Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BUDIDAYA IKAN DISCUS

KELOMPOK 4 :
1. Siti F
2. Mutiara
3. Astry
4. Ade Syla
5. Firdan
6. Alwan
7. Latief
8. Yana

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


SMP NEGERI 1 CISAGA
Jl.Rancah No. 16 Telp.(0265)742240 Kec. Cisaga Kab.Ciamis 46386
Web : smpn1cisaga.sch.id e-mail: smpnsatucisaga@gmail.com
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat
dan limpahan rahmatnya lah maka saya bisa menyelesaikan makalah budidaya ikan discus
dengan tepat waktu.
Melalui kata pengantar ini penyusun lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang
tepat atau menyinggu perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Cisaga, Januari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................1
1.3 Manfaat........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
2.1 Klasifikasi dan Morfologi............................................................................................2
2.2 Ciri dan Sifat................................................................................................................2
2.3 Kegiatan budidaya.......................................................................................................3
2.3.1 Pembenihan..........................................................................................................3
2.3.2 Pembesaran..........................................................................................................6
BAB III PENUTUP..................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kekayaan hayati Indonesia sudah banyak dikenal. Dalam bisnis ikan hias dunia,
produk Indonesia dikenal memiliki banyak spesies, baik ikan hias air tawar maupun
ikan hias air laut. Dari 1.100 spesies ikan hias air tawar yang ada di dunia, 400 spesies
di antaranya berasal dari Indonesia. Potensi ini membanggakan karena dengan begitu
Indonesia dikenal sebagai Produksi ikan hias terbesar di dunia.
Pada saat ini peminat ikan hias terus bertambah dan semakin menyebar ke
seluruh lapisan masyarakat. Meskipun kemampuan daya belinya bervariasi,
masyarakat perkotaan di Indonesia melengkapi rumahnya dengan akuarium-akuarium
yang diisi beragam ikan hias salah satunya ikan discus . Ikan discus  (Symphysodon
discus) ini memiliki habitat asli di Rio Negro dan perairan tenang Sungai Amazon.
Sifatnya omnivora. Gerakannya sangat halus. Ikan ini pun terkenal sebagai "King of
Aquarium". Disebut discus karena bentuk tubuhnya bulat seperti cakram.
Ada empat spesies discus yang dibudidayakan, walaupun semuanya disebut
sebagai discus , yaitu Heckel Discus (Symphysodon discus), Brown Discus
(Symphysodon aequifasciata axetrodi), Green Discus (Symphysodon aequifasciata
aequifasciata), dan Blue Discus (Symphysodon aequifasciata haroldi). Oleh karena
penggemarnya sangat banyak, kreativitas peternak dan hobiis sangat diperlukan untuk
memunculkan varietas baru yang lebih bagus. Hingga saat ini ada banyak varietas
discus , di antaranya  Red Pigeon, Marlboro, Brown Discus, dan Cobalt.

1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui teknik budidaya ikan hias discus .  

1.3 Manfaat
untuk menambah wawasan mengenai ikan hias di Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi dan Morfologi

Discus yang di juluki ratu ikan hias air tawar ini telah memulai perjalannya dari
habitat aslinya ke aquarim di rumah kita. Aslinya ikan ini berasal dari pedalaman
rimba Amazon, Brazil yang terkenal kaya akan beragam species tumbuhan dan
binatang. Discus adalah salah satu ikan hias air tawar yang banyak peminatnya.
mengenai sistematikanya ada sedikit perdebatan, banyak orang mengklaim
berdasarkan tempat asal, warna dan bentuk luarnya.
Menurut sistematikanya, ikan discus digolongkan sebagai berikut:
Ordo : Percomorphodei
Sub Ordo : Percoidea
Family : Cichlidae
Genus : Symphysodon
Species : Symphysodon discus
Nama lokal : Discus
       Ikan yang berbentuk seperti kue dadar ini di lengkapi dengan keindahan
warna dan bentuk tubuhnya. Jika pada umumnya ikan hias mempunyai bentuk tubuh
memanjang, discus tidaklah demikian. Bentuk discus unik seperti cakram atau kue
dadar. Warnanya sangat unik dan manarik sesuai dengan strain dan keturunannya.

2.2 Ciri dan Sifat


Ikan discus pada umumnya memiliki ciri khas seperti pada bentuk tubuh yang
pipih bundar mirip ikan bawal. Warna dasar yang coklat kemerahan dan memiliki
garis berombak beraneka rupa tak teratur mulai dari dahi sampai perut. Pada kepala
dan tubuhnya terpotong sembilan garis tegak. Tiga di antaranya nampak jelas, sedang

2
sisanya samar-samar. Ciri mencolok yang membedakan dari kerabat dekatnya adalah
dari matanya yang selalu berwarna merah dan garis tengah tubuhnya paling besar 15
cm.
Discus termasuk ikan yang bertubuh cantik. Di antara ikan hias yang lain, ikan
ini termasuk ikan yang pemalu dan tenang dan memiliki gerakan yang lambat. Ikan
discus jantan jauh lebih gesit di banding ikan discus betina. Sifat ikan ini sangat unik,
yaitu telur dan larvanya tidak dapat dipisahkan dari induknya. Oleh karena itu,
telurnya tidak dipisahkan dari induknya dan dibiarkan menetas dalam wadah
pemijahan. Telur-telur tersebut akan menetas alam waktu 2-3 hari. Larva ini akan
terus menempel pada induknya hingga berumur seminggu.
Walaupun ikan ini terkenal dengan sifatnya merawat telur dan anaknya,
namun ada juga induk yang memakan telurnya sendiri. Sementara larva yang sudah
bisa berenang tidak akan dimakan induknya. Oleh karena itu, biasanya peternak
memberi sekat untuk membatasi induk dengan telurnya. Sekat tersebut terbuat dari
kawat halus yang dilingkarkan ke sarang. Adanya sekat ini menyebabkan induk tidak
dapat mencapai telurnya.

2.3 Kegiatan budidaya


2.3.1 Pembenihan
a. Pemilihan Induk
Pemilihan induk harus tepat agar anak yang dihasilkan berkualitas dan
bernilai jual tinggi. Induk yang baik harus tanpa cacat, sehat, tampak aktif,
bentuknya proporsional, ukurannya terbesar di antara kelompok umurnya,
gemuk, mulutnya relatif besar, dan berumur lebih dari setahun. Induk
discus sangat susah dipaksakan berpasangan sehingga biasanya dibiarkan
memilih pasangannya sendiri dalam kelompok calon induk. Bila sudah
tampak berpasangan dengan terus berenang bersama maka pasangan induk
tersebut dapat dipisahkan dari kelompoknya.
b. Membedakan Induk Jantan dan Betina
Membedakan discus jantan dan betina akan lebih mudah dilakukan
jika kita dihadapkan dengan sekumpulan calon induk yang dibesarkan
bersama dan berasal dari wadah yang sama. Dalam sekumpulan itu, discus
jantan umumnya memiliki postur tubuh yang lebih besar dengan bentuk

3
forehead lebih kekar atau kasar. Sementara itu, discus betina umumnya
berukuran lebih kecil dengan bentuk forehead lebih halus.
Membedakan kelamin discus dilihat dari betuk mulut dan hidung.
Pada discus dewasa, betina memiliki bibir yang simetris, sama besar
antara bibir atas dengan bibir bawahnya. Sedangkan discus jantan, bibir
atasnya lebih menonjol. Jika melihat hidungnya, maka jantan mempunyai
bentuk agak bengkok, berlainan dengan betina yang hidungnya berbentuk
lurus. Dilihat dari sekitar sirip dubur, pada discus jantan rata-rata lurus
sedangkan pada discus betina bentuknya membulat. Melihat gerakannya,
discus jantan mempunyai pergerakan yang lebih agresif dari discus
betina.
Cara lain untuk membedakan discus jantan dan betina adalah dengan
melihat alat kelamin genitalnya. Discus betina memiliki organ genital
yang berbentuk lonjong dengan ujung menumpul atau berbentuk elips.
Discus jantan berbentuk bulat dengan panjang sekitar 1,5 mm.
c. Ciri-Ciri Ikan Discus Siap Pijah
Ikan discus yang siap mijah umumnya ditandai dengan memisahkan
diri dari rekan-rekannya dalam satu wadah pemeliharaan. Ikan discus
tergolong ikan yang setia pada pasangannya, karena itu ikan discus tidak
bisa dipijahkan selain dari pasangannya tersebut.
Pasangan ini lalu kita pisahkan ditempat tersendiri dan terus
diamati.  Pasangan yang lengket terus sudah cukup sebagai jaminan bahwa
mereka jantan dan betina. Calon induk jantan harus berumur 15 bulan,
sedangkan induk betina berumur 12 bulan sehingga layak untuk
dipijahkan.
d. Tempat Pemijahan
Pemijahan discus sudah bukan masalah lagi bagi peternak maupun
hobiis. Namun, karena harganya mahal dan banyak penggemarnya maka
pemijahannya sebaiknya dilakukan dengan seksama. Biasanya discus
dipelihara dalam akuarium, begitu pula dalam proses
pemijahannya. Wadah yang di gunakan untuk memijahkan ikan discus
berupa akuarium dengan ukuran 60 x 50 x 50 cm untuk satu pasang
induk. Air untuk pemeliharaan dan pemijahan harus jernih dengan suhu
berkisar antara 28-300C dengan pH 5-6.

4
Selain faktor air, kadar oksigen juga harus diperhatikan, kadar oksigen
yang berlimpah sangat dibutuhkan. Untuk mendapatkannya digunakan
aerator yang bertugas mensuplai oksigen kedalam air pemeliharaan.
Karena sifat telur discus menempel, maka tempat telur yang mesti
disiapkan adalah pecahan genteng, pot dan pralon diameter 4 inci yang
dipasang tegak di tengah akuarium setinggi air dalam akuarium. Untuk
tempat telur ini harus di permukaan benda yang licin, yang dibersihkan
terlebih dulu.
e. Pemijahan ikan discus
Proses pemijahan ikan discus dimulai dari pemilihan bibit indukan
yang baik dengan syarat-syarat ; tidak cacat, aktif, sehat, berumur lebih
dari 1 tahun dan ukuran badannya proporsional. Biasanya ikan discus akan
memilih sendiri pasangannya, dan setelah menemukan pasangannya baru
pasangan ikan discus jantan dan betina itu dipisahkan dari kelompok
dengan ditempatkan di aquarium pemijahan. Proses pemijahan biasanya
terjadi selama 2 minggu dan dalam satu bulan ikan discus betina mulai
bertelur.
f. Penetasan Telur
Sarang telur biasanya dibuat dari potongan paralon yang diletakkan di
pojok atau tengah akuarium pada posisi berdiri. Seperti halnya ikan lain,
induk discus pun akan membersihkan sarangnya sebelum meletakkan
telur-telurnya.
Sifat ikan ini sangat unik, yaitu telur dan larvanya tidak dapat
dipisahkan dari induknya. Oleh karena itu, telurnya tidak dipisahkan dari
induknya dan dibiarkan menetas dalam wadah pemijahan. Telur-telur
tersebut akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Larva ini akan terus
menempel pada induknya hingga berumur seminggu.
Biasanya larva akan mulai berenang setelah berumur seminggu.
Walaupun sudah bisa berenang, namun larva tersebut akan sering
menempel pada induknya hingga berumur 21 hari. Beberapa pakar
menyebutkan bahwa larva discus tersebut memakan lendir yang keluar
dari tubuh induknya atau sering disebut "menyusu" pada induk. Ada juga
pakar yang percaya bahwa larva ini diberi pakan melalui mulut induknya.

5
Walaupun ikan ini terkenal dengan sifatnya merawat telur dan
anaknya, namun ada juga induk yang memakan telurnya sendiri.
Sementara larva yang sudah bisa berenang tidak akan dimakan induknya.
Oleh karena itu, biasanya peternak memberi sekat untuk membatasi induk
dengan telurnya. Sekat tersebut terbuat dari kawat halus yang dilingkarkan
ke sarang. Adanya sekat ini menyebabkan induk tidak dapat mencapai
telurnya.

2.3.2 Pembesaran
a.  Pemeliharaan Larva Dan Anakan Ikan Discus
Ada hal yang unik dari ikan discus, telur-telur yang dihasilkan setelah
menetas menjadi larva akan menempel pada tubuh induknya untuk
memakan lendir dari tubuh induknya. Telur-telur ikan discus umumnya
menetas setelah berumur 2 – 3 hari. Anakan ikan discus dibiarkan
menempel pada tubuh induknya sampai berumur +- 1 bulan. Setelah usia
satu bulan anakan ikan discus dipisahkan untuk ditempatkan dalam
aquarium pembesaran. Satu indukan ikan discus biasanya bisa
menghasilkan telur sekitar 100 buah dalam sekali proses pemijahan.
b. Pakan Ikan Discus
Di alam liar, ikan discus merupakan omnivora oportunistik yang
memakan inverterbtara serta tumbuhan. Saat mereka makan, mereka akan
mengulum makanan mereka, meludahkannya, kemudian menangkapnya
kembali lantas menelannya. Secara umum discus tak punya persyaratan
makan khusus. Mereka bisa tumbuh hanya dengan makanan ikan biasa
yang kaya protein. Walau demikian, discus kadang bersikap hati-hati
terhadap makanan baru, mereka sudah biasa memilih untuk tak makan
berhari-hari daripada mengkonsumsi makanan baru. Setelah berpuasa
sekitar sebulan, umumnya discus akan menerima makanan baru begitu
saja, namun jangka waktu tersebut tentu akan menghambat
pertumbuhannya.
Metode “membuat kelaparan” ini tak disarankan untuk memaksa
discus makan sesuatu.Sebaiknya, campurkan makan baru tersebut dengan
makanan yang sebelumnya telah disukai discus . Seiring dengan waktu,

6
discus akan mulai menerima makanan baru tersebut dan makanan
lamanya bisa dihilangkan.
Hati sapi atau babi seringkali diberikan pada discus guna
memperindah warna tubuhnya serta mempercepat pertumbuhannya. Walau
demikian, beberapa orang yang memikirkan dampak jangka panjang dari
pemberian protein mamalia pada ikan mulai menggeser kebiasaan itu.
Mereka mengganti hati sapi atau babi itu dengan diet berupa krill, yakni
suatu krustasea mirip-udang. Sebenarnya discus menyukai mangsa yang
hidup dan berukuran kecil, jadi makanan tersebut tepat jika diberikan
dalam jangka panjang. Selain krill, makanan lain yang dsukai discus
adalah cacing hitam, cacing darah, udang air asin, dan larva nyamuk. Hal
yang perlu diperhatikan saat memberi mangsa hidup adalah kemungkinan
adanya parasit serta bakteri pada mangsa tersebut. Untuk alasan ini sangat
disarankan untuk tidak memberi cacing tubifex hidup sama sekali, karena
praktis menghilangkan semua bakteri dari tubuh mereka adahal hal yang
tak mungkin. Disarankan untuk membeli makanan hidup di pengecer
akuarium, dan jika hendak memberikan tubifex pun, pilihlah balok-balok
tubifex freeze dried karena semua parasit dan bakteri telah mati dalam
proses ini.
Jika makanan hidup tak tersedia, makanan buatan juga boleh.
Sebaiknya pilih makanan berbentuk granula berkualitas tinggi. Makanan
berbentuk serpihan (flakes) juga bagus namun yang berbentuk granula
mampu menahan vitamin, mineral, dan berbagai unsur kelumit lainnya
dengan lebih baik dari pada serpihan. Telur ikan discus harus diberi
makan cacing darah beku, hati sapi, Tetra Color Bits, udang air asin
(hidup/beku), atau cacing putih hidup. Jika memberi makan hati sapi,
perhatikan agar tak ada sedikitpun yang tersisa karena itu akan
mengotorkan air dengan segera. Tubifex atau cacing hitam hidup tak boleh
diberikan pada discus kapanpun, karena mereka akan menghadirkan
parasit ke dalam tengki.
Walaupun pakan dari larva berasal dari induknya, namun akan lebih
baik lagi akan lebih baik lagi ditambahkan Nauplius artemia atau kutu air
saring. Bila larva sudah pisah dari induknya, pakannya dapat diganti
dengan kutu air besar. Namun, kualitas pakan tersebut harus di perhatikan,

7
terutama pakan dari alam agar ikan terhindar dari penyakit. Discus
berumur sebulan atau lebih sudah bisa di beri pakan cacing sutera, cacing
darah, atau jentik nyamuk. Bahkan peletpun dapat di berikan pada usia
dewasa.
c. Cara Pembesaran :
1. Pindahkan anakan discus berusia satu bulan dari induknya ke
akuarium berukuran 120 X 50 X 50 Cm. Setelah besar pindahkan
discus ke akuarium yang lebih luas lagi.
2. Agar terlihat bagus, discus sebaiknya ditempatkan di akuarium standar
(induk 50 X 50 X 40 Cm dan anakan discus 50 X100 X 35 Cm)
3. Agar ikan discus tetap hidup dengan baik, sediakan pakan alami
seperti dapmia, cacing sutera, cacing super,  jentik nyamuk, udang, dan
sejenisnya. Discus juga suka mengkonsumsi pakan buatan campuran
dari  jantung, hati, daging, udang, ikan, dan sayuran. Sebaiknya,
budidaya ikan discus dilakukan secara kelompok. Budidaya secara
kelompok ini lebih efektif dan efisien. Budidaya secara kelompok juga
memudahkan proses pemasaran dan distribusi ikan hias.
d. Panen dan Pemasaran
Ukuran 4 cm atau berumur sekitar 3 bulan ikan discus sudah dapat di
jual. Untuk menyalurkan produksi ikan hias terdapat tiga jenis pasar ikan
hias, yaitu pasar perdagangan besar (pengumpul), pasar eksportir, dan
pasar pengecer/konsumen.  Pada pasar pedagang pegumpul bertemu petani
ikan hias sebagai penjual dan pedagang pengumpul sebagai
pembeli.  Dalam hal ini terjadi hubungan dagang yang sangat kuat karena
pedagang pengumpul aktif membina  petani ikan hias dalam teknik
budidaya dan pemasaran sehingga petani  harus menjual produknya
kepada pedagang pengumpul yang membinanya.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai budidaya ikan hias discus ,
maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Teknik pembenihan ikan  discus  meliputi pemilhan induk, perbedaan induk
jantan dan betina, ciri-ciri indukan siap pijah, tempat pemijahan, dan penetasan
telur.
2. Teknik pembesaran ikan discus meliputi : pemeliharaan larva , pemberian
pakan, panen dan pemasaran.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://www.minapoli.com/info/cara-pembenihan-budidaya-ikan-discus
https://www.academia.edu/11487277/Ikan_discus

10

Anda mungkin juga menyukai