Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

RESPIRASI, OSMOREGULASI DAN THERMOREGULASI IKAN

Nama : Nurul Hafidhoh


NIM : 1908086092
Kelas / Keloter : Pendidikan Biologi 4 C / 2
Dosen Pengampu : Dwimei Ayudewandari Pranatami, S.si.,
M.sc.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2021
ACARA 10
RESPIRASI, OSMOREGULASI DAN THERMOREGULASI IKAN

A. Tujuan Praktikum

Respirasi Ikan
1. Mengetahui proses respirasi yang menghasilkan karbondioksida (CO2)

Osmoregulasi Ikan
1. Mengetahui kemampuan osmoregulasi pada ikan air tawar.
2. Membuktikan bahwa osmoregulasi ikan dipengaruhi oleh salinitas
lingkungan

Thermoregulasi Ikan
1. Mengetahui pengaruh kenaikan suhu lingkungan terhadap suhu tubuh
hewan poikiloterm
2. Mengetahui pengaruh penurunan suhu lingkungan terhadap suhu tubuh
hewan poikiloterm

B. Alat dan Bahan


Respirasi Ikan
1. Bak plastik
2. Toples plastik
3. Serok ikan
4. Gelas piala 1 liter
5. Stopwatch
6. Ikan mas (Cyprinus carpio) ukuran sedang 2 ekor/kelompok
(diusahakan berat dan ukuran sama)
7. Air

Osmoregulasi Ikan
1. Bak plastik
2. Serok ikan
3. Stopwatch
4. Ikan mas (Cyprinus carpio) 2 ekor (diusahakan ikan dengan ukuran
sama)
5. Garam
6. Air

Thermoregulasi Ikan
1. Bak plastik
2. Serok ikan
3. Stopwatch
4. Ikan Mas dua ekor
5. Air Dingin
6. Air Hangat

C. Cara Kerja

Respirasi Ikan
1. Siapkan sampel ikan dan dua buah toples plastik sebagai wadah ikan.
2. Masukkan air dalam stoples.
3. Masukkan ikan ke dalam toples.
4. Salah satu toples ditutup dan dilapisi wrap lilin, sedangkan satunya
dibiarkan terbuka dan diberi aerator.
5. Hitung bukaan insang ikan tiap 3 menit.
6. Setelah 30 menit, buka toples.
7. Hitung kebutuhan oksigen tiap menit

Osmoregulasi Ikan

1. Siapkan bak plastik, kemudian isi dengan air tawar


2. Masukkan 2 ikan yang berukuran sama besar ke dalam bak plastik
tersebut.
3. Hitung kecepatan respirasi ikan dengan cara memperhatikan gerak
operkulumnya selama satu menit. Satu respirasi adalah satu kali
operkulum membuka dan satu kali operkulum menutup.
4. Masukan ikan ke dalam bak plastik yang telah ditambah garam.
5. Perhatikan dan hitung kecepatan respirasinya.

Thermoregulasi Ikan

1. Siapkan sampel ikan dan dua buah gelas 1 L.


2. Gelas 1 L, diisi air hingga setengahnya, kemudian masukkan ikan ke
dalamnya. Beri tanda batas atas air dengan spidol besar atau kertas label.
Hitung gerak operculum ikan dalam 1 menit. Ulangi penghitungan
hingga mendapat 3 kali ulangan.
3. Naikkan suhu air dengan menambahkan air panas. Hindari terkena
langsung pada ikan. Pertahankan batas atas air agar tetap sama seperti
sebelumnya. Hitung gerak operculum ikan dalam 1 menit. Ulangi
penghitungan hingga mendapat 3 kali ulangan.
4. Turunkan suhu air dengan menambahkan air dingin. Pertahankan batas
atas air agar tetap sama seperti sebelumnya. Hitung gerak operculum ikan
dalam 1 menit. Ulangi penghitungan hingga mendapat 3 kali ulangan.
5. Catat dan analisis data yang diperoleh.
D. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Respirasi Ikan di Toples Terbuka dan Tertutup

Gerak Operkulum
Tiga menit
ke- Toples Terbuka Toples Tertutup

1 307 275
2 295 260
3 309 261
4 210 221
5 233 213
6 182 239
7 230 230
8 221 252
9 247 271
10 104 242

Tabel 2. Hasil Pengamatan Kemampuan Osmoregulasi Pada Ikan

Gerak Operkulum
Perlakuan Ikan A, 1 menit ke- Ikan B, 1 menit ke-
1 2 3 1 2 3
Air Biasa 108 107 94 125 102 130
Air + 1
75 65 73 89 92 90
sdm garam
Air + 2
60 79 60 70 98 73
sdm garam

Tabel 3. Hasil Pengamatan Thermoregulasi Pada Ikan


Gerak Operkulum dan Kondisi Ikan
Perlakuan 1 menit ke-
1 2 3
110 100 105
(ikan bergerak (ikan mulai diam, (Ikan diam,
Air Biasa normal, operkulum operkulum
operkulum normal) normal)
normal)
119 97 75
Air Dingin (ikan bergerak
normal,
operkulum (ikan mulai diam, (ikan diam,
normal) operkulum operculum
normal) normal)
120 90 Detik ke 20
(ikan bergerak (ikan bergerak (ikan mati)
Air Hangat mondar-mandir, pelan, operculum
operculum lebih melambat)
cepat)

E. Pembahasan
Ikan merupakan anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang
hidup atau habitatnya berada di air, baik air tawar, air payau, maupun air laut dan
bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling
beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia.
Kelompok ikan terdiri dari tiga kelas yaitu Agnata, Chondrichthyes,
dan Osteichtyes. Tiap-tiap kelas tersebut memiliki ciri-ciri morfologi yang dapat
membedakan antara satu kelas dengan kelas lainnya. Selain morfologi, ikan juga
memiliki anatomi internal. Anatomi internal adalah penampang tubuh bagian dalam
yang meliputi organ-organ dan sistem organ (De Becker dan Hariyanti, 2007).
Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui proses respirasi
pada ikan, mengetahui kemampuan osmoregulasi pada ikan serta membuktikan
bahwa osmoregulasi ikan dipengaruhi oleh salinitas lingkungan, dan utuk
mengetahui pengaruh kenaikan suhu ataupun pengaruh penurunan suhu lingkungan
terhadap suhu tubuh hewan poikiloterm (ikan). Ikan yang diberi perlakuan yaitu
ikan mas. Ikan Mas (Cyprinus carpio) termasuk kedalam golongan omnivore,
dengan kecenderungan memakan organisme bentik, seperti insekta air, larva
insekta, cacing, molusca, dan zooplankton (Praseno, dkk, 2010). Menurut
Khairuman dan Subenda (2002), sistematika taksonomi ikan mas adalah sebagai
berikut:

Kingdom : Animalia
Filum : Cordata
Kelas : Pisces
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio L

Respirasi
Respirasi merupakan proses pengambilan O2 dari lingkungan ke dalam
tubuh hewan dan pengeluaran CO2 dari dalam tubuh ke lingkungan. Respirasi pada
hewan air, contoh pada ikan meliputi ekstraksi atau pengambilan O2 dari perairan
(Yuwono, 2001). Peranan oksigen dalam kehidupan ikan merupakan zat yang
mutlak dibutuhkan oleh tubuh yaitu untuk mengoksidasi zat makanan (karbohidrat,
lemak, dan protein) sehingga dapat menghasilkan energi. Tingkah laku ikan saat
kandungan oksigen dalam air kurang adalah ikan akan berenang ke tempat yang
lebih baik kondisi oksigennya seperti: ke dekat inlet, air yang berarus dan ke daerah
permukaan serta dengan jalan meningkatan fekuensi pemompaan air atau
mempebesar volume air yang melewati insang (Yuwono, 2001).
Dari hasil praktikum, dapat diketahui bahwa organisme aquatik sangat
bergantung apada adanya oksigen yang terlarut dalam air. Respon yang dapat
dilihat dari perlakuan tersebut adalah adanya perbedaan jumlah bukaan tutup insang
dan gerakan gerakan ikan yang cenderung diam atau tetap agresif seperti biasa,
yang mana ikan yang berada ditoples yang tertutup cenderung bukaan
operkulumnya lebih banyak karena ikan beradaptasi untuk seabnyak dan sesering
mungkin menyaring air untuk mendapatkan oksigen yang menipis. Keadaan
oksigen dalam toples tertutup berbeda dengan di kolam atau akuarium. Ikan susah
untuk bernapas karena ketersediaan oksigen sangat terbatas, hanya cukup untuk
beberapa jam saja. Rendahnya jumlah oksigen dalam air menyebabkan ikan harus
memompa sejumlah besar air ke permukaan alat respirasinya untuk mengambil
O2 dan harus menurunkan proporsi tekanan partial (P O2) dari total O2 yang
digerakkan dalam air.
Respirasi dalam toples tertutup tidak tejadi difusi oksigen melalui kontak
langsung dengan udara bebas dan adanya penggunaan oksigen secara terus menerus
oleh ikan sehingga kadar oksigen dalam plastik akan menurun dan kadar
karbondioksida dalam plastik akan meningkat, hal ini yang menyebabkab ikan
meningkatkan respirasinya untuk mengambil oksigen. Tujuan akhir dari pernapasan
adalah untuk mempertahankan konsentrasi yang tepat dari oksigen, karbondioksida,
dan ion hydrogen di dalam tubuh. Karbondioksida dan ion hidrogen
mengendalikan pernapasan secara langsung pada pusat pernapasan di dalam
otak. Sedangkan, penurunan konsentrasi oksigen merangsang aktivitas pernapasan
dengan bekerja pada kemoreseptor tersebut kemudian mengirimkam sinyal-sinyal
ke otak untuk merangsang kegiatan pernapasan.
Menurut Rahardi (1993), Ikan bernapas dengan insang, dan mengambil
oksigen dari dalam air. Agar bisa bernapas dengan bebas, diperlukan oksigen yang
cukup. Namun keadaan oksigen dalam toples yang ditutup berbeda dengan di kolam
atau akuarium. Ikan susah untuk bernapas karena ketersediaan oksigen sangat
terbatas, hanya cukup untuk beberapa jam saja. Rendahnya jumlah oksigen dalam
air menyebabkan ikan harus memompa sejumlah besar air ke permukaan alat
respirasinya untuk mengambil O2 dan harus menurunkan proporsi tekanan partial
(P O2) dari total O2 yang digerakkan dalam air.
Osmoregulasi
Osmoregulasi adalah pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak
bagi kehidupan ikan sehingga proses-proses fisiologis berjalan normal. Ikan
mempunyai tekanan osmotik yang berbeda dengan lingkungannya, oleh karena itu
ikan harus mencegah kelebihan air atau kekurangan air, agar proses-proses
fisiologis di dalam tubuhnya dapat berlangsung dengan normal. Pengaturan tekanan
osmotik cairan tubuh pada ikan ini disebut osmoregulasi (Rahardjo, 1980).
Dari hasil praktikum, dapat diketahui bahwa organisme aquatik juga sangat
bergantung pada adanya tekanan osmotik. Respon yang dapat dilihat dari perlakuan
tersebut adalah adanya perbedaan jumlah bukaan tutup insang. Operkulum ikan
yang terdapat pada air tawar bergerak dengan normal. Sedangkan operkulm ikan
yang terdapat pada air dengan salinitas yang cukup tinggi bergerak dengan lambat.
Hal ini disebabkan pada proses osmoregulasi yang terjadi adalah pengaturan
konsentrasi ion-ion bukan konsentrasi cairan tubuh, dimana proses ini juga
membutuhkan energi. Bila ikan air tawar dimasukkan dalam medium air dengan
adanaya salinias maka yang akan terjadi adalah pemasukan air dalam tubuh ikan
dari medium dan juga berusaha mengeluarkan sebagian garam-garam dari dalam
tubuhnya. Bila ikan tidak dapat melakukan proses ini, maka sel-sel ikan akan pecah
(turgor) dan jika terjadi sebaliknya ikan akan kekurangan cairan atau biasa disebut
dehidrasi (Rahardjo, 1980)
Thermoregulasi
Thermoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk
mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir.
Suhu berpengaruh kepada tingkat metabolisme. Suhu yang tinggi akan
menyebabkan aktivitas molekul-molekul semakin tinggi karena energi kinetiknya
makin besar dan kemungkinan terjadinya tumbukan antara molekul satu dengan
molekul lain semakin besar pula. Akan tetapi, kenaikan aktivitas metabolisme
hanya akan bertambah seiring dengan kenaikan suhu hingga batas tertentu saja. Hal
ini disebabkan metabolisme di dalam tubuh diatur oleh enzim (salah satunya) yang
memiliki suhu optimum dalam bekerja. Jika suhu lingkungan atau tubuh meningkat
atau menurun drastis, enzim-enzim tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangan
fungsinya (Campbell, 2004).
Berdasarkan kemampuannya untuk mempertahankan suhu tubuh, hewan
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu poikiloterm dan homoiterm, hewan
poikiloterm yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah seiring dengan
berubahnya suhu lingkungan sementara hewan homoiterm yaitu hewan yang suhu
tubuhnya selalu konstan atau tidak berubah sekalipun suhu lingkungannya sangat
berubah. Hewan poikiloterm juga dapat disebut sebagai eksoterm karena suhu
tubuhnya ditentukan dan dipengaruhi oleh suhu lingkungan eksternalnya sementara
homoiterm dapat disebut endoterm karena suhu tubuhnya diatur oleh produksi
panas yang terjadi di dalam tubuh (Isnaeni, 2006).
Pengamatan laju respirasi pada buka dan menutupnya operkulum dari ikan
dilakukan dengan cara menaikkan dan menurunkan suhu lingkungan yaitu dengan
menambahkan air dingin ataupun air panas untuk menurunkan dan menaikkan suhu
lingkungan. Ikan yang berada pada suhu ruangan awal metabolisme normal pada
ikan dan ditunjukkan oleh aktivitas operkulum yang bergerak dengan normal dalam
1 menit dengan 3 kali pengulangan. pada perlakuan yang kedua yaitu suhu air
diturunkan dengan menambahkan air dingin, terlihat pergerakan ikan melambat,
bukaan operkulum melambat dan cenderung berada di dasar medium, menurut
Azwar, dkk (2016) ini menandakan bahwa pada suhu rendah, ikan masih dapat
melakukan proses metabolisme karena pada suhu rendah, kelarutan oksigen lebih
tinggi. Pada perlakuan yang ketiga yaitu suhu air ditingkatkan dengan
menambahkan air hangat yang mengakibatkan aktifitas rata-rata pembukaan
operkulum ikan meningkat, menurut Irianto (2005) hal ini disebabkan pada suhu
tinggi kelarutan oksigen di dalam air akan cenderung menurun, dan pada kondisi
seperti itu ikan akan berusaha mengimbangi situasi tersebut dan cenderung
mempertahankan hidupnya sehingga mengakibatkan peningkatan laju
metabolismenya, pergerakan ikan juga terlihat resah yaitu dengan mondar-mandir
dan adakalanya ikan bisa pingsan atau mati seperti terlihat pada menit ke tiga di
detik ke dua puluh.
F. Kesimpulan
1. Respirasi merupakan proses pengambilan O2 dari lingkungan ke dalam
tubuh hewan dan pengeluaran CO2 dari dalam tubuh ke lingkungan.
Respirasi pada hewan air, contoh pada ikan meliputi ekstraksi atau
pengambilan O2 dari perairan (Yuwono, 2001). Agar bisa bernapas
dengan bebas, diperlukan oksigen yang cukup. Namun keadaan oksigen
dalam toples yang ditutup berbeda dengan di kolam atau akuarium. Ikan
susah untuk bernapas karena ketersediaan oksigen sangat terbatas, hanya
cukup untuk beberapa jam saja. Rendahnya jumlah oksigen dalam air
menyebabkan ikan harus memompa sejumlah besar air ke permukaan alat
respirasinya untuk mengambil O2 dan harus menurunkan proporsi tekanan
partial (P O2) dari total O2 yang digerakkan dalam air.
2. Osmoregulasi adalah pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak
bagi kehidupan ikan sehingga proses-proses fisiologis berjalan normal.
Ikan mempunyai tekanan osmotik yang berbeda dengan lingkungannya,
oleh karena itu ikan harus mencegah kelebihan air atau kekurangan air,
agar proses-proses fisiologis di dalam tubuhnya dapat berlangsung dengan
normal. Bila ikan air tawar dimasukkan dalam medium air dengan adanaya
salinias maka yang akan terjadi adalah pemasukan air dalam tubuh ikan
dari medium dan juga berusaha mengeluarkan sebagian garam-garam dari
dalam tubuhnya. Bila ikan tidak dapat melakukan proses ini, maka sel-sel
ikan akan pecah (turgor) dan jika terjadi sebaliknya ikan akan kekurangan
cairan atau biasa disebut dehidrasi
3. Hewan poikiloterm yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah
seiring dengan berubahnya suhu lingkungan. Apabila ikan diletakkan di
air denga suhu rendah maka terlihat pergerakan ikan melambat, bukaan
operkulum melambat dan cenderung berada di dasar medium, hal ini
menandakan bahwa pada suhu rendah, ikan masih dapat melakukan proses
metabolisme karena pada suhu rendah, kelarutan oksigen lebih tinggi.
Apabila ikan diletakkan di air dengan suhu tinggi mengakibatkan aktifitas
rata-rata pembukaan operkulum ikan meningkat, hal ini disebabkan pada
suhu tinggi kelarutan oksigen di dalam air akan cenderung menurun, dan
pada kondisi seperti itu ikan akan berusaha mengimbangi situasi tersebut
dan cenderung mempertahankan hidupnya sehingga mengakibatkan
peningkatan laju metabolismenya, pergerakan ikan juga terlihat resah yaitu
dengan mondar-mandir dan adakalanya ikan bisa pingsan atau mati seperti
terlihat pada menit ke tiga di detik ke dua puluh.

G. Daftar Pustaka

Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan dalam Keramba. Jakarta: Gramedia


Azwar, Muh., Emiyarti dan Yusnaini. 2016. Critical Thermal Dari Ikan Zebrasoma
Scopas Yang Berasal Dari Perairan Pulau Hoga Wakatobi. Jurnal Sapa
Laut. Vol. 1(2)
De Becker, G., dan Hariyanti, R. 2007. Atlas Binatang: Pisces, Reptilia, Amfibi.
Jakarta: Tiga Serangkai
Campbell. 2004. Biology. Jakarta: Erlangga
Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostey. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Yuwono, E. 2001. Fisiologi Hewan. Purwokerto: Fakultas Biologi Universitas
Jendral Soederman
Rahardi, F & Hartanto, Rudi. 1993, Agribisnis Peternakan. Jakarta: Penebar
Swadaya
Raharjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Bogor: Departemen Biologi Perairan Fakultas
Perikanan. Institut Pertanian Bogor.
H. Lampiran
Jurnal Sapa Laut. Vol. 1(2) 60-66
E-ISSN 2503-0396

CRITICAL THERMAL DARI IKAN Zebrasoma scopas YANG BERASAL


DARI PERAIRAN PULAU HOGA KABUPATEN WAKATOBI
The critical thermal of Zebrasoma scopas from Hoga Island Wakatobi Regency
Muh. Azwar1), Emiyarti2) dan Yusnaini2)
1,2)Jurusan/Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Halu Oleo. Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Kendari
93232
1)e-mail: muhamadazwar018@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2015. Sampel Ikan Zebrasoma scopas
diambil di perairan Pulau Hoga. Serangkaian uji labolatorium dilakukan di
Laboratorium Basah Pulau Hoga dengan tujuan untuk mengetahui suhu letal serta
perubahan tingkah laku ikan Zebrasoma scopas akibat pengaruh kenaikan suhu air
laut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Critical Thermal
dengan menggunakan 10 ekor ikan Zebrasoma scopas sebagai hewan uji. Hasil
penelitian menunjukan bahwa secara umum suhu perairan Pulau Hoga berkisar
antara 29-32oC. Ikan Zebrasoma scopas mengalami kondisi kritis/letal yang
disebabkan oleh kenaikan suhu air pada kisaran suhu rata-rata 37,9oC dengan lama
waktu pemaparan sebesar 41.01 menit. Perubahan tingkah laku ikan tersebut
dimulai dari ikan mulai bernafas dengan cepat yang diindikasikan dengan
pergerakan operculum ikan semakin cepat, ikan mulai gelisah dengan menunjukan
pergerakan naik turun dari permukaan sampai dasar aquarium, serta pergerakan
ikan mulai tidak seimbang yaitu ikan mulai berenang miring hingga menabrak
dinding aquarium.
Kata Kunci: Critical Thermal, Ikan Zebrasoma scopas, Kenaikan suhu air
laut, Tingkah laku

Anda mungkin juga menyukai