Kualitas air merupakan salah satu faktor penting agar budidaya bisa berhasil dengan
keuntungan yang memuaskan. Untuk memacu pertumbuhan akan keberhasilan dalam budidaya
membutuhkan perhatian khusus, penurunan kualitas air dapat disebabkan oleh pemberian pakan
yang tidak terkontrol, pengelolaan air yang tidak memadai akan berakibat buruk yang dapat
menyebabkan berkembangnya penyakit sehingga kualitas lingkungan terganggu. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji variasi waktu kualitas air pada tambak budidaya udang vaname dengan
teknologi integrated multitrophic aquakulture (IMT) (sahrijanna, 2017).
kualitas air (mutu air) sangat penting, karena merupakan dasar dan pedoman untuk
mancapai tujuan pengelolaan air sesuai dengan peruntukkannya. Studi dan pembahasan tentang air
pada dasarnya menyangkut tentang dua hal, yaitu kuantitas dan kualitasnya. Hal ini penting untuk
menentukan permasalahan berada di mana, dalam lingkungan apa, kualitas air yang bagaimana,
sehingga dapat dengan tepat menentukan strategi pengelolaannya. Untuk keperluan tersebut perlu
adanya suatu baku mutu air, yakni keadaan ideal yang ingin dicapai, keadaan maksimum yang boleh
ditoleransi sesuai dengan peruntukannya. Kualitas air dapat diartikan sebagai kondisi kualitatif yang
dicerminkan oleh kategori, parameter: organik, anorganik, fisik, biologik, radiologik dalam
hubungannyna dengan kehiduan Air merupakan bahan alam yang diperlukan untuk kehidupan
manusia, hewan dan tanaman yaitu sebagai media pengangkutan zat-zat makanan, juga merupakan
sumber energi serta berbagai keperluan lainnya (Sasongko, 2014).
1. Perairan air tawar (0-5 ppt), terdapat didaratan mulai dari pegunungan, perbukitan,
hingga daratan rendah dekat pantai, berupa • Danau • Situ • Waduk • Sungai • Saluran
irigasi • Mata air • Sumur dan • Air hujan
a) Perairan berbentuk aliran: ▪ Sungai: Air di permukaan bumi yang terjadi secara
alamiah, mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah ▪ Irigasi:
Aliran air di permukaan bumi yang terjadi bukan secara alamiah, melainkan
sengaja dibuat oleh manusia untuk berbagai keperluan.
b) Perairan berbentuk genangan: ▪ Danau: Genangan air di permukaan bumi yang
terjadi secara alamiah. Berdasakan kesuburan perairannya, danau dibagi atas:
oligotrofik: danau yang tidak subur; mesotrofik: danau dengan kesuburan sedang;
eutrofik: danau yang subur. ▪ Waduk: Genangan air di permukaan bumi yang
dibangun dengan cara membendung sungai dengan dam (bendungan). Berukuran
relatif kecil, baik luasan, kedalaman, maupun volume airnya. Kedalamannya
sekitar 1-10 m dan volume airnya berkurang ketika musim kemarau bahkan
menjadi kering.
c) Perairan berbentuk curahan: ▪ Mata air: Kumpulan dari rembesan air di dalam
tanah dan muncul kepermukaan bumi sebagai mata air. Umumnya jernih dan
kandung unsur haranya tergantung jenis batuan yang terdapat pada aliran air
bawah tanah. Misalnya batuan kapur airnya mengandung kalsium (Ca) ▪ Air
sumur: Diperoleh dengan menggali/membor tanah hingga kedalaman tertentu. Air
sumur bisa berasal dari sungai bawah tanah atau resapan air (air kapiler). ▪ Air
hujan: Berasal dari presipitasi uap air di udara. Air hujan sebagian meresap ke
dalam tanah (infiltrasi dan perkolasi) dan selebihnya mengalir sebagai run off
membentuk sungai dan genangan.
2. Perairan payau (6-29 ppt), berlokasi dimuara sungai dan pantai tempat terjadinya
transisi dari kondisi air tawar ke kondisi air asin (laut), antara lain : • Perairan payau
di muara sungai dan pantai • Perairan payau di rawa • Perairan payau di paluh.
a) Perairan payau: Sungai yang membawa air tawar dari daratan akan bermuara di
pantai sehingga air tersebut bercampur dengan air laut membentuk air payau.
Perairan payau memiliki salinitas yang berfluktuasi dan dengan kisaran yang
sangat lebar. Kondisi demikian membentuk komunitas biota yang khas.
b) Perairan rawa pantai (Laguna) Laguna adalah genangan air yang terbentuk akibat
adanya cekungan di belakang garis pantai yang terisi (digenangi) air laut saat
pasang tinggi. Memiliki ciri: ▪ Airnya relative tenang (stagnan). ▪ Salinitis dan
suhu sangat tinggi.
3. Perairan laut Perairan air laut adalah perairan yang berada dilaut dan memiliki kadar
garam berkisar antara 30-35 ppt. Berupa : • Teluk→ perairan laut yang menjorok
masuk kedalam daratan • Selat→ perairan laut diantara dua atau beberapa pulau •
Perairan laut dangkal→ umumnya berlokasi didekat pantai.Untuk kepentingan
akukultur dalam hal ini budidaya laut (marikultur), maka perairan laut dibagi
berdasarkan:
a) Kedalaman perairan. ▪ Perairan dangkal (shallow sea) < 30 m, ▪ Perairan dalam
(deep sea) > 30 m.
b) Keterlindungannya: ▪ Laut terbuka (off shore). ▪ Laut terlindung (in shore) seperti
teluk , selat dan payau paluh. Perairan payau paluh adalah adalah perairan laut
yang menjorok jauh ke dalam daratan hingga membentuk seperti sungai (teluk
yang menyempit) namun airnya cenderung asin.
Baku mutu kualitas air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan
parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah membandingkan baku mutu kualitas
air dengan hasil analisis dilapangan dengan menggunakan metode STORET atau metode indeks
pencemaran. Metoda STORET merupakan salah satu metoda untuk menentukan statusmutu air yang
umum digunakan. Metoda ini dapatdiketahui parameter-parameter yangtelah memenuhi
ataumelampaui bakumutu air.Secara prinsip metoda STORET adalahmembandingkan antara data
kualitasair dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status
mutu air.
Pencemaran yang terjadi jika dilihat dari sifat fisika adalah perubahan warna, rasa, bau dan
kekeruhan air. Sifat fisika air pada sungai yang dijadikan sampel telah mengalami perubahan.
Berdasarkan sifat kimia,pH masih dalam kisaran standar baku mutu kualitas air, untuk Phospat (PO4)
dan Ammoniak (NH3-N) sungai telah melampaui standar baku mutu kualitas air, untuk Nitrat (NO3)
dan Nitrit (NO2) masih dalam kisaran standar baku mutu kualitas air. Berdasarkan sifat biologi,
populasi makrozoobentos dan larva pada sungai.
Sasongko, E,. Widyastuti, W Dan Priyono, R. 2014. KAJIAN KUALITAS AIR DAN PENGGUNAAN SUMUR
GALI OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR SUNGAI KALIYASA KABUPATEN CILACAP. JURNAL ILMU
LINGKUNGAN. 12(1). 72-82.
Putra, F.R,. dan Manan, A. 2014. MONITORING KUALITAS AIR PADA TAMBAK PEMBESARAN UDANG
VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI SITUBONDO, JAWA TIMUR MONITORING OF WATER
QUALITY ON REARING PONDS OF VANNAMEI SHRIMP (Litopenaeus vannamei) IN
SITUBONDO, JAWA TIMUR. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 6 (2). 137-141.
Andi Sahrijanna, A,. Septiningsih, E. 2017. Variasi Waktu Kualitas Air Pada Tambak Budidaya Udang
Dengan Teknologi Integrated Multitrophic Aquaculture (IMTA) di Mamuju Sulawesi Barat.
Jurnal Ilmu Alam dan Lingkunga. 8 (16). 52 – 57.
Sulistyorini, s.i,. Edwin, dan Arung, A.S. 2016. ANALISIS KUALITAS AIR PADA SUMBER MATA AIR DI
KECAMATAN KARANGAN DAN KALIORANG KABUPATEN KUTAI TIMUR (Quality Analisys of
Springs in Karangan and Kaliorang Districts, East Kutai). Jurnal Hutan Tropis. 4 (1). 64-76.
Akib, A., Litaay, M., Ambeng. dan Asnady, M. 2015. KELAYAKAN KUALITAS AIR UNTUK KAWASAN
BUDIDAYA Eucheuma cottoni BERDASARKAN ASPEK FISIKA, KIMIA DAN BIOLOGI DI
KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis. 1(1):25-36.
Maniagasi, R., Tumembouw, S. S. dan Mundeng, Y. 2013. Analisis kualitas fisika kimia air di areal
budidaya ikan Danau Tondano Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Budidaya Perairan. 1(2):29-37.
Gayosia, A. P., H. Basri dan Syahrul. 2015. Kualitas Air Akibat Aktifitas Penduduk Di Daerah
Tangkapan Air Danau Laut Tawar Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal Manajemen Sumberdaya
Lahan. 4(1): 543-555.