Anda di halaman 1dari 11

PAPER MEDIA AKUAKULTUR

Media Budidaya Maggot (Hermetia illucens) Yang Tinggi Protein Sebagai


Alternatif Pakan Ikan

Disusun Oleh:

Nissa Hasanah

1904110250

Budidaya Perairan

Dosen Pengampu:

Dr. Ir. Saberina Hasibuan, MT

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan paper mata kuliah manajemen

produksi benih dengan judul “Media Budidaya Maggot (Hermetia illucens) yang Tinggi

Protein Sebagai Pakan Ikan” tepat pada waktu yang telah ditetapkan.

Saya mengucapkan terima kasih kepada para dosen mata kuliah Media

Akuakultur, teman-teman seperjuangan, maupun semua pihak yang yang telah

membantu dan mendukung saya selama melaksanakan perkuliahan Media Akuakultur

sampai dengan penulisan paper ini.

Saya menyadari bahwasanya masih banyak terdapat kesalahan, kejanggalan

maupun kesalahan pengetikan dalam penulisan paper ini. Untuk itu saya mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan dalam penulisan untuk

masa yang akan datang.

Pekanbaru, 29 Maret 2022

Nissa hasanah

i
DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 3
1.3. Tujuan kepenulisan ................................................................................. 3

.........................................................................

II. PEMBAHASAN
2.1. Biologi Maggot (Hermetia illucens)............................................................ 5
2.2. Potensi maggot sebagai pakan ikan......................................................... 6

2.3 Media Budidaya Maggot (Hermetia illucens)............................................. 8

III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan .................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Keberhasilan usaha budidaya sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang
berkualitas. Pemanfaatan bahan pakan hingga kini belum tertanggulangi, dalam arti
kompetisi antara pangan dan pakan masih terus berlanjut terutama pakan sumber
protein, sehingga menimbulkan dilema bagi pembudidaya (Djissou et. al., 2016).
Tingginya harga bahan pakan sumber protein tentu menjadi perhatian lebih bagi para
pembudidaya karena biaya pakan merupakan komponen terbesar dalam kegiatan usaha
budidaya yaitu 50-70%. Berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan produksi
budidaya, salah satunya yaitu dengan melakukan riset untuk menghasilkan pakan yang
ekonomis dengan kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ikan (Mudeng et al.,
2018).
Mengingat harga pakan ikan yang tinggi, penulis mencoba memberikan solusi
dengan pembudidayaan maggot BSF. Maggot yang merupakan larva lalat Black Soldier
Fly (BSF) memang sangat istimewa dibandingkan bahan baku pakan alternatif lainnya
karena mengandung nutrien yang lengkap untuk ikan dengan kualitas yang baik. Selain
itu, Maggot bisa diproduksi dalam waktu singkat dan berkesinambungan dengan jumlah
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan. Keunggulan lainnya, yaitu
masyarakat mudah mengadopsi teknologi produksi Maggot. Kemudian, dalam
prosesnya Maggot juga bisa diproduksi menjadi tepung (mag meal), sehingga bisa
menekan biaya produksi pakan (Ahmad & Sulistyowati, 2021).
Penggunaan maggot atau larva lalat black soldier fly (Hermetia illicens) sebagai
pakan sangat mudah diterapkan, tidak sama halnya pabrik pakan yang menggunakan
formulasi pakan yang cukup rumit dan menggunakan biaya yang cukup mahal
(Madusari et al., 2019). Maggot dapat dijadikan pakan secara langsung dalam bentuk
segar ataupun dicampur bahan lain seperti dedak padi dan bungkil kelapa sawit untuk
dijadikan pelet (Bibin et al., 2021).

1
Limbah organik yang melimpah setiap harinya bisa diolah dengan berbagai
cara. Salah satunya adalah dengan cara memanfaatkannya sebagai media budidaya
ulat/maggot lalat BSF (Black Soldier Fly) (Badan Litbang Pertanian, 2019). Selain akan
memenuhi kebutuhan makanan bagi maggot BSF, ulat atau maggot ini nantinya dapat
dimanfaatkan menjadi pakan ternak ikan maupun unggas (Salman et al., 2020).
Sehingga butuh ketekunan dan edukasi kepada masyarakat terkait sampah organik.
Melihat potensinya yang banyak itu, penulis tertarik untuk mengangkat nya menjadi
topik pada paper kali ini supaya pemabaca dapat mengetahui bagaimana memenuhi
media budidaya maggot untuk alternatif pakan ikan.
1.2 Rumusan masalah
Pokok bahasan yang akan dipaparkan pada paper ini perlu dilengkapi
rumusan masalah agar memudahkan dalam pembahasan. Selain itu,
rumusan masalah ini juga dimaksudkan untuk menghindari
kesalahpahaman dalam membahas permasalahan. Didasarkan pada latar
belakang yang telah penulis jabarkan, ada beberapa rumusan sebagai
pertanyaan dalam paper ini.
Rumusan dari paper ini yaitu:

1. bagaimana ciri biologis maggot (H. illucens)?

2. potensi maggot sebagai pakan ikan?

3. bagaimana membuat media budidaya untuk maggot (H. illucens)?

1.3 Tujuan kepenulisan


Tujuan dari paper ini bersesuaian dengan rumusan masalah yang telah
disampaikan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mempermudah melakukan penulisan
berdasarkan paper yang akan dibahas. Berikut tujuan dari permasalahan dalam paper
ini.

1. Menjelaskan ciri biologis maggot (H. illucens).

2. Memaparkan bagaimana potensi maggot sebagai pakan ikan .

3. Mengidentifikasi cara membuat media budidaya maggot.

2
BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Biologi maggot (H. illucens)


1. Klasifikasi Maggot
Klasifikasi maggot adalah sebagai berikut (anonim, 2010b):
Kingdom : Animalia, Phylum : Arthopoda, Class : Insecta, Order : Diptera, Family :
Stratiomyidae, Subfamily : Hermetiinae, Genus : Hermetia, Species : Hermetia illunces
2. Morfologi maggot
Maggot atau biasa disebut Black Soldier Fly memiliki warna hitam dan
bagian segmen basal abdomennya berwarna transparan (wasp waist) sehingga sekilas
menyerupai abdomen lebah. Panjang lalat berkisar antara 15-20 mm dan mempunyai
waktu hidup lima sampai delapan hari. Saat lalat dewasa berkembang dari pupa, kondisi
sayap masih terlipat kemudian mulai mengembang sempurna hingga menutupi bagian
torak. Lalat dewasa tidak memiliki bagian mulut yang fungsional, karena lalat dewasa
hanya beraktivitas untuk kawin dan bereproduksi sepanjang hidupnya. Kebutuhan
nutrien lalat dewasa tergantung pada kandungan lemak yang disimpan saat masa pupa.
Ketika simpanan lemak habis, maka lalat akan mati (Mokolensang et al., 2018).
3. Siklus hidup maggot
Dalam siklus hidupnya lalat Hermetia illucens memiliki lima stadia. Lima stadia
tersebut yaitu fase dewasa, fase telur, fase prepupa, dan fase pupa. Dari ke-lima stadia
tersebut stadia prepupa sering digunakan sebagai pakan ikan (Suciati & Faruq, 2017)
Fase hidup larva hanya sekitar 18 – 21 hari, setelahnya larva akan memasuki
fase prepuppa dan puppa. Pada fase puppa, tidak bisa digunakan sebagai pakan lagi
karena mempersiapkan diri untuk fase hidup selanjutnya, yaitu lalat BSF. Supaya larva
tetap dapat digunakan sebagai pakan, maka dibutuhkan teknologi sederhana pengawetan
larva lalat BSF (Rukmini et al., 2020).
Siklus hidup BSF dari telur hingga menjadi lalat dewasa berlangsung sekitar 40-
43 hari, tergantung dari kondisi lingkungan dan media pakan yang diberikan. Maggot
dewasa tidak makan, tetapi hanya membutuhkan air sebab nutrisi hanya diperlukan
untuk reproduksi selama fase larva. Hermetia illucens dalam siklus hidupnya tidak
hinggap dalam makanan yang langsung dikonsumsi manusia. Faktor yang berperan
penting dalam siklus hidup BSF adalah suhu, dimana suhu 30ºC menyebabkan lalat
dewasa menjadi lebih aktif dan produktif. Untuk dapat tumbuh dan berkembang suhu
optimal larva adalah 30ºC, sedangkan pada suhu 38ºC pupa tidak dapat
mempertahankan hidupnya sehingga tidak mampu menetas menjadi lalat dewasa.

3
Menurut Tomberlin et al. (2009), Suhu juga berpengaruh terhadap masa inkubasi telur
terbukti suhu yang hangat cenderung memicu telur menetas cepat dibandingkan dengan
suhu yang rendah.
2.2. Potensi maggot sebagai pakan ikan
Maggot atau larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF) menjadi salah satu
organisme potensial untuk dapat dimanfaatkan sebagai agen pengurai limbah organik
dan sebagai pakan tambahan bagi ikan. Pertumbuhan maggot sangat ditentukan oleh
media dimana maggot tersebut tumbuh. Jenis lalat H. illucens menyukai aroma media
yang khas tetapi tidak semua media dapat dijadikan sebagai tempat bertelur bagi lalat H.
illucens (Tomberlin et al. 2018). Penggunaan larva dari serangga ini dapat menjadi
pengurai sampah organik yang biasa dihasilkan rumah tangga. Kesempatan untuk
mengurai dengan menggunakan larva BSF sangat menjanjikan karena larva BSF yang
dipanen dapat berguna sebagai sumber protein untuk pakan hewan, sehingga dapat
dijadikan sebagai pakan alternative pengganti pakan konvensional (Dortmans et al.
2017). Harlystiarini (2017) menyatakan bahwa di bandingkan dengan kandungan lemak
tepung pada meat bone meal (MBM) yang hanya sebesar 5,59%. (Hidayah et al., 2020).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Mudeng et al. (2018), media
budidaya yang baik untuk produksi maggot (H. illucens) adalah dengan menggunakan
media limbah rumah makan dengan produksi mencapai 182,7 g dengan lama waktu
pemeliharaan 10 hari.
2.3. Media budidaya maggot
Maggot atau larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF) menjadi salah satu
organisme potensial untuk dapat dimanfaatkan sebagai agen pengurai limbah organik
dan sebagai pakan tambahan bagi ikan dan ternak. Jenis lalat H. Illucens menyukai
aroma media yang khas tetapi tidak semua media dapat dijadikan sebagai tempat
bertelur bagi lalat H.ilucens (Tomberlin et al. 2018). Maggot juga dapat digunakan
sebagai pengurai sampah organik yang biasa dihasilkan rumah tangga. Kesempatan
untuk mengurai sampah organik dengan larva BSF sangat menjanjikan karena larva
BSF yang dipanen dapat berguna sebagai sumber protein untuk pakan hewan, sehingga
dapat dijadikan sebagai pakan alternatif pengganti pakan konvensional (Mulyani et al.,
2021).

4
Pada saat ini media terbaik untuk budidaya maggot yaitu media kultur kelapa
sawit. Namun keterbatasan dan susahnya mendapatkan bungkil kelapa sawit sebagai
media terbaik untuk menumbuhkan maggot menjadi salah satu kendala yang dihadapi
pada budidaya maggot. Meskipun demikian budidaya maggot masih dapat ditumbuhkan
dengan baik pada media limbah pasar yang berupa limbah industri pertanian dan
perikanan. Maggot dapat digunakan untuk mengkonversi limbah seperti limbah industri
pertanian, peternakan, perikanan ataupun kotoran manusia (Azir et al., 2017).

5
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Maggot memiliki lima stadia dalam siklus hidupnya. Lima stadia tersebut yaitu
fase dewasa, fase telur, fase prepupa, dan fase pupa. Dari kelima stadia tersebut stadia
prepupa sering digunakan sebagai pakan ikan (Newton dalam Suciati, 2017).
Maggot atau larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF) menjadi salah satu
organisme potensial untuk dapat dimanfaatkan sebagai agen pengurai limbah organik
dan sebagai pakan tambahan bagi ikan mengingat kandungan lemak tepungyang
terkandung didalam larva BSF cukup tinggi yakni 27,36%
Pada saat ini media terbaik untuk budidaya maggot yaitu media kultur kelapa
sawit. Meskipun demikian budidaya maggot masih dapat ditumbuhkan dengan baik
pada media limbah pasar yang berupa limbah industri pertanian dan perikanan. Hal
tersebut sebagai bentuk konversi limbah untuk keberlanjutan lingkungan hidup.

6
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S. M., & Sulistyowati, S. (2021). Pemberdayaan Masyarakat Budidaya Maggot


Bsf Dalam Mengatasi Kenaikan Harga Pakan Ternak. Journal of Empowerment,
2(2), 243. https://doi.org/10.35194/je.v2i2.1763
Azir, A., Harris, H., Bayu, R., & Haris, K. (2017). Produksi dan Kandungan Nutrisi
Maggot (Hermetia illucens) Menggunakan Komposisi Media Kultur Berbeda
Production and Nutrition Maggot (Hermetia illucens) Using Different Culture Media
Composition. Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan Dan Budidaya Perairan, 12(1), 38.
perikanan.pgri@gmail.com
Bibin, M., Ardian, A., & Mecca, A. N. (2021). Pelatihan Budidaya Maggot sebagai
Alternatif Pakan Ikan di Desa Carawali. MALLOMO: Journal of Community
Service, 1(2), 78–84. https://doi.org/10.51817/mallomo.v1i2.404
Hidayah, F. F., Rahayu, D. N., & Budiman, C. (2020). Pemanfaatan Larva Black
Soldier Fly (Hermatia illucens) sebagai Penanggulangan Sampah Organik melalui
Budidaya Magot. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat, 2(4), 539.
Pemanfaatan+Larva+Black+Soldier+Fly+%28Hermatia+illucens
%29+sebagai+Penanggulangan+Sampah+Organik+melalui+Budidaya+Magot&bt
nG=
Mokolensang, J. F., Hariawan, M. G. V., & Manu, L. (2018). Maggot (Hermetia illunces)
sebagai pakan alternatif pada budidaya ikan. E-Journal BUDIDAYA PERAIRAN,
6(3), 32–37. https://doi.org/10.35800/bdp.6.3.2018.28126
Mudeng, N. E. G., Mokolensang, J. F., Kalesaran, O. J., Pangkey, H., & Lantu, S.
(2018). Budidaya Maggot (Hermetia illuens) dengan menggunakan beberapa
media. E-Journal BUDIDAYA PERAIRAN, 6(3), 1–6.
https://doi.org/10.35800/bdp.6.3.2018.21543
Mulyani, R., Anwar, D. I., & Nurbaeti, N. (2021). Pemanfaatan Sampah Organik untuk
Pupuk Kompos dan Budidaya Maggot Sebagai Pakan Ternak. JPM (Jurnal
Pemberdayaan Masyarakat), 6(1), 568–573.
https://doi.org/10.21067/jpm.v6i1.4911

7
Rukmini, P., Rozak, D., & Setyo, W. (2020). Pengolahan Sampah Organik Untuk
Budidaya Maggot Black Soldier Fly (BSF). Seminar Nasional Pengabdian Kepada
Masyarakat …, 1(3), 250–253.
Pengolahan+Sampah+Organik+Untuk+Budidaya+Maggot+Black+Soldier+Fly+
%28BSF%29&btnG=
Salman, Ukhrawi, L. M., & Azim, M. T. (2020). Budidaya Maggot Lalat BSF sebagai
Pakan Ternak. Jurnal Karya Pengabdian, 2(1), 7–11.
Budidaya+Maggot+Lalat+BSF+sebagai+Pakan+Ternak&btnG=
Suciati, R., & Faruq, H. (2017). EFEKTIFITAS MEDIA PERTUMBUHAN MAGGOTS
Hermetia illucens (Lalat Tentara Hitam) SEBAGAI SOLUSI PEMANFAATAN
SAMPAH ORGANIK. BIOSFER : Jurnal Biologi Dan Pendidikan Biologi, 2(1), 0–5.
https://doi.org/10.23969/biosfer.v2i1.356

Anda mungkin juga menyukai