The critical thermal of Zebrasoma scopas from Hoga Island Wakatobi Regency
Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2015. Sampel Ikan Zebrasoma scopas diambil di
perairan Pulau Hoga. Serangkaian uji labolatorium dilakukan di Laboratorium Basah Pulau
Hoga dengan tujuan untuk mengetahui suhu letal serta perubahan tingkah laku ikan Zebrasoma
scopas akibat pengaruh kenaikan suhu air laut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode Critical Thermal dengan menggunakan 10 ekor ikan Zebrasoma scopas sebagai
hewan uji. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum suhu perairan Pulau Hoga berkisar
antara 29-32oC. Ikan Zebrasoma scopas mengalami kondisi kritis/letal yang disebabkan oleh
kenaikan suhu air pada kisaran suhu rata-rata 37,9oC dengan lama waktu pemaparan sebesar
41.01 menit. Perubahan tingkah laku ikan tersebut dimulai dari ikan mulai bernafas dengan
cepat yang diindikasikan dengan pergerakan operculum ikan semakin cepat, ikan mulai gelisah
dengan menunjukan pergerakan naik turun dari permukaan sampai dasar aquarium, serta
pergerakan ikan mulai tidak seimbang yaitu ikan mulai berenang miring hingga menabrak
dinding aquarium.
Kata Kunci : Critical Thermal, Ikan Zebrasoma scopas, Kenaikan suhu air laut, Tingkah
laku
Abstract
This research has been carried out on July 2015 with research object is Zebrasoma scopas that
taken from Hoga Island Wakatobi. a laboratory experiment will be carried out to analyze the
lethal temperature and behavioral changes of Zebrasoma scopas. a “Critical thermal” method
was done with 10 (ten) fishes were selected as sample animal. Research showed that generally
water temperature of Hoga Island ranged from 29-32o C. The Z. scopas have critical impact of
temperature in 37,9oC with time average is 41.01 second. The changed of fish behavior for
instance breathing with rapidly (the moving of fish operculum become more faster), the fish get
nervous and shows the movement of going up and down to the surface of the water, and the last
unstable moving by obliquely and swim against the aquarium.
Keywords: Critical Thermal, Fish behavior, Sea temperature increase, Zebrasoma scopas
http://ojs.uho.ac.id/index.php/jsl
Sapa Laut Mei 2016. Vol. 1 (2) 60-66
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Critical Thermal atau pemanasan kritis.
Sedangkan tahapan penelitian secara umum dibagi menjadi 4 tahap, yaitu :
1. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menangkap ikan
Zebrasoma scopas. Pengambilan sampel ini dilakukan di daerah terumbu karang tempat
ikan Zebrasoma scopas tinggal. Pengambilan sampel ini menggunakan alat tangkap jaring.
2. Pemeliharaan ikan sebelum melakukan uji coba Laboaratorium.
Setelah ikan Zebrasoma scopas ditangkap dari laut, kemudian disimpan dalam aquarium
untuk pemeliharaan dan uji perlakuan. Dalam tahap pemeliharaan, ikan diberi makan berupa
rumput laut jenis alga dan ganggang merah. Perlakuan ini dilakukan selama 1-2 hari dengan
tujuan untuk menstabilkan kembali kondisi ikan setelah mengalami stress akibat
penangkapan.
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian di Laboratorium Basah Pulau Hoga
Kabupaten Wakatobi.
No Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
1 Alat
- Heater - Memberi panas pada air
- Aerator Memberi oksigen
o
- Thermometer C Mengukur suhu
- Jangka Sorong cm Mengukur panjang ikan
- Timbangan analitik gram Mengukur berat tubuh ikan
- Stopwatch det Menghitung waktu
- Aquarium - Wadah untuk percobaan
- Kamera Dokumentasi
- Glas-Col Unit Mengontrol kenaikan suhu
2 Bahan
- Ikan Zebrasoma scopas - Sampel yang akan diteliti
3. Parameter yang diamati suhu panas dengan tujuan agar yang diuji
a. Kenaikan suhu air laut sudah kembali normal.
Dalam pengambilan data kenaikan suhu air d. Pengukuran berat tubuh ikan
laut yang ada di wadah terkontrol dengan Pengukuran berat tubuh ikan dilakukan
menggunakan heater. Suhu dinaikan secara dengan menggunakan alat ukur timbangan
merata, dimana kenaikan suhu secara analitik. Pengukuran berat tubuh ikan
merata ini diatur dengan menggunakan dilakukan setelah melakukan pengukuran
Glas-col. Glas-col adalah alat yang suhu panas dan pengukuran panjang ikan.
digunakan untuk mengontrol suhu panas Pengukuran berat tubuh ikan dilakukan
pada heater. Pengukuran suhu dimulai dari setelah 20-30 menit setelah pengukuran
suhu awal air laut sampai dengan suhu akhir suhu panas dengan tujuan agar yang diuji
dimana ikan mulai kritis. Rata-rata kenaikan sudah kembali normal.
suhu diukur tiap 5 menit dengan alat
Thermometer. HASIL DAN PEMBAHASAN
b. Pengamatan tingkah laku ikan Suhu Permukaan Perairan Pulau Hoga
Dalam proses kenaikan suhu air laut, ikan Berdasarkan Gambar 2 diketahui
yang mulai tidak tahan dengan suhu yang bahwa suhu Perairan Pulau Hoga berkisar
panas mulai mengalami perubahan tingkah antara 29-32oC. Sebaran suhu perairan di
laku dibandingkan suhu normalnya. Pulau Hoga di perairan dangkal yang lebih
Tingkah laku yang diamati pada ikan adalah dekat dengan daratan lebih tinggi suhunya
pergerakan ikan serta perubahan tingkah (32oC) sedangkan perairan yang dalam
laku yang dapat dilihat dengan dimana jauh dari daratan lebih rendah
menggunakan kasat mata. Dalam suhunya (29oC). Perbedaan kedalaman
pengamatan tingkah laku ikan ini dibagi perairan sangat dipengaruhi oleh topografi
menjadi dua kategori, yaitu normal (N) dan perairan dan berhubungan dengan intensitas
kritis (K) cahaya matahari sebagai salah satu sumber
Normal, tahap normal yang dimaksud panas dalam periaran tersebut. Hal ini
disini yaitu pada ikan yang sudah diberi sesuai dengan pernyataan Hutabarat (1985)
perlakuan panas masih belum mengalami bahwa faktor yang memengaruhi suhu
perubahan, baik itu perubahan pada gerak permukaan laut adalah letak ketinggian dari
renang ikan maupun pergerakan
permukaan laut (Altituted), intensitas
operculum pada ikan.
Kritis, sebelum ikan mengalami kematian cahaya matahari yang diterima, musim,
yang diakibatkan oleh suhu panas, ikan cuaca, kedalaman air, sirkulasi udara, dan
tersebut akan memperlihatkan pergerakan penutupan awan. Kisaran suhu perairan di
atau tingkah laku yang berbeda dari Pulau Hoga masih dapat dikatakan normal
biasanya. Gerakan renang akan tidak bagi kehidupan biota laut. Hal ini sesuai
beraturan dan arahnyapun akan tidak dengan pernyataan Rasyid (2010) bahwa di
menentu. Adakalanya pergerakan yang perairan tropis perbedaan/variasi suhu air
dialami akan membentur dinding laut sepanjang tahun tidak besar; suhu
aquarium yang akan mengakibatkan
permukaan laut Nusantara berkisar antara
timbul luka pada permukaan tubuh ikan.
Sehingga akan mempercepat kematian 27° dan 32°C. Kisaran suhu ini adalah
ikan dalam aquarium. Selain itu normal untuk kehidupan biota laut di
pergerakan operculum ikan semakin perairan Indonesia.
cepat yang menunjukan bahwa ikan Suhu perairan merupakan salah satu
mulai susah bernafas (Purbayanto, dkk faktor yang penting dalam pengaturan
2010). seluruh proses kehidupan dan penyebaran
C. Pengukuran panjang ikan organisme, dan proses metabolism terjadi
Pengukuran panjang ikan dilakukan dengan hanya dalam kisaran tertentu. Di laut suhu
menggunakan alat ukur jangka sorong. berpengaruh secara langsung pada laju
Pengukuran panjang ikan dilakukan setelah proses fotosintesis dan proses fisiologi
melakukan pengukuran suhu panas. hewan (derajat metabolism dan siklus
Pengukuran panjang tubuh ikan dilakukan reproduksi) yang selanjutnya berpengaruh
setelah 20-30 menit setelah pengukuran terhadap cara makan dan pertumbuhannya
pada biota laut. Hal ini sesuai dengan dan pengambilan makanan, aktivitas tubuh,
pernyatan Laevastu dan Hela (1970), bahwa seperti kecepatan renang, serta dalam
pengaruh suhu terhadap ikan adalah dalam rangsangan syaraf.
proses metabolisme, seperti pertumbuhan
Hasil Pengamatan Kenaikan Suhu Panas sampai dua kali lipat, walaupun hukum ini
Terhadap Ikan tidak selalu berlaku. Misalnya saja proses
Berdasarkan Tabel 2 menunjukan metabolisme akan naik sampai puncaknya
bahwa ikan Zebrasoma scopas hanya dengan kenaikan suhu tetapi kemudian
mampu mentoleransi kenaikan suhu air laut menurun lagi. Setiap perubahan suhu
dengan rata-rata suhu 37.9oC dalam waktu cenderung untuk memengaruhi banyak
41.01 menit dengan suhu awal 28oC. Hal ini proses kimiawi yang terjadi secara
menunjukan bahwa ikan Zebrasoma scopas bersamaan pada jaringan tanaman dan
tidak mampu menahan suhu panas yang hewan.
mengalami kenaikan sampai dengan 10oC
selama kurang lebih 45 menit. Tanda-tanda Berdasarkan hasil pengamatan
kritis tersebut yaitu ikan sudah tidak mampu tingkah laku ikan Zebrasoma scopas masih
lagi mentoleransi suhu panas. Hal ini sesuai mengalami pergerakan normal pada suhu
dengan pernyataan Davis (2008) bahwa dengan kisaran 27-36oC dalam waktu 0-35
kenaikan suhu air akan menyebabkan menit. Pada fase ini ikan masih bisa
jumlah oksigen terlarut di dalam air mentoleransi suhu panas dimana dilihat
menurun. Hal ini ditambah adanya pada pergerakan renang ikan maupun
manipulasi dan modifikasi lingkungan, pergerakan operculum pada ikan belum
seperti kepadatan tebar dan bahan pakan mengalami perubahan. Hal ini sesuai
yang digunakan sehingga berdampak dengan pernyataan Rasyid (2010) yang
terhadap penurunan kualitas air. Kondisi ini mengemukakan bahwa di perairan tropis
berakibat terjadinya stres pada ikan. perbedaan/variasi suhu air laut sepanjang
Stres pada ikan dapat menyebabkan tahun tidak besar. Suhu permukaan Laut
menurunnya produktivitas dan daya tahan Nusantara berkisar antara 27-32°C. Kisaran
tubuh serta meningkatnya angka kematian suhu ini adalah normal untuk kehidupan
pada ikan. Hal ini diperkuat juga dengan biota laut di perairan Indonesia. Nugraha
hukum Van't Hoff dalam pernyataan Foster (2012) juga menyatakan bahwa organisme
(2006) bahwa kenaikan suhu sampai dengan perairan seperti ikan maupun udang mampu
10°C dapat menaikkan kecepatan reaksi hidup baik pada kisaran suhu 20-30oC.
Perubahan suhu dibawah 20oC atau di atas yang biasanya diikuti oleh menurunnya
30oC menyebabkan ikan mengalami stress daya cerna.
Tabel 2. Hasil penelitian pengaruh kenaikan suhu air laut terhadap panas kritis ikan Zebrasoma
scopas yang berasal dari perairan pulau Hoga
Waktu (menit) Suhu °C
Uji ke- Ikan Panjang Berat
no (Cm) (Gram) N K N K
1 1 9,3 37, 6 0-40 45 27-36 37.8
2 11 57,8 0-40 47 27-36 38
2 3 7,9 24,5 0-40 43 27-36 37.7
4 11,3 63,3 0-40 44 27-36 37.9
3 5 11 50,2 0-35 39,3 27-36 38
6 11,6 58,2 0-35 40 28-36 38.1
4 7 9,4 36,3 0-35 39,4 28-36 38
8 10,9 56,3 0-35 41,2 28-36 38.5
5 9 9,5 39 0-30 35,2 28-36 37.3
10 8,8 31,9 0-30 36 28-36 37.7
Pada suhu rata-rata 37.9oC dengan yang mematikan terlampaui, ikan dan
waktu rata-rata 41 menit ikan Zebrasoma hewan air lainya mungkin ikut mati
scopas sudah mengalami fase kritis.
Dimana pada fase kritis ini ikan Zebrasoma SIMPULAN
scopas memperlihatkan pergerakan atau Berdasarkan hasil dan pembahasan
tingkah laku yang berbeda dari biasanya. dalam penelitian ini, maka dapat ditarik
Gerakan renang akan tidak beraturan dan kesimpulan yaitu ikan Zebrasoma scopas
arahnyapun akan tidak menentu. mengalami tingkat kritis pada suhu rata-rata
Adakalanya pergerakan yang dialami akan 37,9oC dengan waktu lama paparan sebesar
membentur dinding aquarium yang akan 41.01 menit. Pengaruh Kenaikan suhu air
mengakibatkan timbul luka pada permukaan laut terhadap tingkah laku ikan yaitu ikan
tubuh ikan. Selain itu pergerakan operculum mulai bernafas dengan cepat yang ditandai
ikan semakin cepat yang menunjukan dengan pergerakan operculum ikan semakin
bahwa ikan mulai susah bernafas. Hutabarat cepat pergerakan ikan naik turun permukaan
(1985) menyatakan bahwa Kisaran suhu air dan pergerakan ikan mulai tidak
normal pada perairan tropis khususnya seimbang, berenang miring dan menabrak
Indonesia adalah 27oC-32oC. Suhu ini dinding media pemeliharaan.
adalah kisaran suhu tropis yang mendekati
ambang batas penyebab kematian biota laut. Ucapan Terimakasih
Oleh karena itu peningkatan suhu yang Penulis mengucapan terimakasih
kecil saja dari alami dapat menimbulkan kepada bapak Prof. Wayne Bennet yang
kematian atau paling tidak gangguan telah melakukan kerjasama dari Universitas
fisiologis biota laut. Afrianto dan Liviawaty Florida dengan Universitas Halu Oleo
(2005) menyataan bahwa Kenaikan suhu air sehingga penulis bisa melakukan penelitian
akan menyebabkan beberapa akibat, ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih
diantaranya Jumlah oksigen terlarut kepada Abdul Gani dan Deniro yang telah
didalam air menurun, kecepatan reaksi berkontribusi dalam pengambilan data di
kimia meningkat, kehidupan ikan dan labolatorium..
hewan lainnya terganggu. Jika batas suhu