Kelas : M01
Sebagian besar dari kita pasti sudah pernah mendengar istilah El Nino dan La
Nina. Ya, istilah ini sangat familiar dan berkaitan dengan lautan atau samudera. El
Nino dan La Nina ini merupakan peristiwa alam yang seringkali terjadi. Pada
kesempatan kali ini saya akan membahas lebih mengenai pengaruh el nino dan la nina
terhadap hasil tangkapan ikan di Indonesia.
El Nino merupakan suatu fenomena perubahan iklim yang secara global yang
diakibatkan karena memasnasnya suhu di permukaan air laut Pasifik bagian timur.
terjadinya El Nino ini dapat diketahui secara kasat mata oleh orang- orang. Orang
yang paling sering melihat peristiwa El Nino ini terjjadi adalah para nelayan dari Peru
ataupun Ekuador. Biasanya peristiwa seperti ini akan berlangsung menjelang bulan
Desember.
Durand et al. (2013) berpendapat bahwa dengan kondisi wilayah perairan yang
relatif dangkal dan masih mendapat pengaruh daratan, maka perairan di sekitar Pantai
Utara Jawa memiliki potensi perikanan pelagis yang besar. Ikan-ikan pelagis
cenderung banyak ditemukan di perairan dangkal yang
masih mendapat pengaruh daratan, dimana tingkat kesuburan perairan yang tinggi
sebagai penyedia sumber makanan.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain oleh Hendiarti et al.
(2015) yang menjelaskan variasi musiman ikan pelagis di Laut Jawa namun
tidakmenggambarkan pengaruh variabilitas iklim seperti El Nino dan La Nina.
Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Widjopriono, (2011) lebih banyak
membahas mengenai musim penangkapan beberapa pelagis kecil namun data yang
disajikan dalam rentang tahun yang sempit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh periode La Nina dan El Nino terhadap produksi ikan pelagis kecil yang
didaratkan di Pantai Utara Jawa sejak tahun 1996 sampai dengan tahun 2010. Merujuk
pada hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, informasi tentang
pengaruh perubahan variabilitas iklim La Nina dan El Nino terhadap produksi sumber
daya perikanan pelagis di Indonesia khususnya di Pantai Utara Jawa sebagai lokasi
pendaratan ikan pelagis terbesar di Indonesia, masih belum tersedia. Informasi
tentang hal ini sangat penting untuk diketahui sebagai langkah awal dalam mitigasi
perubahan iklim dalam kaitannya terhadap kegiatan perikanan pelagis.
Penyebabnya adalah perbedaan tekanan udara yang membawa uap air bertiup
ke arah timur sehingga curah hujan di Pasifik bagian barat menurun. Di wilayah
indonesia mengalami anomali curah hujan yang rendah, hal ini hampir tejadi di
seluruh wilayah indonesia. Hal tersebut menyebabkan perairan indonesia menjadi
lebih hangat. Apabila fenomena ini terjadi dalam kurun waktu yang panjang maka
akan menyebabkan tingginya suhu permukan air laut. Sehinga menyebabkan faktor–
faktor oceanik terjadi seperti pemutihan terumbu karang (coral bleaching), kekeringan
dan sebagainya.
McKinnon et al. (2011) melaporkan bahwa telah terjadi perubahan struktur komunitas
kopepoda yang disebabkan oleh pengaruh El Nino dan La Nina di wilayah Barat Laut Cape
Samudera Hindia. Blanchotet al. (2013) melaporkan bahwa pada fase setelah terjadinya El
Nino di wilayah Samudera Pasifik sebelah barat, mengakibatkan meningkatnya populasi
fitoplankton dan melimpahnya klorofil pada lapisan permukaan perairan. Perubahan iklim
juga berdampak langsung terhadap perilaku penangkapan oleh nelayan, dimana pola musim
yang tidak menentu akan berakibat pada fluktuasi produksi dan perubahan musim puncak
penangkapan. Dalam kegiatan perikanan, salah satu pengaruh perubahan iklim dapat terlihat
dengan jelas pada pola perubahan puncak musim penangkapan dan selanjutnya berpengaruh
pada fluktuasi produksi
Upwelling ini menyebabkan daerah tersebut sebagai tempat yang subur bagi
jutaan plankton dan populasi ikan di perairan tersebut akan meningkat. Selain itu, ikan
pelagis di Pasifik bergerak ke arah Timur, sedangkan ikan pelagis yang berada di
samudera Hindia bergerak ke wilayah selatan Indonesia. Hal tersebut dikarenakan
perairan di Timur samudera Hindia mendingin, sedangkan yang berada di barat
Sumater dan Selatan Jawa menghangat. Inilah mengapa saat terjadi El Nino peraira
Indonesia kaya akan ikan pelagis. Selain itu, dilihat dari ketersediaan klorofil di
perairan Indonesia maka dengan adanya fenomena El-Nino tersebut menyebabkan
kelimpahanya semakin bertambah.
Hal tersebut di sebabkan oleh perbedaan suhu antara perairan utara Sumatera –
Jawa dengan perairan sebelah selantanya kedua pulau tersebut. Air memiliki
pergerakan yang tidak searah ketika berada pada suhu yang berbeda. Dengan kata lain
perbedaan suhu tersebut menyebabkan pergerakan massa air permukaan ke arah
bawah mengantikan massa air yang ada dibawah dan begitu sebaliknya. Sehingga
kesempatan produsen primer (biota berklorofil) dapat melakukan fotosintesi secara
optimal dan berulang-ulang, dan menyebabkan kelimpahan klorofil-a di perairan
tersebut.
Fenomena ini dapat terjadi di perairan 7selatan Sumatera dan Jawa, mengingat
pertemuan massa air laut dengan suhu berbeda terjadi di perairan tersebut. El Nino
memberikan perubahan pada meningkatnya suhu atmosfer dan menyingkirkan
peluang terjadinya penguapan air embrio awan hujan, namun di sisi lain El Nino pun
menyebabkan perairan laut di Indonesia menjadi lebih hangat dibandingkan bulan-
bulan sebelum El Nino. Hal ini selain berdampak terhadap perikanan yang berlimpah
namun juga berdapak terhadap tinginya produktivitas petambak garam. Proses
produksi garam dengan intensitas pemanasan yang panjang menyebabkan laju
evaporasi menjadi lebih cepat sehinga Fenomena ElNino juga berdampak positif
terhadap produktifitas petambak garam.
Daftar pustaka
Prasetya, BH., Sukojo, BM., Jaelani, LM. 2011. Modifikasi Algoritma Avhrr Untuk
Estimasi Suhu Permukaan Laut (Spl) Citra Aqua Modis.
Perpustakaan ITS.
Suwarinoto, Y., Kartiningsih, Y. 2017. Kondisi Suhu Muka Laut Teluk Jakarta dalam
Tahun Normal, El Nino, La Nina (Studi Kasus Tahun 1996,
1997 dan 1998). Buletin Meteorologi dan Geofisika Vol.3 No. 4
Tresnawati, R., Astuti Nuraini, T., Hanggoro W. 2013. Prediksi Curah Hujan Bulanan
Menggunakan Metode Kalman Filter Dengan Prediktor sst
Nino 3.4 Diprediksi, Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol. 11
No.2.