Disusun Oleh
Dwi Komala Dewi
120721435439
Offering B/2012
LATARBELAKANG
Menjadi sebuah negara kepulauan memberikan banyak keuntungan dan
kerugian bagi Negara Indonesia. Dengan memiliki garis pantai terpanjang kedua
di dunia dan letak geografis Indonesia yang sangat menguntungkan,
mengakibatkan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia.
Keanekaragaman tersebut tersebar di berbagai wilayah, daratan maupun lautan.
Lautan merupakan salah satu sumber kekayaan alam tak terbatas yang
dimiliki Indonesia. Keanekaragaman hayati di laut lebih sukar diamati
dibandingkan keanekaragaman hayati di darat. Laut yang terbagi-bagi menurut
kedalamannya menyimpan banyak misteri yang sampai saat ini terus diteliti oleh
para ilmuwan. Tingginya keanekaragaman hayati dan persebarannya dilaut tidak
luput dari faktor yang mempengaruhinya. Faktor utama yang mempengaruhi
persebaran keanekaragaman hayati di laut antara lain yaitu sinar, temperatur, dan
garam (salinitas). (Eugene P. Odum : 143) mengatakan bahwa sinar matahari,
temperatur, dan salinitas merupakan tiga besar yang penting di laut. Dari ketiga
faktor penting tersebut, faktor yang akan dikaji secara mendalam yakni faktor
suhu. Dalam Hukum Toleransi Shelford (Eugene P. Odum: 133), salah satu faktor
pembatas yang mempengaruhi suatu organisme untuk dapat bertahan hidup yakni
faktor panas(suhu).
Suhu merupakan parameter yang sangat penting dalam lingkungan laut,
karena memberikan pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap
ekosistem maupun kondisi fisik laut. Menurut Soesono (dalam Abd. Rasyid J :
Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan, 2010), mengatakan bahwa suhu merupakan
salah satu sifat fisika air laut yang dapat mempengaruhi metabolisme dan
pertumbuhan organisme perairan, selain itu suhu juga sangat berpengaruh
terhadap jumlah oksigen yang terlarut di dalam air.
Suhu merupakan parameter oseanografi yang paling mudah dipelajari
(Abd. Rasyid : Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Vol. 21(1)). Suhu perairan laut
Indonesia berkisar antara 270C-310C. Adanya persebaran suhu yang tidak merata
di laut turut mempengaruhi perkembangan organisme di dalamnya. Salah satu
organisme laut yang perkembangannya sangat dipengaruhi oleh suhu adalah ikan
tuna.
Tuna merupakan salah satu penghuni laut yang memiliki nilai komersial
tinggi. Dalam perkembangannya, suhu sangat mempengaruhi daya kecepatan
berenang
ikan
tuna,
perkembangbiakannya,
dan
ketersediaan
sumber
makanannya.
METODE
Metode yang dipakai adalah kajian pustaka. Sumber rujukan yang dipakai
antara lain yaitu dari teksbook diantaranya Dasar-Dasar Ekologi, Marine
Biology dan Pengantar Biologi Laut 2 ; jurnal ilmiah terkait , salah satunya
jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan, majalah online dan sumber-sumber rujukan
lain dari internet.
memperoleh
oksigen
yang
cukup
dari
lingkungannya.
Sumber : BMKG
Dari peta distribusi suhu di perairan Indonesia, dapat diketahui bahwa suhu di
perairan Indonesia berkisar antara 270C-310C. Di perairan Indonesia suhu
maksimum terjadi pada musim Pancaroba I (sekitar April-Mei) dan musim
Pancaroba II (November-Desember). Pada musim pancaroba I, intensitas
penyinaran matahari optimal karena matahari masih disekitar garis
khatulistiwa, sehingga suhu permukaan air laut lebih tinggi. Namun pada
musim Pancaroba II (November-Desember), intensitas penyinaran matahari
melemah, hal ini dikarenakan matahri telah berada di belahan bumi bagian
selatan, selain itu keberadaan angin muson barat yang mengakibatkan hujan
di Indonesia turut menjadi penyebab menurunnya suhu permukaan air laut.
Persebaran ikan Tuna di Perairan Jawa
Gambar 2. Peta Distribusi Penangkapan Ikan Tuna di Perairan Jawa
beberapa jenis ikan tuna memiliki perbedaan kemampuan dalam menyelam, hal
ini berkaitan dengan suhu dan kedalaman, karena semakin tinggi kedalaman,
maka suhunya semakin rendah.
Berdasarkan hasil penelitian Abram Barata, Dian Novianto dan Andi
Bahtiar, jenis tuna yellowfin lebih banyak tertangkap pada kedalaman 85,73
167,80 m dengan suhu 22,20C26,40C, albacore pada kedalaman 85,73124,74 m
dengan suhu 21,410C26,40C, bigeye pada kedalaman 193,97470,12 m dengan
suhu 8,350C15,30C dan bluefin pada kedalaman 190,15194,21m dengan suhu
14,990C15,120C.
Gambar 3. Sebaran Tuna yang tertangkap berdasarkan suhu dan kedalaman
untuk
eksistensi
hidup
dan
keturunanya.
Suhu
akan
sistem
simpatikadrenomedularis,
dan
menghambat
mioglobin.
Dengan
memiliki
daging
yang
terhadap
persebarannya,
suhu
juga
berpengaruh
terhadap
DAFTAR RUJUKAN
Balai
Penelitian
dan
Observasi
Luat.
2013.
Pelikan
Tuna.
(Online),
diakses