PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kegiatan Budidaya ikan lele saat ini sudah sangat berkembang dengan
pesat. Proses budidaya lele yang dilakukan juga tidak sulit dilakukan oleh para
pembudidaya karena alat dan bahan untuk budidaya lele mudah didapat dan
juga harganya yang terjangkau. Di samping itu, pekerja yang digunakan cukup
dengan memanfaatkan tenaga anggota keluarga petani yang bersangkutan.
Kegiatan budidaya ikan lele merupakan salah satu bentuk usaha di bidang
perikanan yang sudah tentu bernilai ekonomis tinggi dan pastinya
menguntungkan. Selain cara pemeliharaan yang mudah, tempat atau wadah
budidaya pun tidak terlalu menyulitkan. Sehingga dalam hal ini kegiatan
budidaya ikan lele dapat di katakan praktis dan fleksibel.
Proses seleksi induk merupakan suatu kegiatan penting, karena tanpa
adanya seleksi induk maka untuk proses pemijahan dengan metode pemijahan
semi alami akan mengalami kendala. Kegiatan seleksi induk ikan lele yang
akan di uraikan berikut adalah kegiatan yang biasa di lakukan oleh tenaga ahli
dan terampil dari Balai Benih Ikan (BBI) Tirta Mina di desa Perjiwa kutai
kartanegara. secara garis besar, kegiatan seleksi induk lele meliputi : seleksi
induk jantan dan seleksi induk betina.
Seleksi induk merupakan bagian dari proses sebelum ikan dipijahkan,
sehingga jika metode semi-alami yang di gunakan maka penting adanya proses
seleksi induk terlebih dahulu.
2
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan belajar secara langsung cara seleksi induk ikan lele.
2. Untuk mengetahui perbedaan antara induk ikan lele betina dan jantan yang
matang gonad dan siap dipijahkan.
C. Manfaat
Melalui praktikum ini, praktikan mendapat pengalaman dan keterampilan
tentang proses penyeleksian induk ikan lele dumbo sehingga kedepannya dapat
di aplikasikan secara langsung. Selain itu, praktikan dapat membedakan mana
induk ikan lele dumbo betina dan jantan dengan melihat bentuk tubuh dan alat
kelamin induk ikan lele dumbo yang ditangkap.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Phyllum : Chordatan
Sub phylum : Vetebrata
Class : Pisces
Sub class : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub ordo : Siluroidae
Family : Claridae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus
Gambar
1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Menurut Sarwono (2008), ikan lele dumbo memiliki ciri-ciri bentuk tubuh
yang memanjang agak silindris (membulat) dibagian depan dan mengecil
dibagian ekornya, kulitnya tidak memiliki sisik, berlendir, dan licin sehingga
sulit di tangkap menggunakan tangan. Diatas rongga insang terdapat selaput
alat pernapasan tambahan (labirin) yang memungkinkan lele dumbo dapat
mengambil oksigen langsung dari udara.
4
Lele dumbo memiliki sungut yang beredar disekitar mulut. Sungut ini
berjumlah 8 buah atau 4 pasang. Sungut berfungsi untuk mengenal mangsanya,
lele dumbo juga dapat mengenal dan menemukan makanan dengan cara rabaan
(tentakel) dengan menggerakan salah satu sungutnya (Santoso,2003).
Lele dumbo memiliki 5 (lima) buah sirip yang terdiri dari sirip pasang
(ganda) dan sirip tungggal. Sirip yang berpasangan adalah sirip dada
(pectrocal) dan sirip perut (ventral). Sedangkan yang tunggal adalah sirip
punggung (dorsal), ekor (caudal) serta sirip dubur (anal). Pada sirip dada
dilengkapi dengan pati dan taji beracun. Jika dibandingkan lele local, patil lele
dumbo lebih pendek dan tumpul. Selain memiliki kemampuan dapat
meloloskan diri pada kolam perairan dengan cara melompat, ikan lele dumbo
juga mampu melakukan gerakan zig-zag diatas tanah tanpa air dalam waktu
yang cukup lama asalkan tanah dalam keadaan lembab (Santoso,2003).
lebih menyuka tempat yang gelap dan sejuk. Namun kebiasaan ini dapat diubah
dengan dibiasakan memelihara di kolam-kolam, dimana pemberian pakannya
diberikan pada siang hari (Santoso,1995). Pada waktu siang hari, ikan lele lebih
menyukai bersembunyi di balik batu, lubang dan rumput-rumput yang ada
didasar perairan,dank arena aktif pada malam harimaka mata ikan lele ini tidak
terlalu berperan penting. Sedangkan organ-organ yang berperan penting adalah
pembau yang berupa sungut-sungut yang berada disekitar mulutnya.
C.
Dalam hal pemijahan ikan lele bukanlah musiman seperti halnya ikan patin
ataupun ikan bawal. Ikan lele dapat memijah dalam sepanjang tahun. Apabila
pemberian pakan tambahan sangat cukup, maka ikan lele dumbo dapat berpijah
selama 6-8 minggu. Ikan lele dumbo ini tergolong ikan yang cukup besar,
apabila akan dipijahkan ikan lele dumbo ini harus memiliki berat badan
minimal 600-700 gram. Dan umumnya harus diatas1 tahun. Ikan lele dumbo
ini akan mencapai dewasa setelah berumur 2-3 tahun dan akan mulai memijah
selama musim hujan sampai dengan akhir musim hujan (Susanto,2002)
Adapun perbedaan induk jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel 1 di
bawah ini
Tabel 1. Ciri-ciri induk ikan lele dumbo
Jantan Betina
-kepala lebih kecil. -kepala lebih besar.
-warna kulit dada tua (gelap) -warna kulit dada agak terang.
-urogenital agak menonjol. -urogenital berbentuk oval dan
Memanjang kearah belakang dan Berwarna kemerahan.
Berwarna kemerahan. -perut lebih gemuk dan lunak.
-perut lebih langsing dan kenyal -gerakan lambat jika di striping.
-gerakannya lincah (agresif). -mengelurkan cairan kekuning-
-jika di striping mengeluarkan cairan kuningan (telur).
Putih (sperma)
6
Biasanya ikan lele yang akan memijah mencari tempat untuk meletakan
telur-telurnya yaitu substrat yang berupa batu-batuan, rumput atau ranting kayu
yang tenggelam dalam air yang kedalamannya sekitar 10 cm dengan arus yang
tidak terlalu deras atau tenang. Pemijahan ikan lele berlangsung selama
beberapa jam, dimana induk betina akan memulai mengeluarkan dan meletakan
telur-telurnya pada substrat dalam beberapa kelompok, kemudian diikuti oleh
keluarnya sperma dari lele jantan menyatu pada telur-telur tersebut. Setelah
telur dan sperma tercampur ikan betina mengibaskan ekornya agar telur-telur
tersebut merata pada substrat yang ada di sekitar (Susanto, 2002).
ikan ini tidak segan-segan untuk memakan atau memangsa kawannya sendiri
yang berukuran lebih kecil.
E. Kualitas Air
Air merupakan faktor terpenting dalam budidaya ikan. Bukan hanya lele,
ikan-ikan lain pun untuk hidup dan berkembang biak memerlukan air. Tanpa
air ikan tidak akan dapat hidup. Karenanya, kualitas air harus di perhatikan
agar kegiatan budidaya berjalan sesuai dengan yang di harapkan. Kualitas air
adalah variable-variabel yang dapat mempengaruhi ikan lele. Variabel tersebut
dapat berupa sifat fisika, kimia, dan biologi air. Sifat-sifat fisika air meliputi
suhu, kekeruhan, dan warna air. Sifat kimia air adalah kandungan oksigen (O2),
karbondioksida (CO2), pH (derajat keasaman), amoniak (NH3). Sifat biologi
meliputi plankton yang hidup disuatu perairan (Khairuman dan Amri, 2002).
Berikut tabel parameter kualitas air.
F. Teknik Pemijahan
Masalah utama pembenihan lele dumbo adalah ketersediaan air yang cukup
dan berkualitas baik. Pemijahan lele dumbo harus menggunakan air bersih dan
tidak tercemar bahan beracun baik air hujan, air irigasi, maupun air tanah dari
mata air atau sumur. Di alam, lele dumbo aktif berpijah di pinggiran sungai
selama musim hujan.
1. Seleksi induk
Seleksi induk bertujuan untuk meningkatkan mutu air menghasilkan
benih yang berkualitas, sifat-sifat induk yang telah diseleksi diharapkan
8
6. Pemanenan larva
Sebelum dilakukan pemanenan larva ikan, terlebih dahulu siapkan alat-
alat yang akan di gunakan seperti ember, Sesser, jaring halus atau happa
sebagai penyimpanan benih sementara, saringan yang digunakan untuk
mengeluarkan air dari bak agar benih tidak terbawa arus
Panen larva harus di mulai pada pagi hari, yaitu antara jam 05.00-06.00
pagi dan sebaiknya berakhir tidak boleh lewat dari jam 09.00 pagi. Hal ini di
maksudkan untuk menghindari teriknya matahari yang menyebabkan larva
strees. Pemanenan mula-mula dilakukan dengan menyurutkan air dalam bak
secara perlahan-lahan. Setelah air surut larva mulai ditangkap dengan seser
atau jaring halus dan ditampung dalam ember (Suseno, 1999).
BAB III
METODOLOGI
C. Prosedur Kerja
1. Disiapkan 2 kolam untuk ditempati induk jantan dan betina, setelah proses
pemisahan induk lele jantan dan betina.
2. Setelah kolam disiapkan, kolam tersebut di isi air.
3. Kemudian, tiap-tiap praktikan masuk ke kolam yang sudah berisi induk lele
dumbo jantan dan betina sesuai dengan urutan kelompok yang dipanggil.
4. Lalu, ikan lele dumbo yang ada di kolam di tangkap oleh praktikan
menggunakan serok.
5. Setelah ikan lele tersebut ditangkap oleh praktikan, ikan lele tersebut
dibalik untuk diamati oleh praktikan.
6. Setelah diamati, ikan lele dumbo tersebut dibedakan dan ditentukan jenis
kelaminnya oleh praktikan, dengan cara dilihat ciri-ciri alat kelamin yang
dimiliki oleh induk lele jantan dan betina.
12
7. Kemudian, induk ikan lele dumbo jantan dan betina yang ditangkap oleh
praktikan, dipisahkan praktikan ke kolam yang sudah di siapkan dan
ditentukan sebelumnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil penyeleksian induk ikan lele dumbo yang dilakukan menunjukkan
adanya perbedaan ciri morfologi tubuh yang dimiliki antara induk ikan lele
dumbo jantan dengan betina. Salah satunya dapat dilihat dari ciri-ciri alat
kelaminnya, dimana induk ikan lele dumbo jantan alat kelaminnya agak
menonjol dan memanjang ke arah belakang. Sedangkan induk ikan lele dumbo
betina alat kelaminnya berwarna kemerahan. Data hasil penyeleksian induk
ikan lele dumbo melalui pengamatan morfologi tubuh ikan lele dumbo dapat
dilihat pada tabel 4.
1 ♀
14
2 ♂
B. Pembahasan
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui perbedaan antara induk ikan
lele dumbo betina dan jantan. Hal ini terlihat pada gambar 1 yang merupakan
induk ikan lele betina, dimana ciri-ciri morfologi tubuhnya adalah ukuran
tubuhnya lebih besar dari jantan, perutnya membesar ke arah anus dan lunak,
urogenital/ alat kelaminnya berwarna kemerahan dan jika diurut ke arah ekor
akan keluar telur. Serta bentuk dan ukuran kepala lebih besar dan warna kulit
dada agak terang.
Sedangkan pada gambar 2 merupakan induk ikan lele dumbo jantan, yang
ciri-ciri morfologi tubuhnya adalah ukuran tubuhnya tidak sebesar betina,
perutnya lebih langsing, urogenital/alat kelaminnya agak menonjol dan
memanjang ke arah belakang serta berwarna kemerahan, dan jika di striping
mengeluarkan cairan putih (sperma). Serta bentuk dan ukuran kepala lebih
kecil, dan warna kulit dada tua (gelap).
15
Selain itu, perbedaan induk lele jantan dengan betina dapat dilihat dari
gerakannyasaat berenang. Induk lele jantan gerakannya lebih lincah (agresif),
sedangkan induk lele betina gerakannya lebih lambat dan jinak. Seleksi induk
melalui pengamatan morfologi tubuh ini bertujuan untuk bisa melihat,
membedakan dan memisahkan mana induk ikan lele dumbo jantan dan betina
yang sudah matang gonad dan siap dipijahkan.
Kegiatan seleksi induk ikan lele dumbo ini dilakukan dengan cara
menangkap induk lele dengan serok, dimana setiap 4 orang praktikan dari
setiap kelompok yang dipanggil, turun langsung ke kolam dan menangkap
induknya dengan serok. Kemudian setiap praktikan yang menangkap ikan lele
tersebut, harus bisa mengamati dan membedakan mana induk lele dumbo
jantan dan betina.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan seleksi induk dengan pengamatan morfologi tubuh induk ikan lele
dumbo sangat diperlukan untuk mengetahui dan membedakan mana induk ikan
lele dumbo jantan dan betina. Selain itu, dengan seleksi induk maka dapat
diketahui mana induk ikan lele yang sudah matang gonad dan siap dipijahkan,
dengan memperhatikan dan mengamati ciri-ciri seksual sekundernya.
B. Saran
Saat praktikan masuk ke kolam untuk menangkap ikan lele usahakan untuk
bergerak dengan tenang dan praktikan dapat bekerja sama menggiring lele ke
pojok kolam agar lebih mudah menggiring lele masuk ke serok. Selain itu,
praktikan perlu mngetahui bagaimana cara/ teknik yang tepat saat memegang
dan membalik lele untuk melihat urogenital lele.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Potensi perikanan Indonesia dihasilkan dari hasil perikanan tangkap di laut
dan perairan umum (air tawar) serta usaha budidaya ikan. Dari tahun ke tahun
produksi perikanan dari usaha perikanan tangkap cenderung mengalami
penurunan, padahal kebutuhan masyarakat akan produksi perikanan terus
meningkat. Oleh sebab itu, kegiatan/budidaya perairan menjadi pilihan yang
baik dalam meningkatkan produksi perikanan nasional guna memenuhi
kebutuhan masyarakat akan produksi perikanan dan untuk menjaga supaya
kegiatan penangkapan ikan tetap berkelanjutan.
Salah satu spesies ikan lokal yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai
ikan budidaya adalah ikan betok atau ikan papuyu, ikan ini merupakan ikan
lokal di Kalimantan terutama di Kalimantan Selatan. Ikan betok berpotensi
untuk dibudidayakan karena komoditas ikan betok memiliki peluang pasar
yang cukup bagus karena diminati masyarakat sebagai ikan konsumsi dengan
harga kisaran Rp.40.000-Rp.60.000/kg (Akbar, 2012). Selain itu, selama ini
kebutuhan benih ikan betok maupun ikan konsumsinya masih mengandalkan
hasil tangkapan di alam, sehingga hal ini cenderung mengakibatkan penurunan
jumlah populasi ikan betok di alam.
Dalam kegiatan budidaya, usaha pembenihan merupakan usaha yang sangat
penting dalam kegiatan budidaya, dimana kualitas dan kuantitas benih yang
disediakan akan menentukan keberhasilan kegiatan budidaya tersebut.
Penyediaan benih dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menangkap benih
dari alam dan melakukan produksi dari hasil pemijahan buatan (Akbar, 2012).
Benih yang ditangkap dari alam, jumlahnya terbatas dan ketersediaannya pun
bergantung pada kondisi lingkungan, sedangkan benih hasil pemijahan buatan
tersedia dalam jumlah yang banyak dan tidak terpengaruh musim atau kondisi
lingkungan.
18
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara menentukan induk ikan betok jantan dan betina
yang siap dipijahkan.
2. Untuk mengetahui cara pemijahan ikan betok secara semi alami dengan
metode penyuntikan hormon pada induk ikan.
3. Untuk mengetahui dosis hormon yang sesuai untuk di suntikkan pada ikan
betok, berdasarkan bobot badan ikan betok.
C. Manfaat
Melalui praktikum ini, praktikan dapat mengetahui bagaimana proses
pemijahan semi alami pada ikan betok dengan metode penyuntikan hormon.
Dalam hal ini, praktikan mengetahui bagaimana cara menghitung pemberian
dosis hormon pada ikan serta teknik atau cara menyuntik ikan yang tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ikan Betok
1. Klasifikasi Ikan Betok
Kingdom : Animaliae
Filum : Chordata
SubFilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
SubKelas : Teleostei
Ordo : Labyrinthici
SubOrdo : Anabantoidei
Familia : Anabantidae
Genus : Anabas
Spesies : Anabas testudineus
Gambar 2. Ikan
Betok (Anabas testudineus)
Ikan betok merupakan jenis ikan yang umumnya hidup liar di perairan
tawar, umumnya ditemukan di rawa-rawa, sawah, sungai kecil dan parit-
parit,juga pada kolam-kolam yang mendapatkan air banjir atau berhubungan
dengan saluran air terbuka. Ikan ini memangsa aneka serangga dan hewan-
hewan air yang berukuran kecil. Betok jarang dipelihara orang, dan lebih
sering ditangkap sebagai ikan liar.
20
B. Teknik Pemijahan
Pemijahan merupakan proses pengeluaran sel telur dan sperma yang diikuti
dengan perkawinan antara induk ikan betok betina dan jantan. Teknik
Pemijahan pada ikan ada 3 cara/teknik, yaitu pemijahan alami, pemijahan semi
alami, dan pemijahan buatan.
1. Pemijahan Alami
Pemijahan Alami dilakukan, baik pada biota air tawar maupun laut yang
mudah memijah. Pemijahan alami dapat dilakukan dengan beberapa cara,
22
Ciri-ciri induk betina yang sudah siap pijah adalah tubuh gemuk dan
melebar ke samping, warna badan agak gelap, sirip punggung lebih pendek,
bagian bawah perut agak melengkung, jika matang gonad pada bagian perut
diurut (stripping) akan keluar telur pada organ reproduksinya, dan alat
kelamin berwarna kemerah merahan. Sedangkan induk jantan yang siap
pijah memiliki ciri-ciri tubuh ramping dan panjang, warna badan agak
cerah, sirip punggung lebih panjang, bagian bawah perut rata, dan jika perut
diurut akan keluar cairan sperma pada organ reproduksinya yang berwarna
putih susu (Akbar, 2012).
2. Pemijahan
Ikan betok memijah sepanjang musim penghujan, pada saat musimnya
mampu memijah 2-3 kali dengan jumlah telur (fekunditas) 4.500-35.000
butir. Pemijahan ikan betok dilakukan dalam akuarium (60x50x45 cm) yang
diisi air sebanyak 125 L. Rasio jantan dan betina adalah 1 : 1 dalam ukuran
bobot badan. Akuarium diberi aerasi dengan kecepatan sedang dan diberi
penutup pada bagian atasnya (Akbar, 2012).
Peyuntikan secara intramuscular (penyuntikan langsung pada daging),
yaitu pada 5 sisik ke belakang dan 2 sisik di bawah bagian sirip punggung
ikan. Induk betina 2 kali penyuntikan dan induk jantan 1 kali penyuntikan.
Interval waktu penyuntikan pertama ke penyuntikan kedua adalah 6 jam.
Penyuntikan induk jantan bersamaan pada saat penyuntikan kedua induk
betina (Akbar, 2012). Dosis ovaprim yang digunakan 0,5 mL/kg bobot
induk (Widodo et al, 2006; Marlida, 2008). Proses terjadinya perkawinan
dan ovulasi dilakukan secara alami.
Induk jantan dan betina yang sudah disuntik kemudian dicampur dalam
satu akuarium dengan perbandingan satu ekor induk betina dan empat ekor
jantan (1:1 ukuran bobot tubuh) dengan tujuan agar telur yang diovulasikan
dapat dibuahi semua oleh sperma dari induk jantan. Untuk merangsang
pemijahan, selain hormon ovaprim juga dapat digunakan ekstrak kelenjar
hipofisa 10 mg/kg bobot ikan betok dan hormon HCG 3.000 IU/kg bobot
ikan betok (Akbar, 2012).
BAB III
METODOLOGI
C. Prosedur Kerja
1. Induk ikan betok betina yang siap dipijahkan dan yang sudah diberokkan,
diambil dari kolam pemberokan sebanyak 2 ekor.
2. Kemudian, induk ikan betok betina tersebut dimasukkan ke dalam wadah
plastik lalu diletakkan diatas timbangan dan ditimbang bobot tubuhnya.
(Sebelum induk ikan betok ditimbang, wadah plastiknya ditimbang terlebih
dahulu).
3. Setelah induk ikan betok ditimbang, hasil dari penimbangan bobot tubuh
ikan dikurangi dengan hasil penimbangan wadah plastik, sehingga didapat
27
selisih antara bobot tubuh ikan betok dengan berat wadah plastik, dimana
selisih tersebut merupakan bobot bersih tubuh ikan betok.
4. Kemudian induk ikan betok betina yang telah ditimbang, diberi hormon
HCG dengan menggunakan merek ovaprim yang dosisnya 0,5 mL/kg.
5. Sebelum hormon tersebut disuntikkan ke tubuh induk ikan betok betina,
maka perlu dihitung dosis hormonnya dengan cara :
hormon yang dihitung pada langkah no.5, setelah itu induk ikan tersebut
dimasukkan ke dalam akuarium A.
12. Setelah itu, induk ikan betok jantan yang siap dipijahkan dan yang sudah
diberokkan, dipilih dan diambil dari kolam pemberokan sebanyak 4 ekor.
13. Kemudian, induk ikan betok jantan tersebut dimasukkan ke dalam wadah
plastik lalu diletakkan diatas timbangan dan ditimbang bobot tubuhnya.
(Sebelum induk ikan betok ditimbang, wadah plastiknya ditimbang terlebih
dahulu).
14. Setelah induk ikan betok jantan ditimbang, induk ikan betok jantan
disuntik dengan hormon HCG tapi sebelumnya dosis hormon tersebut
dihitung dengan rumus yang ada pada langkah ke 5.
15. Selanjutnya, ambil cairan hormon tersebut dengan alat suntik sesuai
dengan dosis yang dihitung dan hormon tersebut diencerkan dengan cairan
NaCl dengan perbandingan 1:2
16. Setelah hormon diencerkan dengan cairan NaCl, selanjutnya hormon
tersebut disuntikkan ke tubuh induk ikan betok jantan.
17. Kemudian induk ikan betok jantan yang telah disuntik dimasukkan ke
dalam akuarium A dan B. Masing-masing akuarium berisi 2 ekor induk ikan
jantan dan 1 ekor induk ikan betina.
18. Lalu induk ikan tersebut di tempatkan di ruang gelap dan bagian atas
akuarium ditutup dengan terpal selama 6 jam, untuk dibiarkan memijah
sendiri.
19. Setelah menunggu selama 6 jam, ikan telah memijah diamati.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil dari praktikum pemijahan ikan betok yang dilakukan secara semi
alami menggunakan metode penyuntikan, menunjukkan bahwa penyuntikan
hormon HCG (menggunakan merk ovaprim) pada induk ikan betok betina dan
induk ikan betok jantan berbeda dosis dan metode penyuntikannya, dimana
induk ikan betok betina penyuntikannya dilakukan 2 kali sedangkan induk ikan
betok jantan penyuntikannya 1 kali. Data hasil perhitungan dosis hormon HCG
(menggunakan merk ovaprim dengan dosis 0,5 mL/kg) yang disuntikkan pada
induk ikan betok betina dan jantan dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Dosis Hormon HCG yang disuntikkan pada induk ikan betok betina
dan jantan
Induk
Bobot tubuh Induk Ikan Pukul Dosis Hormon HCG yang
Ikan
Betok (gram) (WITA) disuntikkan (mL)
Betok
131, 2 gram 2 ekor 1. 15.34 30% = 0,075 mL Penyuntikan 2x
♀ 65 gram 1 ekor 2. 20.34 70% = 0,0175 mL
3. 15.35 100% = 0,25 mL Penyuntikan 1x
B. Pembahasan
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa dosis hormon HCG yang
disuntikkan pada induk ikan betok betina dan jantan berbeda, hal ini
dipengaruhi karena perbedaan bobot tubuh ikan. Penghitungan dosis hormon
30
HCG yang akan disuntikkan pada induk ikan, menggunakan rumus sebagai
bobot tubuh ikan (gram)
berikut : × 0,5 mL/kg
1000 gram
Penyuntikan hormon HCG pada induk ikan betok betina dilakukan dengan
dua cara. Cara yang pertama penyuntikan dilakukan 2 kali dan cara yang kedua
penyuntikannya dilakukan 1 kali. Penyuntikan 2 kali dilakukan dengan cara
menyuntikkan hormon pada induk ikan betok betina pertama dengan dosis
yang berbeda, dimana pada penyuntikan pertama induk ikan disuntik dengan
dosis 30% kemudian pada penyuntikan yang kedua induk ikan disuntik dengan
dosis 70%. Sedangkan penyuntikan 1 kali dilakukan dengan cara
menyuntikkan hormon pada induk ikan betok betina kedua dengan dosis 100%.
Pada penyuntikan 2 kali, induk ikan betok betina yang pertama disuntik
dengan dosis 0,075 mL (dosis 30%) pada pukul 15.34, kemudian setelah 4 jam
yaitu pukul 20.34, induk ikan tersebut disuntik lagi dengan dosis 0,0175 mL
(dosis 70%). Pada penyuntikan 1 kali, induk ikan betok betina yang kedua
disuntik dengan dosis 0,25 mL (dosis 100%) pada pukul 15.35. Sedangkan
penyuntikan hormon HCG pada 4 induk ikan betok jantan dilakukan dengan
penyuntikan 1 kali dengan dosis 0,015 mL untuk setiap ekornya,
penyuntikannya dilakukan pada pukul 20.55 - 21.05. Penyuntikan pada induk
ikan betok jantan dan betina tersebut dilakukan dengan teknik penyuntikan
intramuscular, yaitu menyuntik pada tubuh ikan tepat pada bawah sirip
punggungnya.
Induk ikan jantan dan betina yang sudah disuntik kemudian dicampur dalam
satu akuarium dengan perbandingan satu ekor induk betina dan dua ekor
jantan. Setelah 8 jam penyuntikan, induk ikan betok jantan dan betina yang
berada di akuarium memijah disertai dengan proses perkawinan. Telur yang
diovulasikan oleh induk betina kemudian dibuahi semua oleh sperma dari
induk jantan. Telur-telur yang terbuahi akan naik dan mengapung di
permukaan air di akuarim. Penyuntikan hormon pada ikan betok bertujuan
untuk mempercepat waktu ovulasi dan masa laten pemijahan ikan betok.
Dalam pengamatan pemijahan pada ikan betok yang dilakukan praktikan,
31
hanya satu akuarium saja yang diamati, yang berisi 2 ekor jantan dan 1 ekor
betina, dimana betina tersebut disuntik 1 kali dengan dosis 100%.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa pemijahan semi
alami dengan menyuntikkan hormon (merek ovaprim) dapat mempercepat
waktu ovulasi dan masa laten pemijahan ikan betok. Serta saat melakukan
penyuntikan, dosis hormon yang akan diberikan pada ikan harus dihitung
terlebih dahulu sesuai perbandingan bobot tubuh ikan.
B. Saran
Pada saat praktikum setiap kelompok bisa secara bergantian untuk masuk ke
laboratorium/ ruang praktikum agar semua peserta praktikum/ praktikan dapat
melihat, mengamati dan melakukan secara langsung bagaimana proses
pemijahan semi alami dengan metode penyuntikan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebababkan peningkatan
terhadap kebutuhan pangan. Salah satu alternatif solusi yang dapat dilakukan
adalah melalui usaha budidaya ikan. Ikan merupakan salah satu komoditas
pangan yang memiliki kandungan protein cukup tinggi sehigga baik untuk
dijadikan sebagai bahan pangan. Salah satu jenis ikan local yang memiliki
potensi untuk dikembangkan adalah ikan betok Anabas testudineus Bloch. Ikan
betok merupakan jenis spesies blackfish, yaitu ikan yang memiliki ketahanan
terhadap tekanan lingkungan. Ikan betok adalah sejenis ikan air tawar yang
hidup di liar di rawa banjiran serta sungai, dan masih jarang sekali di
budidayakan. Ikan betok termasuk golongan ikan omnivore yang cendureng
karnivora (Mustakim, 2008).
Kendala utama dalam pengembangan budidaya ikan betok adalah
terbatasnya benih, baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Keberhasilan
budidaya ikan betok sangat tergantung pada teknologi pembenihan dan
pemeliharaan larva. Secara umum tingkat mortalitas benih fase larva sampai
berumur satu bulan mencapai 80%. Jenis ikan betok yang paling bagus untuk
dibudidayakan adalah ikan betok hijau. Budidaya ikan betok membutuhkan
perhatian khusus karena ikan ini termasuk dalam jenis ikan liar sehingga sulit
dibudidayakan. Ikan betok sebenarnya sangat mudah dalam pemeliharaan,
namun untuk pengembangbiakan masih sangat sulit untuk dilakukan.
34
B. Tujuan
Praktikum ini dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui bagaimana
perkembangan telur pada ikan betok dengan selang waktu pengamatan 4 jam.
C. Manfaat
Melalui praktikum ini, praktikan dapat mengamati secara langsung
bagaimana pemijahan induk ikan betok yang disertai dengan ovulasi dan
pengeluaran sperma oleh induk betina dan jantan. Selain itu, praktikan dapat
mengamati dan mengetahui perkembangan telur ikan betok yang telah dibuahi
oleh sperma.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pemijahan. Secara keseluruhan, IKG ikan betok betina cenderung lebih tinggi
dibandingkan dengan ikan jantan. Biasanya ovarium pada ikan betina akan
lebih berat daripada testis pada ikan jantan. Pada umumnya pertambahan bobot
gonad pada ikan betina berkisar 10%-25% dari bobot tubuhnya, sedangkan
pada ikan jantan berkisar 10%-15% (Effendie, 1997) atau 5%-10% (Affandi &
Tang, 2002 in Ernawati et al, 2009).
Gambar 3.
Perkembangan persentase posisi inti sel telur ikan betok adalah seiring dengan
perkembangan persentase sebaran frekuensi
.
E. Perkembangan Embrio
Hasil penelitian yang dilakukan marlida (2001), terhadap perkembangan
Embrio telur ikan betok yaitu proses perkembangan Embrio dan penetasan
telur ikan betok terjadi 21 jam 11 menit setelah pembuahan, dengan tahapan
stadia sebagai berikut: cleavage, blastula, dan organogenesis. Pergerakan
Embrio semakin aktif menjelang penetasan dengan cara berputar dan
menggerakkan ekornya ke kiri dan ke kanan. Tubuh Embrio di dalam cangkang
berada dalam posisi melengkung pada kuning telur yang terlihat bulat dan
besar.
Telur ikan adalah sel gamet betina yang mempunyai program
perkembangan untuk menjadi individu baru, Setelah program perkembangan
tersebut diaktifkan oleh spermatozoa. Vitamin E berperan penting dalam
meningkatkan kualitas telur ikan. Kualitas telur yang baik dapat dilihat dari
derajat tetas telur, abnormalitas larva, dan jumlah total larva yang dihasilkan.
BAB ІІІ
METODOLOGI
C. Prosedur Kerja
1. Telur ikan yang sudah mengapung di atas air akuarium, di ambil dengan
menggunakan pipet.
2. Telur ikan yang sebagian di ambil, kemudian di letakkan di cawan petri dan
diberi sedikit air dari akuarium.
3. Setelah itu, mikroskop cahaya disiapkan untuk mengamati telur.
4. Kemudian telur yang berada di cawan petri diletakkan di atas meja
mikroskop.
5. Lalu, telur diamati dengan seksama.
6. Setelah diamati dengan mikroskop, telur tersebut difoto.
7. Perkembangan telur diamati sebanyak 3 kali pengamatan dengan selang
waktu 4 jam.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil pengamatan pada perkembangan telur ikan betok, setelah penyuntikan
kedua pada induk betina, dimana ovulasi akan terjadi 5 jam berikutnya. Pada
pengamatan telur dapat diketahui perkembangan telur ikan betok pada setiap 4
jamnya, berikut data hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 5.
1 02.00 WITA
40
2 06.00 WITA
3 10.00 WITA
B. Pembahasan
Berdasarkan data di atas pengamatan perkembangan telur dilakukan setiap 4
jam. Telur yang diambil dan diamati merupakan telur ikan betok yang
pemijahannya dilakukan secara semi alami dengan menyuntikkan hormon
HCG (merek ovaprim). Telur-telur tersebut diamati menggunakan mikroskop
cahaya setiap 4 jam, untuk mengetahui perubahan dan perkembangan posisi
inti sel telur ikan.
Pada pukul 02.00 inti sel telur terbungkus lapisan telur, dan masih berada di
tengah. Kemudian pada pukul 06.00 ada beberapa telur yang inti sel telurnya
41
masih berada di tengah dan ada juga yang inti sel telurnya sudah tidak berada
di tengah tapi belum berada di tepi lapisan telur. Lalu pada pukul 10.00 inti sel
telur ada yang sudah berada di tepi telur dan ada yang mulai melebur dengan
telur, selain itu di bagian kiri dan kanan telur terdapat tonjolan kecil.
Menurut Suriansyah dan Agus Oman (2011), Perkembangan posisi inti sel
telur ikan terbagi dalam 4 posisi yakni : a. Posisi central (CGV) posisi inti sel
telur berada di tengah, b. Posisi migration (MGV) di mana posisi inti sel telur
bermigrasi dari tengah ke tepi, c. Posisi peripheral (PGV) posisi inti sel telur
berada di tepi, d. Posisi germinal vesicle breakdown (GVDB) posisi inti sel
telur telah melebur dan siap ovulasi.
Perkembangan embrio ikan betok membelah secara meroblastik, yaitu yang
membelah adalah inti sel dan sitoplasma pada daerah kutub anima. Tang dan
Affandi (2000), menjelaskan bahwa pembelahan pada embrio dibedakan
menjadi 2, yaitu 1) pembelahan holoblastik, yaitu seluruh sel telur membelah
menjadi dua bagian, kemudian anak sel tersebut membelah lagi secara
sempurna dan seterusnya, 2) meroblastik, yaitu pembelahan mitosis yang tidak
disertai oleh pembagian kuning telur (kuning telur tidak ikut membelah), yang
membelah diri adalah inti sel dan sitoplasma di daerah kutub anima.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada pengamatan telur ikan betok yang diamati setiap 4 jam dengan 3 kali
pengamatan, dapat disimpulkan bahwa telur ikan betok mengalami
perkembangan. Perkembangan telur tersebut terlihat ketika adanya perubahan
posisi inti sel telur dan pada pengamatan ketiga, dibagian sisi kiri dan kanan
telur terbentuk tonjolan kecil.
B. Saran
Dalam pengamatan perkembangan telur ikan betok, sangat diperlukan
ketelitian dan kesabaran saat mendokumentasikan hasil pengamatan telur pada
mikroskop. Waktu praktikum untuk mengamati perkembangan telur perlu lebih
lama, agar praktikan dapat mengamati perkembangan telur hingga telur
menetas.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Junius. 2012. Ikan Betok: Budidaya dan Peluang Bisnis. Yogyakarta: Eja
Publisher.
Bachtiar, Yusuf. 2006. Panduan Lengkap Budidaya Lele Dumbo, Jakarta: Agro
Media Pustaka.
Etika, Desmi., Muslim, dan Yulisman. 2013. Perkembangan Diameter Telur Ikan
Betok (Anabas Testudineus) Yang Diberi Pakan Diperkaya Vitamin E
dengan Dosis Berbeda. Jurnal Perikanan dan Kelautan.
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=145898&val=2272,
diakses 5 April 2017).
Khairuman dan Khairul Amri. 2002. Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif.
Jakarta: Argo Media Pustaka.
Kordi, M. Ghufran. 2008. Budi daya Perairan Buku Kesatu. Bandung: PT Citra
Aditya Bakti.
Santoso, Budi. 1995. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Lele Dumbo. Yogyakarta:
Kartisius.
Soetomo. 2003. Teknik Pembudidaya Ikan Lele Dumbo. Jakarta: Sinur Bara
Algensindo.
Susanto, Heru. 2009. Budi daya Ikan di Pekarangan edisi revisi. Jakarta: Penebar
Swadaya.
http://perikanan88.blogspot.co.id/2012/09/ikan-betok-anabas-testudineus-
bloch.html?m=1 ( diakses 9 april 2017).
44
http://duniaprikanan.blogspot.co.id/2014/12/teknik-pada-penyuntikan-ikan.html
(12 april 2017).
http://rakhmathadisaputra.blogspot.co.id/2011/12/manajemen-pembenihan-ikan-
papuyu.html (diakses 13 April).
45
LAMPIRAN
(a)
(b)
Gambar 10. Penyuntikan induk ikan betok betina dengan dosis 30%.
Gambar 11. Penyuntikan induk ikan betok betina dengan dosis 70%.
49