A. Tujuan Praktikum
Respirasi Ikan
1. Mengetahui proses respirasi yang menghasilkan karbondioksida (CO2)
Osmoregulasi Ikan
1. Mengetahui kemampuan osmoregulasi pada ikan air tawar.
2. Membuktikan bahwa osmoregulasi ikan dipengaruhi oleh salinitas
lingkungan
Thermoregulasi Ikan
1. Mengetahui pengaruh kenaikan suhu lingkungan terhadap suhu tubuh
hewan poikiloterm
2. Mengetahui pengaruh penurunan suhu lingkungan terhadap suhu tubuh
hewan poikiloterm
Osmoregulasi Ikan
1. Bak plastik
2. Serok ikan
3. Stopwatch
4. Ikan mas (Cyprinus carpio) 2 ekor (diusahakan ikan dengan ukuran
sama)
5. Garam
6. Air
Thermoregulasi Ikan
1. Bak plastik
2. Serok ikan
3. Stopwatch
4. Ikan Mas dua ekor
5. Air Dingin
6. Air Hangat
C. Cara Kerja
Respirasi Ikan
1. Siapkan sampel ikan dan dua buah toples plastik sebagai wadah ikan.
2. Masukkan air dalam stoples.
3. Masukkan ikan ke dalam toples.
4. Salah satu toples ditutup dan dilapisi wrap lilin, sedangkan satunya
dibiarkan terbuka dan diberi aerator.
5. Hitung bukaan insang ikan tiap 3 menit.
6. Setelah 30 menit, buka toples.
7. Hitung kebutuhan oksigen tiap menit
Osmoregulasi Ikan
Thermoregulasi Ikan
Gerak Operkulum
Tiga menit
ke- Toples Terbuka Toples Tertutup
1 307 275
2 295 260
3 309 261
4 210 221
5 233 213
6 182 239
7 230 230
8 221 252
9 247 271
10 104 242
Gerak Operkulum
Perlakuan Ikan A, 1 menit ke- Ikan B, 1 menit ke-
1 2 3 1 2 3
Air Biasa 108 107 94 125 102 130
Air + 1
75 65 73 89 92 90
sdm garam
Air + 2
60 79 60 70 98 73
sdm garam
E. Pembahasan
Ikan merupakan anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang
hidup atau habitatnya berada di air, baik air tawar, air payau, maupun air laut dan
bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling
beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia.
Kelompok ikan terdiri dari tiga kelas yaitu Agnata, Chondrichthyes,
dan Osteichtyes. Tiap-tiap kelas tersebut memiliki ciri-ciri morfologi yang dapat
membedakan antara satu kelas dengan kelas lainnya. Selain morfologi, ikan juga
memiliki anatomi internal. Anatomi internal adalah penampang tubuh bagian dalam
yang meliputi organ-organ dan sistem organ (De Becker dan Hariyanti, 2007).
Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui proses respirasi
pada ikan, mengetahui kemampuan osmoregulasi pada ikan serta membuktikan
bahwa osmoregulasi ikan dipengaruhi oleh salinitas lingkungan, dan utuk
mengetahui pengaruh kenaikan suhu ataupun pengaruh penurunan suhu lingkungan
terhadap suhu tubuh hewan poikiloterm (ikan). Ikan yang diberi perlakuan yaitu
ikan mas. Ikan Mas (Cyprinus carpio) termasuk kedalam golongan omnivore,
dengan kecenderungan memakan organisme bentik, seperti insekta air, larva
insekta, cacing, molusca, dan zooplankton (Praseno, dkk, 2010). Menurut
Khairuman dan Subenda (2002), sistematika taksonomi ikan mas adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Cordata
Kelas : Pisces
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio L
Respirasi
Respirasi merupakan proses pengambilan O2 dari lingkungan ke dalam
tubuh hewan dan pengeluaran CO2 dari dalam tubuh ke lingkungan. Respirasi pada
hewan air, contoh pada ikan meliputi ekstraksi atau pengambilan O2 dari perairan
(Yuwono, 2001). Peranan oksigen dalam kehidupan ikan merupakan zat yang
mutlak dibutuhkan oleh tubuh yaitu untuk mengoksidasi zat makanan (karbohidrat,
lemak, dan protein) sehingga dapat menghasilkan energi. Tingkah laku ikan saat
kandungan oksigen dalam air kurang adalah ikan akan berenang ke tempat yang
lebih baik kondisi oksigennya seperti: ke dekat inlet, air yang berarus dan ke daerah
permukaan serta dengan jalan meningkatan fekuensi pemompaan air atau
mempebesar volume air yang melewati insang (Yuwono, 2001).
Dari hasil praktikum, dapat diketahui bahwa organisme aquatik sangat
bergantung apada adanya oksigen yang terlarut dalam air. Respon yang dapat
dilihat dari perlakuan tersebut adalah adanya perbedaan jumlah bukaan tutup insang
dan gerakan gerakan ikan yang cenderung diam atau tetap agresif seperti biasa,
yang mana ikan yang berada ditoples yang tertutup cenderung bukaan
operkulumnya lebih banyak karena ikan beradaptasi untuk seabnyak dan sesering
mungkin menyaring air untuk mendapatkan oksigen yang menipis. Keadaan
oksigen dalam toples tertutup berbeda dengan di kolam atau akuarium. Ikan susah
untuk bernapas karena ketersediaan oksigen sangat terbatas, hanya cukup untuk
beberapa jam saja. Rendahnya jumlah oksigen dalam air menyebabkan ikan harus
memompa sejumlah besar air ke permukaan alat respirasinya untuk mengambil
O2 dan harus menurunkan proporsi tekanan partial (P O2) dari total O2 yang
digerakkan dalam air.
Respirasi dalam toples tertutup tidak tejadi difusi oksigen melalui kontak
langsung dengan udara bebas dan adanya penggunaan oksigen secara terus menerus
oleh ikan sehingga kadar oksigen dalam plastik akan menurun dan kadar
karbondioksida dalam plastik akan meningkat, hal ini yang menyebabkab ikan
meningkatkan respirasinya untuk mengambil oksigen. Tujuan akhir dari pernapasan
adalah untuk mempertahankan konsentrasi yang tepat dari oksigen, karbondioksida,
dan ion hydrogen di dalam tubuh. Karbondioksida dan ion hidrogen
mengendalikan pernapasan secara langsung pada pusat pernapasan di dalam
otak. Sedangkan, penurunan konsentrasi oksigen merangsang aktivitas pernapasan
dengan bekerja pada kemoreseptor tersebut kemudian mengirimkam sinyal-sinyal
ke otak untuk merangsang kegiatan pernapasan.
Menurut Rahardi (1993), Ikan bernapas dengan insang, dan mengambil
oksigen dari dalam air. Agar bisa bernapas dengan bebas, diperlukan oksigen yang
cukup. Namun keadaan oksigen dalam toples yang ditutup berbeda dengan di kolam
atau akuarium. Ikan susah untuk bernapas karena ketersediaan oksigen sangat
terbatas, hanya cukup untuk beberapa jam saja. Rendahnya jumlah oksigen dalam
air menyebabkan ikan harus memompa sejumlah besar air ke permukaan alat
respirasinya untuk mengambil O2 dan harus menurunkan proporsi tekanan partial
(P O2) dari total O2 yang digerakkan dalam air.
Osmoregulasi
Osmoregulasi adalah pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak
bagi kehidupan ikan sehingga proses-proses fisiologis berjalan normal. Ikan
mempunyai tekanan osmotik yang berbeda dengan lingkungannya, oleh karena itu
ikan harus mencegah kelebihan air atau kekurangan air, agar proses-proses
fisiologis di dalam tubuhnya dapat berlangsung dengan normal. Pengaturan tekanan
osmotik cairan tubuh pada ikan ini disebut osmoregulasi (Rahardjo, 1980).
Dari hasil praktikum, dapat diketahui bahwa organisme aquatik juga sangat
bergantung pada adanya tekanan osmotik. Respon yang dapat dilihat dari perlakuan
tersebut adalah adanya perbedaan jumlah bukaan tutup insang. Operkulum ikan
yang terdapat pada air tawar bergerak dengan normal. Sedangkan operkulm ikan
yang terdapat pada air dengan salinitas yang cukup tinggi bergerak dengan lambat.
Hal ini disebabkan pada proses osmoregulasi yang terjadi adalah pengaturan
konsentrasi ion-ion bukan konsentrasi cairan tubuh, dimana proses ini juga
membutuhkan energi. Bila ikan air tawar dimasukkan dalam medium air dengan
adanaya salinias maka yang akan terjadi adalah pemasukan air dalam tubuh ikan
dari medium dan juga berusaha mengeluarkan sebagian garam-garam dari dalam
tubuhnya. Bila ikan tidak dapat melakukan proses ini, maka sel-sel ikan akan pecah
(turgor) dan jika terjadi sebaliknya ikan akan kekurangan cairan atau biasa disebut
dehidrasi (Rahardjo, 1980)
Thermoregulasi
Thermoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk
mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir.
Suhu berpengaruh kepada tingkat metabolisme. Suhu yang tinggi akan
menyebabkan aktivitas molekul-molekul semakin tinggi karena energi kinetiknya
makin besar dan kemungkinan terjadinya tumbukan antara molekul satu dengan
molekul lain semakin besar pula. Akan tetapi, kenaikan aktivitas metabolisme
hanya akan bertambah seiring dengan kenaikan suhu hingga batas tertentu saja. Hal
ini disebabkan metabolisme di dalam tubuh diatur oleh enzim (salah satunya) yang
memiliki suhu optimum dalam bekerja. Jika suhu lingkungan atau tubuh meningkat
atau menurun drastis, enzim-enzim tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangan
fungsinya (Campbell, 2004).
Berdasarkan kemampuannya untuk mempertahankan suhu tubuh, hewan
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu poikiloterm dan homoiterm, hewan
poikiloterm yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah seiring dengan
berubahnya suhu lingkungan sementara hewan homoiterm yaitu hewan yang suhu
tubuhnya selalu konstan atau tidak berubah sekalipun suhu lingkungannya sangat
berubah. Hewan poikiloterm juga dapat disebut sebagai eksoterm karena suhu
tubuhnya ditentukan dan dipengaruhi oleh suhu lingkungan eksternalnya sementara
homoiterm dapat disebut endoterm karena suhu tubuhnya diatur oleh produksi
panas yang terjadi di dalam tubuh (Isnaeni, 2006).
Pengamatan laju respirasi pada buka dan menutupnya operkulum dari ikan
dilakukan dengan cara menaikkan dan menurunkan suhu lingkungan yaitu dengan
menambahkan air dingin ataupun air panas untuk menurunkan dan menaikkan suhu
lingkungan. Ikan yang berada pada suhu ruangan awal metabolisme normal pada
ikan dan ditunjukkan oleh aktivitas operkulum yang bergerak dengan normal dalam
1 menit dengan 3 kali pengulangan. pada perlakuan yang kedua yaitu suhu air
diturunkan dengan menambahkan air dingin, terlihat pergerakan ikan melambat,
bukaan operkulum melambat dan cenderung berada di dasar medium, menurut
Azwar, dkk (2016) ini menandakan bahwa pada suhu rendah, ikan masih dapat
melakukan proses metabolisme karena pada suhu rendah, kelarutan oksigen lebih
tinggi. Pada perlakuan yang ketiga yaitu suhu air ditingkatkan dengan
menambahkan air hangat yang mengakibatkan aktifitas rata-rata pembukaan
operkulum ikan meningkat, menurut Irianto (2005) hal ini disebabkan pada suhu
tinggi kelarutan oksigen di dalam air akan cenderung menurun, dan pada kondisi
seperti itu ikan akan berusaha mengimbangi situasi tersebut dan cenderung
mempertahankan hidupnya sehingga mengakibatkan peningkatan laju
metabolismenya, pergerakan ikan juga terlihat resah yaitu dengan mondar-mandir
dan adakalanya ikan bisa pingsan atau mati seperti terlihat pada menit ke tiga di
detik ke dua puluh.
F. Kesimpulan
1. Respirasi merupakan proses pengambilan O2 dari lingkungan ke dalam
tubuh hewan dan pengeluaran CO2 dari dalam tubuh ke lingkungan.
Respirasi pada hewan air, contoh pada ikan meliputi ekstraksi atau
pengambilan O2 dari perairan (Yuwono, 2001). Agar bisa bernapas
dengan bebas, diperlukan oksigen yang cukup. Namun keadaan oksigen
dalam toples yang ditutup berbeda dengan di kolam atau akuarium. Ikan
susah untuk bernapas karena ketersediaan oksigen sangat terbatas, hanya
cukup untuk beberapa jam saja. Rendahnya jumlah oksigen dalam air
menyebabkan ikan harus memompa sejumlah besar air ke permukaan alat
respirasinya untuk mengambil O2 dan harus menurunkan proporsi tekanan
partial (P O2) dari total O2 yang digerakkan dalam air.
2. Osmoregulasi adalah pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak
bagi kehidupan ikan sehingga proses-proses fisiologis berjalan normal.
Ikan mempunyai tekanan osmotik yang berbeda dengan lingkungannya,
oleh karena itu ikan harus mencegah kelebihan air atau kekurangan air,
agar proses-proses fisiologis di dalam tubuhnya dapat berlangsung dengan
normal. Bila ikan air tawar dimasukkan dalam medium air dengan adanaya
salinias maka yang akan terjadi adalah pemasukan air dalam tubuh ikan
dari medium dan juga berusaha mengeluarkan sebagian garam-garam dari
dalam tubuhnya. Bila ikan tidak dapat melakukan proses ini, maka sel-sel
ikan akan pecah (turgor) dan jika terjadi sebaliknya ikan akan kekurangan
cairan atau biasa disebut dehidrasi
3. Hewan poikiloterm yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah
seiring dengan berubahnya suhu lingkungan. Apabila ikan diletakkan di
air denga suhu rendah maka terlihat pergerakan ikan melambat, bukaan
operkulum melambat dan cenderung berada di dasar medium, hal ini
menandakan bahwa pada suhu rendah, ikan masih dapat melakukan proses
metabolisme karena pada suhu rendah, kelarutan oksigen lebih tinggi.
Apabila ikan diletakkan di air dengan suhu tinggi mengakibatkan aktifitas
rata-rata pembukaan operkulum ikan meningkat, hal ini disebabkan pada
suhu tinggi kelarutan oksigen di dalam air akan cenderung menurun, dan
pada kondisi seperti itu ikan akan berusaha mengimbangi situasi tersebut
dan cenderung mempertahankan hidupnya sehingga mengakibatkan
peningkatan laju metabolismenya, pergerakan ikan juga terlihat resah yaitu
dengan mondar-mandir dan adakalanya ikan bisa pingsan atau mati seperti
terlihat pada menit ke tiga di detik ke dua puluh.
G. Daftar Pustaka