Anda di halaman 1dari 4

Kelompok 8

Dimas Adventio
Katrin Wulandari
Farradya Ramadhani
Satiya Putri Alfarisy

Laporan Satiya Putri Alfarisy (06091282227039)

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN


RESPON HEWAN TERHADAP ZAT PENCEMAR

1.1 Judul Praktium: Respon Hewan Terhadap Zat Pencemar

1.2 Tanggal Praktikum: Jumat, 15 September 2023.

1.3 Tujuan Praktikum: Untuk mengetahui respon hewan (ikan) pada zat Pencemar didalam air.

1.4 Dasar Teori: Respon dan Adaptasi perilaku hewan merupakan aktivitas terarah berupa respon
terhadap kondisi dan sumber daya lingkungan. Terjadinya suatu perilaku melibatkan peranan
reseptor dan efektor serta koordinasi saraf dan hormon.
Karakteristik air dan organisme dapat mempengaruhi toksisitas bahan pencemar tersebut (Rand &
Petrocelli, 1985). Faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas tersebut terdiri dari faktor yang
berhubungan dengan bahan pencemar (fisika-kimia) dan faktor yang berhubungan dengan
organisme (biotik). Faktor fisika-kimia bahan pencemar meliputi konsentrasi, suhu, pH, salinitas, dan
kesadahan. Faktor biotik meliputi spesies, umur, dan kondisi kesehatan organisme (Rand &
Petrocelli, 1985).

Meningkat nya kadar zat-zat pencemar yang berbahaya dapat menimbulkan toksik atau racun
sehingga mengganggu proses kehidupan dan setelah mencapai kadar tertentu dapat mematikan
hewan peliharaan (Faumi, dkk. 2019). Limbah detergen terhadap organisme air dapat menyebabkan
kerusakan jaringan organisme pada organ ikan seperti insang dan hati (Faumi, dkk. 2019).

Insang ikan adalah respirasi utama yang bekerja dengan mekanisme difusi permukaan dari gas-gas
respirasi (oksigen dan karbondioksida) antara darah dan air, dengan demikian perubahan-perubahan
lingkungan perairan akan secara langsung berdampak kepada struktur (Faumi, dkk. 2019).

Ikan hidup dalam lingkungan air dan melakukan interaksi aktif antara keduanya. Ikan dan air boleh
dikatakan sebagai suatu sistem terbuka, dimana terjadi pertukaran materi dan energi, seperti
oksigen (O2), karbondioksida (CO2), garam, dan bahan buangan. Kehadiran bahan-bahan tertentu
dalam jumlah tertentu akan mengganggu mekanisme kerja di dalam air sehingga pada akhirnya ikan
akan terganggu, lalu mati (Tambunan, 2018).

Konsentrasi oksigen terlarut (DO) menjadi parameter yang paling banyak mendapat perhatian
karena mencerminkan kualitas air dan kesehatan suatu ekosistem perairan. DO merupakan
parameter penting yang dibutuhkan oleh semua organisme, seperti ikan. Penurunan oksigen terlarut
dalam perairan akan sangat berbahaya terutama bagi kehidupan akuatik.
Kebanyakan ikan pada beberapa perairan tercemar mati bukan karena daya racun bahan buangan
secara langsung tetapi karena kekurangan oksigen dalam perairan akibat digunakan untuk proses
degradasi bahan organik oleh mikroorganisme (Sugianti dan Lismining, 2018).
1.5 Alat dan Bahan:
1. Alat:
- 3 Gelas beker 500 ml
- Gelas ukur 250ml
- Stopwatch
- Flash Handphone
- Ph meter
- Do meter
- Termometer
2. Bahan:
- 3 ekor ikan
- Air limbah detergen, air limbah pewarna, air keran

1.6 Cara Kerja:


1. Siapkan 3 ekor ikan dengan jenis dan massa ikan yang sama.
2. isi 3 gelas beker 500ml dengan masing-masing air limbah detergen, air limbah pewarna, dan air
keran 300ml. Pastikan untuk mengukur dengan tepat menggunakan gelas ukur.
3. Ukur suhu ke 3 gelas beker tersebut dan catat.
4. Ukur ph ke 3 gelas beker tersebut menggunakan pH meter dan catat.
5. Ukur kadar oksigen pada ke 3 gelas beker tersebut menggunakn DO meter dan catat.
6. Masukkan ke 3 ekor ikan ke dalam 3 gelas tersebut
7. Lakukan pengamatan gerak renang ikan selama 30 menit. Pastikan untuk menghidupkan
stopwatch
8. Setelah 30 menit, lakukan perhitungan operkulum pada ke 3 ikan pada masing-masing gelas. Lalu,
catat frekuensi membuka operkulumnya selama 1 menit.
9. Selanjutnya, lakukan pengamatan selama 30 menit lagi untuk mengamati gerak renang ikan.
Pastikan untuk menghidupkan stopwatch
10. Setelah itu catat frekuensi membuka operkulumnya selama 1 menit, dan catat.

1.7 Data Hasil Pengamatan


- Data kuantitatif
Parameter Air diterjen Air l imbah warna Keran

pH 5,8 6,2 7,6

Suhu 26 derajat 27 derajat 27 derajat

DO 7,9 6,9 7,5

1 menit pertama
Air Operkulum Gerak renang

Limbah warna 104/menit Lambat dan berusaha naik

Diterjen 0 Cepat, berusaha naik


kemudian mati

Air keran 88/menit Bergerak biasa

1 menit kedua
Air Operkulum Gerak Renang

Limbah warna 100/menit Lambat

Diterjen 0 Ikan mati

Air keran 84/menit Biasa

1.8 Pembahasan
Pada air keran memiliki spesifikasi sebagai berikut:
pH 7,6
Suhu: 27 Derajat
DO 5,8
Terlihat respon ikan terhadap air keran seperti biasa saja, karena pembukaan operkulum pun
dibawah 100 dalam satu menit, namun ikan terlihat sedikit tidak tenang dikarenakan sirip dorsal ikan
yang selalu naik, kemungkinan disebabkan oleh ikan melihat objek-objek diluar gelas
beeker ,didukung oleh air keran yang bening sehingga ikan mudah melihat dan merespon kegiatan
dan suara-suara yang ada di luar gelas beeker.
Bisa juga disebabkan oleh suhu air yang cukup hangat bagi ikan, karena ikan merupakan makhluk
berdarah dingin yang sudah biasa beradaptasi dengan suhu air yang lebih dingin dibawah 27 derajat
celcius suhu air keran.

Lalu pada air diterjen memiliki spesifikasi sebagai berikut:


pH 6,7
Suhu 26 derajat
DO 7,9
Terlihat respon ikan terhadap air diterjen adalah ikan bergerak sangat cepat berusaha naik ke atas
permukaan air berkali-kali. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh reaksi kimia yang menjadi
pencemar pada air diterjen ditambah pH pada air diterjen adalah 6,7 yang bisa dibilang Asam dan
berbahaya bagi ikan. Seperti kita ketahui ikan dan air merupakan sistem terbuka dimana antara ikan
dan air terjadi pertukaran gas O2 dan CO2, sehingga dengan adanya zat pencemar berupa diterjen
membuat sistem tersebut terganggu dan membuat ikan merespon ingin keluar dari air tersebut. Ikan
yang ada di air diterjen sempat beberapa kali pingsan , menurut saya hal itu terjadi karena ikan yang
berada didalam air diterjen mengalami kekurangan oksigenkatena DO pada air diterjen hanya
sebanyak 5,7 sehingga membuat insang ikan mengalami gangguann yang menyebabkan pembukaan
operkulum ikan pada air diterjen bisa sangat cepat dan membuat insang ikan
membengkak/berlendir sampai akhirnya ikan pada air diterjen mati di 5 menit terakhir.

Selanjutnya pada air limbah bewarna memiliki spesifikasi sebagai berikut:


pH: 6,2
Suhu 27 derajat
DO 7,2
Terlihat respon ikan terhadap air limbah berwarna tidak terlalu agresif seperti ikan pada air diterjen,
justru pergerakkan ikan terlihat lambat tapi juga berusaha untuk naik ke atas permukaan air
beberapa kali, hal tersebut disebabkan oleh kadar oksigen yang rendah dan juga air diterjen yang
asam karena memiliki pH dibawah 7. Kadar oksigen yang rendah juga membuat pembukaan
operkulum pada ikan semakin cepat , bahkan pada 1 menit pertama pembukaan operkulum ikan
pun mencapai 100, lalu bertambah pada menit kedua, dikarenakan insang ikan berusaha keras
untuk mencari oksigen.
DAFTAR PUSTAKA

Faumi, Resti dan Muhammad Radhi. 2019. PENGARUH LIMBAH DETERGEN TERHADAP KESEHATAN
IKAN. https://osf.io/9xmeh/download. Universitas Almuslim: Aceh. (Diakses pada tanggal 21
September 2023).

Sugianti, Yayuk dan Lismining Pujiyani. 2018. Respon Oksigen Terlarut Terhadap Pencemaran dan
Pengaruhnya Terhadap Keberadaan Sumber Daya Ikan di Sungai Citarum.
https://scholar.google.co.id/scholar?
q=respon+ikan+terhadap+DO&hl=id&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart#d=gs_qabs&t=169530452675
3&u=%23p%3DD3H9SAqK1isJ . Jurnal Teknologi Lingkungan. (Diakses pada tanggal 21 September
2023).

Tambunan, Pravil Mistryanto. 2018. STUDI PENGARUH pH DAN KESADAHAN TERHADAP


PERTUMBUHAN IKAN MAS KOI (Crypinus Carpio) DENGAN MEDIA PERTUMBUHAN AIR SUNGAI
TUNTUNGAN. https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&as_vis=1&q=respon+ikan+terhadap+pH+air&btnG=#d=gs_qabs&t=169530438
2335&u=%23p%3Dg5C-Zpf2EhQJ. Jurnal Penelitian: Medan. (Diakses pada tanggal 21 September
2023).

Anda mungkin juga menyukai