Anda di halaman 1dari 24

KEGIATAN 1

A. Judul
Pemeriksaan Kualitas Air
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kualitas fisik, kimia dan
bakteriologis air
C. Dasar Teori
1. Pengertian Air
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua
bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di
planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun
kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air merupakan materi esensial bagi
kehidupan makhluk hidup, karena makhluk hidup memerlukan air untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Secara umum fungsi air dalam
tubuh setiap mikroorganisme adalah untuk melarutkan senyawa organik,
menstabilkan suhu tubuh dan melangsungkan berbagai reaksi kimia tingkat
seluler (Campbell dkk., 2002) (Penuntun Praktikum, 2015).
Kualitas air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau
kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan,
pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya. Peduli kualitas air
adalah mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan kelestarian
dalam penggunaannya. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan
pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan
adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna) (Puji,
2015).
Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi
atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa
parameter yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan
sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam dan
sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan
sebagainya) (Puji, 2015).
1. Parameter Fisik Air
a. Suhu
Pola temperatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan
udara sekelilingnya, ketinggihan geografis dan juga oleh faktor kanopi
(penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di
samping itu pola temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-
faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan oleh aktivitas manusia)
seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik,
penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan,
sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung.
Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat
menyebabkan gangguan kesehatan untuk jangka panjang, misalnya
stres yang ditandai dengan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku
abnormal. Pada suhu rendah, akibat yang ditimbulkan antara lain ikan
menjadi lebih rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat
melemahnya sistem imun. Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan
air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan
menurunnya laju pernafasan dan denyut jantung sehingga dapat
berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen
(Taringan, 2013)
b. Kekeruhan/Kecerahan
Kecerahan air merupakan ukuran transparansi perairan dan
pengukuran cahaya sinar matahari didalam air dapat dilakukan dengan
menggunakan lempengan/kepingan Secchi disk. Satuan untuk nilai
kecerahan dari suatu perairan dengan alat tersebut adalah satuan
meter. Jumlah cahaya yang diterima oleh phytoplankton diperairan
asli bergantung pada intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam
permukaan air dan daya perambatan cahaya didalam air.
Masuknya cahaya matahari kedalam air dipengaruhi juga oleh
kekeruhan air (turbidity). Sedangkan kekeruhan air menggambarkan
tentang sifat optik yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya
yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat
didalam perairan. Faktor-faktor kekeruhan air ditentukan oleh:
1) Benda-benda halus yang disuspensikan (seperti lumpur dsb)
2) Jasad-jasad renik yang merupakan plankton.
3) Warna air (yang antara lain ditimbulkan oleh zat-zat koloid
berasal dari daun-daun tumbuhan yang terektrak)
c. Warna
Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-
bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa
organic serta tumbuh-tumbuhan.
d. Kedalaman
Kedalaman disuatu perairan saangat penting untuk
diperahatikan, hal ini diakrenakan kedalaman suatu perairan dapat
mempengaruhi jumlah cahaya yang akan masuk ke perairan dan
ketersediaan oksigen diperairan tersebut, jika disuatu perairan
kekurangan cahaya masuk kedalamnya maka ikan tersebut akan stress.
Begitu juga halnya dengan kandungan oksigen, biasanya diperairan
dalam ketersediaan oksigen lebih sedikit dibandingkan dengan
perairan dangkal.
Tabel 1 : Kriteria kualitas air bersih ditinjau dari parameter fisik

Kadar Maksimum
Parameter Fisik Satuan
yang Dianjurkan

Kekeruhan NTU 25
O
Suhu C 10-25
Jumlah Zat Padat Terlarut Mg/Liter (ppm) 500
Warna TCU 15
Bau - Tidak Berbau
Rasa - Tidak Berasa

2. Parameter Kimia Air


a. pH (Derajat Keasaman)
pH adalah suatu ukuran keasaman dan kadar alkali dari sebuah
contoh cairan. Kadar pH dinilai dengan ukuran antara 0-14. Sebagian
besar persediaan air memiliki pH antara 7,0-8,2 namun beberapa air
memiliki pH di bawah 6,5 atau diatas 9,5. Air dengan kadar pH yang
tinggi pada umumnya mempunyai konsentrasi alkali karbonat yang
lebih tinggi. Alkali karbonat menimbulkan noda alkali dan
meningkatkan farmasi pengapuran pada permukaan yang keras.
Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa
akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan
menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat bersifat toksik.
pH air dapat mempengaruhi jenis dan susunan zat dalam lingkungan
perairan dan mempengaruhi ketersediaan hara serta toksinitas dari
temperatur (Apriyani, 2012)
b. DO (Kelarutan Oksigen)
Oksigen adalah unsur vital yang di perlukan oleh semua
organisme untuk respirasi dan sebagai zat pembakar dalm proses
metabolisme. Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah
penyerapan oksigen dari udara melalui kontak antara permukaan air
dengan udara, dan dari proses fotosintesis. Selanjutnya daur
kehilangan oksigen melalui pelepasan dari permukaan ke atmosfer
dan melalui kegiatan respirasi dari semua organisme.
Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal)
dan musiman, tergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan
(turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah
(effluent) yang masuk ke dalam air (Yunus, 2013).
3. Parameter Bakterilogis Air
Secara teoritis pemeriksaan air yang baik ialah dengan menentukan
ada tidaknya bakteri-bakteri dengan isolasi, tetapi cara tersebut tidak
praktis dan memerlukan waktu yang lama. Untuk mempermudah
pemeriksaan biasanya ditentukan berdasarkan adanya dan jumlah bakteri
golongan coli (Yunus, 2013)
Bakteri golongan E. coli sudah banyak digunakan untuk
mengetahui adanya pencemaran air. Bakteri golongan coli adalah semua
bakteri yang berbentuk batang, bersifat aerob atau fakultatif aerob, tidak
membentuk spora, bersifat gram negative dan dapat meragikan laktosa
serta membentuk gas dalam waktu 2 x 24 jam pada suhu 35oC dan 44oC
(Penuntun Praktikum, 2015)
D. Alat dan Bahan
1. Pemeriksaan Kualitas Fisik Air
a. Alat
Gelas Piala Turbidimeter TDS Meter

Termometer Air Timbangan Kertas Saring

b. Bahan
Air Sungai Air Depot Air Sumur

2. Pemeriksaan Kualitas Kimia Air


a. Alat
pH Meter DO meter Gelas Ukur 100 ml

b. Bahan
Air Sungai Air Depot Air Sumur

3. Pemeriksaan Kualitas Bakteoriologis Air


a. Alat
Tabung Reaksi Tabung Durham

Pipet Volume Cawan Petri

Jarum Ose Pembakar Bunsen


b. Bahan
Aquades Kaldu nutrisi agar

Kapas Laktosa Broth

EMBA Sampel Air Sungai


E. Prosedur kerja
1. Pemeriksaan kualitas fisik air
a. Pengukuran kekeruhan
1. Memasukan air kedalam tabung sampel kedalam tabung yang
telah tersedia pada alat tersebut.

2. Menghidupkan turbidimeter

3. Memasukan tabung sample yang di uji kedalam turbidimeter.

4. Menekan tombol “READ” dan catat hasilnya

b. Pengukuran suhu air


1. Memasukan sampel kedalam Beaker glass

2. Menyelupkan thermometer air dan tunggu sampai 2-3 menit


3. Mencatat hasil pengamatan

c. pengukuran TDS (Total Dissolved Solid) dan NaCl


1) Memasukan sampel kedalam Beaker glass.

2. Menekan tombol ON dan menghidupkan alat TDS meter

3. Menyelupkan “probes” kedalam sampel air hingga melewati batas/tanda


selama beberapa menit.

4. mencatat hasil TDS air


5. Menekan alat dan memilih untuk pengukuran NaCl jika akan melihat nilai
NaCl, dan kemudian mencatat hasil pengamatan.

d. Mengukur TSS
1) Mengambil air sampel menggunakan botol air mineral sebagai
wadah, mengusahakan pengambilan air sampel tanpa disertai
terikutnya oksigen ke dalam wadah

2) Menimbang kertas saring sebelum tuang air saring sebagai data


A1

3) Mengambil sebanyak 25 ml contoh air dan menyaring pada kertas


saring yang telah diketahui beratnya
4. Mengeringkan padatan yang disaring pada kertas saring dengan
oven pada suhu 100-105oC

5. Menimbang dan mencatat berat kertas saring setelah didingankan.

2. Pemeriksaan kualitas kimia air


a. Mengukur pH
1. Menyiapkan sampel air yang akan diukur
2. Memasukan alat pH meter kedalam sampel air yang akan diukur

3. Membaca angka yang muncul pada alat pH meter setelah angka


yang tertera pada display stabil.

b. Mengukur Kandungan Logam Pada Air


1. Menyiapkan sampel air yang akan diukur

2. Menyiapkan 2 Beaker Glass masing-masing berisi sampel air yang


berbeda
F. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
a. Pemeriksaan Kualitas Fisik Air
Tabel 1 : Hasil Pengamatan Tingkat Kekeruhan Air
Sampel Air Tingkat Kekeruhan (NTU)
Air Sungai 0,38 NTU
Air Sumur 0,30 NTU
Air Depot 0,58 NTU

Tabel 2 : Hasil Pengamatan Suhu Air


Sampel Air Suhu Air (0C)
Air Sungai 300C
Air Sumur 300C
Air Depot 300C

Tabel 3 : Hasil Pengamatan TDS (Total Disolved Solid)


Sampel Air TDS Air (ppm)
Air Sungai 94,9 ppm
Air Sumur 47,2 ppm
Air Depot 110,0 ppm

Tabel 4 : Hasil Pengamatan Kadar NaCL


Sampel Air Kadar NaCL (%)
Air Sungai 0,4 %
Air Sumur 1,4 %
Air Depot 0,4 %

Tabel 5 : Hasil Pengamatan Tingkat TSS


Berat Kertas Saring
Sampel Air
Sebelum disaring Sesudah disaring
Air Sungai 1,6919 1,6079

b. Pemeriksaan Kualitas Kimia Air


Tabel 6 : Hasil Pengamatan Pengukuran pH Air
Sampel Air pH Air (Asam/Basa)
Air Sungai 7,83
Air Sumur 7,63
Air Depot 7,52

Tabel 7: Hasil Pengamatan Pengukuran Warna Kadar Logam Pada Air


Sampel Air Perubahan Warna Air
Air Sumur Terdapat gumpalan hijau
Air Depot Terdapat gumpalan hijau dan lendir
Air Sungai Terdapat lendir dan juga gumpalan warna orange

c. Pemeriksaan Kualitas Bakteriologis Air


Tabel 8 : Hasil Pengamatan Bakteriologis Air Sumur
Sampel Air Ada/Tidak Ada Hijau Metalik
10-1 : Ada Hijau Metalik
Air Sungai 10-2 : Tidak Ada Hijau Metalik
10-3 : Tidak Ada Hijau Metalik

2. Pembahasan
a. Pemeriksaan Kualitas Fisik Air
1) Tingkat Kekeruhan Air
Kekeruhan Air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan
anorganik dan oragnik yang terkandung dalam air seperti lumpur
dan bahan yang dihasilkan oleh buangan industri.
Percobaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui
tingkat kekeruhan air. Dimana sampel air yang diuji adalah air
sungai, air sumur dan air depot. Perlakuan pertama yaitu
memasukkan air sungai kedalam tabung sampel yang telah
tersedia pada alat ukur yaitu turbidimeter. Kemudian tabung
sampel yang akan diuji dimasukkan kedalam turbidimeter.
Stetelah tombol READ ditekan maka diperoleh hasil yaitu 0,38
NTU.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat diketahui bahwa
sampel air sungai yang sudah kita uji tersebut, tingkat
kekeruhannya belum melewati batas yang ditentukan. Karena
berdasarkan standar kualitas air minum dan air bersih yang ada
pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No :
416/MENKES/PER/IX/1990 , standar maksimum yang
diperbolehkan untuk tingkat kekeruhan air adalah 5 NTU
sedangkan sampel yang diuji tingkat kekeruhannya hanya 0,38
NTU. Selain itu air sungai yang kita jadikan sampel tidak
mengandung bahan-bahan organik dan anorganik seperti lumpur
dan lain sebagainya.
Perlakuan kedua yaitu dilakukan pada sampel air sumur.
Langkah-langkahnya sama dengan yang dilakukan pada sampel
air sungai kemudian didapatkan hasil yaitu 0,30 NTU. Sama
dengan sampel air sungai, tingkat kekeruhan air sumur ini juga
belum melewati batas yang ditentukan. Karena berdasarkan
standar kualitas air minum dan air bersih yang ada pada
Peraturan Menteri Kesehatan RI No :
416/MENKES/PER/IX/1990 , standar maksimum yang
diperbolehkan untuk tingkat kekeruhan air adalah 5 NTU
sedangkan sampel yang diuji tingkat kekeruhannya hanya 0,38
NTU. Selain itu air sungai yang kita jadikan sampel tidak
mengandung bahan-bahan organik dan anorganik seperti lumpur
dan lain sebagainya.
Perlakuan ketiga, dilakukan pada sampel air dpeot. Dimana
perlakuannya sama dengan yang dilakukan pada sampel air
sungai dan air sumur dan kemudian didapat hasil yaitu 0,58
NTU. Hasil dari tingkat kekeruhan air depot ini lebih tinggi
dibandingkan dengan air sungai dan air sumur. Hal ini mungkin
disebabkan oleh adanya jasad-jasad renik yag terkandung dalam
air depot tersebut yang tidak bisa kita lihat secara kasat mata
tapi tingkat kekeruhannya belum melewati standar yang
ditentukan karena berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI
No : 492/ MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas
air minum, kadar maksimum yang diperbolehkan untuk
kekeruhan yaitu 5 NTU.

2) Suhu/Temperatur
Kenaikan temperatur air yang menyebabkan penurunan
kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu
rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat
degradasi anaerobic yang mungkin saja terjadi.
Percobaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui
tingkat kekeruhan air. Dimana sampel air yang diuji adalah air
sungai, air sumur dan air depot. Perlakuan pertama yaitu
memasukkan sampe air kedalam gelas beker kemudian
termometer air dicelupkan dan ditunggu sampai 2-3 menit,
setelah itu kita sudah bisa membaca berapa suhu air yang ada
pada termometer dan kemudidan diperoleh hasil untuk sampel
air sungai yaitu 300C, air sumur 300C dan air depot 300C.
Berdasarkan hasil yang diperoleh suhu ketiga sampel air
tersebut sudah melewati standar maksimum yaitu 10-250C. Hal
ini dikarenakan karena pengambilan sampel yang dilakukan
bukan pada pagi hari karena pengambilan sampel yang baik
seharusnya dilakukan sebelum matahari terbit. Selain itu suhu
air juga dipengaruhi oleh suhu ruangan karena pada saat
melakukan pengukuran kita berada didalam ruangan yang
sempit dan dipenuhi oleh banyak orang.
3) TDS (Total Disolved Solid)
Percobaan ketiga ini yaitu mengukur TDS air. Langkah
pertama yang dilakukan adalah memasukkan sampel kedalam
gelas beker kemudian menekan tombol ON untuk meghidupkan
alat TDS meter stelah itu dicelupkan probes kedalam sampi air
hingga melewati batas/tanda selama beberapa menit dan
diperoleh hasil yaitu air sungai 94,9 ppm, air sungai 47,2 ppm
dan air depot 110,0 ppm.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, TDS untuk air depot
lebih tinggi dibandingkan dengan air sungai dan air sumur.
Kemungkinan air dpeot ini tidak diproses dengan baik maka
didalam air masih terdapat zat-zat padat terlarut namun tidak
melewati standar yang ditentukan yaitu 500 ppm (Mg/L).
4) Kadar NaCl
Percobaan ke empat yaitu mengukur kadar NaCl pada
air. Pada praktikum ini, alat yang digunakan yaitu sama dengan
alat untuk mengukur TDS tapi untuk nilai NaCl, kita harus
menekan tombol Alt dan memilih untuk pengukuran NaCl.
Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan kadar masing-
masing dari sampel air mulai dari sampel air sungai yaitu 0,4%,
air sumur yaitu 1,8 % dan air depot 0,4%. Dari hasil yang
didapatkan ini, dapat diketahui bahwa kadar NaCl pada air
sumur lebih tinggi dibandingkan air depot dan air sungai. Hal ini
dikarenakan sumber mata air yang ada di sumur berasal dari
tanah dimana kandungan garam tersebut bisa berasal dari tanah.
Proses peningkatan kadar garam disebut dengan salinisasi.
Garam adalah senyawa alami yang berada di tanah dan air.
5) Tingkat TTS (Total suspensed solid)
Total suspensed solid atau padatan tersuspensi total (TSS)
adalah residu daripadatan total yang tertahan oleh saringan
dengan ukuran partikel maksimal 2µm atau lebih besar dari
ukuran partikel koloid. TSS menyebabkan kekeruhan pada air
akibat padatan tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap.
TSS terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya
lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organic
tertentu, sel-sel mikroorganisme dan sebagainya.
Pada percobaan ini, kami mengukur tingkat TTS yaitui
dengan menimbang kertas saring sebelum dan sesudah dipakai
untuk menyaring air dan sampel yang diambil adalah sampel air
sungai. Sebelum air disaring, berat dari kertas saring tersebut
yaitu 1,6919 g dan setelah air disaring berat kertas menjadi
1,6079 g. Karena terjadi penurunan setelah air disaring dan berat
kertasnya berkurang maka dapat dismpulkan bahwa air tersebut
tidak mengandung partikel-partikel atau bahan-bahan organik
tertentu serta sel-sel mikroorganisme dna lain sebagainya.
b. Pemeriksaan Kualitas Kimia Air
1) pH Air
Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion Hidrogen dalam
suatu larutan. Dalam air yang bersih jumlah konsentrasi ion H +
dan OH- berada dalam kesimbangan sehingga air yang bersih
akan bereaksi netral. Organisme akuatik dapat hidup dalam
suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran
toleransi antara asam lemah dan basa lemah. Kondisi perairan
dengan kisaran tolerasni antara sangat asam maupun sangat basa
akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena
akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat
yang bersifat toksik. pH air dapat mempengaruhi jenis dan
susunan zat dalam lingkungan perairan dan mempengaruhi
ketersediaan unsur hara serta toksinitas dari unsur renik.
Percobaan ini dilakukan bertujuan untuk menentukan
derajat keasaman sampel air. Dimana sampel air yang diuji pada
percobaan ini yaitu sampel air sumur, air danau, air gallon dan
air sungai.
Perlakuan pertama yaitu menuangkan sampel air sungai
kedalam gelas kimia, kemudian memasukan pH meter kedalam
aquadest setelah itu dimasukan lagi kedalam sampel air di gelas
kimia. Sehingga Didapatkan hasil pH air sungai yaitu 7,83. pH
air sumur ini lebih besar dari pH air depot dan pH air sungai.
Sehingga Nilai pH yang diperoleh pada air sumur menunjukkan
bahwa air sumur besifat basa (pH>7). Ini dikarenakan banyak
warga yang sering membuang sampah disungai, sering
membuang kotoran disungai dan berbagai aktivitas yang dapat
mencemari air sungai.
Perlakuan kedua dilakukan pada sampel air depot dengan
langkah-langkah yang sama seperti yang dilakukan pada sampel
air sungai dan diperoleh nilai pH yaitu 7,63. pH air depot ini
masih tinggi dibandingkan dengan air sumur. Sehingga dapat
diketahui bahwa nilai pH pada air Depot bersifat basa karena
nilai pH >7. Kemungkinan air depot ini tidak diproses dengan
baik dan mungkin juga air depot ini belum menggunakan
tekonologi RO (Reserve Osmosis) jadi nilai pH-nya masih tinggi
tetapi tidak kadar maksimum yang diperbolehkan untuk air
minum yaitu 6,5 – 8,5.
Perlakuan ketiga dilakukan pada sampel air depot dengan
langkah-langkah yang sama seperti yang dilakukan pada sampel
air sungai dan air depot kemudian diperoleh nilai pH yaitu 7,52
jika dibandingkan dengan pH air depot dan air sungai, ph air
sumur ini lebih rendah tapi nilai pH pada air sumur tetap bersifat
basa karena nilai pH >7 dan faktor pencemar akan semakin
besar, jika air tanah (air sumur) berada dekat dengan lokasi
dengan berbagai aktivitas manusia.
2) Warna dan Kadar Logam/Alluminium Air
Pada percobaan kedua yaitu pengukuran kadar
logam/alluminium dan perubahan warna pada air, kami
menggunakan alat ukur yaitu PURETREX Elektrolisa.
Berdasarkan hasil pengamatan, terjadi perubahan pada air
sumur yaitu terdapat humpalan berwarna hijau. Ini berarti sampel
air sumur ini logam berat, seng, merkuri dan tembaga. Hal ini
karena air sumur yang diambil sudah tercemar oleh aktifitas
pengguna sumur contohnya penduduk yang mandi dekat sumur,
kurang menjaga kebersihan area sumur atau mungkin sumur ini
berada dekat dengan sungai yang airnya sudah tercemar dengan
merkuri maka air sumur pun sudah mengandung merkuri.
Untuk air depot, terjadi perubahan yaitu terdapat
gumpalan hijau dan lendir. Ini berarti air depot ini mengandung
banyak sekali zat-zat yang berbahaya seperti logam berat, seng,
merkuri, tembaga, pencemaran alumiun, arsen, bahan-bahan
oraganik,kuman, bakteri dan virus. Ini menandakan bahwa air
depot ini memang tidak diproses dengan baik dan jika dikonsumsi
terus menerus dapat menyebabkan penyakit yang berbahaya
misalnya kanker, ginjal dan lain sebagainya.
Untuk air sungai, terjadi perubahan yaitu terdapat
gumpalan berwarna orange dan juga terdapat lendir. Ini berarti air
sungai mengandung arsen, adanya pencemaran aluminium,
bahan-bahan organik, kuman, bakteri, virus dan besi teroksidasi.
Ini karenakan di sungai ini banyak warga yang sering membuang
limbah hasil Rumah Tangga di sekitarn aliran air Sungai baik itu
limbah organic maupun anorganik dimana ini dapat membuat air
sungai tercemar.
c. Pemeriksaan Kualitas Bakteriologis Air
Metode MPN merupakan salah satu metode perhitungan
secara tidak langsung. Metode MPN biasanya dilakukan untuk
menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair,
meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat.
Untuk metode MPN (Most Probable Number) digunakan medium
cair dalam wadah berupa tabung reaksi, perhitungan di lakukan
berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu tabung yang
mengalami perubahan pada mediumnya baik itu berupa perubahan
warna atau terbentuknya gelembung gas pada dasar tabung
durham. Pada metode perhitungan MPN ini digunakan bentuk tiga
seri pengenceran, yang pertama 10-1, 10-2, dan 10-3.
Adapun sampel air yang diujikan untuk mengetahui
kualitas air yaitu air sungai. Langkah yang dilakukan adalah
pengenceran pada sampel air sumur. Pengenceran dilakukan
dengan menggunakan tiga seri tabung pengenceran 10-1, 10-2 dan
10-3.
Pada uji penduga dilakukan dengan menginkubasi sampel
air yang telah dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi
medium Laktosa Broth dan tabung durham. Laktosa Broth
digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran Coliform
dalam air, makanan, produk susu, dan mempelajari fermentasi
laktosa oleh bakteri pada umumnya. Pada tabung reaksi diletakkan
tabung durham secara terbalik, fungsi dari tabung durham adalah
untuk mengetahui terbentuknya gas gelembung atau untuk
menangkap gas yang ditimbulkan akibat adanya fermentasi laktosa
menjadi asam dan gas. Setelah melakukan uji pendugaan
dilanjutkan dengan uji penguat. Uji penguat berfungsi untuk
meyakinkan hasil positif yang ada pada uji pendugaan. Medium
yang digunakan dalam uji penegasan ini yaitu media EMBA yang
merupakan media yang akan berwarna hijau metalik jika terdapat
reaksi fermentasi dengan media.
EMBA (Eosin Methlyn Blue Agar) merupakan media yang
digunakan untuk mengetahui adanya bakteri E.coli pada air
mineral, hal ini di sebabkan oleh karena media EMBA merupakan
media yang kuhusus di gunakan sebagai tempat
pengembangbiakan bakteri.
Pada praktikum yang telah kami lakukan,didapat bahwa
terdapat bakteri E.coli pada sampel. Hal ini dibuktikan dengan
adanya warna hijau metalik pada goresan.

G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Tingkat kekeruhan dari ketiga sampel yaitu sampel air sungai 0,38 NTU, air
sumur 0,30 NTU, air depot 0,58 NTU. Hal ini mungkin disebabkan oleh
adanya jasad-jasad renik yag terkandung dalam air depot tersebut yang tidak
bisa kita lihat secara kasat mata tapi tingkat kekeruhannya belum melewati
standar yang ditentukan karena berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI
No : 492/ MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum,
kadar maksimum yang diperbolehkan untuk kekeruhan yaitu 5 NTU.
2. Suhu dari ke tiga sampel yaitu sampel air sungai 30 0C, air sumur 300C, air
depot 300C dimana suhu yang diperoleh hampir semua melebihi yang
dianjurkan yaitu 10-25oC. Hal ini dikarenakan karena pengambilan sampel
yang dilakukan bukan pada pagi hari karena pengambilan sampel yang baik
seharusnya dilakukan sebelum matahari terbit. Selain itu suhu air juga
dipengaruhi oleh suhu ruangan karena pada saat melakukan pengukuran kita
berada didalam ruangan yang sempit dan dipenuhi oleh banyak orang.
3. TDS (Total Disolved Solid) hasil dari ketiga sampel yaitu sampel air sumur
47,2 ppm, sampel air sungai 94,9 ppm dan sampel air depot 110,0 ppm,
dimana Kadar TDS yang paling tinggi yaitu sampel air depot. Hal ini
mungkin disebabkan oleh karena air dpeot ini tidak diproses dengan baik
maka didalam air masih terdapat zat-zat padat terlarut namun tidak melewati
standar yang ditentukan yaitu 500 ppm (Mg/L).
4. Kadar NaCl masing-masing dari sampel air mulai sampel air sumur yaitu
1,8%, air sungai 0,4 % dan air depot 0,4%. Hal ini dikarenakan sumber mata
air yang ada di sumur berasal dari tanah dimana kandungan garam tersebut
bisa berasal dari tanah. Proses peningkatan kadar garam disebut dengan
salinisasi. Garam adalah senyawa alami yang berada di tanah dan air.
5. TSS yang kami ukur adalah 1,6919 g sebelum air disaring dan 1,6079 g
setelah air disaring. Karena terjadi penurunan setelah air disaring dan berat
kertasnya berkurang maka dapat dismpulkan bahwa air tersebut tidak
mengandung partikel-partikel atau bahan-bahan organik tertentu serta sel-sel
mikroorganisme dna lain sebagainya.
6. Kadar keasaman (pH) dari ketiga sampel air mulai sampel air sungai 7,83,
air depot 7,63 dan air sumur 7,52 dimana kadar keasaman (pH) yang paling
tinggi yaitu pada sampel air sungai. Hal ini dikarenakan banyak warga yang
sering membuang sampah disungai, sering membuang kotoran disungai dan
berbagai aktivitas yang dapat mencemari air sungai.
7. Dari ketiga sampel air, sampel air depot dan air sungai yang memiliki
banyak zat-zat berbahaya. Hal ini dikarenakan air depot tidak diproses
dengan baik dan untuk air sungai dikarenakan banyak warga yang sering
membuang limbah hasil Rumah Tangga di sekitarn aliran air Sungai baik itu
limbah organic maupun anorganik dimana ini dapat membuat air sungai
tercemar.
8. Pada praktikum yang telah kami lakukan,didapat bahwa terdapat bakteri
E.coli pada sampel. Hal ini dibuktikan dengan adanya warna hijau metalik
pada goresan.

H. Daftar Pustaka
Apriyani, R.D.P. 2012. Derajat Keasaman (pH) sebagai parameter
perairan. http://rainadpa.blogspot.com/2010/01/derajat-keasaman-ph-
sebagai-parameter.html (online) (diakses Tgl 9 Maret 2014)

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


492/Menkes/Per/IV/2010, Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum .
Puji,N. 2011. BOD kualitas fisik air. http://titleblue.blog
spot.com/2012/09/bab-ii-do-bod-kualitas-fisik-air.html (online) (diakses
Tgl 9 Maret 2014)

Taringan,R. 2012. Parameter Fisika Perairan. http:// ranifiskimper


.blogspot.com/ (online) (diakses Tgl 10 Maret 2015)

Penuntun Praktikum Kesehatan Lingkungan Kesehatan Masyarakat


UNG.
2015

Yunus, A.K. 2013. Pengukuran Parameter Kualitas Air Secara Fisika,


Kimia Dan Biologi Diperairan Tambak .
http://ashabulkahfiyunus.blogspot.com/2013/04/pengukuran-parameter-
kualitas-air.html (online) (diakses Tgl 10 Maret 2015)

Anda mungkin juga menyukai