Dimas Adventio
Katrin Wulandari
Farradya Ramadhani
Satiya Putri Alfarisy
1.3 Tujuan Praktikum: Untuk mengetahui respon hewan (ikan) pada zat Pencemar didalam air.
1.4 Dasar Teori: Respon dan Adaptasi perilaku hewan merupakan aktivitas terarah berupa respon
terhadap kondisi dan sumber daya lingkungan. Terjadinya suatu perilaku melibatkan peranan
reseptor dan efektor serta koordinasi saraf dan hormon.
Karakteristik air dan organisme dapat mempengaruhi toksisitas bahan pencemar tersebut (Rand &
Petrocelli, 1985). Faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas tersebut terdiri dari faktor yang
berhubungan dengan bahan pencemar (fisika-kimia) dan faktor yang berhubungan dengan
organisme (biotik). Faktor fisika-kimia bahan pencemar meliputi konsentrasi, suhu, pH, salinitas, dan
kesadahan. Faktor biotik meliputi spesies, umur, dan kondisi kesehatan organisme (Rand &
Petrocelli, 1985).
Meningkat nya kadar zat-zat pencemar yang berbahaya dapat menimbulkan toksik atau racun
sehingga mengganggu proses kehidupan dan setelah mencapai kadar tertentu dapat mematikan
hewan peliharaan (Faumi, dkk. 2019). Limbah detergen terhadap organisme air dapat menyebabkan
kerusakan jaringan organisme pada organ ikan seperti insang dan hati (Faumi, dkk. 2019).
Insang ikan adalah respirasi utama yang bekerja dengan mekanisme difusi permukaan dari gas-gas
respirasi (oksigen dan karbondioksida) antara darah dan air, dengan demikian perubahan-perubahan
lingkungan perairan akan secara langsung berdampak kepada struktur (Faumi, dkk. 2019).
Ikan hidup dalam lingkungan air dan melakukan interaksi aktif antara keduanya. Ikan dan air boleh
dikatakan sebagai suatu sistem terbuka, dimana terjadi pertukaran materi dan energi, seperti
oksigen (O2), karbondioksida (CO2), garam, dan bahan buangan. Kehadiran bahan-bahan tertentu
dalam jumlah tertentu akan mengganggu mekanisme kerja di dalam air sehingga pada akhirnya ikan
akan terganggu, lalu mati (Tambunan, 2018).
Konsentrasi oksigen terlarut (DO) menjadi parameter yang paling banyak mendapat perhatian
karena mencerminkan kualitas air dan kesehatan suatu ekosistem perairan. DO merupakan
parameter penting yang dibutuhkan oleh semua organisme, seperti ikan. Penurunan oksigen terlarut
dalam perairan akan sangat berbahaya terutama bagi kehidupan akuatik.
Kebanyakan ikan pada beberapa perairan tercemar mati bukan karena daya racun bahan buangan
secara langsung tetapi karena kekurangan oksigen dalam perairan akibat digunakan untuk proses
degradasi bahan organik oleh mikroorganisme (Sugianti dan Lismining, 2018).
1.5 Alat dan Bahan:
1. Alat:
- 3 Gelas beker 500 ml
- Gelas ukur 250ml
- Stopwatch
- Flash Handphone
- Ph meter
- Do meter
- Termometer
2. Bahan:
- 3 ekor ikan
- Air limbah detergen, air limbah pewarna, air keran
1 menit pertama
Air Operkulum Gerak renang
1 menit kedua
Air Operkulum Gerak Renang
1.8 Pembahasan
Pada air keran memiliki spesifikasi sebagai berikut:
pH 7,6
Suhu: 27 Derajat
DO 5,8
Terlihat respon ikan terhadap air keran seperti biasa saja, karena pembukaan operkulum pun
dibawah 100 dalam satu menit, namun ikan terlihat sedikit tidak tenang dikarenakan sirip dorsal ikan
yang selalu naik, kemungkinan disebabkan oleh ikan melihat objek-objek diluar gelas
beeker ,didukung oleh air keran yang bening sehingga ikan mudah melihat dan merespon kegiatan
dan suara-suara yang ada di luar gelas beeker.
Bisa juga disebabkan oleh suhu air yang cukup hangat bagi ikan, karena ikan merupakan makhluk
berdarah dingin yang sudah biasa beradaptasi dengan suhu air yang lebih dingin dibawah 27 derajat
celcius suhu air keran.
Faumi, Resti dan Muhammad Radhi. 2019. PENGARUH LIMBAH DETERGEN TERHADAP KESEHATAN
IKAN. https://osf.io/9xmeh/download. Universitas Almuslim: Aceh. (Diakses pada tanggal 21
September 2023).
Sugianti, Yayuk dan Lismining Pujiyani. 2018. Respon Oksigen Terlarut Terhadap Pencemaran dan
Pengaruhnya Terhadap Keberadaan Sumber Daya Ikan di Sungai Citarum.
https://scholar.google.co.id/scholar?
q=respon+ikan+terhadap+DO&hl=id&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart#d=gs_qabs&t=169530452675
3&u=%23p%3DD3H9SAqK1isJ . Jurnal Teknologi Lingkungan. (Diakses pada tanggal 21 September
2023).