0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
320 tayangan12 halaman
Suhu merupakan faktor yang sangat penting dalam pengaruhnya terhadap ekosistem laut. Persebaran suhu yang tidak merata serta bentuk adaptasi organisme laut yang berbeda, menimbulkan perubahan tingkah laku organisme laut. Salah satu organisme laut yang aktifitas kehidupannya sangat dipengaruhi oleh suhu adalah ikan tuna. Ikan tuna merupakan salah satu hewan laut yang hidup di perairan dengan kisaran suhu 210C-290C, namun dapat dengan cepat megadaptasikan dirinya ketika terjadi perubahan suhu lingkungan, baik ketika suhu bertamabah tinggi atau menjadi lebih rendah. Ikan tuna mampu menjaga suhu tubuhnya tetap stabil di lingkungan yang berubah, hal ini disebabkan aktifitas metabolismenya yang baik, sehingga mampu menjaga kecepatan berenangnya. Ikan tuna membutuhkan perairan yang cocok (normal) untuk bereproduksi, sehingga ketika berada di ingkungan yang tidak sesuai, ikan tuna akan melakukan migrasi ke daerah yang lebih sesuai.
Kata kunci : Suhu, adaptasi ikan tuna, perairan jawa
Suhu merupakan faktor yang sangat penting dalam pengaruhnya terhadap ekosistem laut. Persebaran suhu yang tidak merata serta bentuk adaptasi organisme laut yang berbeda, menimbulkan perubahan tingkah laku organisme laut. Salah satu organisme laut yang aktifitas kehidupannya sangat dipengaruhi oleh suhu adalah ikan tuna. Ikan tuna merupakan salah satu hewan laut yang hidup di perairan dengan kisaran suhu 210C-290C, namun dapat dengan cepat megadaptasikan dirinya ketika terjadi perubahan suhu lingkungan, baik ketika suhu bertamabah tinggi atau menjadi lebih rendah. Ikan tuna mampu menjaga suhu tubuhnya tetap stabil di lingkungan yang berubah, hal ini disebabkan aktifitas metabolismenya yang baik, sehingga mampu menjaga kecepatan berenangnya. Ikan tuna membutuhkan perairan yang cocok (normal) untuk bereproduksi, sehingga ketika berada di ingkungan yang tidak sesuai, ikan tuna akan melakukan migrasi ke daerah yang lebih sesuai.
Kata kunci : Suhu, adaptasi ikan tuna, perairan jawa
Suhu merupakan faktor yang sangat penting dalam pengaruhnya terhadap ekosistem laut. Persebaran suhu yang tidak merata serta bentuk adaptasi organisme laut yang berbeda, menimbulkan perubahan tingkah laku organisme laut. Salah satu organisme laut yang aktifitas kehidupannya sangat dipengaruhi oleh suhu adalah ikan tuna. Ikan tuna merupakan salah satu hewan laut yang hidup di perairan dengan kisaran suhu 210C-290C, namun dapat dengan cepat megadaptasikan dirinya ketika terjadi perubahan suhu lingkungan, baik ketika suhu bertamabah tinggi atau menjadi lebih rendah. Ikan tuna mampu menjaga suhu tubuhnya tetap stabil di lingkungan yang berubah, hal ini disebabkan aktifitas metabolismenya yang baik, sehingga mampu menjaga kecepatan berenangnya. Ikan tuna membutuhkan perairan yang cocok (normal) untuk bereproduksi, sehingga ketika berada di ingkungan yang tidak sesuai, ikan tuna akan melakukan migrasi ke daerah yang lebih sesuai.
Kata kunci : Suhu, adaptasi ikan tuna, perairan jawa
Untuk memenuhi tugas akhir matakuliah Geografi Tumbuhan dan Hewan yang dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Achmad Fatchan M.Pd, M.Si
Disusun Oleh Dwi Komala Dewi 120721435439 Offering B/2012
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN GEOGRAFI 2013 Suhu Sebagai Faktor Pembatas Persebaran Ikan Tuna di Perairan Jawa
Dwi Komala Dewi E-mail: dwikomala13@yahoo.com Abstrak Suhu merupakan faktor yang sangat penting dalam pengaruhnya terhadap ekosistem laut. Persebaran suhu yang tidak merata serta bentuk adaptasi organisme laut yang berbeda, menimbulkan perubahan tingkah laku organisme laut. Salah satu organisme laut yang aktifitas kehidupannya sangat dipengaruhi oleh suhu adalah ikan tuna. Ikan tuna merupakan salah satu hewan laut yang hidup di perairan dengan kisaran suhu 21 0 C-29 0 C, namun dapat dengan cepat megadaptasikan dirinya ketika terjadi perubahan suhu lingkungan, baik ketika suhu bertamabah tinggi atau menjadi lebih rendah. Ikan tuna mampu menjaga suhu tubuhnya tetap stabil di lingkungan yang berubah, hal ini disebabkan aktifitas metabolismenya yang baik, sehingga mampu menjaga kecepatan berenangnya. Ikan tuna membutuhkan perairan yang cocok (normal) untuk bereproduksi, sehingga ketika berada di ingkungan yang tidak sesuai, ikan tuna akan melakukan migrasi ke daerah yang lebih sesuai. Kata kunci : Suhu, adaptasi ikan tuna, perairan jawa
LATARBELAKANG Menjadi sebuah negara kepulauan memberikan banyak keuntungan dan kerugian bagi Negara Indonesia. Dengan memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia dan letak geografis Indonesia yang sangat menguntungkan, mengakibatkan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Keanekaragaman tersebut tersebar di berbagai wilayah, daratan maupun lautan. Lautan merupakan salah satu sumber kekayaan alam tak terbatas yang dimiliki Indonesia. Keanekaragaman hayati di laut lebih sukar diamati dibandingkan keanekaragaman hayati di darat. Laut yang terbagi-bagi menurut kedalamannya menyimpan banyak misteri yang sampai saat ini terus diteliti oleh para ilmuwan. Tingginya keanekaragaman hayati dan persebarannya dilaut tidak luput dari faktor yang mempengaruhinya. Faktor utama yang mempengaruhi persebaran keanekaragaman hayati di laut antara lain yaitu sinar, temperatur, dan garam (salinitas). (Eugene P. Odum : 143) mengatakan bahwa sinar matahari, temperatur, dan salinitas merupakan tiga besar yang penting di laut. Dari ketiga faktor penting tersebut, faktor yang akan dikaji secara mendalam yakni faktor suhu. Dalam Hukum Toleransi Shelford (Eugene P. Odum: 133), salah satu faktor pembatas yang mempengaruhi suatu organisme untuk dapat bertahan hidup yakni faktor panas(suhu). Suhu merupakan parameter yang sangat penting dalam lingkungan laut, karena memberikan pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap ekosistem maupun kondisi fisik laut. Menurut Soesono (dalam Abd. Rasyid J : Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan, 2010), mengatakan bahwa suhu merupakan salah satu sifat fisika air laut yang dapat mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan organisme perairan, selain itu suhu juga sangat berpengaruh terhadap jumlah oksigen yang terlarut di dalam air. Suhu merupakan parameter oseanografi yang paling mudah dipelajari (Abd. Rasyid : Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Vol. 21(1)). Suhu perairan laut Indonesia berkisar antara 27 0 C-31 0 C. Adanya persebaran suhu yang tidak merata di laut turut mempengaruhi perkembangan organisme di dalamnya. Salah satu organisme laut yang perkembangannya sangat dipengaruhi oleh suhu adalah ikan tuna. Tuna merupakan salah satu penghuni laut yang memiliki nilai komersial tinggi. Dalam perkembangannya, suhu sangat mempengaruhi daya kecepatan berenang ikan tuna, perkembangbiakannya, dan ketersediaan sumber makanannya. METODE Metode yang dipakai adalah kajian pustaka. Sumber rujukan yang dipakai antara lain yaitu dari teksbook diantaranya Dasar-Dasar Ekologi, Marine Biology dan Pengantar Biologi Laut 2 ; jurnal ilmiah terkait , salah satunya jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan, majalah online dan sumber-sumber rujukan lain dari internet.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Suhu Terhadap Ekosistem laut Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan organisme di perairan, karena suhu secara langsung maupun tidak langsung turut mempengaruhi baik aktivitas maupun perkembangbiakan dari organisme tersebut. Oleh karena itu tidak heran jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis organisme laut yang terdapat di berbagai tempat di dunia yang mempunyai toleransi tertentu terhadap suhu. Ada yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat euryterm. Sebaliknya ada pula yang toleransinya kecil, disebut bersifat stenoterm. Sebagai contoh organisme laut di daerah sub-tropis dan kutub mampu mentolerir suhu yang rendah, sedangkan yang hidup di daerah tropis menyukai suhu yang hangat. Suhu optimum dibutuhkan oleh organisme laut untuk pertumbuhannya. Mereka yang berada pada suhu yang cocok, memiliki selera makan yang lebih baik (Kitagawa. 2006). Suhu di perairan dapat mempengaruhi kelarutan dari oksigen. Apabila suhu meningkat maka kelarutan oksigen berkurang. Oksigen terlarut yang biasanya dihasilkan oleh fitoplankton dan tanaman laut, keberadaannya sangat penting bagi organisme yang memanfaatkannya untuk kehidupan, antara lain pada proses respirasi dimana oksigen dibutuhkan untuk pembakaran bahan organik sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan CO2 dan H2O. Oksigen sebagai bahan pernafasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Oleh sebab itu kelangsungan hidup organisme laut ditentukan oleh kemampuannya memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Berkurangnya oksigen terlarut sudah tentu akan berpengaruh terhadap fisiologi respirasi dan hanya organisme yang memiliki sistim respirasi yang sesuai dapat bertahan. Kondisi suhu (temperatur) permukaan perairan Indonesia Gambar 1. Temperatur perairan Indonesia pada bulan Februari 2013
Sumber : BMKG Dari peta distribusi suhu di perairan Indonesia, dapat diketahui bahwa suhu di perairan Indonesia berkisar antara 27 0 C-31 0 C. Di perairan Indonesia suhu maksimum terjadi pada musim Pancaroba I (sekitar April-Mei) dan musim Pancaroba II (November-Desember). Pada musim pancaroba I, intensitas penyinaran matahari optimal karena matahari masih disekitar garis khatulistiwa, sehingga suhu permukaan air laut lebih tinggi. Namun pada musim Pancaroba II (November-Desember), intensitas penyinaran matahari melemah, hal ini dikarenakan matahri telah berada di belahan bumi bagian selatan, selain itu keberadaan angin muson barat yang mengakibatkan hujan di Indonesia turut menjadi penyebab menurunnya suhu permukaan air laut. Persebaran ikan Tuna di Perairan Jawa Gambar 2. Peta Distribusi Penangkapan Ikan Tuna di Perairan Jawa
Sumber. Balai Penelitian dan Observasi Laut (Allain et all,. 2005) dalam Abram Barata (2011), mengatakan bahwa faktor lingkungan perairan sekitarnya turut mempengaruhi penyebaran tuna secara horisontal dan vertikal. Secara horisontal, daerah penyebaran tuna di Indonesia meliputi perairan barat dan selatan Sumatera, perairan selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Laut Flores, Laut Banda, Laut Sulawesi dan perairan utara Papua. Pada peta persebaran diatas, dapat diketahui bahwa persebaran ikan tuna di perairan Jawa cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari pola warna kuning dan biru. Semakin kuning daerah perairan maka tangkapan ikan tuna di tempat tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan daerah tangkapan ikan yang diwakili oleh warna biru. Sebaran ikan Tuna berdasarkan kedalaman dan suhu Selain secara horisontal, suhu juga berpengaruh terhadap perbaran tuna secara vertikal. Hal ini berkaitan dengan kedalam laut. Selain berpengaruh terhadap persebaran, variasi suhu dan kedalaman juga berpengaruh terhadap kelimpahan ikan tuna di suatu perairan. Sebaran suhu secara vertikal terbagi atas tiga lapisan, yaitu lapisan hangat di bagian teratas atau lapisan epilimnion dimana pada lapisan ini gradien suhu berubah secara perlahan, lapisan termoklin yaitu lapisan dimana gradien suhu berubah secara cepat sesuai dengan pertambahan kedalaman, lapisan dingin di bawah lapisan termoklin yang disebut juga lapisan hipolimnion dimana suhu air laut konstan sebesar 4C. Berdasarkan hasil penelitian Abram Barata dkk, tentang persebaran ikan tuna di sekitas perairan Samudra Hindia (sebelah selatan perairan Jawa), beberapa jenis ikan tuna memiliki perbedaan kemampuan dalam menyelam, hal ini berkaitan dengan suhu dan kedalaman, karena semakin tinggi kedalaman, maka suhunya semakin rendah. Berdasarkan hasil penelitian Abram Barata, Dian Novianto dan Andi Bahtiar, jenis tuna yellowfin lebih banyak tertangkap pada kedalaman 85,73 167,80 m dengan suhu 22,2 0 C26,4 0 C, albacore pada kedalaman 85,73124,74 m dengan suhu 21,41 0 C26,4 0 C, bigeye pada kedalaman 193,97470,12 m dengan suhu 8,35 0 C15,3 0 C dan bluefin pada kedalaman 190,15194,21m dengan suhu 14,99 0 C15,12 0 C. Gambar 3. Sebaran Tuna yang tertangkap berdasarkan suhu dan kedalaman
Sumber. Hasil Penelitian Abram Barata Pengaruh suhu terhadap metabolisme ikan tuna Respon tingkah laku ikan tuna terhadap perubahan suhu salah satunya dengan melakukan migrasi. Migrasi adalah pergerakan perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain yang mempunyai arti penyesuaian terhadap kondisi alam yang menguntungkan untuk eksistensi hidup dan keturunanya. Suhu akan mempengaruhi proses metabolisme ikan tuna, aktifitas gerakan tubuh dan berfungsi sebagai stimulus saraf.. Ikan tuna mengadakan migrasi dengan tujuan untuk pemijahan, mencari makanan dan mencari daerah yang cocok untuk kelangsungan hidupnya. Strategi pengaturan suhu tubuh Ikan tuna memiliki kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuhnya di atas suhu air laut di sekelilingnya. Sebagai contoh, tuna sirip biru dapat mempertahankan suhu tubuh antara 24 - 35 C, di air dingin bersuhu 6 C. Akan tetapi, tidak sama dengan hewan endotermik tertentu, misalnya mamalia atau burung, ikan tuna menjaga suhu tubuhnya tidak dalam kisaran suhu yang relatif sempit. ikan tuna Ikan tuna mencapai kondisi endothermy dengan cara mempertahankan panas tubuh yang dihasilkan melalui metabolisme normal. Pengaturan suhu tubuh dilakukan oleh hipotalamus, yang terdiri dari beberapa komponen yaitu: a. Penyensor temperatur Penyensor temperatur sentral utamanya terdapat pada hopotalamus dan sumsum tulang belakang. Komponen terpenting dalam bagian ini adalah neuron. Neuron memberikan respon terhadap perubahan temperatur darah yang beredar ke organ itu. Tingkat responnya demikian tepat sehingga panas dalam jumlah yang tepat pula akan dihasilkan atau dibuang keluar tubuh agar temperatur darah tersebut dan kembali ke keadaan normal. Sedangkan penyensor temperatur perifer terdapat pada kulit. Berfungsi untuk merasakan perubahan panas dan dingin. Namun temperatur kulit tidak bertindak sebagai mekanisme pengatur bagi temperatur. b. Hipotalamus anterior Merupakan pusat dari mekanisme refleks yang dapat mencegah pelonjakan panas. c. Hipotalamus posterior atau konversi panas Memberikan sedikit respon terhadap pendinginan yang bersifat lokal, tetapi mendapat masukan yang lebih kuat dari penyensor kulit porifer. Hipotalamus posterior menjadi sangat aktif ketika penyensor kulit temperatur-dingin meningkatkan laju perangsangannya. Aktifitas yang terjadi dalam hipotalamus posterior elanjutnya merangsang saraf simpatik dan menghambat saraf parasimpatik sampai tingkat tertentu. d. Interaksi antara mekanisme pengaturan panas oleh saraf dan hormon. Hormon tertentu seperti adrenalin, non adrenalin, dan thiroksin, sangat penting artinya bagi thermogenesis tanpa aktifitas menggigil, yang dirangsang oleh temperatur rendah (dingin). Sekresi hormon tersebut meningkat karena adanya ancaman dingin. Pusat pengatur panas di hipotalamus anterior berpartisipasi dalam pengendalian terhadap mekanisme melawan panas oleh hormon tersebut. Ketika temperatur lingkungan (air) menjadi hangat, terjadi penghambatan pengaktifan sistem simpatikadrenomedularis, dan menghambat pengaktifan kelenjar thiroid. Begitu pula sebaliknya ketika terjadi perubahan suu lingkungan menjadi lebih dingin. e. Kandungan pigmen Ikan tuna memiliki daging yang berwarna berpigmen kemerahan yang terdapat di sepanjang tubuh ikan di bawah kulit tubuh. Daging yang berpigmen merah kaya akan lemak, suplai oksigen dan mengandung mioglobin. Dengan memiliki daging yang berpigmen,memungkinkan ikan berenang pada kecepatan tetap untuk memperoleh makanan dan bermigrasi (Trump and Legget. 1980) Pengaruh suhu terhadap kecepatan berenang ikan tuna Ikan tuna mampu berenang dengan kecepatan 9 km/jam, bahkan dengan kecepatan penuh ikan tuna mampu berenang dengan kecepatan diatas 70 km/jam. (Webber dan Harold. 1991) mengatakan bahwa kekuatan kecepatan berenang ikan tuna terletak pada ekor siripnya, ekor sirip dan tendon pada ikan tuna dihubungkan oleh otot lateral yang besar. Selain itu daging dan jaringan otot ikan tuna berwarna merah muda sampai dengan merah tua. Warna merah tersebut timbul dari adanya mioglobin, suatu molekul berikatan oksigen, di mana tuna memiliki kanduingan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ikan-ikan jenis lainnya. Hal ini dapat memberikan keuntungan bagi ikan tuna, sehingga mereka dapat bertahan di lingkungan yang lebih dingin, dimana kadar oksigen di tempat itu berkurang. Ikan tuna memiliki kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuhnya di atas suhu air laut di sekelilingnya. Sebagai contoh, tuna sirip biru dapat mempertahankan suhu tubuh antara 24 - 35 C, di air dingin bersuhu 6 C. Akan tetapi, tidak sama dengan hewan endotermik tertentu, misalnya mamalia atau burung, ikan tuna menjaga suhu tubuhnya tidak dalam kisaran suhu yang relatif sempit. Ikan tuna mencapai kondisi endothermy dengan cara mempertahankan panas tubuh yang dihasilkan melalui metabolisme normal. Retia mirabilia, suatu jalinan pembuluh darah vena dan arteri di bagian tepi tubuh, mentransfer panas dari darah di vena ke darah di arteri melalui sistem pertukaran aliran. Hal ini akan mengurangi penurunan suhu pada permukaan tubuh dan mempertahankan otot tetap hangat. Kondisi ini mendukung kemampuan tuna berenang dengan kecepatan tetap tinggi melalui pengurangan penggunaan energi. Pengaruh suhu terhadap aktifitas perkembangbiakan (reproduksi) ikan tuna Selain mempengaruhi proses metabolisme dan kecepatan berenang ikan tuna, suhu juga turut mempengaruhi aktifitas reproduksinya. Suhu air laut dapat mempercepat atau memperlambat mulainya pemijahan (reproduksi). Suhu air dan arus selama dan setelah pemijahan adalah faktor-faktor yang paling penting yang menentukan kekuatan keturunan dan daya tahan larva pada spesies-spesies ikan yang paling penting secara komersil. Ikan tuna membutuhkan tempat yang cocok untuk melakukan pemijahan, yakni pada perairan dengan kisaran suhu 21 0 C-29 0 C, ketika mereka berada pada lingkungan yang tidak sesuai baik berada di lingkungan dengan suhu lebih tinggi atau lebih rendah, ikan tuna akan bermigrasi mencari tempat yang sesuai. KESIMPULAN Suhu berpengaruh terhadap persebaran ikan tuna di perairan Jawa. Selain berpengaruh terhadap persebarannya, suhu juga berpengaruh terhadap metabolisme tubuh ikan tuna, kecepatan berenang, serta reproduksinya. Adanya ketidak sesuaian lingkungan (suhu tidak sesuai), mengakibatkan adanya kegiatan migrasi. Hal itu dapat dilihat dari beragamnya spot-spot ikan tuna di perairan Jawa
DAFTAR RUJUKAN Balai Penelitian dan Observasi Luat. 2013. Pelikan Tuna. (Online), (http://www.bpol.litbang.kkp.go.id/pelikan-tuna), diakses 24 November 2013 Barata, Abram dkk. 2011. Sebaran Ikan Tuna Berdasarkan Suhu dan Kedalaman di Samudera Hindia. Jurnal Ilmu Kelautan, (Online), 16 (3): 165-170, (http://118.97.35.230/pustaka/download/naslinaalimina/analisis%20suhu%20 permukaan%20laut%20dan%20hubungannya%20dengan%20hasil%20tangka pan%20madidihangx.pdf), diakses 24 November 2013 J, Abd. Rasyid. 2010. Distribusi Suhu Permukaan Pada Musim Peralihan Barat- Timur Terkait dengan Fishing Ground Ikan Pelagis Kecil di Perairan Spermonde. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan, (Online), 21 (1): 1-7, (http://www.journal.unhas.ac.id), diakses 22 November 2013 Kantun, Wayan. Tanpa tahun. Suhu dan Tngkah Laku Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacores) Hubungannya dengan model pengelolaan. (Online), (http://tunaholic.files.wordpress.com/2013/02/tingkah-laku.pdf), diakses tanggal 24 November 2013 Odum, Eugene P. 1979. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan Tjahjono Samingan. 1993. Yogyakarta: UGM Press Rustadhie. 2011. Tingkah Laku Ikan Terhadap Perubahan Suhu, (Online), (http://www.rustadhieperikanan.blogspot.com/2011/11/tingkah-laku-ikan- terhadap-perubahan.html), diakses 20 November 2013 Sukamtinah, Agustina Hertin. 1990. Beberapa Aspek Biologi dan Reproduksi Pada Paus (Subordo Mysticeti), Skripsi tidak diterbitkan. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Webber, Robert H, Harold V. Thurman. 1991. Marine Biology. New York : HarperCollins Publishers Inc. Zottoli, Robert. 1983. Pengantar Biologi Laut 2. Terjemahan Tafal. Tanpa Tahun. Semarang: IKIP Semarang Press