Anda di halaman 1dari 12

BUDIDAYA IKAN DISCUS

DISUSUN OLEH :

NAMA : 1. DINDA AYU DIANTI


2. SALSA DEWITA SARI
3. RENDO BERTIAN ARMADA
4. NUR ROKHIM

KELAS : IX 5

SMP N 1 BATANGHARI
LAMPUNG TIMUR
2019 / 2020
BUDIDAYA IKAN DISCUS (SYMPHYSODON DISCUS)

A. Klasifikasi dan Morfologi


Diskus yang di juluki ratu ikan
hias air tawar ini telah memulai
perjalannya dari habitat aslinya
ke aquarim di rumah kita. Aslinya
ikan ini berasal dari pedalaman
rimba Amazon, Brazil yang
terkenal kaya akan beragam
species tumbuhan dan binatang.
Diskus adalah salah satu ikan hias air tawar yang banyak peminatnya.
mengenai sistematikanya ada sedikit perdebatan, banyak orang
mengklaim berdasarkan tempat asal, warna dan bentuk luarnya.

Menurut sistematikanya, ikan diskus digolongkan sebagai berikut:


Ordo               : Percomorphodei
Sub Ordo            : Percoidea
Family                 : Cichlidae
Genus                 : Symphysodon
Species               : Symphysodon discus
Nama lokal          : Diskus

Ikan yang berbentuk seperti kue dadar ini di lengkapi dengan keindahan
warna dan bentuk tubuhnya. Jika pada umumnya ikan hias mempunyai
bentuk tubuh memanjang, diskus tidaklah demikian. Bentuk diskus unik
seperti cakram atau kue dadar. Warnanya sangat unik dan manarik
sesuai dengan strain dan keturunannya.

 Ciri dan Sifat


Ikan diskus pada umumnya memiliki ciri khas seperti pada bentuk
tubuh yang pipih bundar mirip ikan bawal. Warna dasar yang coklat
kemerahan dan memiliki garis berombak beraneka rupa tak teratur
mulai dari dahi sampai perut. Pada kepala dan tubuhnya terpotong
sembilan garis tegak. Tiga di antaranya nampak jelas, sedang sisanya
samar-samar. Ciri mencolok yang membedakan dari kerabat
dekatnya adalah dari matanya yang selalu berwarna merah dan garis
tengah tubuhnya paling besar 15 cm.

Diskus termasuk ikan yang bertubuh cantik. Di antara ikan hias yang
lain, ikan ini termasuk ikan yang pemalu dan tenang dan memiliki
gerakan yang lambat. Ikan diskus jantan jauh lebih gesit di banding
ikan diskus betina. Sifat ikan ini sangat unik, yaitu telur dan larvanya
tidak dapat dipisahkan dari induknya. Oleh karena itu, telurnya tidak
dipisahkan dari induknya dan dibiarkan menetas dalam wadah
pemijahan. Telur-telur tersebut akan menetas alam waktu 2-3 hari.
Larva ini akan terus menempel pada induknya hingga berumur
seminggu.

Walaupun ikan ini terkenal dengan sifatnya merawat telur dan


anaknya, namun ada juga induk yang memakan telurnya sendiri.
Sementara larva yang sudah bisa berenang tidak akan dimakan
induknya. Oleh karena itu, biasanya peternak memberi sekat untuk
membatasi induk dengan telurnya. Sekat tersebut terbuat dari kawat
halus yang dilingkarkan ke sarang. Adanya sekat ini menyebabkan
induk tidak dapat mencapai telurnya.

B. Kegiatan budidaya
1. Pembenihan
a) Pemilihan Induk
Pemilihan induk harus tepat agar anak yang dihasilkan
berkualitas dan bernilai jual tinggi. Induk yang baik harus tanpa
cacat, sehat, tampak aktif, bentuknya proporsional, ukurannya
terbesar di antara kelompok umurnya, gemuk, mulutnya relatif
besar, dan berumur lebih dari setahun. Induk diskus sangat susah
dipaksakan berpasangan sehingga biasanya dibiarkan memilih
pasangannya sendiri dalam kelompok calon induk. Bila sudah
tampak berpasangan dengan terus berenang bersama maka
pasangan induk tersebut dapat dipisahkan dari kelompoknya.

b) Membedakan Induk Jantan dan Betina


Membedakan diskus jantan dan betina akan lebih mudah
dilakukan jika kita dihadapkan dengan sekumpulan calon induk
yang dibesarkan bersama dan berasal dari wadah yang sama.
Dalam sekumpulan itu, diskus jantan umumnya memiliki postur
tubuh yang lebih besar dengan bentuk forehead lebih kekar atau
kasar. Sementara itu, diskus betina umumnya berukuran lebih
kecil dengan bentuk forehead lebih halus.

Membedakan kelamin diskus dilihat dari betuk mulut dan hidung.


Pada diskus dewasa, betina memiliki bibir yang simetris, sama
besar antara bibir atas dengan bibir bawahnya. Sedangkan diskus
jantan, bibir atasnya lebih menonjol. Jika melihat hidungnya,
maka jantan mempunyai bentuk agak bengkok, berlainan dengan
betina yang hidungnya berbentuk lurus. Dilihat dari sekitar sirip
dubur, pada diskus jantan rata-rata lurus sedangkan pada diskus
betina bentuknya membulat. Melihat gerakannya, diskus jantan
mempunyai pergerakan yang lebih agresif dari diskus betina.

Cara lain untuk membedakan diskus jantan dan betina adalah


dengan melihat alat kelamin genitalnya. Diskus betina memiliki
organ genital yang berbentuk lonjong dengan ujung menumpul
atau berbentuk elips. Diskus jantan berbentuk bulat dengan
panjang sekitar 1,5 mm.

c) Ciri-Ciri Ikan Diskus Siap Pijah


Ikan diskus yang siap mijah umumnya ditandai dengan
memisahkan diri dari rekan-rekannya dalam satu wadah
pemeliharaan. Ikan diskus tergolong ikan yang setia pada
pasangannya, karena itu ikan diskus tidak bisa dipijahkan selain
dari pasangannya tersebut.

Pasangan ini lalu kita pisahkan ditempat tersendiri dan terus


diamati.  Pasangan yang lengket terus sudah cukup sebagai
jaminan bahwa mereka jantan dan betina. Calon induk jantan
harus berumur 15 bulan, sedangkan induk betina berumur 12
bulan sehingga layak untuk dipijahkan.

d) Tempat Pemijahan
Pemijahan diskus sudah bukan masalah lagi bagi peternak
maupun hobiis. Namun, karena harganya mahal dan banyak
penggemarnya maka pemijahannya sebaiknya dilakukan dengan
seksama. Biasanya diskus dipelihara dalam akuarium, begitu pula
dalam proses pemijahannya. Wadah yang di gunakan untuk
memijahkan ikan diskus berupa akuarium dengan ukuran 60 x 50
x 50 cm untuk satu pasang induk. Air untuk pemeliharaan dan
pemijahan harus jernih dengan suhu berkisar antara 28-30 0C
dengan pH 5-6.

Selain faktor air, kadar oksigen juga harus diperhatikan, kadar


oksigen yang berlimpah sangat dibutuhkan. Untuk
mendapatkannya digunakan aerator yang bertugas mensuplai
oksigen kedalam air pemeliharaan. Karena sifat telur diskus
menempel, maka tempat telur yang mesti disiapkan adalah
pecahan genteng, pot dan pralon diameter 4 inci yang dipasang
tegak di tengah akuarium setinggi air dalam akuarium. Untuk
tempat telur ini harus di permukaan benda yang licin, yang
dibersihkan terlebih dulu.

e) Pemijahan ikan discus


Proses pemijahan ikan discus dimulai dari pemilihan bibit
indukan yang baik dengan syarat-syarat ; tidak cacat, aktif, sehat,
berumur lebih dari 1 tahun dan ukuran badannya proporsional.
Biasanya ikan discus akan memilih sendiri pasangannya, dan
setelah menemukan pasangannya baru pasangan ikan
discus jantan dan betina itu dipisahkan dari kelompok dengan
ditempatkan di aquarium pemijahan. Proses pemijahan biasanya
terjadi selama 2 minggu dan dalam satu bulan ikan discus betina
mulai bertelur.

f) Penetasan Telur
Sarang telur biasanya dibuat dari potongan paralon yang
diletakkan di pojok atau tengah akuarium pada posisi berdiri.
Seperti halnya ikan lain, induk diskus pun akan membersihkan
sarangnya sebelum meletakkan telur-telurnya.

Sifat ikan ini sangat unik, yaitu telur dan larvanya tidak dapat
dipisahkan dari induknya. Oleh karena itu, telurnya tidak
dipisahkan dari induknya dan dibiarkan menetas dalam wadah
pemijahan. Telur-telur tersebut akan menetas dalam waktu 2-3
hari. Larva ini akan terus menempel pada induknya hingga
berumur seminggu.

Biasanya larva akan mulai berenang setelah berumur seminggu.


Walaupun sudah bisa berenang, namun larva tersebut akan sering
menempel pada induknya hingga berumur 21 hari. Beberapa
pakar menyebutkan bahwa larva diskus tersebut memakan lendir
yang keluar dari tubuh induknya atau sering disebut "menyusu"
pada induk. Ada juga pakar yang percaya bahwa larva ini diberi
pakan melalui mulut induknya.

Walaupun ikan ini terkenal dengan sifatnya merawat telur dan


anaknya, namun ada juga induk yang memakan telurnya sendiri.
Sementara larva yang sudah bisa berenang tidak akan dimakan
induknya. Oleh karena itu, biasanya peternak memberi sekat
untuk membatasi induk dengan telurnya. Sekat tersebut terbuat
dari kawat halus yang dilingkarkan ke sarang. Adanya sekat ini
menyebabkan induk tidak dapat mencapai telurnya.

2. Pembesaran
a) Pemeliharaan Larva Dan Anakan Ikan Discus
Ada hal yang unik dari ikan discus, telur-telur yang dihasilkan
setelah menetas menjadi larva akan menempel pada tubuh
induknya untuk memakan lendir dari tubuh induknya. Telur-telur
ikan discus umumnya menetas setelah berumur 2 – 3 hari.
Anakan ikan discus dibiarkan menempel pada tubuh induknya
sampai berumur +- 1 bulan. Setelah usia satu bulan anakan ikan
discus dipisahkan untuk ditempatkan dalam aquarium
pembesaran. Satu indukan ikan discus biasanya bisa menghasilkan
telur sekitar 100 buah dalam sekali proses pemijahan.

b) Pakan Ikan Diskus


Di alam liar, ikan diskus merupakan omnivora oportunistik yang
memakan inverterbtara serta tumbuhan. Saat mereka makan,
mereka akan mengulum makanan mereka, meludahkannya,
kemudian menangkapnya kembali lantas menelannya. Secara
umum diskus tak punya persyaratan makan khusus. Mereka bisa
tumbuh hanya dengan makanan ikan biasa yang kaya protein.
Walau demikian, diskus kadang bersikap hati-hati terhadap
makanan baru, mereka sudah biasa memilih untuk tak makan
berhari-hari daripada mengkonsumsi makanan baru. Setelah
berpuasa sekitar sebulan, umumnya diskus akan menerima
makanan baru begitu saja, namun jangka waktu tersebut tentu
akan menghambat pertumbuhannya.
Metode “membuat kelaparan” ini tak disarankan untuk memaksa
diskus makan sesuatu. Sebaiknya, campurkan makan baru
tersebut dengan makanan yang sebelumnya telah disukai diskus.
Seiring dengan waktu, diskus akan mulai menerima makanan baru
tersebut dan makanan lamanya bisa dihilangkan.

Hati sapi atau babi seringkali diberikan pada diskus guna


memperindah warna tubuhnya serta mempercepat
pertumbuhannya. Walau demikian, beberapa orang yang
memikirkan dampak jangka panjang dari pemberian protein
mamalia pada ikan mulai menggeser kebiasaan itu. Mereka
mengganti hati sapi atau babi itu dengan diet berupa krill, yakni
suatu krustasea mirip-udang. Sebenarnya diskus menyukai
mangsa yang hidup dan berukuran kecil, jadi makanan tersebut
tepat jika diberikan dalam jangka panjang. Selain krill, makanan
lain yang dsukai diskus adalah cacing hitam, cacing darah, udang
air asin, dan larva nyamuk.

Hal yang perlu diperhatikan saat memberi mangsa hidup adalah


kemungkinan adanya parasit serta bakteri pada mangsa tersebut.
Untuk alasan ini sangat disarankan untuk tidak memberi cacing
tubifex hidup sama sekali, karena praktis menghilangkan semua
bakteri dari tubuh mereka adahal hal yang tak mungkin.
Disarankan untuk membeli makanan hidup di pengecer akuarium,
dan jika hendak memberikan tubifex pun, pilihlah balok-balok
tubifex freeze dried karena semua parasit dan bakteri telah mati
dalam proses ini.

Jika makanan hidup tak tersedia, makanan buatan juga boleh.


Sebaiknya pilih makanan berbentuk granula berkualitas tinggi.
Makanan berbentuk serpihan (flakes) juga bagus namun yang
berbentuk granula mampu menahan vitamin, mineral, dan
berbagai unsur kelumit lainnya dengan lebih baik dari pada
serpihan. Telur ikan diskus harus diberi makan cacing darah beku,
hati sapi, Tetra Color Bits, udang air asin (hidup/beku), atau cacing
putih hidup. Jika memberi makan hati sapi, perhatikan agar tak
ada sedikitpun yang tersisa karena itu akan mengotorkan air
dengan segera. Tubifex atau cacing hitam hidup tak boleh
diberikan pada diskus kapanpun, karena mereka akan
menghadirkan parasit ke dalam tengki.

Walaupun pakan dari larva berasal dari induknya, namun akan


lebih baik lagi akan lebih baik lagi ditambahkan Nauplius artemia
atau kutu air saring. Bila larva sudah pisah dari induknya,
pakannya dapat diganti dengan kutu air besar. Namun, kualitas
pakan tersebut harus di perhatikan, terutama pakan dari alam
agar ikan terhindar dari penyakit. Diskus berumur sebulan atau
lebih sudah bisa di beri pakan cacing sutera, cacing darah, atau
jentik nyamuk. Bahkan peletpun dapat di berikan pada usia
dewasa.

c) Cara Pembesaran:
 Pindahkan anakan diskus berusia satu bulan dari induknya ke
akuarium berukuran 120 X 50 X 50 Cm. Setelah besar
pindahkan diskus ke akuarium yang lebih luas lagi.
 Agar terlihat bagus, diskus sebaiknya ditempatkan di akuarium
standar (induk 50 X 50 X 40 Cm dan anakan diskus 50 X100 X
35 Cm)
 Agar ikan diskus tetap hidup dengan baik, sediakan pakan
alami seperti dapmia, cacing sutera, cacing super,  jentik
nyamuk, udang, dan sejenisnya. Diskus juga suka
mengkonsumsi pakan buatan campuran dari  jantung, hati,
daging, udang, ikan, dan sayuran.

Sebaiknya, budidaya ikan diskus dilakukan secara kelompok.


Budidaya secara kelompok ini lebih efektif dan efisien. Budidaya
secara kelompok juga memudahkan proses pemasaran dan
distribusi ikan hias.

d) Panen dan Pemasaran


Ukuran 4 cm atau berumur sekitar 3 bulan ikan diskus sudah
dapat di jual. Untuk menyalurkan produksi ikan hias terdapat tiga
jenis pasar ikan hias, yaitu pasar perdagangan besar (pengumpul),
pasar eksportir, dan pasar pengecer/konsumen.  Pada pasar
pedagang pegumpul bertemu petani ikan hias sebagai penjual dan
pedagang pengumpul sebagai pembeli.  Dalam hal ini terjadi
hubungan dagang yang sangat kuat karena pedagang pengumpul
aktif membina  petani ikan hias dalam teknik budidaya dan
pemasaran sehingga petani  harus menjual produknya kepada
pedagang pengumpul yang membinanya.

C. Penyakit dan Cara Mengatasinya


1. Penyakit Mata Berkabut (Cloudy Eye)
Tanda tanda terkena penyakit ini adalah adanya bintik putih pada
mata layaknya tertutup selaput, jika hal ini terus dibiarkan lama
kelamaan akan menutupi seluruh mata dan mengakibatkan kebutaan.
Cara untuk mengatasi masalah ini adalah Larutkanlah gabungan
antara chlorampenicol dengan dosis 1.5 gram /100 liter air dengan
acriflavine dengan dosis 0,3 gram / 100 liternya selama 5 – 7 hari.

2. Penyakit NDD (New Discus Disease)


Penyakit yang satu ini merupakan penyakit yang paling ditakuti para
peternak ikan discus, hal ini dikarenakan jika salah satu ikan
terjangkit penyakit ini, maka akan sangat mudah menular kepada
ikan lainnya di dalam akuarium tersebut. Maka dari itu setiap
akuarium harus mempunyai peralatan tersendiri untuk menghindari
kontaminasi.
Pemicu penyakit ini adalah karena ph air yang terlalu tinggi dan
banyak mengandung logam berat atau air kurang diinapkan. Selain
itu suhu air di bawah 28 derajat celcius juga mengakibatkan
penurunan daya tahan ikan secara signifikan.
Penyebab lain juga bisa ditimbulkan dari pemberian pakan alami
yang dapat membawa berbagai microorganisme yang dapat
menimbulkan penyakit, seperti halnya NDD ini.

Tanda tanda ikan discus sakit karena NDD adalah ikan terlihat terus
bergerak seperti sedang stress dan sangat sulit untuk diam, warna
ikan semakin lama semakin gelap, serta seluruh sirip akan
menguncup. Dan akan terlihat selaput putih semakin menebal serta
dapat melebar ke seluruh tubuh dan bisa mengakibatkan kematian
jika tidak cepat ditangani.

Untuk menyembuhkan penyakit ini, caranya :


a) Larutkan gabungan zat chlorampenicol (antibiotik) dengan dosis
2 gram dan ditambah dengan zat acriflavine (antiprotoza) dengan
dosis 0,3 gram
b) Serta dengan garam dapur dengan dosis 5 sendok makan.
c) Kemudian larutkan secara bersamaan dengan aerasi yang cukup
kuat dan pada suhu 32 derajat celcius. 
d) Apabila penyakit sudah masuk ke dalam stadium kronis,
sebaiknya air dalam akuarium selalu dikuras setiap 3 hari sekali
dan selalu berikan gabungan obat di atas.

3. Penyakit Bintik Putih (White Spot)


Penyakit ini merupakan penyakit yang hampir menyerang semua
jenis ikan hias yang kualitas airnya kurang bagus, karena sumber
bakteri atau parasit ini berasal dari kotoran ikan. Ciri ciri ikan discus
terkena white spot adalah akan terlihat bintik purih pada bagian
seluruh tubuh ikan, seperti pada bagian permukaan tubuh, ekor
maupun siripnya
Cara untuk mengobati ikan yang terkena penyakit ini adalah dengan
menggunakan 0,3 gram acriflavine per 100 liter air dengan cara
larutkan pada air akuarium yang baru diganti. Dan untuk mencegah
supaya white spot tidak bertambah parah selalu ganti air ecara rutin,
jika sudah terlihat mulai keruh.

4. Penyakit Berak Putih


Penyebab penyakit yang menyerang ikan discus yang satu ini ialah
dikarenakan oleh bakteri bernama flagelata spironucleus yang
menyerang ke bagian pencernaan ikan. Tanda tanda ikan terkena
penyakit ini adalah menurunnya nafsu makan dan efek yang lebih
parahnya lagi akan mengganggu pencernaan ikan dan membuat ikan
menjadi kurus. Selain itu gejala yang paling mudah dilihat adalah
kotoran ikan akan berwarna putih dan memanjang seperti pita dan
menjadi putus putus.

Cara menyembuhkan ikan discus yang terkena penyakit ini cukup


lama, karena sulit disembuhkan dalam waktu yang singkat. Dan ada
sebagian orang, mengatakan jikalau ikan ini sembuh tidak dapat
memiliki keturunan lagi. Namun tidak ada salahnya mencoba
menyembuhkan ikan hias cantik ini, caranya dengan melarutkan
metronidazole dengan dosis 2 gram untuk setiap 100 liternya dan
dengan suhu air yang stabil pada 32 celcius.

Anda mungkin juga menyukai