Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FISIOLOGI HEWAN AIR

PROSES DAN KONSEP FISIOLOGI DARAH PADA IKAN

Dosen pengampu:

Dr. Uun Yanuhar, S.Pi, M.Si

Disusun oleh:

Muhammad Ichsan Dwi Cahya (175080101111026)

Zahrotus Saadah (195080100111040)

Silviana Fitriani (195080101111032)

Alfina Pagita Larasati (195080107111034)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya,
serta shalawat serta salam junjungan kita yaitu Nabi Muhammad SAW sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul ”Proses dan Konsep Fisiologi Darah pada Ikan“
dengan tepat waktu.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi
Hewan Air. Adapun tujuan lainnya yaitu untuk menambah wawasan tentang “Proses dan
Konsep Fisiologi Darah pada Ikan” bagi para pembaca dan juga untuk penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Dr. Uun Yanuhar, S.Pi, M.Si. selaku
dosen pengampu mata kuliah Pancasila yang telah memberikan tugas ini, sehinnga
menambah wawasan kami tentang materi Proses dan Konsep Fisiologi Darah pada Ikan.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan sebagian
pengetahuannya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini jauh dari kata sempurna. Untuk
itu kritik dan saran akan kami nantikan untuk makalah ini. Semoga makalah yang kami tulis
ini dapat bermanfaat. Sekian, dan kami ucapkan terimakasih.

Malang, 29 September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................1

1.3 TUJUAN.................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2

2.2.1 HEMOGLOBIN.................................................................................................2

2.2.2 HEMATOKRIT.................................................................................................4

2.2.3 MENGHITUNG JUMLAH SEL DARAH.......................................................6

BAB III PENUTUP.............................................................................................................9

3.1 KESIMPULAN......................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Darah pada ikan mempunyai dua komponen utama yaitu sel – sel darah dan
plasma darah. Menurut (Wedemeyer, Mcleay and Goodyear, 1984). Darah ikan
tersusun dari sel-sel darah yang tersuspensi dalam plasma dan diedarkan ke seluruh
jaringan tubuh melalui sistem sirkulasi tertutup. Sel darah ikan tersusun dari sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) serta cairan darah yang
mengandung nutrien dan sisa metabolisme. Sel dan plasma darah mempunyai peran
fisiologis yang sangat penting.

Darah dalam tubuh memiliki fungsi sebagai pengangkut bagi berbagai macam
senyawa dan zat-zat yang diperlukan tubuh, mengatur jaringan tubuh, alat pertahanan
tubuh terhadam ancaman dari luar dan menjaga kestabilan suhu. Sel darah merah
cenderung untuk mengalir dengan lancar dalam pembuluh darah, tetapi tidak demikian
halnya dengan sel darah putih. Banyak sel darah putih yang menempel pada dinding
pembuluh darah atau bahkan menembus dinding untuk masuk ke jaringan yang lain.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1   Bagaimana Hemoglobin pada Ikan?
1.2.2   Bagaimana Hematokrit pada Ikan?
1.2.3   Bagaimana Cara Menghitung Sel Darah pada Ikan?

1.3 TUJUAN
1.3.1   Untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Hewan Air yang diberikan oleh
Dosen Pembimbing.
1.3.2   Untuk mengetahui bagaimana proses dan konsep fisiologi darah pada ikan
1.3.3   Untuk memberikan bagaimana cara menghitung sel darah pada ikan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.2.1 Hemoglobin

a. Definisi Hemoglobin
Hemoglobin berasal dari dua kata yakni ‘hemos’ yang berarti darah dan
‘globin’ yang berarti protein. Hemoglobin adalah molekul protein pengangkut oksigen
yang mengandung besi dalam sel darah merah pada darah mamalia dan hewan
lainnya. Protein tetramerik ini ditemukan di dalam eritrosit. Molekul hemoglobin
terdiri dari globin, apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan
satu atom besi. Hemoglobin secara alamiah ialah suatu pigmen yang berwarna, oleh
karena itu hemoglobin akan tampak berwarna kemerahan apabila berikatan dengan
oksigen dan berwarna kebiruan apabila mengalami deoksigenasi (Danico dkk, 2015).

b. Fungsi Hemoglobin
Fungsi fisilogi utama hemoglobin adalah mengatur pertukaran oksigen dengan
karbondioksida didalam jaringan tubuh mengambil oksigen paru-paru kemudian
dibawa keseluruh tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar. Membawa
karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolism dari paru-paru
untuk dibuang(Erdina,2016). Secara umum fungsi hemoglobin yaitu :
a. Mengikat oksigen
Protein dalam sel darah merah memiliki fungsi sebagai mengikat oksigen yang akan
disirkulasikan ke paru-paru. Menurut Depkes RI, hemoglobin berfungsi mengatur
pertukaran oksigen dengan karbondioksida dalam jaringan-jaringan tubuh, mengatur
oksigen dari paru-paru kemudian dibawa keseluruh jaringan tubuh. Sebagai hasil
metabolisme ke paru-paru untuk dibuang (Widayanti,2008).
b. Pertahanan tubuh
Sirkulasi darah yang terus dipompa oleh jantung dapat mempertahankan tubuh dari
serangan virus, bahan kimia, maupun bakteri. Darah tersebut nantikan akan di saring
oleh fungsi ginjal dan dikeluarkan melalui urin sebagai hasil toksin tubuh.
c. Menyuplai nutrisi
Selain mengangkut oksigen, darah juga akan menyuplai nutrisi ke jaringan tubuh dan
mengangkut zat sebagai hasil dari metabolisme. .
c. Struktur Hemoglobin
Molekul hemoglobin terdiri dari dua struktur utama, yaitu heme dan globin :
a. Heme
Gugus Heme ini merupakan penyusun kata (Hemo) pada Hemoglobin. Pada
hemoglobin akan terdapat empat gugus heme. Heme memiliki struktur porfirin
dengan ion magnesium pada bagian tengahnya. Setiap subunit ini memiliki atom

2
pusat yaitu Fe2+ . Kemudian Fe2+ tersebut berfungsi untuk mengikat oksigen. Proses
pengikatan oksigen disebut dengan oxyhemoglobin. Struktur dari hemoglobin yang
memiliki atom pusat berupa besi menunjukan bahwa hemoglobin adalah jenis dari
metaloprotein.
b. Globin
Terdiri dari asam amino yang menghubungkan dan membentuk rantai
polipeptida. Hemoglobin terdiri atas rantai alfa dan rantai beta. Rantai alfa memiliki
141 asam amino, sedangkan rantai beta memiliki 146 rantai asam amino. Heme dan
globin dari molekul hemoglobin dihubungkan oleh ikatan kimia (Kiswari, 2014).

d. Kadar Hemoglobin
Kadar Hemoglobin pada ikan dipengaruhi oleh jenis ikan (species), jenis
kelamin, umur, kondisi fisik, musim,tekanan udara dan kebiasaan hidup ikan.
Transport oksigen dalam darah tergantung pada komponen besar dalam pigmen
respirasi, yaitu umumnya hemoglobin. Jumlah hemoglobin bervariasi dengan jumlah
sel darah merah yang ada. Jumlah eritrosit berkisar antara 20.000-3.000.000 per ml
darah. Contoh, ikan Goosfish mempunyai eritrosit 867.000 dan ikan Mackerel
3.000.000 per ml darah. Hemoglobin merupakan bagian dari sel darah merah yang
mengikat oksigen dari insang untuk dihantarkan ke seluruh jaringan tubuh. Kadar
hemoglobin ikan air tawar berkisar antara 5.05-8.33 g/dl. Menurut (Sherif & Feky
2009), Pada Suhu perairan 15 – 30 C kadar hemoglobin ikan nila Normal berkisar
antara 7,5 – 8 g/dl. Dengan demikian,kadar Hemoglobin dalam darah ikan masih
dalam kisaran normal dan dapat dikatakan ikan tersebut sehat.

e. Gangguan dan penyakit akibat kurangnya Hemoglobin


Hemoglobin dalam darah merupakan alat transportasi oksigen, karbondioksida
dan makanan (Anderson & Siwicki, 1993). Kemampuan mengangkut ini bergantung
pada jumlah hemoglobin, jika kadar hemoglobin meningkat maka asupan makanan
dan oksigen dalam darah dapat diedarkan ke seluruh jaringan tubuh ikan yang pada
akhirnya akan menunjang kehidupan dan pertumbuhan ikan. Menurunnya kadar
hemoglobin darah dapat dijadikan petunjuk mengenai rendahnya kandungan protein
pakan, defisiensi vitamin atau ikan mendapat infeksi (Anderson & Siwicki, 1993).
Rendahnya kadar hemoglobin menyebabkan laju metabolisme menurun dan energi

3
yang dihasilkan menjadi rendah (Bastiawan dkk., 1995). Hal ini membuat ikan
menjadi lemah dan tidak memiliki nafsu makan serta terlihat diam di dasar atau
menggantung di bawah permukaan air
Ikan yang mengalami kekurangan hemoglobin dalam pakan akan
menyebabkan gangguan dan penyakit, salah satunya penyakit anemia. Anemia pada
ikan disebabkan oleh kurangnya sel darah merah dan hemoglobin dalam darah
sehingga darah tidak mampu mengangkut asupan makanan ataupun oksigen yang
diperlukan oleh tubuh (Wikipedia, 2008). Gejala yang sering timbul akibat anemia
adalah kurangnya nafsu makan pada ikan, warna tubuh pucat, terdapat bercak luka
serta ikan tidak bergerak secara aktif. Anemia disebabkan kurangnya nutrisi yang
diperlukan tubuh ikan seperti zat besi (Fe), asam folat dan vitamin. Vitamin berfungsi
sebagai imunitas atau meningkatkan kemampuan tubuh ikan agar terhindar dari
penyakit. Salah satu vitamin yang dapat meningkatkan imunitas dan mencegah
anemia adalah vitamin C (Sandes, 1991). Sedangkan penyebab kurangnya zat besi
adalah rendahnya absorbsi zat besi dalam usus, rendahnya masukan zat besi dari
pakan dan kekurangan darah karena adanya penyakit (Purwani & Hadi, 2002).

2.2.2 Hematokrit

a. Pengertian Hematokrit
Hematokrit adalah istilah yang menunjukan besarnya volume sel-sel eritrosit
seluruhnya didalam 100 mm3 darah dan dinyatakan dalam persen (%). Nilai
hematokrit atau “volume sel packed” adalah suatu istilah yang artinya prosentase
berdasarkan volume dari darah, yang terdiri dari sel-sel darah merah. Mengukur
kadar hematokrit darah hewan uji digunakan tabung mikrohematokrit yang berupa
pipa kapiler berlapiskan EDTA (Etil Diamin Tetra Acetat) yang berfungsi sebagai
bahan anti pembekuan darah. Nilai hematokrit standar adalah sekitar 45%, namun
nilai ini dapat berbeda-beda tergantung species. Nilai hematokrit biasanya dianggap
sama manfaatnya dengan hitungan sel darah merah total.
Darah ikan tersusun atas cairan plasma dan sel-sel darah yang terdiri dari
selsel darah merah (eritrosit), sel-sel darah putih (leukosit) dan keping darah
(trombosit). Volume darah dari ikan teleostey, heleostey dan chondrosteiadalah
sekitar 3% dari bobot tubuh, sedangkan ikan chondrocthyes memiliki darah
sebanyak 6,6% dari berat tubuhnya (Randall, 1970 dalam Affandi, 1999).

b. Fungsi Hematokrit
Hematokrit digunakan untuk mengukur derajat anemi dan polisetemia. Untuk
mengetahui adanya ikterus yang dapat diamati dari warna plasma. Di mana plasma
terbentuk warna kuning atau kuning tua.

4
c. Metode Pengukuran Hematokrit:
Nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara automatik menggunakan
hematology analyzer atau secara manual. Metode pengukuran hematokrit secara
manual dikenal ada 2, yaitu :
1. Metode Makrohematokrit
Pada metode makro, sebanyak 1 ml sampel darah (darah EDTA atau heparin)
dimasukkan dalam tabung Wintrobe yang berukuran panjang 110 8 mm dengan
diameter 2.5-3.0 mm dan berskala 0-10 mm. Tabung kemudian disentrifus selama 30
menit dengan kecepatan 3.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit adalah nilai hematokrit
yang dinyatakan dalam %.
2. Metode Mikrohematokrit
Pada metode mikro, sampel darah (darah kapiler, darah EDTA, darah heparin atau
darah amonium-kalium-oksalat) dimasukkan dalam tabung kapiler yang mempunyai
ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm. Tabung kapiler yang digunakan ada
2 macam, yaitu yang berisi heparin (bertanda merah) untuk sampel darah kapiler
(langsung), dan yang tanpa antikoagulan (bertanda biru) untuk darah
EDTA/heparin/amonium-kaliumoksalat. Prosedur pemeriksaannya, adalah sampel
darah dimasukkan ke dalam tabung kapiler sampai 2/3 volume tabung. Salah satu
ujung tabung ditutup dengan dempul (clay) lalu disentrifus selama 5 menit dengan
kecepatan 15.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit diukur dengan alat pembaca
hematokrit, nilainya dinyatakan dalam %. Metode mikrohematokrit lebih banyak
digunakan karena selain waktunya cukup singkat, sampel darah yang dibutuhkan
juga sedikit dan dapat dipergunakan untuk sampel tanpa antikoagulan yang dapat
diperoleh secara langsung.

d. Nilai Hematokrit Normal Ikan:


Prosedur perhitungan jumlah eritrosit diukur menurut Blaxhall dan Daisley
(1973), pertama darah dihisap dengan pipet yang berisi bulir pengaduk warna merah
sampai skala 1 (pipet untuk mengukur jumlah sel darah merah), lalu tambahkan
larutan Hayem’s sampai skala 101, pengadukan darah di dalan pipet dilakukan
dengan mengayunkan tangan yang memegang pipet seperti membentuk angka
delapan selama 3-5 menit sehingga darah tercampur rata. Dua tetes pertama larutan
darah dalam pipet dibuang, selanjutnya teteskan pada haemocytometer tipe
Neubauer dan tutup dengan gelas penutup. Kemudian, hitung jumlah sel darah merah
dengan 9 bantuan mikroskop dengan pembesaran 400 x. Jumlah eritrosit total
dihitung sebanyak 4 kotak kecil dan jumlahnya dihitung menurut rumus:

∑ eritrosit = rataan sel eritrosit terhitung x

Pengukuran hematokrit dapat dijadikan sebagai salah satu parameter untuk


mengetahui kesahatan ikan. Kuswardani (2006) mengungkapkan bahwa kadar
hematokrit ini dapat bervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur, jenis kelamin,
ukuran tubuh, dan masa pemijahan. Nilai hematokrit yang kurang dari 22% akan

5
menunjukan terjadinya anemia, dibandingkan dengan data yang diperoleh dari
praktikum maka untuk kelompok 6 dan 7 dengan presentase 16.10% positif
menunjukan terjadinya anemia pada ikan. Sedangkan nilai hematokrit ikan – ikan
teleost yang normal berkisar antara 20 – 30 % dan untuk beberapa spesies laut
berkisar 42 %.

e. Faktor-Faktor Mempengaruhi Kadar Hematokrit


1. Faktor Jenis Kelamin
Faktor Jumlah Sel Darah Merah Dimana sel darah merah jantan lebih banyak
dari pada betina, apabila jumlah sel darah merah meningkat atau bnayak
maka jumlah nilai hematokrit juga akan mengalami peningkatan.
2. Aktivitas dan keadaan patologis
3. Ketinggian Tempat
Kadar oksigen dalam udara berkurang sehingga oksigen yang masuk ke dalam
paru – paru berkuran , oleh karena itu supaya terjadi keseimbangan maka
sumsum tulang belakang memproduksi sel – sel darah merah.

2.2.3 Menghitung Jumlah Sel Darah


Darah ikan tersusun dari sel-sel darah yang tersuspensi dalam plasma dan
diedarkan ke seluruh jaringan tubuh melalui sistem sirkulasi tertutup. Sel darah
ikan tersusun dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) serta
cairan darah yang mengandung nutrien dan sisa metabolisme. Sel dan plasma
darah mempunyai peran fisiologis yang sangat penting (Wedemeyer, Mcleay and
Goodyear, 1984).
Menurut Meyer dan Harvey (1998) Adanya perubahan status fisiologi
maupun gangguan kesehatan hewan sering dapat diketahui melalui komponen
darahnya. Manfaat pemeriksaan darah ikan antara lain untuk membantu diagnosis
suatu penyakit, mengetahui jalannya suatu penyakit, menentukan prognosa,
mengetahui efek suatu pengobatan, meneliti sistem imun dan untuk mengetahui
status kesehatan ikan. Pemeriksaan parameter hematology ikan meliputi
pemeriksaan nilai hematokrit, kadar hemoglobin, jumlah sel darah merah, jumlah sel
darah putih dan pengamatan parasit yang terdapat dalam darah (Noercholis,
Muslim dan Maftuch, 2013).

a. Penghitungan Jumlah Eritrosit (Svobodova et al., 1991)


Penghitungan jumlah eritrosit yaitu darah sampel dihisap dengan pipet yang
berisi bulir pengaduk merah sampai skala 0,5, selanjutnya ditambah Larutan Hayem
sampai skala 101. Darah dalam pipet diaduk dengan cara menggoyangkan pipet
membentuk angka delapan selama 3-5 menit sehingga darah tercampur rata. Dua tetes
pertama larutan darah dalam pipet tersebut dibuang, selanjutnya larutan darah tersebut
diteteskan di atas haemocytometer yang telah diletakkan gelas penutup di atasnya.
Jumlah sel darah merah dapat dihitung dengan bantuan mikroskop dengan

6
pembesaran 400x. Perhitungan dilakukan pada 5 kotak besar haemocytometer dan
jumlahnya dihitung dengan rumus (Nabib dan Pasaribu, 1989):
∑ eritrosit = rataan ∑ sel terhitung χ 1/volume kotak χ pengencer

b. Penghitungan Total Leukosit (Svobodova et al., 1991)


Ary (2007) dalam Dopongtanung (2008)mengungkapkan bahwa ikan yang
terinfeksi penyakit akan mengalami penurunan jumlah leukosit yang disebabkan
karena terganggunya fungsi ginjal dan limfa dalam memproduksi leukosit. Sehingga
kemampuan leukosit akan menurun karena leukosit berfungsi sebagai pertahanan non-
spesifik yang akan mengeliminasi patogen.
Penghitungan jumlah leukosit yaitu darah sampel dihisap dengan pipet yang
berisi bulir pengaduk warna putih sampai skala 0,5 kemudian ditambahkan Larutan
Turk‟s sampai skala 11. Darah dalam pipet diaduk dengan cara menggoyangkan pipet
membentuk angka delapan selama 3-5 menit sehingga darah tercampur rata. Dua tetes
pertama larutan darah dalam pipet tersebut dibuang, selanjutnya larutan darah tersebut
diteteskan di atas haemocytometer yang telah diletakkan gelas penutup di atasnya.
Jumlah sel darah merah dapat dihitung dengan bantuan mikroskop dengan
pembesaran 400x. Perhitungan dilakukan pada 5 kotak besar haemocytometer dan
jumlahnya dihitung dengan rumus (Nabib dan Pasaribu, 1989):
∑ leukosit = rataan ∑ sel terhitung χ 1/ volume kotak χ pengencer

c. Pengukuran Nilai Hematokrit (Chinabut et al., 1991)


Randal (1970) dalam Dopongtanung (2008) yang menjelaskan bahwa bila
nilai hematokrit ikan di bawah 22% menunjukkan bahwa ikan mengalami anemia dan
kemungkinan mengalami infeksi penyakit bakteri. Pengukuran kadar hematokrit yaitu
dengan cara ujung tabung mikrohematokrit dicelupkan ke dalam tabung yang berisi
darah. Darah diambil sebanyak ¾ bagian tabung. Ujung tabung yang telah berisi
darah ditutup dengan crytoceal dengan cara menancapkan ujung tabung ke dalam
crytoceal kira-kira sedalam 1 mm sehingga terbentuk sumbat crytoceal. Tabung
mikrohematokrit tersebut disentrifuge selama 5 menit pada 5000 rpm dengan posisi
tabung yang bervolume sama berhadapan agar putaran sentrifuse seimbang. Panjang
bagian darah yang mengendap dan panjang total volume darah yang terdapat di dalam
tabung diukur dengan menggunakan penggaris. Kadar hematokrit merupakan
banyaknya sel darah (digambarkan dengan padatan atau endapan) dalam cairan darah.
Kadar hematokrit darah dapat dihitung dengan rumus :
Kadar Hematokrit = Panjang endapan sel darah dalam tabung/ Panjang total volume
darah dalam tabung χ 100%

D. Pengukuran Kadar Hemoglobin


Kadar hemoglobin yang rendah dapat menjadi salah satu indikasi pada ikan
atas terjadinya infeksi dalam hal ini adalah bakteri (Lucky, 1977). Hemoglobin
(Hb) diukur menurut metode Sahli dengan Sahlinometer (Wedemeyer dan Yasutake,
1977). Pengukuran kadar hemoglobin yaitu dengan cara darah sampel dihisap dengan

7
pipet sahli sampai skala 20 mm3 atau pada skala 0,2 ml. Lalu ujung pipet
dibersihkan dengan kertas tisu. Darah dalam pipet dipindahkan ke dalam tabung Hb-
meter yang telah diisi HCl 0,1 N sampai skala 10 (merah). Darah tersebut lalu
diaduk dengan batang pengaduk selama 3-5 menit. Akuades ditambahkan ke dalam
tabung sampai warna darah tersebut seperti warna larutan standar yang ada dalam
Hb-meter tersebut. Skala hemoglobin dapat dilihat pada skala jalur gr % (kuning)
yang berarti banyaknya hemoglobin dalam gram per 100 ml darah.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Hemoglobin adalah molekul protein dengan struktur kompleks yang
dibentuk oleh empat subunit. Setiap subunit dibentuk oleh bagian protein (globin)
dan kelompok prostetik (heme). Ada beberapa jenis globin, hemoglobin dibentuk
oleh dua globin alfa dan dua globin beta. Kelompok heme, pada gilirannya,
memiliki atom besi, yang biasanya dalam bentuk besi. Hemoglobin berfungsi untuk
mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida, pertahanan tubuh dan
penyuplai energi. Kadar hemoglobin yang baik untuk ikan air tawar berkisar antara
5.05-8.33 g/dl. Hematokrit adalah istilah yang menunjukan besarnya volume sel-sel
eritrosit seluruhnya didalam 100 mm3 darah dan dinyatakan dalam persen (%).
Berfungsi untuk mengukur derajat anemi dan polisetemia. Nilai hematokrit ikan –
ikan teleost yang normal berkisar antara 20 – 30 % dan untuk beberapa spesies laut
berkisar 42 %. Perhitungan jumlah sel darah Hemoglobin (Hb) diukur menurut
metode Sahli dengan Sahlinometer (Wedemeyer dan Yasutake, 1977) sedangkan
perhitungan metode nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara automatik
menggunakan hematology analyzer atau secara manual. Penghitungan total leukosit
dilaukan dengan menggunakan Larutan Turk‟s dan Haemocytometer.
Penghitungan jumlah eritrosit metode yang digunakan untuk menghitung jumlah
eritrosit adalah Haemocytometer dengan larutan Hayem yang berfungsi sebagai
pengencer.
                                              

9
DAFTAR PUSTAKA

Frimat, M., Boudhabhay, I., & Roumenina, L. T. 2019. Hemolysis derived products toxicity
and endothelium: model of the second hit. Toxins. 11(11): 660.

Johnson, R. M., Johnson, T. M., & Londraville, R. L. (2000). Evidence for leptin expression
in fishes. Journal of Experimental Zoology, 286(7): 718-724.

Kosasi, L., F. Oenzil, dan A. Yanis. 2014. Hubungan Aktivitas Fisik terhadap Kadar
Hemogoblin pada Mahasiswa Anggota UKM Pendekar Universitas Andalas. Jurnal
Kesehatan Andalas. 3(2) : 178-181.

Pamuji, D. A. 2017. Gambaran Kadar Hemoglobin (Hb) Pada Anak Usia Sekolah


Dasar (Doctoral dissertation, Universitas Setia Budi Surakarta). 1-32.

Prasetio, E., Fakhrudin, M., & Hasan, H. (2017). Pengaruh Serbuk Lidah Buaya (Aloe vera)
Terhadap Hematologi Ikan Jelawat (Leptobarbus hoevenii) Yang Diuji Tantang Bakteri
Aeromonas hydrophila. Jurnal Ruaya: Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan
Kelautan, 5(2).

Purnamasari, R., dan D.R. Santi. 2017. Fisiologi Hewan. Surabaya. Program Studi Arsitektur
UIN Sunan Ampel.

Royan, F., Rejeki, S., & Haditomo, A. H. C. (2014). Pengaruh salinitas yang berbeda
terhadap profil darah ikan nila (Oreochromis niloticus). Journal of Aquaculture
Management and Technology, 3(2): 109-117.

Siregar, Y. I., & Adelina, A. 2009. Pengaruh vitamin C terhadap peningkatan hemoglobin
(Hb) Darah dan Kelulushidupan Benih Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes
altivelis). Jurnal Natur Indonesia. 12(1): 75-81.

Syawal, H., N. Kusumorini, W. Manalu, dan R. Affandi. 2011. Respons Fisiologis dan
Hematologis Ikan Mas (Cyprinus carpio) pada Suhu Media Pemeliharaan yang Berbeda.
Jurnal Iktiologi Indonesia. 12(1) : 1-11.

10

Anda mungkin juga menyukai