Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan Lele


Ikan Lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yang termasuk ke dalam ordo
Siluriformes dan digolongkan ke dalam ikan bertulang sejati. Lele dicirikan dengan
tubuhnya yang licin dan pipih memanjang, serta adanya sungut yang menyembul dari
daerah sekitar mulutnya. Nama ilmiah Lele adalah Clarias spp. yang berasal dari bahasa
Yunani "chlaros", berarti "kuat dan lincah". Menurut Weber de Beaufort (1965) dalam
Suyanto Rachmatun (1999) digolongkan sebagai berikut :

Filum : Chordata, ialah binatang bertulang belakang.

Kelas : Pisces, ialah bangsa ikan yang mempunyai insang untuk bernapas.

Subkelas : Teleostei, ialah ikan yang bertulang keras.

Ordo : Ostariophyst, ialah ikan yang di dalam rongga perutnya sebelah atas
memiliki tulang sebagai alat perlengkapan keseimbangan, yang disebut
tulang weber (Weberian oscicle).

Subordo : Siluroidae, adalah ikan yang bentuk tubuhnya memanjang berkulit licin
(tak bersisik).

Famili : Claridaee, ialah suatu kelompok ikan (dari beberapa genus) yang selain
mempunyai ciri-ciri tersebut, juga mempunyai ciri-ciri yang lebih khas
lagi, yakni : bentuk kepalanya pipih dan bertulang keras sebagai batok
kepala. Bersungut (kumis) 4 pasang. Sirip dada ada patil. Mempunyai alat
pernapasan tambahan yang terletak di bagian depan rongga insang, yang
memungkinkan ikan lele mengambil oksigen langsung dari udara.

Genus : clarias.

3
2.2 Nama Daerah dan Nama Umum
Di berbagai daerah, ikan lele diberi nama menurut Bahasa daerah masing-masing.
Di Pulau Jawa disebut ikan lele, di Sumatera disebut ikan kalang, di Kalimantan disebut
pintet, di Makassar disebut ikan keling (keli). Namun nama yang paling popular ialah
lele. Dalam Bahasa inggris disebut cat fish. Nama ini dipakai sebagai nama dalam
perdagangan, jadi nama internasional. Disebut demikian, karena ikan ini berkumis sepert
kucing (cat = kucing). Sebenarnya nama cat fish ini tidak berlaku untuk ikan lele saja,
melainkan juga bagi ikan-ikan jenis lain yang juga berkumis, antara lain ikan baung
(genus Pangasius, Macrones, Silluria, dan sebagainya).

2.3 Penyebaran
Ikan lele tersebar luas di benua Afrika dan Asia, terdapat di perairan umum yang
berair tawar. Di beberapa negara, khususnya di Asia, ikan lele telah diternakan, dipelihara
di kolam. Seperti halnya di Filipina, Thailand, Indonesia, Laos, Kamboja, Vietnam,
Birma dan India.

2.4 Habitat
Habitat atau lingkungan hidup ikan lele ialah semua perairan air tawar. Di sungai
yang airnya tidak terlalu deras, atau di perairan yang tenang seperti di danau, waduk serta
rawa yang merupakan lingkungan hidup ikan lele.
Ikan lele mempunyai organ insang tambahan yang memungkinkan ikan ini mengambil
oksigen pernapasannya dari udara di luar air. Karena itu ikan lele tahan hidup di perairan
yang airnya mengandung sedikit oksigen. Ikan lele ini relative tahan terhadap
pencemaran bahan-bahan organic. Oleh karena itu ikan lele tahan hidup di comberan
yang airnya kotor. Ikan lele hidup dengan baik di dataran rendah sampai daerah
perbukitan yang tidak terlalu tinggi. Apabila suhu tempat hidupnya terlalu dingin,
misalnya di bawah 20˚ C, ertumbuhannya akan lambat. Di daerah pegunungan dengan
ketinggian di atas 700 meter, pertumbuhan lele kurang begitu baik. Lele tidak pernah
ditemukan hidup di air payau atau asin

4
2.5 Tingkah laku
Ikan lele adalah ikan yang hidup di air tawar. Lele bersifat nocturnal, artinya ia
aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat yang gelap. Pada siang hari yang
cerah, ikan lele lebih suka berdiam di dalam lubang-lubang atau tempat yang tenang dan
aliran air tidak terlalu deras.
Ikan lele membuat sarang di dalam lubang-lubang di tepian sungai, tepi rawa atau
pematang sawah dan kolam yang eduh dan tenang. Berhubung sifat-sifat dan tingkah
lakunya, memancing lele pada malam hari lebih berhasil daripada siang hari, karena ikan
lele aktif mencari makan pada waktu malam atau sesudah matahari terbenam.

2.6 Perkembangbiakkan
Ikan lele mencapai kedewasaan setelah mencapai ukuran 100 gram atau lebih. Jika sudah
masanya berkembangbiak, ikan jantan dan betina berpasangan. Pasangan itu lalu mencari
tempat, yakni lubang yang teduh dan aman untuk bersarang. Lubang sarang ikan lele
kira-kira 20-30 cm di bawah permukaan air. Ikan lele tidak membuat sarang dari suatu
bahan (jerami atau rerumputan) seperti ikan gurame, melainkan hanya meletakkan
telurnya di atas dasar lubang sarangnya itu.
Pada perkawinannya, induk betina melepaskan telur bersamaan waktunya dengan jantan
melepaskan sperma di dalam air. Terjadilah pembuahan di dalam air. Telur yang telah
dibuahi dijaga oleh induk betina samapai telur menetas dan cukup kuat untuk berenang.
Lama penjagaan ini seminggu sampai sepuluh hari. Setelah perkawinan induk jantan
meninggalkan sarang dan tidak menghiraukan anak-anaknya.
Seekor betina dapat menghasilkan 1.000 samai 4.000 butir telur sekali memijah. Dalam
tempo 24 jam setelah perkawinan telur akan menetas. Selama seminggu sampai sepuluh
hari anak ikan lele dijaga oleh induknya sampai cukup kuat untuk meninggalkan
sarangnya.

2.7 Makanan Ikan Lele


Sebagai ikan pemakan daging, lele terutama senang berburu binatang air lain yang
lebih kecil. Kalau masih kecil, (di bawah ukuran 8 cm), lele berburu binatang bersel
tunggal Protozoa, dan udang renik yang merupakan zooplankton (binatang renik yang

5
hidup melayang-layang dalam air). Kalau lele sudah besar (8 cm atau lebih), mereka
beralih berburu binatang yang lebih besar, seperti larva serangga air, cacing air tawar,
siput, anak ikan dan berudu (anak katak).

2.8 Jenis-jenis Ikan Lele

2.8.1. Ikan lele Dumbo


Di Indonesia lele merupakan jenis ikan yang cukup populer. Lele yang berada di
Indonesia bermacam-macam jenisnya. Terutama jenis lele yang biasa dikonsumsi
seperti lele Afrika, Dumbo, dan Lokal. Lele Afrika (Clarias gariepinus)
merupakan jenis ikan lele yang berasal dari Afrika yang diimpor ke Indonesia
untuk dikawin silangkan dengan lele Lokal dan dinamakan lele Dumbo.

Gambar 2.1 Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)


Ikan lele Dumbo memiliki tubuh yang lebih besar 6-8 kali panjang standar
dibandingkan lele Lokal dan memiliki gen pertumbuhan yang lebih cepat. Ukuran
kepala 3-3,5 kali lebih besar. Kepala agak persegi panjang dan lancip ke garis
dorsal. Moncongnya yang bulat melebar. Mata memiliki posisi supero-lateral dan
relatif kecil. Gigi pada premaxilla dan rahang bawah kecil, halus dan diatur dalam
beberapa baris. Barbels 1/5 sampai ½ kali dari ukuran kepala dan ½ sampai 4/5
kali dari ukuran kepala ketika individu masih kecil. Sirip pektoral hanya bergerigi
dibagian luar dan tidak beracun. Jumlah gerigi semakin banyak seiring

6
bertumbuhnya individu. Berwarna abu ungu kemerahan dan bercorak marble.
Warnanya akan semakin pucat dan corak tampak lebih jelas apabila stress. Bagian
perut, ventral dan sirip yang berpasangan berwarna keputih-putihan. Selain itu
juga lele Dumbo dapat dibudidayakan dalam tingkat kepadatan yang tinggi.

2.8.2. Ikan lele Lokal


Lele Lokal (Clarias batrachus) atau yang sering disebut dengan “walking
catfish” ini merupakan lele habitat asli di Indonesia. Dinamakan walking catfish
karena kemampuanya untuk berjalan didaratan untuk mencari makanan atau
lingkungan yang cocok. Lele ini berjalan dengan menggunakan sirip pektoral
untuk mengangkat tubuhnya dan berjalan menyerupai ular.

Gambar 2.2 Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus)


Lele Lokal memiliki tubuh yang pipih dibagian posterior. Rahang atas
yang lebih menjorok. Ujung dari sirip pectoral mengeras menyerupai duri dan
kasar dibagian sisi luar serta bergerigi dibagian ujung dalam. Duri atau sirip
pektoral mengandung racun, dan memiliki panjang 2 kali dari lebar tubuh. Genital
jantan panjang dan meruncing, serta memiliki warna hitam ke abuan walaupun
dalam keadaan stress disertai bintik putih. Lele Lokal dapat bertahan hidup
dengan berpindah tempat selama tempat itu tetap menjaga lele dalam keadaan
lembab dan basah seperti berpindah dari kolam air stagnan, rawa, sungai, atau
bahkan lahan padi yang terkena banjir. Ikan lele Lokal mampu bertahan cukup
lama di daratan karena memiliki alat bantu pernafasan berupa arborescent. Lele

7
Lokal memiliki tubuh paling panjang rata-rata 30cm, lele Lokal dapat
mengkonsumsi ikan kecil, moluska, invertebrata lain, detritus, bahkan gulma air
di habitat alaminya.

2.8.3. Ikan lele Sangkuriang


Lele Dumbo yang ada di Indonesia mengalami penurunan kualitas
diakibatkan sering terjadinya perkawinan satu keturunan (inbreeding). Untuk itu
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) memutuskan untuk
melakukan pemurnian kembali. Betina keturunan kedua lele Dumbo asli dari
Afrika Selatan (F2) dikawinkan dengan pejantan keturunan keenam yang Lokal
(F6). Dari proses pemurnian Back cross ini anakan yang dihasilkan kemudian
dinamakan Lele Sangkuriang. Melihat hal diatas bahwa lele Sangkuriang adalah
lele Dumbo hasil pemuliaan atau peremajaan.

Gambar 2.3 Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)


Secara garis besar ikan lele Sangkuriang memiliki tingkat pertumbuhan
dan kualitas dan kuantitas fekunditas yang lebih baik dibanding dengan lele
Dumbo sebelumnya. Lele Sangkuriang memiliki fekunditas 33.33% lebih tinggi
dibandingkan lele Dumbo dan umur pertama matang gonad yang lebih tua. Pada
pemeliharaan umur 5-26 hari ikan ini menghasilkan laju pertumbuhan harian
43.57% lebih tinggi dibandingkan lele Dumbo sedangkan pada pemeliharaan
umur 26-40 hari 14.61% lebih tinggi. Pada pembesaran calon tetua tingkat
pertama dan kedua, lele Sangkuriang menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih

8
tinggi dibandingkan lele Dumbo yaitu 11.36% dan 16.44%. sedangkan pada
pembesaran kelas konsumsi, konversi pakan pada lele Sangkuriang mencapai 0.8
dibandingkan lele Dumbo yang mencapai >1.
2.8.4. Ikan lele Albino
Lele Albino merupakan lele jenis apa saja yang memiliki gen resesif dari
parental, tercermin dari warnanya yang putih akibat gen yang tidak dapat
membentuk pigmen melanin. Biasanya ikan lele Albino ini dipertahankan dan
diperbanyak oleh beberapa pembudidaya karena tergolong ikan lele hias serta
memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan ikan lele konsumsi pada
umumnya.

Gambar 2.5 Ikan lele Albino


Kulitnya berwarna merah keputihan dan ada bercak hitam. Memiliki sirip
mengeras pektoral yang tumpul dan tidak berbisa.

2.9 Penyakit Pada Lele dan Pemberantasannya


Ikan lele seperti ikan lainnya, dapat peka terhadap penyakit bila keadannya lemah,
kurang pakan atau sudah luka terlebih dahulu karena penanganan kuran baik. Penyakit
yang dapat menyerang ialah yang disebabkan oleh binatang renik yang melekat pada kulit
tubuh dan insangnya, seperti Protozoa, Copepoda, dan sebangsa lintah. Untuk
pencegahannya, induk lele yang ditangkap dari kolam sebelum ditampung untuk
dipijahkan, lebih dulu direndam di dalam formalin 100 ppm selama 2-3 menit saja.
Caranya, buat larutan formalin 100 cc dalam 1 ton air di dalam bak fiber-glass.
Induk-induk ikan yang sudah dipilih, taruh di dalam happa kecil lalu happa itu beserta

9
ikan-ikan direndam di dalam larutan tersebut 2-3 menit. Lalu angkat semuanya dan
pindahkan kedalam happa besar yang sudah dipasang baj penampungan. Dalam larutan
formalin itu, binatang-binatang renik yang melekaat pada tubuh lele akan rontok dan
mati.
Apabila burayak dan benih lele tele terkena penyakit, tidak mustahil penyakit ini
disebabkan oleh bakteri (Pseudomonas, Aeuromonas) dengan gejala pertama yang
terlihat kulit dan sirip ikan rusak, atau timbul bisul-bisul kecil berwarna merah penyakit
ini sangat berbahay karena mudah menular kepada ikan lainnya serta penyembuhannya
yang sulit. maka bak atau kolam harus segera dikeringkan kemudian ikan yang sakit
diambil dari ikan yang tampak sehat lalu dipisahkan. Masing-masing ikan yang sakit
diobati ditempat yang terpisah tempat pengobatan berua bakfiber-glass. Ikan-ikan
direndam dalam larutan antibiotika (tetracylin atau kemicitin) 10 ppm yaitu 10 mg dalam
1 liter air. Biarkan dalam obat itu sehari semalam, diaerasi dan diberi pakan Artemia atau
Moina. Keesokan harinya air diganti dan dilakukan cara yang sama selama 3-5 hari
berturut-turut. Setiap hari harus diamati, apakah ada kesembuhan pada gejala
penyakitnya. Biasanya apabila penyakit belum parah, ikan-ikan yang tadinya tampak
sehat (walaupun sudah terinfeksi) dapat sembuh. Ikan yang parah banyak juga yang mati,
tetapi ada juga yang sembuh.

2.10 Budidaya Ikan Lele


Dalam budidaya ikan lele, seperti halnya pada budidaya ikan lain, ada dua jenis
usaha menurut tahapan atau hasilnya, yakni :
2.10.1 Usaha Pembenihan
Dalam jenis usaha ini kegiatan yang dilakukan adalah :
- Memijahkan induk-induk ikan, yang menghasilkan telur.
- Menetaskan telur, memelihara burayak menjadi benih ikan siap tebar.
Benih ikan yang siap tebar ialah benih ikan ukuran “gelondongan” (fingerling)
untuk ditebarkan atau dipelihara lebih lanjut di kolam pembesaran sehingga
menjadi ikan santapan (konsumsi). Ukuran benih gelondongan dibedakan
menjadi dua bagian, yakni : gelondngan kecil, yang berukuran 3-5 cm, dan
gelondongan besar yang berukuran 5-10 cm.

10
2.10.1.2 Teknik Pembenihan
Saat ini banyak berkembang cara pemijahan ikan lele, mulai dari cara
alami hingga cara intensif. Hampir semua metode bisa dilakukan sendiri oleh
para pembudidaya. Cara pemijahan ikan lele secara alami dilakukan dengan
melepaskan ikan lele berpasangan dalam kolam yang telah dipersiapkan. Ikan
lele yang siap kawin akan melakukan pembuahan dengan sendiri.
Sedangkan, cara pemijahan ikan lele intensif dilakukan dengan penyuntikan
hormon, penyuntikan hipofisa, hingga pembuahan in vitro atau pembuahan
dalam tabung reaksi yang dilakukan oleh manusia. Berikut beberapa metode
pemijahan ikan lele yang bisa dilakukan para pembudidaya secara mandiri.
2.10.1.2.1 Pemijahan ikan lele secara alami
Langkah pertama untuk pemijahan ikan lele secara alami adalah dengan
memilih induk betina dan jantan yang sudah matang gonad. Pilih sepasang ikan
lele yang memiliki bobot seimbang, tujuannya agar salah satu induk tidak
ketakutan terhadap induk lainnya. Keseimbangan bobot sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan pemijahan.
Sebelum proses pemijahan ikan lele dilakukan, siapkan terlebih dahulu kolam
tempat memijah. Kolam yang ideal untuk pemijahan adalah panjang 2-3 meter,
lebar 1-2 meter dan kedalaman 1 meter. Sebaiknya dasar kolam terbuat dari
semen atau fiberglass agar mudah mengawasi telur hasil pembuahan.
Sebelumnya kolam harus dikeringkan dan dijemur, kemudian diisi air sedalam
30-40 cm. Gunakan air yang berkualitas baik, bersih dan jernih.
Pasang kakaban, bisa dibuat dengan ijuk yang dijepit dengan bambu
seukuran area kolam. Gunakan pemberat agar kakaban tersebut tenggelam tidak
mengapung di atas permukaan air. Kakaban berfungsi agar telur hasil pemijahan
tidak berhamburan dan mudah dipindahkan. Buatlah kakaban sekokoh mungkin
agar tidak berantakan oleh indukan yang aktif. Air untuk pemijahan ikan lele
harus kaya oksigen, oleh karena itu berikan aerasi pada kolam pemijahan. Atau,
apabila tersedia sumber air yang cukup buatkan aliran masuk dan keluar. Atur
debit air sebanyak 2-3 liter per detik.

11
Waktu yang tepat untuk memasukan indukan kedalam kolam pemijahan
adalah sore hari. Biasanya ikan lele akan memijah sekitar pukul 23.00 hingga
pukul 05.00. Selama proses pemijahan ikan lele kolam harus ditutup, untuk
mencegah induk ikan loncat keluar kolam. Pada pagi hari, biasanya proses
pemijahan sudah selesai. Telur akan menempel pada kakaban. Telur yang
berhasil dibuahi berwarna transparan sedangkan yang gagal berwarna putih susu.
Setelah proses pemijahan selesai, segera angkat induk dari kolam pemijahan
ikan lele. Hal ini untuk menghindari telur disantap oleh induk ikan, karena
setelah memijah induk ikan betina akan merasa lapar. Selanjutnya telur yang
telah dibuahi ditetaskan. Penetasan bisa dilakukan di kolam pemijahan ataupun
di tempat lain seperti akuarium, fiberglass atau kolam terpal. Selama proses
penetasan suplai oksigen (aerasi) harus dipertahankan dan suhu distabilkan pada
kisaran 28-29oC.
Telur yang telah dibuahi akan menetas dalam 24 jam menjadi larva. Setelah itu
segera pisahkan telur yang gagal atau larva yang mati untuk mencegah
tumbuhnya jamur. Larva yang menetas akan bertahan tanpa pemberian makanan
tambahan selama 3-4 hari. Selanjutnya lakukan proses pemesaran larva.
2.10.1.2.2 Pemijahan dengan penyuntikan hipofisa
Pada dasarnya pemijahan ikan lele dengan penyuntikan hipofisa sama
dengan pemijahan cara alami. Baik dari kesiapan induk, kondisi kolam maupun
penanganannya. Perbedaannya terletak pada proses penyuntikan hipofisa pada
induk ikan sebelum proses pemijahan dilakukan. Proses penyuntikan dilakukan
baik terhadap induk jantan maupun betina. Fungsi penyuntikan hipofisa untuk
merangsang pertumbuhan dan pematangan sel telur. Sehingga hasil yang
diperoleh akan lebih maksimal dibandingkan dengan pemijahan ikan lele secara
alami.
Kelenjar hipofisa didapatkan dari ikan donor, bisa ikan lele atau ikan mas
yang telah dewasa. Usahakan ikan donor memiliki bobot yang setara dengan
bobot induk. Misalnya, untuk induk dengan bobot 750 gram carilah ikan donor
dengan bobot yang sama. Hal ini untuk memastikan induk ikan memperoleh
dosis hipofisa yang tepat.

12
Cara mendapatkan kelenjar hipofisa adalah dengan membelah kepala ikan.
Berikut cara untuk mendapatkan kelenjar hipofisa dari ikan lele. Peralatan yang
dibutuhkan adalah pisau, tang penjepit, pinset, gelas atau tabung reaksi, gelas
penggerus dan suntikan. Sebagai catatan, semua peralatan yang digunakan harus
bersih lebih bagus lagi kalau steril dan tangan harus dalam keadaan bersih.
 Pertama-tama potonglah ikan pada bagian pangkal kepala (misalnya, leher pada
manusia) dengan pisau yang bersih.
 Letakkan mulut ikan lele mengarah keatas, buka mulut ikan lele lalu belah
bukaan mulut dengan pisau secara melintang sehingga kepala ikan terbelah
menjadi bagian atas dan bawah. Ambil bagian atas dan bersihkan dari darah.
 Buang tulang penutup hipofisa dengan tang penjepit, angkat kelenjar hipofisa.
Kelenjar berbentuk butiran berwarna putih.
 Gerus kelenjar hipofisa dengan gelas penggerus, encerkan dengan air
aquadestilata sebanyak 2 ml.
 Pindahkan hipofisa yang sudah dicampur air pada tabung, kocok selama 2-3
menit. Setelah itu biarkan selama 5 menit. Cairan akan memisah, bagian bawah
berupa endapan dan lapisan atas cairan jernih.
 Ambil bagian cairan jernih dengan jarum suntik. Hipofisa siap disuntikkan pada
induk pemijahan ikan lele.
Penyuntikan pada induk ikan lele dilakukan pada bagian punggung. Caranya,
ambil indukan tutup kepalanya dengan kain basah. Suntik pada otot punggung
dengan kemiringan 30o-60o dari arah ekor sedalam 1,5-2,5 cm. Suntik secara
perlahan, setelah semua cairan habis cabut jarum suntik lalu urut otot punggung
agar cairan menyebar merata.
Masukan induk jantan dan betina yang sudah disuntik kedalam kolam
pemijahan. Selanjutnya proses pemijahan ikan lele dengan penyuntikan sama
dengan proses pemijahan alami.
2.10.1.2.3 Pemijahan dengan penyuntikan hormon perangsang
Metode lain pemijahan ikan lele dengan cara penyuntikan adalah dengan
menyuntikan hormon perangsang. Penyuntikan dengan hormon perangsang lebih
praktis dilakukan karena tidak memerlukan ikan donor dan tidak ada resiko

13
kegagalan dalam mengekstrak hipofisa. Hormon untuk penyuntikan yang banyak
dijual antara lain ovaprim dan Chorulon. Hormon akan mempengaruhi kelenjar
hipofisa yang berfungsi merangsang pertumbuhan dan pematangan sel telur.
Sama seperti metode lainnya, kondisi calon induk ikan lele harus sudah matang
gonad. Induk yang disuntik adalah jantan dan betina. Dosis penyuntikan dengan
hormon perangsang ovaprimadalah 0,3-0,5 ml per kg bobot induk atau sesuaikan
dengan petunjuk pemakaian. Sebelum disuntikan, hormon perangsang seperti
ovaprim harus diencerkan dengan akuadestilata 3 kali lipatnya.
Proses penyuntikan dengan hormon perangsang sama dengan proses
penyuntikan dengan kelenjar hipofisa. Dan, proses pemijahannya sama dengan
pemijahan ikan lele secara alami.
2.10.1.2.4 Pemijahan ikan lele in vitro
Pemijahan ikan lele secara in vitro adalah proses pemijahan dimana
pembuahan dilakukan oleh manusia dalam sebuah tabung atau wadah. Cara ini
menuntut tingkat keterampilan dan ketelitian yang tinggi. Berbeda dengan ketiga
cara di atas, dalam pemijahan ikan lele secara in vitro induk ikan jantan dibunuh
dan diambil spermanya. Sementara induk ikan betina disuntik terlebih dahulu,
kemudian diurut bagian perutnya agar sel telurnya keluar. Penyuntikan bisa
dengan menggunakan kelenjar hipofisa ataupun hormon perangsang.
Alat dan bahan yang diperlukan untuk proses pemijahan ikan lele in vitro
antara lain mangkung plastik atau kaca, bulu ayam, kertas tisu, pisau, gunting,
pinset, suntikan, dan sodium klorida 0,9% (cairan infus). Wadah penetasan telur
bisa memakai akuarium, fiberglass, atau bak terpal plastik. Kondisi dan kualitas
air sama dengan ketiga cara sebelumnya. Semua peralatan harus dalam keadaan
bersih, lebih baik lagi steril. Berikut langkah-langkah metode pemijahan in vitro:
 Siapkan sperma ikan lele jantan dengan cara membedah perut secara membujur.
Kantong sperma berbentuk pipih memanjang berwarna putih. Angkat kantong
sperma, keluarkan sperma dengan cara memotong kantong dengan gunting,
tampung dalam mangkuk.

14
 Siapkan induk betina yang sudah disuntik 8-10 jam sebelumnya. Keluarkan sel
telur dengan cara mengurut perut induk lele ke arah kelaminnya. Sel telur akan
keluar lewat lubang kelamin, lalu tampung dengan mangkuk.
 Campurkan sel telur dengan sperma dalam mangkuk sedikit demi sedikit. Aduk
perlahan dengan bulu ayam. Encerkan campuran dengan air bersih lalu aduk
perlahan sampai merata.
 Masukan campuran sel telur dan sperma kedalam kolam penetasan. Tebarkan
dengan bulu ayam.
 Lakukan pengayaan oksigen pada kolam penetasan dengan aerotor. Aerotor
jangan terlalu kencang sehingga menggoncang telur, tetapi juga jangan terlalu
kecil. Selanjutnya jaga kondisi kolam penetasan seperti ketiga metode di atas
hingga larva menetas.

2.10.2 Usaha Pembesaran


Dalam jenis usaha kegiatan ini yang dilakukan ialah memelihara benih
ikan menjadi ikan konsumsi (ikan santapan). Untuk berbagai jenis ikan, ukuran
konsumsi yang dikehendaki oleh masyarakat, berbeda-beda. Untuk ikan lele
ukuran konsumsi yang dikehendaki oleh masyarakat iaah 100 gram sampai 200
gram per ekor. Namun demikian kerap kali ikan lele berukuran 50 gram pun
sudah dijual sebagai ikan konsumsi.
2.10.2.1 Pembesaran Lele di Kolam
Kolam untuk membesarkan ikan lele hendaknya tidak mudah mengalami
kebocoran, karena lele mudah meloloskan diri dari lubang-lubang yang mungkin
ada.
Kedalaman air seyogyanya antara 0,5 meter sampai 1 meter. Permukaan
air 25 cm dari bibir kolam, supaya lele tidak mudah meloncat keluar. Tanggul
harus tegak lurus. Untuk pengamanan, disarankan juga untuk memasang pagar
dari bahan yang licin, seperti plastik gelombang, yang dipasang tegak di tepian
kolam. Kolam pembesaran lele dapat berupa kolam tanah ataupun kolam dari
beton/semens Ukuran kolam tidak tertentu. Namun perlu dikemukakan bahwa
kolam yang sempit lebih mudah untuk mengawasinya daripada kolam yang

15
besarkan lele dapat dipehhara dalam kepadatan tinggi karena oksigen bisa
diambilnya dan udara.
Menurut data yang dikemukakan oleh Huet (1975) pw duksi pembesaran
ikan lele di Thailand/lapat mencapal 1000 kg (1 ton) per are (1 are = 100 m2)
makanan yang di berikan berkadar protein 25 % dan faktor konversinya 6. Hal
ini dapat tercapai karena kolam yang terkontrol terhadap hama dan penyakit.
Kolam dibuat dan beton. Airnya bersih, bebas dari pencemaran, sering-sering air
dapat berganti walaupun tidak terlalu deras.
Di Indonesia, kolam untuk pembesaran lele, apabila digunakan kolam
yang dasarnya tanah, memungkinkan untuk dipupuk supaya makanan alami di
dalam kolam menjadi banyak.
Adapun persyaratan kolam dan airnya dapat  dirinci sebagai berikut :
 Air tergenang atau setengah tergenang dengan kecepatan aliran sampai 10
liter per menit Apabila air terlalu aLs mungkin kurang cocok untuk lele, karena
ikan lele memang sifatnya tidak cocok untuk hidup di air deras.                           ,
.

 Kolam dapat dari tanah atau dan semen.

 Air selalu diganti, walaupun tidak perlu terlalu sering Maksudnya agar
kotoran-kotoran yang terkumpul , baik dari ikan itu sendiri maupun hasil
pembusukan sisa-sisa makanan tidak tertumpuk. Air yang mengandung bahan-
bahan pengotor, baik yang terlarut maupun yang mengendap, seperti amonia,
misalnya, mempunyai sifat menghambat pertumbuhan ikan (growth inhabiting
actor). Jadi air harus segar dan bersih agar pertumbuhan ikan lebih cepat.

 Untuk menjaga masuknya hama dan penyakit ikan, perlu dipasang


saringan.
Kolam-kolam yang memperoleh air yang kurang baik dan tidak dapat
dikendalikan, bukan berarti tidak dapat dipakai untuk memelihara lele. Karena
lele daya tahannya relatif tinggi terhadap kondisi air yang jelek.  Lele dapat
hidup di kolam comberan yang sempit sekalipun. Tentu saja, produksinya tidak
dapat dicapai setinggi kolam yang kondisinya serba baik. Namun demikian,

16
memelihara lele di kolam-kolam pekarangan dan comberan, dapat dianjurkan,
sekedar untuk konsumsi keluarga.
2.10.2.2 Pemeliharaan Ikan Lele di Sawah
Sawah merupakan tempat yang baik dan potensial untuk pemeliharaan
ikan. Namun berhubung obat-obatan pemberantas hama padi (pestisida) banyak
dipergunakan di sawah, maka pemeliharaan ikan menjadi terhambat
pengembanganya. Pemeliharaan ikan sampai saat ini masih dapat dilakukan
apabila periode penyemprotan diatur. Misalnya dengan memindahkan ikan pada
tempat tertentu selama satu minggu sesudah penyemprotan.

Adapun pengamanan itu, ialah :


1. Jika padi akan disemprot, ikan yang ada di petakan sawah digiring ke
dalam "kolam kantong" yang sudah disiapkan. Dan untuk sementara dijaga agar
air irigasi yang kena obat itu tidak masuk ke dalam kolam.
2. Sebaiknya untuk memberantas hama padi dipakai obat- obatan yang
sekecil mungkin bahayanya bagi ikan maupun organisme-organisme air lainnya.
Jenis obat-obatan yang tidak berbahaya itu, sudah ditentukan oleh Pemerintah
(D'epartemen Pertanian). Pemakaian obat-obatan hendaknya dilakukan
seperlunya saja.
3. Sebaiknya dipilih bibit yang cukup diberikan 1 kali saja dalam suatu masa
tanam. Agar pemeliharaan ikan tidak terlalu terganggu.
Sawah merupakan  lingkungan  hidup  yang baik untuk ikan pada umumnya.
Makanan alami cukup berlimpah di dalam lumpur dan air sawah. Namun untuk
pemeliharaan ikan lele, sebenarnya lebih besar risiko hilangnya ikan, karena lele
suka pindah dari satu petak ke petak lain melalui pematang.
Sawah untuk pemeliharaan ikan lele hendaknya dibuat caren-caren keliling dan
diagonal selebar 0,5 sampal 1 meter dengan kedalaman 1 meter.                           
Sekeliling pematang harus dipasang pagar tegak dan waring (jaring
kuralon) agar ikan lele tidak mudah lolos, memanjat pematang. Saluran
pemasukan dan pengeuaran air mga harus diberi saringan penutup untuk

17
menghalangi ikan  lele keluar dari situ. Pendeknya harus diadakan usaha
pengamanan yang lebih ketat dari pada akan memelihara ikan jenis lain.
Caren-caren yang dalam perlu untuk tempat berlindungnya ikan lele, agar
aman dan tenang, sehingga diharapkan lele tidak ingin berpindah ke tempat lain.
Segi positif yang dapat dikemukakan apabila ikan lele dipelihara di sawah ialah
bahwa lele suka sekali memakan serangga-serangga di antara rumpun padi,
sehingga padi pun lebih terpelihara. Walaupun besar resikonya, namun
kenyataan menunjukkan bahwa ada petani berhasil dalam pemeliharaan lele di
sawah.

2.10.2.3 Pemeliharaan Lele dalam Comberan


Comberan ialah air kotoran atau limbah, khususnya limbah rumah tangga,
yang tidak tersalur dengan baik sehingga akan menimbulkan masalah
pengotoran yang dapat menjadi sumber penyakit karena lingkungan meniadi
lembap bahkan becek. Jika air comberan ditampung di dalam kolam atau bak
khusus, maka dapat juga dipakai untuk memelihara ikan lele  Tetapi dengan
syarat kolam comberan itu tidak mengandung larutan air sabun ataupun deterjen.
Di kampung-kampung yang jauh dari kota, agaknya orang tidak terlalu
banyak mempergunakan sabun dan deterjen sehari-harinya. Maka kolam
comberan yang dibuat di belakang atau samping rumah dapat dipakai untuk
memelihara berbagai jenis ikan. Ikan yang dipelihara di pecomberan gemuk-
gemuk karena limbah yang ditampung jus mengandung sisa-sisa nasi, lauk-pauk
yang tidak termakan. Bahkan kotoran manusia (tinja) juga terbuang ke dalam
kolam tersebut sehingga juga dimakan oleh ikan yang dipelihara.
Ikan lele justru lebih cocok dipelihara di dalam pecomberan yang kotor tetapi
tidak mengandung sabun, dibanding dengan jenis ikan lain. Karena ikan lele
tahan hidup dalam keadaan air tergenang. Ikan lele dapat menyembul ke
permukaan air untuk mengambil napas dari udara.  Lagipula ikan lele tahan
terhadap keadaan air yang agak busuk sekali pun.

18
Sejak dahulu, penduduk di perkampungan sekitar kota Jakarta, banyak
yang memelihara lele di pecomberan. Tetapi dewasa ini sudah sedikit kita
temukan orang memanfaatkan pecomberan karena sekarang banyak dipakal
deterjen atau sabun colek yang sangat keras sehingga lele tidak mungkin hidup
di tempat pecomberan yang menampung limbahnya.
Beberapa tahun terakhir ini, seorang penduduk di desa Siwarak, Ungaran-
Jawa Tengah, Bapak Mulyono Blanten, telah membuat kolam comberan khusus
untuk memelihara ikan lele di pekarangan rumahnya. Usaha itu telah berlanjut
menjadi usaha rumah tangga yang cukup lumayan hasilnya.

2.10.2.3.1 Konstruksi kolam/bak


Untuk menampung air limbah rumah tangga, dibuat kolam dengan
menggali tanah sedalam 75 cm - 80 cm, lebar 2 m, panjang 4 m. Dapat juga
ukurannya diperkecil menjadi panjang 1,5 m, lebar 1 m, dan dalam 75 cm.
Kolam itu dasar dan dindingnya disemen (ditembok) supaya tidak bocor. Tinggi
tembokan dindmg tegaknya dilebihi sampai 25 cm di atas permukaan tanah.
Bibir   tembokan itu dibuat sedikit menjorok ke dalam supaya lele sukar
melompatinya. Pada salah satu dinding sisi dipasang pipa sebagai lubang
pelimpasan air, jika terjadi hujan lebat, agar bak tidak terlalu penuh dan luber.
Lele suka bersembunyi di tempat gelap dan teduh maka di dasar bak
dipasang batu-batu atau genting tersusun sedemikian rupa sehingga lele dapat
bersembunyi di bawah/di sela-selanya.
Di sekitar kolam ditanami tanaman sebagai peneduh, misalnya keladi dan
singkong yang daun dan umbinya bermanfaat. Untuk sementara dapat juga
sebagian bak ditutup dengan meletakkan anyaman bambu di atasnya Supaya air
tidak mudah limpas, maka pengisian bak sebaiknya hanya sedalam 50 cm saja,
lagipula supaya Lele tidak mudah melompat keluar. Bak/kolam semen yang baru
saja dibuat dinetralkan dulu dengan merendam sabut kelapa secukupnya selama
2 - 3 hari.

19
2.10.2.3.2 Penebaran benih Lele
Benih lele yang mulai dipelihara sebaiknya berukuran 3 - 5 cm.
Kepadatannya 400 ekor pada kolam 8 m2  (50 ekor/m2).
2.10.2.3.3 Pengelolaan
Masa pemeliharaan di kolam  comberan  adalah 6 bulan. Ke dalam kolam
tersebut dimasukkan air limbah dan dapur berikut sisa-sisa makanan. Kolam
comberan Pak Mulyono di Ungaran ini juga diisi dengan kotoran manusia yang
juga akan dimakan oleh lele. Dapat juga diben pakan berupa daging bekicot
yang di cacah, bungkil kelapa, bungkil kacang, ampas tahu, dan sebagainya yang
sekiranya mudah didapat dan harganya tidak mahal.
Setelah dipelihara selama 2 bulan, benih lele akan menjadi 10 cm
panjangnya, diadakan penjarangan. Diambil 60 % dari jumlah lele yang ada di
situ, dan lele itu dapat dikonsumsi sendiri sebagai panen yang pertama.
Dua bulan kemudian, jadi sudah 4 bulan pemeliharaan, lele tumbuh menjadi 15
cm panjangnya. Pada saat diadakan penjarangan lagi, dengan mengambil 60 %
lagi dari yang ada, kira-kira sejumlah 90 ekor yang dapat dikonsumsi sebagai
lauk yang merupakan panen kedua.
Sisanya masih ada 70 ekor, dipelihara lebih lanjut selama 2 bulan lagi.
Ketika dipanen yang terakhir itu besarnya mencapai ukuran 4 - 5 ekor/kg. Maka
panen akhir itu dapat diperoleh ikan lele sebanyak 15 kg dengan ukuran yang
cocok untuk konsumsi di restoran. Sehingga panen akhir itu pun dapat dijual ke
restoran dengan harga yang amat baik.
Ada segi yang perlu mendapat perhatian bagi penyelenggara pembesaran
di pecomberan. Mengingat kotornya air, apalagi jika diberi makan tinja, ada
kekhawatiran lele itu dikotori oleh bakteri yang mungkin pathogen bagi
manusia! Berhubung dengan itu, sebelum lele dimasak, harus diberok selama 2 -
3 hari. Cara memberok ialah ditaruh di dalam keranjang, lalu direndam di dalam
air  yang  mengalir, agar kotoran-kotoran dan bakteri-bakteri tercuci dari badan
lele.
2.10.2.3.4 Pemupukan

20
Apabila pemeliharaan ikan lele di sawah atau kolam yang dasarnya tanah,
maka pemupukan khusus ditujukan untuk memperbanyak jenis makanan alami
yang disukai oleh ikan lele itu. Telah dikemukakan dalam bab terdahulu bahwa
makanan alami ikan lele adalah orga- nisme hewani, baik yang hidup di dasar
perairan maupun yang melayang-layang di air. Pupuk yang baik untuk
memperbanyak organisme hewani itu ialah pupuk organik.
Jenis-jenis pupuk organik itu ialah :
 Berbagai jenis daun-daunan (pupuk hijau). Daun-daun tumbuhan yang
tidak terpakai, seperti tanam- tanaman pagar, misalnya daun kipait, daun
kembang sepatu, daun keji beling, dan sebagainya, bahkan  rumput-rumputan
dan jerami dapat dijadikan pupuk untuk kolam lele.

 Sampah dapur dan sampah pasar yang berupa bahan-bahan yang mudah
busuk dapat dipakai sebagai pupuk, tetapi harus dipisahkan dari bahan yang
tidak dapat membusuk seperti plastik dan bahan-bahan kaleng dan kaca/gelas.

 Pupuk kandang yang terdiri atas kotoran berbagai  jenis hewan, baik sekali
untuk pupuk kolam.

 Kompos, hasil pembusukan dan fermentasi bahan- bahan organik ini


terkenal bagus untuk pupuk yang dapat memperbanyak organisme hewani di
kolam.
- Cara pemupukan
Cara pemakaian pupuk organik di kolam ialah :
Diaduk dan dibenamkan di dalam lumpur dasar kolam secara merata.
Dionggokkan di sudut-sudut kolam di dekat tempat pemasukan air. Pupuk itu
dimasukkan ke dalam keranjang yang tidak terlalu kedap lubang-lubangnya.
Keranjang berisi pupuk itu direndam dengan pancang yang ditancapkan di kolam
agar tetap di tempatnya. Atau dibuat bilah-bilah bambu atau kayu agar pupuk itu
tidak berserakan. Pupuk organik itu akan membusuk sedikit demi sedikit. Dalam
prose pembusukan itu akan dihasilkan unsur-unsur hara di dalam air.
Unsur hara ini terutama akan menyuburkan pertumbuhan plankton nabati.
Plankton nabati adalah makanan dari zooplankton (jasad renik hewani) dan larva

21
serangga serta cacing-cacing. Zooplankton dan cacing-cacing adalah makanan
ikan lele.
Zooplankton dan larva serangga serta cacing-cacing dapat juga secara
langsung memakan bahan organik yang membusuk. Bau pupuk yang membusuk
di dalam kolam dapat menarik serangga-serangga untuk bertelur.
Pupuk organik untuk kolam ikan lele dapat digunakan dalam dosis tinggi,
yaitu 10 ton per ha per tahun Pemupukan dapat dilakukan 2 x per tahun, masing-
masing sebanyak 5 ton per ha.
Pemupukan sebaiknya diatur bertahap.  Pemupukan pertama ialah pada
waktu persiapan kolam atau sebelum ikan ditebarkan. Dosis pemupukan pertama
3 ton per ha, atau 30 kg  per are (1 are = 100 m2).  Sisanya, sebanyak 2 ton
dipakai sebagai pupuk susulan; atau sebulan sekali kolam diberi pupuk lagi
sebagai tambahan, masing-masing 10 % dari dosis, yakni 0,5 ton per ha atau 50
kg per are. Dalam jangka waktu pemeliharaan 5 bulan dilakukan 4 kali
pemupukan susulan masing-masing berselang 1 bulan.
Pengaturan pemberian pupuk demikian itu didasarkan atas perhitungan bahwa
pupuk kandang akan membusuk perlahan-lahan, dan dalam 1 bulan sudah mulai
habis. Tetapi jika ditambah dengan pemupukan susulan kesuburan kolam akan
tetap dapat dipertahankan.
Mengenai pupuk buatan seperti UREA, TSP, DS, tidak dianjurkan untuk
kolam ikan lele karena pupuk buatan itu tidak secara langsung menumbuhkan
organisma pakan lele melainkan memperbanyak fitoplankton saja. Pada
umumnya pupuk kalsium atau kapur kerapkali dipergunakan untuk kolam ikan.
Dengan pengapuran, kolam dapat dipertahankan supaya keadaan pH stabil.
Penggunaan kapur untuk kolam lele terutama ditujukan untuk pemberantasan
penyakit, karena kapur hanya berguna untuk memperbaiki asimilasi fosfat dan
nitrat (unsur-unsur hara yang penting dalam pertumbuhan fitoplankton).
Sedangkan fitoplankton kurang diperlukan pada pemeliharaan ikan lele. Bahkan
harus diketahui bahwa penggunaan kapur dapat membunuh organisme hewani
seperti cacing-cacing dan larva insekta. Penggunaan kapur pada kolam ikan lele
harus dilakukan agak lama sebelum kolam dipakai untuk pemeliharaan lele.

22
Setelah  penebaran  kapur  berlangsung  semmggu, hama/penyakit sudah
terbasmi, barulah kolam dusi air m untuk menumbuhkan jasad renik, lalu
menyusul penebaran benih lele.
2.10.2.3.5 Mortalitas
Apabila kondisi air dan makanan yang diberikan serba cukup, kematian
(mortalitas) ikan lele sangat kecil. Dalam usaha pembesaran, yang lamanya 6
bulan bahkan ada yang sampai 1 tahun, tidak jarang 90 % ikan lele yang
dipelihara dapat dipanen kembali. Secara alamiah daya tahan ikan lele terhadap
kondisi lingkungan yang buruk relatif tinggi.
Apabila dikelola dengan baik ikan lele relatif tahan terhadap penyakit.
Dapatlah dikatakan bahwa apabila rangkaian kegiatan pengelolaan kolam, yakm
pergantian air seminggu sekali, makanan tambahan per hari 3 – 5 % dari berat
badan, mutu makanan tambahan balk (20 – 25 % protein), pengontrolan terhadap
hama dan penyakit secara preventif, semuanya dijalankan dengan tekun, maka
mortalitas pada ikan lele tidak perlu dikhawatirkan. Hal ini sesungguhnya juga
berlaku pada pemeliharaan semua jenis ikan.
2.10.2.3.6 Kepadatan
Dalam usaha budidaya ikan lele yang intensif, dalam suatu unit areal
kolam diusahakan agar dapat dipelmara ikan sebanyak mungkin. Untuk ikan
lele, kepadatan penebaran dapat lebih tinggi daripada untuk ikan lam dalam
kondisi air yang sama. Maksudnya, suatu kolam di mana keadaan air tergenang
atau sedikit aliran air (stagnant dan/atau semistagnant). Jika untuk memelihara
ikan  tawes atau karper, hanya mampu mencapai kepadatan 3 ekor/m2
Sedangkan untuk memelihara ikan lele dapat mencapai kepadatan 5 sampai 50
ekor per m  menurut besarnya lele yang dipelihara.

2.11 Produksi Ikan Lele di Indonesia


Produksi lele dari tahun ke tahun mengalami kenaikan disetiap daerahnya. Hal ini
diutunjukan melalui data statistik dari Dirjen Perikanan Budidaya Kementrian Kelautan
dan Perikanan, dimana pada tahun 2009 sampai 2013 setiap Provinsi mengalami kenaikan
produksi ikan lele. Produksi paling kecil yaitu di daerah Maluku serta Papua dimana hasil

23
produksi sempat menurun di tahun 2010 yaitu 166 ton dari sebelumnya 227 ton pada
tahun 2009. Kemudian pada tahun 2011 naik lebih dari 200 % hasil produksi ikan lele
yaitu sebesar 503 ton yang selanjutnya terus meningkat ke tahun berikutnya. Lalu untuk
daerah produsen terbesar di Indonesia yaitu daerah Jawa Barat pada tahun 2013 hasilnya
mencapai 197.783 ton.

Tabel. 2.6 Produksi Lele di Indonesia Tahun 2009 - 2013

Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Grafik. 2.7 10 Provinsi Produsen Lele Tahun 2013

24
Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Observasi


Penelitian ini dilakukan di peternakan ikan lele Mina Nusantara, Jalan Rama IX,
Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Kemudian waktu
penelitian ini dilaksanakan pada 12 Mei 2016.

3.2 Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deksriptif. Metode
ini ditunjukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung
saat ini atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau
pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa
adanya. Penelitian ini dilakukan pada salah satu peternak lele di Kelurahan Bambu Apus,
Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana cara pembudidayaan yang dilakukan di peternakan ikan lele Mina Nusantara,
lalu jenis lele serta bagaimana cara pemasaran ikan lele tersebut.

25
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara
observasi, wawancara dan dokumentasi. Observasi dilakukan dengan mendatangi,
melihat dan mengamati peternakan lele yang berada di Kelurahan Bambu Apus.
Wawancara dilakukan dengan memberikan pertanyaan sesuai dengan kuisioner yang
telah dibuat. Dokumentasi yang digunakan pada penelitian ini adalah foto – foto, gambar
dan data – data mengenai peternakan lele di Mina Nusantara, Kelurahan Bambu Apus,
Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian peternakan Mina Nusantara terdapat di Jalan Rama IX,
Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Cipayung. Lokasi tersebut masih daerah TMII, bila
ingin menuju ke lokasi tersebut dari arah TMII menuju ke arah Pondok Gede, lalu belok
kanan di depan museum Pancasila Sakti. Dari jalan tersebut iktu terus jalan sampai
menemukan jalan Rama IX di sebelah kanan dari arah jalan. Setelah masuk ke jalan
Rama IX lokasi peternakan ikan lele Mina Nusantara terletak dipinggir jalan sebelah kiri.
Lokasi lahan peternakan ikan lele tersebut dimiliki oleh pihak TMII, warga sekitar
hanya memanfaatkan untuk dijadikan tempat peternakan lele setelah memiliki izin dari
pengelola lahan TMII tersebut.

26
Gambar. 4.1 Lokasi Peternakan Mina Nusantara

4.2 Sejarah Peternakan Ikan Lele Mina Nusantara


Awal berdirinya Peternakan ikan lele Mina Nusantara merupakan ide dari ketua
RT setempat, yang sekarang menjabat sebagai ketua kelompok Mina Nusantara yaitu
bernama bapak Wagiyo. Ide tersebut berasal dari melihat adanya lahan kosong di daerah
tersebut, yang kemudian dijadikan kesempatan untuk membuka usaha yaitu peternakan
lele. Awal mendirikan usaha tersebut bapak Wagiyo mengajak warga disekitar untuk ikut
bergabung membangun usaha peternakan lele tersebut. Bapak Wagiyo menjelaskan
awalnya tidak mudah langsung membangun usaha peternakan lele, karena banyak warga
yang masih ragu untuk memulai usaha. Setelah diberi penjelasan oleh bapak Wagiyo
barulah beberapa warga mulai ikut untuk membangun usaha peternakan lele yaitu
memberikan patungan modal usaha untuk membangun peternakan lele Mina
Nusantarayang terkumpul sekitar Rp. 80.000.000,00. Setelah modal dirasa cukup dan izin
membangun lahan usaha diatas kepemilikan TMII, barulah pak Wagiyo membangun
usaha peternakan lele tersebut yang sekarang disebut kelompok usaha tani Mina
Nusantara yang dimulai pada tahun 2010 dengan jumlah anggota sebanyak 17 orang,

27
dimana modal awal digunakan untuk membuat kolam lele serta membeli peralatan dan
benih lele serta pakannya.

4.3 Sistem Peternakan Ikan Lele Mina Nusantara


Bila dilihat dari tinjauan pustaka yang sudah dilihat serta hasil observasi
kelompok kami maka sistem peternakan ikan lele Mina Nusantara hanya sebagai usaha
pembesaran dimana peternakan tersebut membeli bibit dari daerah lain kemudian
dipelihara hingga menjadi ikan konsumsi. Benih yang dibeli termasuk benih gelondongan
kecil yaitu benih dengan ukuran 3-5 cm, dengan jenis ikan lele Dumbo. Dimana benih
tersebut dibeli dari tempat pemijahan dengan harga Rp. 250,00 / ekor. Mina Nusantara
sendiri mempunyai 34 kolam dimana setiap kolam diisi dengan benih sebanyak 2000
sampai 3000 ekor lele. Untuk makannya, setiap kolam yaitu 1 karung tiap bulan dengan
harga 200 ribu per karung. Untuk pengairannya peternakan ini menggunakan air tanah
melalui jet pam sebanyak 4 unit. Lalu setiap kali panen satu kolam bisa menghasilkan
rata-rata 1 kw, semetara hasil panen terendah 50 kg/ kolam serta paling besar 2 kw.

4.4 Pembudidayaan Ikan Lele di Mina Nusantara


Pembudidayaan lele dumbo di peternakan Mina Nusantara yaitu menggunakan
pembesaran di kolam yang terbuat dari semen setinggi kurang lebih 1 meter. Dengan isi 1
kolam sekitar 2000 sampai 3000 benih lele dumbo.
4.4.1 Persiapan Kolam Ikan Lele
Kolam yang terdapat di peternakan Mina Nusantara terdapat 34 kolam,
dimana masing-masing kolam digunakan untuk memisahkan ukuran lele yang besar
dan yang kecil, agar lele yang kecil tidak habis dimakan oleh lele yang besar.
Kolam tersebut sebelum dipakai dibersihkan dahulu dari kotoran yang ada
menempel pada dinding dan lantai kolam ikan atau yang lainnya menggunakan
sikat agar ikan tidak gampang terkena penyakit lalu diisi dengan air yang berasal
dari air tanah menggunakan jetpam sekitar kurang lebih 10 jam, kondisi kolam tidak
terlalu penuh agar ikan tidak gampang loncat dari kolam.

28
4.4.2 Menaruh Benih ke Dalam Kolam

Benih yang sudah dibeli dari tempat pemijahan yang letak penjual benih
ikan lele dumbo tidak terlalu jauh menurut bapak Wagiyo seharga Rp. 250,00/ekor,
ditaruh ke dalam kolam yang sudah berisikan air, sebanyak 2000 sampai 3000 ekor
benih ikan lele dumbo per satu kolam. Lalu kolam tersebut diberi enceng gondok
dan sampah-sampah sayuran agar kotoran dapat diserap oleh enceng gondok.

4.4.3 Pemberian Makan Lele

Pakan lele diberikan sehari 2 kali yaitu pagi dan sore hari, biaya makan
dalam sebulan yaitu 200 ribu per karung untuk satu kolam, dimana ikan dikasih
makan pellet. Bila dihitung dalam sebulan untuk pemberikan makan ikan lele
sebanyak 34 kolam yaitu sebesar Rp.6.800.000 yang harus dikeluarkan.

4.4.4 Penyotiran

Penyotiran atau pemilahan ikan lele setelah 2 atau 3 minggu, yaitu untuk
memisahkan ikan yang besar dengan ikan yang kecil agar tidak terjadi kanibal yaitu
memakan ikan lele yang lebih kecil. Pada proses penyortiran ini kolam ikan
sekaligus dikuras dan dibersihkan lalu diisi kembali. Ikan yang disortir lalu ditaruh
kembali, ikan yang masih kecil ditaruh kembali ke kolam yang sehabis dikuras, lalu
ikan yang sudah cukup besar dipindahkan ke kolam yang ukurannya sama dengan
ikan tersebut.

29
Gambar. 4.2 proses penyotiran ikan

4.4.5 Perawatan Kolam dan Ikan yang Sakit

Kolam tidak hanya dibersihkan ketika saat panen, menaruh bibit atau
penyotiran. Kolam ikan juga dibersihkan ketika kolam dirasa sudah buruk kualitas
airnya. Kualitas air yang buruk yaitu kolam berwarna coklat dan banyak lumut serta
kotoran lain yang menempel sehingga ikan terjangkit penyakit. Di peternakan Mina
Nusantara ikan lele sering timbul akibat penyakit dari jamur yaitu timbul putih-
putih di sekitar kumisnya. Lalu untuk mengantisipasinya ikan yang sakit dipisahkan
lalu kolam dibersihkan kemudian tembok serta dinding diikat lalu diberi kapur agar
jamur yang berada di kolam tersebut mati. Ikan yang mati karena penyakit tidak
dibuang begitu saja melainkan diberikan ke kolam yang terdapat ikan alligator
sehingga ikan tidak terbuang percuma.

4.4.6 Panen

Ikan lele dumbo dipanen sekitar 3 bulan, yaitu ketika ikan sudah siap
dipasarkan. Ikan yang biasa siap untuk dipanen yaitu ikan yang dalam satu
kilogram terdapat 7-8 ekor. Dalam panen rata-rata perkolam 1 kwintal, bila ikan
sedang banyak yang mati panen terendah 50 kg, dan bila panen sedang tinggi yaitu
mencapai 2 kw. Lalu setelah dipanen kolam dibersihkan lalu diisi kembali dengan
ikan yang dipindahkan dari tempat yang tadinya berupa benih, lalu kolam yang
benih diisi kembali dengan benih baru.

4.5 Pemasaran

Dalam pemasarannya ikan lele Mina Nusantara, dijual kepada pedagang pasar,
warung tempat makan, atau untuk konsumsi rumah tangga secara langsung. Menurut
bapak Wagiyo pemasarannya yang paling banyak terdapat di daerah Ciracas serta untuk
penjualan lainnya masih daerah sekitar TMII. Proses penjualannya para pembeli langsung
datang ke tempat peternakan ikan. Untuk harga ikan yang dijual yaitu Rp. 17.000,00/kg
untuk saat ini, sementara lele tersebut pernah dijual seharga Rp.16.000,00,/kg lalu harga
tertinggi sebesar Rp.19.000,00/kg. untuk musim seperti bulan puasa banyak sekali
permintaan dari para pembeli tetapi belum bisa memenuhi permintaan tersebut.

30
4.6 Peran Pemerintah

Kelompok usaha tani ini sudah terdaftar di Kementrian Pertanian, serta peran
yang sudah pemerintah lakukan yaitu memberikan bantuan modal kurang lebih Rp.
40.000.000 yang kemudian digunakan untuk membangunn sarana prasana seperti saung,
kamar mandi serta tambahan seperti jetpam. Lalu ada pengecekan dari dinas pertanian
untuk kualitas air kolam yang dilakukan tidak menentu terkadang 2 atau 3 kali dalam
sebulan agar kualitas air tetap terjaga dengan baik dan ikan-ikan pada sehat.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Ikan lele (Clarias Sp) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang
menjadi komoditas unggulan untuk di budidaya. Clarias batrachus (lele local) dan
Clarias gariepinus (lele dumbo) adalah varietas ikan lele yang paling popular.
Jenis lele dumbo yang banyak dibudidayakan. Secara umum sosok lele dumbo
mirip dengan lele local hanya ukuran tubuh lele dumbo lebih besar (cenderung
lebih panjang dan lebih gemuk) dibanding jenis local.
Kelompok tani Mina Nusntara merupakan usaha peternakan dalam bidang
pembesaran lele hingga menjadi lele konsumsi lau dijual. Peternakan ini terletak
di jalan Rama IX, Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

31
Peternakan ini sudah dikelola seja tahun 2010. Lahan yang digunakan masih milik
TMII.
Lele yang dibudidayakan merupakan lele jenis Dumbo karena lele ini
lebih besar dan dagingnya banyak dibanding lele local. Lele tersebut dipanen
setiap 3 bulan sekali. Ikan selalu dilakukan penyortiran agar tidak terjadi
kanibalisme serta kolam selalu dikuras agar kesehatan ikan terjaga.
Hail panen rata-rata yaitu 1 kw/kolam dengan harga jual Rp. 17.000,00/kg.
pemasaran dilakukan ke penjual di pasar, warung-warung makan serta untuk
konsumsi pribadi.

DAFTAR PUSTAKA

Soesono, Slamet. 1985. Beternak Ikan Lele. Intermasa.


Suyanto, S. Rachmatun. 1999. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2016. Data Statistik Series Produksi Perikanan
Budidaya Indonesia. [online]. Dari http://www.djpb.kkp.go.id/public/upload/statistik_series/
[21 Juni 2016].
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2016. Grafik Lele Statistik 2013. [online]. Dari :
http://www.djpb.kkp.go.id/arsip/c/209/DATA-STATISTIK-LAINNYA/ [21 Juni 2016].
Redaksi. Cara Pemijahan Lele. [online] http://alamtani.com/cara-pemijahan-ikan-lele.html.
Diakses pada : 21 Juni 2016

32

Anda mungkin juga menyukai