phylum: Moluska Class : Gastropoda Ordo :Mesogastropoda

Family : Ampullariidae Genus : Pomacea Species : Pomacea canaliculata


2.3.2 Morfologi Keong Mas (Pomacea canaliculata)

Bentuk cangkang keong mas hampir mirip dengan siput sawah yang

disebut gondang, bedanya cangkang keong mas berwarna kuning keemasan

hingga coklat transparan serta lebih tipis. Dagingnya lembut berwarna krem

keputihan sampai merah keemasan atau oranye kekuningan, besarnya kurang

lebih 10 cm dengan diameter cangkang 4-5 cm. Bertelur di tempat yang kering

10-13 cm dari permukaan air, kelompok telur memanjang dengan warna merah

jambu seperti buah murbai karena itu disebut siput murbai, panjang kelompok

telur 3 cm lebih, lebarnya 1-3 cm, dalam kelompok besarnya 4,5-7,7 mg ukuranya

2,0 mm ( Riyanto, 2003).

Menurut Halimah dan Ismail (1989), ciri-ciri keong mas secara garis besar

adalah sebagai berikut: cangkangnya berbentuk bulat mencapai tinggi lebih dari

10 cm, berwarna kekuningan. Pada mulut cangkang keong mas terdapat

operculum yang bentuknya bulat berwarna coklat kehitaman pada baian luarnya

dan coklat kekuningan pada bagian dalamnya. Pada bagian kepala terdapat dua

buah tentakel sepasang terletak dekat dengan mata lebih panjang dari pada dekat

mulut. Kaki lebar berbentuk segitiga dan mengecil pada bagian belakangnya,

mereka dapat hidup pada perairan yang deras dengan komponen utama tumbuhan

air dan bangkai

2.3.3 Habitat dan Penyebaran Keong Mas (Pomacea canaliculata)

Secara umum, keong mas Pomacea dapat menyesuaikan diri dengan

berbagai tipe habitat perairan darat. terutama untuk jenis Pomacea canaliculata
dapat dijumpai di sungai, sawah, danau dan rawa. Sementara itu untuk 3 jenis

yang lain, sejauh ini hanya dikoleksi dari danau. (Martin dkk,2001 dalam

Isnaningsih dkk, 2011) keong mas, P canaliculata memiliki toleransi yang paling

tinggi terhadap variasi habitat. Umumnya keong jenis ini menyukai hidup di

perairan dangkal dan bersubstrat lumpur Kesukaan keong rawa terhadap perairan

bersubstrat lumpur karena keong rawa sangat senang membenamkan diri ke dalam

lumpur walaupun pada musim hujan (Dharmawati,dkk 2016)

Di Indonesia keong Pomacea telah menyebar hampir ke seluruh pulau-

pulau besar dan beberapa pulau kecil. Sekitar tahun 1984, keong ini

sengaja didatangkan, diduga dari Philippina, Cina, Singapura, oleh penggemar

ikan hias, sebagai penghias akuarium. Kemudian orang tertarik untuk

membudidayakan tanpa mengetahui potensinya sebagai hama. Sebelumnya keong

ini telah dilaporkan menjadi hama pertanian yang cukup serius di

Philippina (Isnaningsih dkk, 2011)

2.3.4 Pakan Dan Kebiasan Makan Keong Mas (Pomacea canaliculata)

Keong Mas sangat menyukai tanaman air berupa kayapu, kangkung air

muda, genjer, keladi dan batang padi muda. Kesukaan keong rawa terhadap

tanaman tersebut karena struktur batang tanaman lebih lunak dan lembut.

Tanaman air berupa teratai, eceng gondok, puteri malu kurang begitu disukai

keong rawa, diduga karena struktur batang tanaman tersebut lebih keras dan

tanaman tersebut hanya digunakan sebagai tempat perlindungan bagi keong.

Keong rawa melakukan kegiatan makan dengan cara grazing (merumput dengan
cara merenggut) yang dimulai bekerjasamanya sensor yang terdapat pada masing-

masing sisi mulut berbentuk lidah berparut dan adanya rahang. Selanjutnya

tanaman yang dimakan ditempatkan ke dalam mulut lalu dikunyah dengan cara

digunting (Dharmawati,dkk 2016).

2.3.5 Siklus Hidup Keong Mas (Pomacea canaliculata)

Dalam satu kali siklus hidupnya memerlukan waktu antara 2-2,5 bulan.

Keong mas dapat mencapai umur kurang lebih 3 tahun. Telur keong mas

diletakkan secara berkelompok berwarna merah jambu seperti buah murbei

sehingga disebut juga keong murbei. Keong mas selama hidupnya mampu

menghasilkan telur sebanyak 15-20 kelompok, yang tiap kelompok berjumlah

kurang lebih 500 butir, dengan persentase penetasan lebih dari 85% (Putra, 2016).

Keong ini dapat hidup antara 2 sampai 6 tahun dengan keperidian

(fertilitas) yang tinggi. Keong mas bertelur pada malam hari. Telurnya di letakan

pada tanaman padi, pada pematang sawah, ranting atau lainnya. keong mas

berkelamin tunggal dan dapat melakukan perkawinan sepanjang musim, dengan

produktifitas telurnya sebanyak 1000-1200 butir telur tiap bulan. Kemudian

setelah sekitar 7-14 hari telur tersebut menetas. Keong mas muda ini langsung

turun ke air/sawah dan mulai mencari makan sendiri. Pada umur

60 hari, keong mas sudah siap untuk kawin lagi (Taopik dkk, 2019)

Keong mas dapat bertahan hidup lama di dalam tanah sampai 6 bulan dan

akan berkembangbiak kembali apabila mendapat pengairan. Keong mas


memerlukan waktu antara 2-2,5 bulan. dalam satu kali siklus hidupnya dan dapat

mencapai umur kurang lebih 3 tahun (Taopik dkk, 2019).

2.4 Bioekologi Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)

2.4.1 Klasifikasi Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)

Menurut Integrated Taxonomic Information System (ITIS). (2022)

Klasifikasi Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae, Subkingdom; Viridiplate , Infrakingdom : Streptophyta,

Superdivision : Embryophyta

Gambar 2-4 Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)

2.4.2 Morfologi Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)

Eceng gondok merupakan tanaman air yang hidup bebas di permukaan air,

dapat berkembang dengan cepat dan dapat tumbuh sepanjang tahun. Eceng

gondok memiliki tinggi 0,4-0,8 m, batangnya berbuka pendek mempunyai

diameter 1-2,5 cm dan memiliki panjang batang mencapai 30 cm. Eceng gondok

memiliki daun bergaris tengah mencapai 1,5 cm dengan bentuk lentur agak bulat,

berwarna hijau terang dan berkilau jika berada dibawah sinar matahari. Kelopak
dari bunganya berwarna ungu muda. Setiap bunga memiliki kepala putik yang

dapat menghasilkan 500 bakal biji setiap tangkai (Sumarjono, 2009 dalam

Firnanda, 2021).

2.4.3 Habitat dan Penyebaran Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)

Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa,

aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air, dan sungai. Tumbuhan ini

dapat beradaptasi dengan perubahan kondisi yang ekstrem, yaitu dari ketinggian

air, arus air, perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur, dan racun-racun

dalam air. Pertumbuhan eceng gondok yang cepat disebabkan oleh adanya air

yang mengandung nutrien tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat, dan

potasium. Di kawasan perairan danau, eceng gondok tumbuh pada bibir pantai

sejauh 5-20meter. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume air dan

pendangkalan sungai, dikarenakan sifat tanaman ini yang mampu menyerap air

sangat banyak( Faqih, 2014)

Beberapa faktor lingkungan ternyata sangat mempengaruhi

kelimpahan dan penyebaran eceng gondok di perairan tersebut, diantaranya

kecepatan arus dan kedalaman air. (R. Nuryana, 2016)

2.4.4 Pakan dan kebiasaan makan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)

Komposisi kimia eceng gondok tergantung pada kandungan unsur hara

tempatnya tumbuh, dan sifat daya serap tanaman tersebut. Enceng gondok

mempunyai sifat- sifat yang baik antara lain dapat menyerap logam-logam berat,

senyawa sulfida, selain itu mengandung protein lebih dari 11,5%.


2.4.5 Siklus Hidup

Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan tanaman yang memiliki

laju pertumbuhan sangat cepat berkisar antara 400–700 ton biomasa per ha per

hari sehingga eceng gondok dikenal sebagai tanaman pengganggu (Tellez, dkk.,

2008). Pertumbuhan yang cepat pada eceng gondok ini dapat menutupi

permukaan air, sehingga dapat menimbulkan masalah pada lingkungan. ketika

eceng gondok dikembangbiakkan dalam sebuah sungai yang dialiri limbah

industri dan domestik, konsentrasi dari Cu, Cd, Ni, Pb, dan Zn dari akar eceng

gondok meningkat hingga 3–15 kali dari kadar normal.

2.5 Kualitas Air

2.5.1 Suhu

Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu

penyebaran organisme baik dilautan maupun di perairan air tawar dibatasi oleh

suhu perairan terebut (Ghufran dkk ,2005 dalam Nofiyana 2017 ) Suhu sangat

berpengaruh pada proses-proses yang terjadi dalam air. Suhu air buangan

kebanyakan lebih tinggi dari pada suhu badan air. Hal ini erat hubungannya

dengan bio degradasi. Pengamatan suhu dimaksudkan untuk mengetahui kondisi

perairan dan interaksi antara suhu dengan aspek kesehatan habitat dan biota air

lainnya. Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat sebagai berikut ,

Jumlah oksigen di dalam air menurun, Kecepatan reaksi meningkat , Kehidupan

ikan dan hewan lainnya terganggu , Jika batas suhu yang mematikan terlampaui,

ikan dan hewan air lainnya akan mati (Sulistiyo, 1976 dalam Nofiyana 2017 ).
2.5.2 pH (Potential Hydrogen)

Derajat keasaman adalah ukuran untuk menentukan sifat asam dan basa

suatu perairan. Perubahan pH di suatu air sangat berpengaruh terhadap proses

fisika, kimia, maupun biologiN dari organisme yang hidup didalamnya. Nilai pH

air digunakan untuk mengekspresikan kondisi keasaman (konsentrasi ion

hidrogen) air, Nilai pH menunjukkan tinggi rendahnya ion hidrogen dalam air,

dimana pH yang kurang dari 6,5 atau diatas 9, akan menyebabkan senyawa kimia

yang ada dalam tubuh manusia bisa berubah menjadi racun yang sangat yang

dapat mengganggu kesehatan. Nilai pH akan menentukan sifat korosi, semakin

rendah Ph maka sifat korosi akan semakin tinggi (Putra 2019).

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat

keasamana atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Dapat didefinisikan

sebagai kologaritma aktivitas ion hydrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktifitas

ion hydrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya

didasarkan pada perhitungan teoretis. Skala pH bukanlah skala absolut. pH

bersifat relative terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan

berdasarkan persetujuan internasional (Chang, 2003).

2.5.3 Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi

atmosfer/udara. Oksigen terlarut di suatu perairan sangat berperan dalam proses

penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air untuk mengetahui kualitas air

dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter

kimia seperti aksigen terlarut (DO). Semakin banyak jumlah DO (dissolved


oxygen ) maka kualitas air semakin baik.jika kadar oksigen terlarut yang terlalu

rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang

mungkin saja terjadi. Satuan DO dinyatakan dalam persentase saturasi (Rokhman

2016).

2.5.4 Salinitas

Salinitas merupakan tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.

( Muliawan 2016) Salinitas adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap

organisme air dalam mempertahankan tekanan osmotik dalam protoplasma

dengan air sebagai lingkungan hidupnya (Supriyantini 2013).

Salinitas merupakan bagian dari sifat fisik dan kimia suatu perairan, selain

suhu, pH, dan lain-lain. Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air.

Salinitas perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu perairan. Garam

yang dimaksudkan adalah berbagai ion yang terlarut dalam air termasuk garam

dapur (NaCI). Pada umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion utama yaitu natrium

(Na), klorida (CI), kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), sulfat (SO4) dan

bikarbonat (HCO3) (Sari, 2017).


BAB 3 METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Pelaksanaan praktikum Penyakit Organisme Akuakultur Hama pada Ikan Nila

Merah (Oreochromis sp) dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 08 Maret 2023

pada pukul 15:00 sampai dengan selesai di Laboratorium Kualitas Air dan

Biologi Akuatik, Universitas Tadulako.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat beserta kegunaanya yang digunkan selama praktikum

berlangsung adalah sebagai berikut. Dapat diliat pada table 3-1

Tabel. 3-1 Alat yang digunakan dalam praktikum penyakit organisme akuakultur
No Alat Fungsi
1. Hp Mengambil Gambar
2. Alat Tulis Menulis
3. Buku Catatan Tempat Menulis
4. Baskom Sebagai Wadah
5. Seser Tangkap Udang
6. Timbangan Analitik Menimbang Pakan dan bobot udang
7. Thermometer Hg Mengukur suhu
8. DO meter Mengukur Oksigen Terlarut atau DO
9. Aerasi Memberikan Oksigen
10. Refraktor Mengukur Salinitas

Adapun bahan beserta kegunaanya yang digunkan selama praktikum


berlangsung adalah sebagai berikut. Dapat diliat pada table 3-2
Tabel. 3-2 Bahan yang digunakan dalam praktikum penyakit organisme
akuakultur
No Bahan Fungsi
1 Ikan Nila Merah Organisme Uji
2 Keong Mas Hama
3 Eceng Gondok Hama
4 Pakan Makanan Udang
5 Air tawar Tempat udang
6 Klorin Membersihkan Wadah
3.3 Prosedur Kerja

Berikut adalah beberapa prosedur kerja yaang dilakukan selama praktikum

berlangsung ialah:

1. Mempersiapkan wadah (akuarium/baskom) pemeliharaan sebanyak 8 unit.

Jika memungkinkan klorinasi wadah beserta semua alat yang akan

digunakan untuk praktikum pada larutan klorin 30 ppm selama semalam.

Keesokan harinya, bilas wadah tersebut dengan air bersih hingga larutan

klorin hilang.

2. Pada wadah pemeliharaan yang telah dibersihkan masukkan air sebanyak

20 liter.

3. Memasukkan eceng gondok dan keong mas kedalam wadah pemeliharaan

sesuai dengan masing-masing perlakuan (Tabel 4.1).

4. mengaklimasi benur selama 30 menit ke dalam media pemeliharaan.

5. Menimbang benur dengan menggunakan timbangan digital (Wo).

6. Memasukkan benur 20 ekor kedalam masing-masing wadah pemeliharaan.

7. Mengukur suhu, pH dan konsentrasi oksigen terlarut masing-masing

media pemeliharaan (unit percobaan).

8. Mengamati pengamatan terhadap masing-masing unit percobaan 2 kali

(pagi pukul 06.00 dan sore hari pukul 16.00) setiap hari selama seminggu.

Ukurlah suhu, pH dan konsentrasi oksigen terlarut masing-masing media

pemeliharaan setiap pengamatan dilakukan (2 kali sehari).


9. Mengamati tingkah laku dan kondisi udang selama percobaan berlangsung

untuk tiap-tiap unit percobaan. Catat jumlah udang yang mati setiap

pengamatan dilakukan.

10. Memberikan pakan sebesar 10% dari berat biomassa organisme uji

dilakukan dua kali sehari (saat pengamatan).

11. Pada akhir percobaan mengukur kualitas air (suhu, pH & oksigen terlarut)

media pemeliharaan dan timbanglah berat akhir udang (Wt).

3.4 Analisis Data

3.4.1 Pertumbuhan Mutlak

Pertambahan bobot mutlak organisme uji diakhir percobaan, dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

W = Wt -Wo

Keterangan :

W merupakan pertumbuhan bobot mutlak (g),

Wt adalah rata-rata berat akhir (g)

Wo= rata-rata berat awal (g).


BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Dampak Hama Terhadap Tingkah Laku Dan Kondisi Ikan Uji
DAFTAR PUSTAKA

Amarwati, H. (2015). Pemanfaatan tepung daun singkong (Manihot utilissima)


yang difermentasi dalam pakan buatan terhadap pertumbuhan benih Ikan
nila merah (Oreochromis niloticus). Journal of aquaculture management
and technology, 4(2), 51-59.

Astuti, Y. (2007). Perancangan Basis Data untuk Mendiagnosa Hama dan


Penyakit pada Tanaman Anggrek Serta Penanggulangannya.

Chang, R. 2003. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilod Erlangga

Dharmawati, S., Widaningsih, N., & Firahmi, N. (2016). Biologi keong rawa
(Pomacea glauca dan Pomacea canaliculata) di perairan rawa Kalimatan
Selatan. Media Sains, 9(1), 105-109.

Faqih, N. (2014). Analisis kehilangan air waduk akibat gulma enceng gondok
(Eichhornia Crassipes). Jurnal Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat UNSIQ, 1(3), 149-155.

Firnanda, A. F. (2021). Pengaruh Pemberian Pakan Kombinasi Pelet Dan Eceng


Gondok (Eichhornia Crassipes) Terhadap Sintasan Dan Pertumbuhan
Benih Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma Macropomum) (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Riau).

Iskandar, A., Islamay, R. S., & Kasmono, Y. (2021). Optimalisasi pembenihan


ikan nila merah nilasa Oreochromis sp. di Ukbat Cangkringan,
Yogyakarta. Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan, 12(1), 29-37.

Isnaningsih, N. R., & Marwoto, R. M. (2011). Keong hama Pomacea di Indonesia:


karakter morfologi dan sebarannya (Mollusca, Gastropoda:
Ampullariidae). Berita Biologi, 10(4), 441-447.
Nofiyana, N. (2017). UJI KUALITAS AIR DI WADUK CIRATA KABUPATEN
PURWAKARTA (Doctoral dissertation, FKIP Unpas).
Nuitja, I. N. S. 2019. Manajemen Sumber Daya Perikanan. PT Penerbit IPB Press.
Putra, A. Y., & Yulia, P. A. R. (2019). Kajian kualitas air tanah ditinjau dari
parameter pH, nilai COD dan BOD pada desa teluk nilap kecamatan Kubu
Babussalam Rokan Hilir Provinsi Riau. Jurnal Riset Kimia, 10(2), 103-
109.
Putra, S., & Zein, S. (2016). Pengaruh Variasi Konsentrasi Ekstrak Serai
(Andropogon nardus) Terhadap Mortalitas Hama Keong Mas
(Pomaceacaniculata L.). BIOEDUKASI (Jurnal Pendidikan Biologi), 7(1).
Riyanto, R. (2003). Aspek-Aspek Biologi Keong Mas (Pomacea canaliculata L.).
In Forum MIPA (Vol. 8, No. 1, pp. 20-26). Pendidikan MIPA FKIP Unsri.
Rokhman, M. F. (2016). Pengaruh Kepadatan Yang Berbeda Terhadap
Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Berat Benih IKAN BETIK
(Anabas testudineus BLOCH) DENGAN SISTEM RESIRKULASI
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Gresik).
Sari, A. N., Kardhinata, E. H., & ZNA, H. M. (2017). Analisis Substrat di
Ekosistem Kampung Nipah Desa Sei Nagalawan Serdang Bedagai
Sumatera Utara. BIOLINK (Jurnal Biologi Lingkungan Industri
Kesehatan), 3(2), 168-178
Supriyantini, E. (2013). Pengaruh salinitas terhadap kandungan nutrisi
Skeletonema costatum. Buletin Oseanografi Marina, 2(1), 51-57.
Taopik, M., & Sari, W. (2019). KERAPATAN KELOMPOK TELUR DAN
KEPADATANPOPULASI HAMA KEONG MAS (Pomacea canaliculata)
DI LAHAN PADI PANDANWANGI (Oryza sativa L. Aromatic).
Agroscience, 9(1), 1-12.

Anda mungkin juga menyukai