Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BUDIDAYA PAKAN ALAMI

“ Teknik Budidaya Cacing Darah (Chironomus)”

Disusun oleh:

Nama : Nissa Hasanah

NIM : 1904110250

Jurusan : Budidaya Perairan

Mata Kuliah : Budidaya Pakan Alami

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Ir. Sukendi, MS

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Pertama saya mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan makalah yang berjudul“ Teknik
Budidaya Cacing Darah (Chironomus)” yang telah diselesaikan dengan keyakinan serta
usaha maksimal. Semoga dengan selesainya tugas ini dapat memberikan manfaat bagi kita.

Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih kepada dosen terkait yang telah
memberikan tugas makalah ini sehingga dapat memicu saya untuk senantiasa belajar lebih
giat, sehingga dapat menemukan hal-hal baru yang belum diketahui.

Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, terutama dosen ,
rekan-rekan serta semua pihak yang dengan penuh kebaikan telah membantu menyelesaikan
makalah ini. Saya menyadari, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu sangat
diterima apabila mendapat kritik dan saran yang membangun.

Pekanbaru, 3 Desember 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................i

Daftar Isi..........................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan...........................................................................................................1

1.1 Latar belakang.........................................................................................................1


1.2 Rumusan masalah...................................................................................................1
1.3 Tujuan penelitian....................................................................................................1

BAB II Tinjauan pustaka...................................................................................................3

2.1. Biologi cacing darah (Chironomus sp)...................................................................3

2.1.1 Klasifikasi cacing darah (Chironomus sp)..................................................3

2.1.2 Morfologi cacing darah (Chironomus sp)...................................................3

2.1.3 Habitat cacing darah (Chironomus sp).......................................................3

2.2. Daur hidup cacing darah (Chironomus sp).............................................................4


2.3. Teknik budidaya cacing darah (Chironomus sp)....................................................4

BAB III Kesimpulan..........................................................................................................6

Daftar Pustaka..................................................................................................................7
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Salah satu jenis pakan alami yang penting bagi berbagai jenis ikan dan udang
adalah larva Chironomus, yaitu serangga yang tergolong dalam famili Chironomidae.
Kandungan protein larva Chironomus mencapai 56,60% serta lemak 2,80%. Selain itu
juga mengandung pigmen karoten berupa astaxanthin (Priyambodo dan
Wahyuningsih, 2003). Darwisito (1997) dalam Tridayanti (2000) mengatakan bahwa
kandungan protein cacing tersebut mencapai 60% yang mudah dicerna oleh ikan.
Cacing tersebut juga telah digunakan sebagai pakan udang windu dan udang galah
(Adisoemarto dan Atmowidjojo, 1983). Larva Chironomus banyak terdapat diperairan
yang mengandung bahan organik tinggi.
Chironomus sp. merupakan salah satu biota yang hidup dipermukaan
(epifauna) maupun didalam (infauna) substrat dasar perairan, yang sebagian besar
siklus hidupnya menetap dan digunakan sebagai indikator kualitas perairan. Benthos
dijadikan sebagai bioindikator terhadap perubahan lingkungan, karena selalu
berhubungan dengan air limbah yang masuk ke habitatnya dan seluruh tubuhnya
terdedah atau terpapar oleh air yang kualitasnya selalu berubah-ubah.. Kelompok
zoobenthos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap lingkungan adalah
Larva serangga Chironomus.
Didalam memilih pakan alami yang tepat ada tiga prinsip yang harus
dipertimbangan yakni tipe atau ukuran pakan, jumlah pakan, dan kandungan
nutrisinya. Pakan pada ikan seharusnya mempunyai ukuran yang relatif kecil,
mengandung gizi yang cukup untuk kebutuhan larva atau benih, mudah ditelan dan
dicerna, dapat menarik perhatian ikan, dan ketersedia dalam jumlah yang cukup.
(Djajasewaka dan Djajadireja 1985). Pakan yang baik pada pemeliharaan larva dan
benih biasanya adalah berupa pakan alami.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka ruang lingkup masalah dalam
pembahasan penulis batasi supaya alur penulisan dapat dipahami dengan jelas.
Berikut rumusan masalah yang saya angkat.
a. Apa saja biologi cacing darah?
b. Bagaimanakah daur hidup cacing darah?
c. Apa teknik yang digunakan dalam budidaya cacing darah?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut sudah dapat dirunut ke dalam tujuan
penulisan. Hal ini dilakukan agar relevan dengan masalah yang akan dikupas, maka
berikut ini tujuan penulisan.
a. Menjelaskan biologi cacing darah.
b. Memaparkan daur hidup cacing darah.
c. Menjelaskan teknik yang digunakan dalam budidaya cacing darah.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi cacing darah (Chironomus sp)


Cacing darah (larva Chironomus sp) merupakan larva serangga (midges)
Chironomus sp atau agas-agas yang sebagian hidupnya berada di perairan. Warna
merah disebabkan oleh adanya erythrocruorin (hemoglobin) yang larut dalam darah,
sehingga larva tersebut dinamakan blood worm atau cacing darah. Cacing darah
mengandung 56,60% protein, 2,80% lemak dan 15,4% karohidrat.
2.1.1 Klasifikasi cacing darah (Chironomus sp)
Menurut Sutrisno (2011), cacing darah yang dikenal juga bloodworm
memiliki klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Chironomidae
Genus : Chironomus
Spesies : Chironomus sp.
2.1.2 Morfologi cacing darah (Chironomus sp)
Larva Chironomous sp mempunyai bentuk tubuh yang memanjang,
silindris, dan terdiri dari kepala serta 12 segmen yang meliputi 3 segmen
sebagai thorax dan 9 segmen abdomen. Di dalam berumbung larva
Chironomous sp melakukan gerak yang undulated (bergelombang seperti
ombak) sehingga air selalu mengalir kedalam berumbung dan keluar melalui
ujung lainnya yang terbuka. Dengan cara ini larva tidak akan kekurangan
oksigen dan karenanya larva Chironomus sp dapat tinggal dan banyak
ditemukan dalam perairan yang mengandung oksigen terlarut sedikit (Garno,
2000).
2.1.3 Habitat cacing darah (Chironomus sp)
Cacing darah (Chironomus sp), terdapat di lingkungan perairan danau
atau sungai berarus tenang dan kaya bahan organik. Cacing darah dapat hidup
pada kondisi oksigen 1-2 ppm. Makanannya berupa detritus dan bakteri
(Nasution, 2000). Cacing darah merupakan larva dari nyamuk Chironomus.
Larva berukuran 1-3 cm ini merupakan salah satu pakan alami bergizi tinggi
untuk benih ikan. Cacing darah adalah larva serangga golongan Chironomus.
Oleh karena itu, meskipun disebut sebagai cacing, binatang ini sama sekali
bukan golongan cacing tetapi serangga. Nyamuk Chironomus tidak menggigit
dan kerap dijumpai di perairan bebas dengan dasar berlumpur atau berpasir
sangat halus yang kaya akan bahan organik. Fase makan dari serangga ini
terdapat pada fase larvanya, sedangkan bentuk dewasanya, sebagai nyamuk
yang tidak menggigit, hanya berperan untuk kawin kemudian bertelur dan
mati (Sutrisno, 2011).
2.2 Daur hidup Chironomus
Telur Chironomous sp terdiri dari kelompok yang berlendir dan transparan,
berisi tersusun melingkar seperti spiral di permukaan air atau menempel pada substrat
atau tumbuhan air. Sekelompok telur biasanya berisi 350-500 butir telur. Telur
Chironomous sp yang sangat dipengaruhi oleh temperatur dan oksigen terlarut ini
biasanya menetas pada umur antara 3-6 hari. Setelah menetas larva akan berenang ke
dalam air dan membuat berumbung untuk tempat tinggalnya (Garno, 2000).
Larva Chironomous sp memakan alga dan tumbuh-tumbuhan yang
membusuk, serta detritus yang ada. Didalam berumbung, setelah 24 hari larva
berubah menjadi pupa dengan panjang 10-12 cm yang nampak akan mempunyai
sayap dan kaki, dan sehari berikutnya menjadi imago. Larva Chironomous sp banyak
ditemukan pada badan air tawar dan beberapa air laut serta payau yang tidak banyak
bergerak seperti kolam, sawah paya dan genangan air, dan hidup didasar perairan
yang berlumpur, berpasir atau berlendir. Larva Chironomous sp tahan terhadap kadar
oksigen 1-2 ppm, variasi pH 9, dan tahan hidup pada perairan tercemar bahan organik
(Garno, 2000).
2.3 Teknik budidaya Chironomus

Salah satu contoh pakan alami adalah Chironomus sp. atau yang lebih dikenal
dengan nama blood worm (cacing darah). Larva Chironomus sp. memiliki kandungan
protein yang tinggi. Hasil analisa menunjukkan bahwa cacing darah mengandung 9,3%
bahan kering yang terdiri dari 62,5% protein, l0,4% lemak dan 11,6% abu dengan l5,4%
bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Anonimus, 2000).
Budidaya cacing darah di Indonesia belum dilakukan secara optimal. Selama
ini cacing darah diperoleh dari alam sehingga tergantung pada kondisi musim. Pada
musim hujan, cacing darah sulit diperoleh karena banyak yang hanyut terbawa air.
Sementara itu untuk memenuhi kebutuhan makanan bagi benih ikan hias dan ikan
konsurnsi diperlukan cacing darah dalam jumlah relatif besar dan kontinyu. Hal ini
dapat diatasi dengan membudidayakan cacing darah tersebut. Yang perlu diperhatikan
dalam usaha budidaya cacing darah adalah penyediaan media budidaya yang sesuai
sebagai tempat hidupnya. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa Chironomus sp.
tumbuh dan berkembang baik pada limbah sagu, namun tanpa usaha budidaya
kelimpahannya sangat tergantung musim. Dengan demikian diperlukan penelitian
terhadap usaha pemanfaatan limbah sagu dan limbah tapioka baik padat maupun cair
sebagai media budidaya Chironomus sp. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat terhadap limbah pengolahan sagu dan tapioka serta mengurangi beban
pencemaran terhadap lingkungan.
Untuk merangsang tumbuhnya pakan alami dikolam biasanya dilakukan
pemupukan yang dapat berupa pupuk organik maupun anorganik. Pupuk organik yang
biasa digunakan adalah kotoran hewan (ayam, kambing, kerbau dan lain-lain) dan
daun-daunan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sastrawibawa (1979)
pertumbuhan panjang dan produksi rata-rata larva Chironomus sp. yang dipelihara
dalam media yang dipupuk kotoran ayam lebih tinggi dibandingkan tanpa
pemupukan. Pada kolam-kolam alami (natural ponds), produksi larva chironomidae
dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk dalam interval tertentu dengan jumlah
yang tepat. Pemu-pukan ini diharapkan dapat meningkatkan kesuburan kolam hingga
mencapai batas kualitas air yang dapat ditoleransi larva sehingga dapat meningkatkan
produktifitas larva Chironomus sp. Sedangkan kualitas air yang diukur meliputi suhu,
pH, oksigen terlarut dan Total Amonia Nitrogen (TAN). Untuk analisa plankton,
dilakukan pengambilan sampel sebanyak 5 titik (setiap sudut dan tengah wadah)
masing-masing 20 ml yang kemudian diamati menggunakan mikroskop sehingga
diketahui jumlah dan jenis plankton yang terdapat dalam media pemeliharaan
tersebut.
BAB III. KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Chironomus sp. atau yang lebih dikenal dengan nama blood worm (cacing darah).
Larva Chironomus sp. memiliki kandungan protein yang tinggi. Hasil analisa
menunjukkan bahwa cacing darah mengandung 9,3% bahan kering yang terdiri dari
62,5% protein, l0,4% lemak dan 11,6% abu dengan l5,4% bahan ekstrak tanpa nitrogen
(BETN). Cacing darah mengandung 56,60% protein, 2,80% lemak dan 15,4%
karohidrat.
Larva Chironomous sp mempunyai bentuk tubuh yang memanjang, silindris,
dan terdiri dari kepala serta 12 segmen yang meliputi 3 segmen sebagai thorax dan 9
segmen abdomen. Cacing darah (Chironomus sp), terdapat di lingkungan perairan
danau atau sungai berarus tenang dan kaya bahan organik. Cacing darah dapat hidup
pada kondisi oksigen 1-2 ppm.
Larva Chironomous sp memakan alga dan tumbuh-tumbuhan yang
membusuk, serta detritus yang ada. Didalam berumbung, setelah 24 hari larva
berubah menjadi pupa dengan panjang 10-12 cm yang nampak akan mempunyai
sayap dan kaki, dan sehari berikutnya menjadi imago.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, novita mardhiadan nurlita abdulgani. 2013. Pengaruh Pemberian Pakan Alami
Dan Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) Pada
Skala Laboratorium. Jurnal Sains Dan Seni Pomits Vol. 2, No.1, 2337-3520.
Bandue, Yunice Femilia. 2016. Daya Bunuh Bacillus thuringiensis Terhadap Larva
Chironomus Sp Yang Terdapat Di Bak Pemeliharaan Larva Abalon Di Balai
Perikanan Budidaya Laut Lombok Nusa Tenggara Barat. Yogyakarta: Universitas
Atma Jaya Yogyakarta.
Shaffruddin, D. 2006. Pertumbuhan Dan Produksi Larva Cacing Darah Chironomus sp. Pada
Media Yang Dipupuk Kotoran Ayam Dosis 1,0-2,5 Gram/Liter. Jurnal Akuakultur
Indonesia, 5(1): 97-102.
Widanarni, D. 2006. Pengaruh Media Yang Berbeda Terhadap Kelangsungan Hidup Dan
Pertumbuhan Larva Chironomus sp. Jurnal Akuakultur Indonesia, 5(2), 113-118.

Anda mungkin juga menyukai