Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kegiatan Budidaya ikan lele saat ini sudah sangat berkembang dengan
pesat. Proses budidaya lele yang dilakukan juga tidak sulit dilakukan oleh para
pembudidaya karena alat dan bahan untuk budidaya lele mudah didapat dan
juga harganya yang terjangkau. Di samping itu, pekerja yang digunakan cukup
dengan memanfaatkan tenaga anggota keluarga petani yang bersangkutan.
Kegiatan budidaya ikan lele merupakan salah satu bentuk usaha di bidang
perikanan yang sudah tentu bernilai ekonomis tinggi dan pastinya
menguntungkan. Selain cara pemeliharaan yang mudah, tempat atau wadah
budidaya pun tidak terlalu menyulitkan. Sehingga dalam hal ini kegiatan
budidaya ikan lele dapat di katakan praktis dan fleksibel.
Proses seleksi induk merupakan suatu kegiatan penting, karena tanpa
adanya seleksi induk maka untuk proses pemijahan dengan metode pemijahan
semi alami akan mengalami kendala. Kegiatan seleksi induk ikan lele yang
akan di uraikan berikut adalah kegiatan yang biasa di lakukan oleh tenaga ahli
dan terampil dari Balai Benih Ikan (BBI) Tirta Mina di desa Perjiwa kutai
kartanegara. secara garis besar, kegiatan seleksi induk lele meliputi : seleksi
induk jantan dan seleksi induk betina.
Seleksi induk merupakan bagian dari proses sebelum ikan dipijahkan,
sehingga jika metode semi-alami yang di gunakan maka penting adanya proses
seleksi induk terlebih dahulu.
2

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan belajar secara langsung cara seleksi induk ikan lele.
2. Untuk mengetahui perbedaan antara induk ikan lele betina dan jantan yang
matang gonad dan siap dipijahkan.

C. Manfaat
Melalui praktikum ini, praktikan mendapat pengalaman dan keterampilan
tentang proses penyeleksian induk ikan lele dumbo sehingga kedepannya dapat
di aplikasikan secara langsung. Selain itu, praktikan dapat membedakan mana
induk ikan lele dumbo betina dan jantan dengan melihat bentuk tubuh dan alat
kelamin induk ikan lele dumbo yang ditangkap.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Dumbo

Berdasarkan klasifikasi menurut taksonominya, ikan lele yang di kemukakan


oleh Suyanto (2002) adalah sebagai berikut :

Phyllum : Chordatan
Sub phylum : Vetebrata
Class : Pisces
Sub class : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub ordo : Siluroidae
Family : Claridae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus

Gambar
1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Menurut Sarwono (2008), ikan lele dumbo memiliki ciri-ciri bentuk tubuh
yang memanjang agak silindris (membulat) dibagian depan dan mengecil
dibagian ekornya, kulitnya tidak memiliki sisik, berlendir, dan licin sehingga
sulit di tangkap menggunakan tangan. Diatas rongga insang terdapat selaput
alat pernapasan tambahan (labirin) yang memungkinkan lele dumbo dapat
mengambil oksigen langsung dari udara.
4

Lele dumbo memiliki sungut yang beredar disekitar mulut. Sungut ini
berjumlah 8 buah atau 4 pasang. Sungut berfungsi untuk mengenal mangsanya,
lele dumbo juga dapat mengenal dan menemukan makanan dengan cara rabaan
(tentakel) dengan menggerakan salah satu sungutnya (Santoso,2003).
Lele dumbo memiliki 5 (lima) buah sirip yang terdiri dari sirip pasang
(ganda) dan sirip tungggal. Sirip yang berpasangan adalah sirip dada
(pectrocal) dan sirip perut (ventral). Sedangkan yang tunggal adalah sirip
punggung (dorsal), ekor (caudal) serta sirip dubur (anal). Pada sirip dada
dilengkapi dengan pati dan taji beracun. Jika dibandingkan lele local, patil lele
dumbo lebih pendek dan tumpul. Selain memiliki kemampuan dapat
meloloskan diri pada kolam perairan dengan cara melompat, ikan lele dumbo
juga mampu melakukan gerakan zig-zag diatas tanah tanpa air dalam waktu
yang cukup lama asalkan tanah dalam keadaan lembab (Santoso,2003).

B. Habitat dan Tingkah laku


Semua perairan tawar dapat menjadi lingkunan hidup atau habitat lele
dumbo, seperti waduk, bendungan, danau, rawa, atau genangan air tawar
lainnya. Namun, lele dumbo juga dapat ditemukan di sungai yang arus airnya
tidak terlalu deras, sehingga lele dumbo ini dapat dikatakan lebih menyukai
perairan yang arusnya lamban, lele dumbo kurang menyukai perairan yang
berarus deras (Bachtiar,1995).
Ikan lele dumbo sangat toleran terhadap suhu yag cukup tinggi, yang
berkisar antara 200c-35oc dan dapat hidup diperairan yang kondisi
lingkungannya sangat jelek. Ikan lele dumbo dapat mengambil oksigen dengan
cara melakukan pertukaran gas yang terjadi melalui organ aboresent yang
terletak dalam ruang atas insang. Oleh sebab itu, ikan lele memiliki
kemampuan bernafas dengan udara secara langsung yang memungkinkan ikan
lele dapat bertahan hidup didalam lumpur pada musim kemarau
(Santoso,1995).
Ikan lele dumbo terkenal dengan sifat nocturnalnya yaitu aktif pada malam
hari, sedangkan pada siang hari ikan lele ini jarang menampakan diri adan
5

lebih menyuka tempat yang gelap dan sejuk. Namun kebiasaan ini dapat diubah
dengan dibiasakan memelihara di kolam-kolam, dimana pemberian pakannya
diberikan pada siang hari (Santoso,1995). Pada waktu siang hari, ikan lele lebih
menyukai bersembunyi di balik batu, lubang dan rumput-rumput yang ada
didasar perairan,dank arena aktif pada malam harimaka mata ikan lele ini tidak
terlalu berperan penting. Sedangkan organ-organ yang berperan penting adalah
pembau yang berupa sungut-sungut yang berada disekitar mulutnya.

C.
Dalam hal pemijahan ikan lele bukanlah musiman seperti halnya ikan patin
ataupun ikan bawal. Ikan lele dapat memijah dalam sepanjang tahun. Apabila
pemberian pakan tambahan sangat cukup, maka ikan lele dumbo dapat berpijah
selama 6-8 minggu. Ikan lele dumbo ini tergolong ikan yang cukup besar,
apabila akan dipijahkan ikan lele dumbo ini harus memiliki berat badan
minimal 600-700 gram. Dan umumnya harus diatas1 tahun. Ikan lele dumbo
ini akan mencapai dewasa setelah berumur 2-3 tahun dan akan mulai memijah
selama musim hujan sampai dengan akhir musim hujan (Susanto,2002)
Adapun perbedaan induk jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel 1 di
bawah ini
Tabel 1. Ciri-ciri induk ikan lele dumbo

Jantan Betina
-kepala lebih kecil. -kepala lebih besar.
-warna kulit dada tua (gelap) -warna kulit dada agak terang.
-urogenital agak menonjol. -urogenital berbentuk oval dan
Memanjang kearah belakang dan Berwarna kemerahan.
Berwarna kemerahan. -perut lebih gemuk dan lunak.
-perut lebih langsing dan kenyal -gerakan lambat jika di striping.
-gerakannya lincah (agresif). -mengelurkan cairan kekuning-
-jika di striping mengeluarkan cairan kuningan (telur).
Putih (sperma)
6

Biasanya ikan lele yang akan memijah mencari tempat untuk meletakan
telur-telurnya yaitu substrat yang berupa batu-batuan, rumput atau ranting kayu
yang tenggelam dalam air yang kedalamannya sekitar 10 cm dengan arus yang
tidak terlalu deras atau tenang. Pemijahan ikan lele berlangsung selama
beberapa jam, dimana induk betina akan memulai mengeluarkan dan meletakan
telur-telurnya pada substrat dalam beberapa kelompok, kemudian diikuti oleh
keluarnya sperma dari lele jantan menyatu pada telur-telur tersebut. Setelah
telur dan sperma tercampur ikan betina mengibaskan ekornya agar telur-telur
tersebut merata pada substrat yang ada di sekitar (Susanto, 2002).

D. Pakan dan kebiasaan makan


Ketika dipelihara atau dibudidayakan dikolam, lele dumbo juga dapat diberi
pakan bangkai dari limbah peternakan atau diberi pakan buatan seperti pellet.
Lele dumbo merupakan ikan yang sangat responsive terhadap pakan. Artinya,
hamper semua pakan yang diberikan sebagai ransum atau pakan sehari-hari
akan disantap dengan lahap. Itulah sebabnya ikan itu cepat besar dalam masa
yang singkat. Keunggulan ini dimanfaatkan para pembudidaya ikan lele dumbo
dengan memberikan pakan yang mengandung nutrisi yang tinggi untuk
menggenjot laju pertumbuhannya. Harapannya dalam waktu yang relatif
singkat lele dumbo sudah bisa dipanen dan di pasarkan sebagai ikan konsumsi
(Khairuman, 2002).
Menurut Mahyudin (2008), ikan lele mempunyai kebiasaan makan didasar
perairan atau kolam. Berdasarkan jenis pakannya, lele digolongkan sebagai
ikan yang bersifat karnivora (pemakan daging). Di habitat aslinya, Lele
memakan cacing, siput air, belatung, laron, jentik-jentik, serangga air, kutu air.
Karena bersifat karnivora pakan yang baik untuk ikan lele adalah pakan
tambahan yang mengandung protein nabati, pertumbuhan akan lambat. Lele
bersifat kanibalisme, yaitu suka memakan jenis sendiri. Jika kekurangan pakan
7

ikan ini tidak segan-segan untuk memakan atau memangsa kawannya sendiri
yang berukuran lebih kecil.

E. Kualitas Air
Air merupakan faktor terpenting dalam budidaya ikan. Bukan hanya lele,
ikan-ikan lain pun untuk hidup dan berkembang biak memerlukan air. Tanpa
air ikan tidak akan dapat hidup. Karenanya, kualitas air harus di perhatikan
agar kegiatan budidaya berjalan sesuai dengan yang di harapkan. Kualitas air
adalah variable-variabel yang dapat mempengaruhi ikan lele. Variabel tersebut
dapat berupa sifat fisika, kimia, dan biologi air. Sifat-sifat fisika air meliputi
suhu, kekeruhan, dan warna air. Sifat kimia air adalah kandungan oksigen (O2),
karbondioksida (CO2), pH (derajat keasaman), amoniak (NH3). Sifat biologi
meliputi plankton yang hidup disuatu perairan (Khairuman dan Amri, 2002).
Berikut tabel parameter kualitas air.

Tabel 2. Parameter kualitas air


No Parameter Kisaran Alat yang digunakan
1 Suhu 25o-32o C Thermometer
2 DO 5-7 ppm DO meter
3 Ph 6-8 Ph meter
4 Kecerahan 15-30 Cm Secchidish

F. Teknik Pemijahan
Masalah utama pembenihan lele dumbo adalah ketersediaan air yang cukup
dan berkualitas baik. Pemijahan lele dumbo harus menggunakan air bersih dan
tidak tercemar bahan beracun baik air hujan, air irigasi, maupun air tanah dari
mata air atau sumur. Di alam, lele dumbo aktif berpijah di pinggiran sungai
selama musim hujan.
1. Seleksi induk
Seleksi induk bertujuan untuk meningkatkan mutu air menghasilkan
benih yang berkualitas, sifat-sifat induk yang telah diseleksi diharapkan
8

dapat mewariskan keturunannya (Sutisna, dan Sutarmanto, 2006). Induk


betina yang sudah matang memiliki ciri-ciri perut yang gendut, jika diraba
terasa lembek, dan bagian duburnya tampak kemerahan. Sementara itu ciri-
ciri induk jantan adalah jika diurut kearah ekor akan keluar cairan putih
(sperma) (Anonym, 2008).
2. Penyuntikan
Pasangan ikan lele dumbo yang cocok dan telah matang kelamin akan
segera memijah setelah di masukan ke dalam kolam pemijahan. Biasanya
ikan lele dumbo berpijah pada tengah malam menjelang pagi yakni sekitar
pukul 04.00-07.00, tetapi proses pemijahan tersebut kadang-kadang mundur
sampai sehari lebih (24-36 jam).
Hormon yang digunakan untuk merangsang lele dumbo agar memijah
adalah Hormon alamiah ( dari kelenjar hipofisa ) dan hormone buatan.
Hormon yang diambil dari kelenjar hipofisa ini hanya terletak di baian
bawah otak kecil ikan. Kelenjar hipofisa ini hanya sebesar butir kacang
hijau bahkan lebih kecil (Khairuman, 2002)
3. Streeping dan pembuahan
Menurut Arie dkk. (2006), setelah10-12 jam dari penyuntikan, induk
betina siap di streeping (pengurutan telur kea rah kelamin). Sebelum
melakukan streeping pada induk betina, terlebih dahulu menyiapkan sperma
jantan. Pengambilan sperma jantan dengan cara membedah perut induk
jantan dan mengambil kantong sperma dengan cara menggunting.
Selanjutnya sperma di rampung di gelas yang sudah diisi dengan NaCl.
Aduk hingga merata. Setelah sperma jantan di siapkan, kemudian dilakukan
pengadukan induk betina.
Langkah-langkah pembuahan telur sebagai berikut, telur di tampung
dalam baskom plastik, kemudian masukan larutan sperma sedikit demi
sedikit sambil di aduk sampai merata, telur yang sudah terbuahi, dibilas
dengan untuk mencuci telur yang kotor.
4. Penetasan telur
9

Menurut Susanto (2005), telur yang dikeluarkan pasangan induk ini


biasanya melekat pada ijuk dan sebagian besar berserakan di sarang dasar.
Diameter telur berkisar antara 1,3-1,6 mm dan akan menetas selama 1-2 hari
selama 2-3 hari telur biasanya akan menetas seluruhnya. Begitu proses
pemijahan selesai antara jam 05.00-06.00 pagi kakaban harus segera di
angkat dan di pindahkan ke dalam kolam penetasan.
Untuk menghindari tumbuhnya jamur, kakaban yang sudah berisi telur
tersebut sebaiknya di rendam terlebih dahulu, karena sifat telur lele
menempel maka perlu kakaban. Selama proses penetasan telur usahakan
sirkulasi air berjalan dengan baik dan air yang masuk lewat pemasukan
berjalan secara perlahan-lahan (Susanto, 2005)
5. Perawatan larva
Setelah telur menetas semua, waktu 2-3 hari selanjutnya mengangkat
kakaban di dalam hapa satu persatu pengangkatan harus berhati-hati agar
kualitas air tetap terjaga. Larva yang baru menetas belum perlu di beri
makanan. Sebab masih mempunyai makanan cadangan berupa kuning telur.
dengan perawatan dan makanan yang baik dalam tempo 1 bulan benih lele
dapat tumbuh hingga mencapai 3-5 cm. Tahap pemberian pakan larva dapat
dilihat pada tabel 3. Pekerjaan pokok perawatan lele adalah membersihkan
telur, siphonisasi, cangkang dan telur busuk, dan mempertahankan
konsentrasi oksigen pada suhu optimal.
Tabel 3. Tahap pemberian makanan larva

No Umur Makanan yang di berikan Keterangan


1 0-3 hari Belum di beri makanan karena -
masih ada kuning telur
2 4-6 hari Kuning telur di rebus Dilarutkan
3 7-14 hari Rotifera, kutu air (disaring) -
4 15-30 Kutu air, jentik nyamuk hidup, -
hari cacing rambut.
10

6. Pemanenan larva
Sebelum dilakukan pemanenan larva ikan, terlebih dahulu siapkan alat-
alat yang akan di gunakan seperti ember, Sesser, jaring halus atau happa
sebagai penyimpanan benih sementara, saringan yang digunakan untuk
mengeluarkan air dari bak agar benih tidak terbawa arus
Panen larva harus di mulai pada pagi hari, yaitu antara jam 05.00-06.00
pagi dan sebaiknya berakhir tidak boleh lewat dari jam 09.00 pagi. Hal ini di
maksudkan untuk menghindari teriknya matahari yang menyebabkan larva
strees. Pemanenan mula-mula dilakukan dengan menyurutkan air dalam bak
secara perlahan-lahan. Setelah air surut larva mulai ditangkap dengan seser
atau jaring halus dan ditampung dalam ember (Suseno, 1999).
BAB III
METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat


1. Hari/tanggal : Sabtu/1 april 2017
Pukul : 15.00 -18.00 WITA
2. Tempat : Kolam Induk Ikan Lele Dumbo, UPT Balai Benih Ikan
(BBI) Tirta Mina, Desa Perjiwa, Dinas Kelautan dan
Perikanan Kutai Kartanegara.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
1) Serok berjumlah 4 unit
2. Bahan
1). Ikan Lele Dumbo Clarias gariepinus

C. Prosedur Kerja
1. Disiapkan 2 kolam untuk ditempati induk jantan dan betina, setelah proses
pemisahan induk lele jantan dan betina.
2. Setelah kolam disiapkan, kolam tersebut di isi air.
3. Kemudian, tiap-tiap praktikan masuk ke kolam yang sudah berisi induk lele
dumbo jantan dan betina sesuai dengan urutan kelompok yang dipanggil.
4. Lalu, ikan lele dumbo yang ada di kolam di tangkap oleh praktikan
menggunakan serok.
5. Setelah ikan lele tersebut ditangkap oleh praktikan, ikan lele tersebut
dibalik untuk diamati oleh praktikan.
6. Setelah diamati, ikan lele dumbo tersebut dibedakan dan ditentukan jenis
kelaminnya oleh praktikan, dengan cara dilihat ciri-ciri alat kelamin yang
dimiliki oleh induk lele jantan dan betina.
12

7. Kemudian, induk ikan lele dumbo jantan dan betina yang ditangkap oleh
praktikan, dipisahkan praktikan ke kolam yang sudah di siapkan dan
ditentukan sebelumnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Hasil penyeleksian induk ikan lele dumbo yang dilakukan menunjukkan
adanya perbedaan ciri morfologi tubuh yang dimiliki antara induk ikan lele
dumbo jantan dengan betina. Salah satunya dapat dilihat dari ciri-ciri alat
kelaminnya, dimana induk ikan lele dumbo jantan alat kelaminnya agak
menonjol dan memanjang ke arah belakang. Sedangkan induk ikan lele dumbo
betina alat kelaminnya berwarna kemerahan. Data hasil penyeleksian induk
ikan lele dumbo melalui pengamatan morfologi tubuh ikan lele dumbo dapat
dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Pengamatan morfologi tubuh ikan lele dumbo


Induk Ikan Lele
No. Gambar
Dumbo

1 ♀
14

2 ♂

B. Pembahasan
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui perbedaan antara induk ikan
lele dumbo betina dan jantan. Hal ini terlihat pada gambar 1 yang merupakan
induk ikan lele betina, dimana ciri-ciri morfologi tubuhnya adalah ukuran
tubuhnya lebih besar dari jantan, perutnya membesar ke arah anus dan lunak,
urogenital/ alat kelaminnya berwarna kemerahan dan jika diurut ke arah ekor
akan keluar telur. Serta bentuk dan ukuran kepala lebih besar dan warna kulit
dada agak terang.
Sedangkan pada gambar 2 merupakan induk ikan lele dumbo jantan, yang
ciri-ciri morfologi tubuhnya adalah ukuran tubuhnya tidak sebesar betina,
perutnya lebih langsing, urogenital/alat kelaminnya agak menonjol dan
memanjang ke arah belakang serta berwarna kemerahan, dan jika di striping
mengeluarkan cairan putih (sperma). Serta bentuk dan ukuran kepala lebih
kecil, dan warna kulit dada tua (gelap).
15

Selain itu, perbedaan induk lele jantan dengan betina dapat dilihat dari
gerakannyasaat berenang. Induk lele jantan gerakannya lebih lincah (agresif),
sedangkan induk lele betina gerakannya lebih lambat dan jinak. Seleksi induk
melalui pengamatan morfologi tubuh ini bertujuan untuk bisa melihat,
membedakan dan memisahkan mana induk ikan lele dumbo jantan dan betina
yang sudah matang gonad dan siap dipijahkan.
Kegiatan seleksi induk ikan lele dumbo ini dilakukan dengan cara
menangkap induk lele dengan serok, dimana setiap 4 orang praktikan dari
setiap kelompok yang dipanggil, turun langsung ke kolam dan menangkap
induknya dengan serok. Kemudian setiap praktikan yang menangkap ikan lele
tersebut, harus bisa mengamati dan membedakan mana induk lele dumbo
jantan dan betina.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegiatan seleksi induk dengan pengamatan morfologi tubuh induk ikan lele
dumbo sangat diperlukan untuk mengetahui dan membedakan mana induk ikan
lele dumbo jantan dan betina. Selain itu, dengan seleksi induk maka dapat
diketahui mana induk ikan lele yang sudah matang gonad dan siap dipijahkan,
dengan memperhatikan dan mengamati ciri-ciri seksual sekundernya.

B. Saran
Saat praktikan masuk ke kolam untuk menangkap ikan lele usahakan untuk
bergerak dengan tenang dan praktikan dapat bekerja sama menggiring lele ke
pojok kolam agar lebih mudah menggiring lele masuk ke serok. Selain itu,
praktikan perlu mngetahui bagaimana cara/ teknik yang tepat saat memegang
dan membalik lele untuk melihat urogenital lele.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Potensi perikanan Indonesia dihasilkan dari hasil perikanan tangkap di laut
dan perairan umum (air tawar) serta usaha budidaya ikan. Dari tahun ke tahun
produksi perikanan dari usaha perikanan tangkap cenderung mengalami
penurunan, padahal kebutuhan masyarakat akan produksi perikanan terus
meningkat. Oleh sebab itu, kegiatan/budidaya perairan menjadi pilihan yang
baik dalam meningkatkan produksi perikanan nasional guna memenuhi
kebutuhan masyarakat akan produksi perikanan dan untuk menjaga supaya
kegiatan penangkapan ikan tetap berkelanjutan.
Salah satu spesies ikan lokal yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai
ikan budidaya adalah ikan betok atau ikan papuyu, ikan ini merupakan ikan
lokal di Kalimantan terutama di Kalimantan Selatan. Ikan betok berpotensi
untuk dibudidayakan karena komoditas ikan betok memiliki peluang pasar
yang cukup bagus karena diminati masyarakat sebagai ikan konsumsi dengan
harga kisaran Rp.40.000-Rp.60.000/kg (Akbar, 2012). Selain itu, selama ini
kebutuhan benih ikan betok maupun ikan konsumsinya masih mengandalkan
hasil tangkapan di alam, sehingga hal ini cenderung mengakibatkan penurunan
jumlah populasi ikan betok di alam.
Dalam kegiatan budidaya, usaha pembenihan merupakan usaha yang sangat
penting dalam kegiatan budidaya, dimana kualitas dan kuantitas benih yang
disediakan akan menentukan keberhasilan kegiatan budidaya tersebut.
Penyediaan benih dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menangkap benih
dari alam dan melakukan produksi dari hasil pemijahan buatan (Akbar, 2012).
Benih yang ditangkap dari alam, jumlahnya terbatas dan ketersediaannya pun
bergantung pada kondisi lingkungan, sedangkan benih hasil pemijahan buatan
tersedia dalam jumlah yang banyak dan tidak terpengaruh musim atau kondisi
lingkungan.
18

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara menentukan induk ikan betok jantan dan betina
yang siap dipijahkan.
2. Untuk mengetahui cara pemijahan ikan betok secara semi alami dengan
metode penyuntikan hormon pada induk ikan.
3. Untuk mengetahui dosis hormon yang sesuai untuk di suntikkan pada ikan
betok, berdasarkan bobot badan ikan betok.

C. Manfaat
Melalui praktikum ini, praktikan dapat mengetahui bagaimana proses
pemijahan semi alami pada ikan betok dengan metode penyuntikan hormon.
Dalam hal ini, praktikan mengetahui bagaimana cara menghitung pemberian
dosis hormon pada ikan serta teknik atau cara menyuntik ikan yang tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Ikan Betok
1. Klasifikasi Ikan Betok
Kingdom : Animaliae
Filum : Chordata
SubFilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
SubKelas : Teleostei
Ordo : Labyrinthici
SubOrdo : Anabantoidei
Familia : Anabantidae
Genus : Anabas
Spesies : Anabas testudineus

Gambar 2. Ikan
Betok (Anabas testudineus)

Ikan betok merupakan jenis ikan yang umumnya hidup liar di perairan
tawar, umumnya ditemukan di rawa-rawa, sawah, sungai kecil dan parit-
parit,juga pada kolam-kolam yang mendapatkan air banjir atau berhubungan
dengan saluran air terbuka. Ikan ini memangsa aneka serangga dan hewan-
hewan air yang berukuran kecil. Betok jarang dipelihara orang, dan lebih
sering ditangkap sebagai ikan liar.
20

Di Indonesia dan Asia Tenggara lain, ikan betok merupakan ikan


konsumsi dan di Kalimantan Selatan selain sebagai ikan konsumsi juga
merupakan primadona dan disukai masyarakat dengan harga yang cukup
mahal. Sebagai ikan yang hidup di rawa-rawa ikan ini mampu bertahan
hidup di luar air dalam waktu cukup lama, asal kulit tetap basah. Ikan betok
dalam pemijahan menyukai tempat dirawa-rawa lebak pada habitat yang
banyak ditumbuhi tanaman kumpai (Gramineae) (Akbar, 2012). Sebagai
salah satu spesies ikan lokal di Kalimantan terutama di Kalimantan Selatan,
ikan betok berpotensi untuk dikembangkan sebagai ikan budidaya.
2. Morfologi Ikan Betok
Secara morfologi ikan betok mempunyai bentuk tubuh lonjong, lebih ke
belakang menjadi pipih. Kepalanya besar, mulut tidak dapat ditonjolkan.
Seluruh badan dan kepalanya bersisik kasar dan besar-besar. Warna kehijau-
hijauan, gurat sisi sempurna, tetapi di bagian belakang di bawah sirip
punggung yang berjari-jari lunak menjadi terputus dan dilanjutkan sampai
ke pangkal ekor.Pinggiran belakang di sirip ekor berbentuk bulat.
Sirip punggung memanjang mulai dari kuduk sampai depan pangkal sirip
ekor, bagian depan di sokong oleh 16-19 jari-jari keras, bagian belakang
lebih pendek dari bagian depan dengan 7-10 jari-jari lunak. Sirip dubur
lebih pendek dari sirip punggung dan sebelah depannya disokong oleh 9-10
jari-jari keras yang tajam dan bagian belakangnya disokong oleh 8-11 jari-
jari lunak. Sirip dada tidak mempunyai jari-jari keras, disokong oleh 14-16
jari-jari lunak yang letaknya lebih ke bawah pada badan di belakang ditutup
insang. Jari-jari keras dari sirip dapat digerakkan dan dapat digunakan untuk
bergerak pada permukaan lumpur yang kering. Pangkal-pangkal dari sirip
dada, sirip ekor, sirip punggung dan sirip dubur yang ada mempunyai jari-
jari lunak, semuanya mengandung otot dan ditutupi dengan sisik yang kecil-
kecil (Akbar, 2012).
3. Kebiasaan Hidup Ikan Betok
Di alam ikan betok tumbuh normal pada kisaran kualitas air untuk suhu
24-34°C dan derajat keasaman atau pH berkisar 4-8. Ikan betok tahan
21

terhadap kekeringan dan kadar oksigen yang rendah. Kadang-kadang tahan


hidup satu minggu tanpa air, bahkan mampu hidup di lumpur yang
mengandung sedikit air selama 1-2 bulan (Akbar, 2012).
Salah satu kelebihan ikan betok adalah bahwa ikan betok memiliki
labirin yang berfungsi sebagai alat pernapasan tambahan. Labirin ini terdiri
atas lapisan-lapisan kulit yang berlekuk-lekuk dan mengandung banyak
pembuluh darah. Udara masuk lewat mulut dan dipompakan ke dalam organ
labirin tempat terjadi pertukaran gas. Oksigen akan larut ke dalam darah dan
karbondioksida (CO2) dikeluarkan. Organ labirin tidak berkembang sebelum
anak ikan berumur beberapa minggu karena kebutuhan oksigen pada ikan
yang belum dewasa dapat dipenuhi oleh pernapasan normal melalui insang.
Ikan betok merupakan jenis organisme air yang termasuk euryhaline,
yaitu mampu bertahan hidup pada rentang salinitas yang lebar. Salinitas
salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan
dan efisiensi pakan ikan. Tingkat salinitas yang terlalu tinggi atau rendah
dan fluktuasinya lebar dapat menyebabkan kematian pada ikan dan
mempengaruhi pertumbuhan ikan betok (Akbar, 2012).
Di alam, ikan betok memijah pada awal musim penghujan. Ikan ini akan
memijah di daerah kering selama musim kemarau yang digenangi air
pertama kali pada musim penghujan. Bau tanah yang dibasahi air
meninmbulkan bau ampo (sangit) merangsang pemijahan ikan ini (Susanto,
2009).

B. Teknik Pemijahan
Pemijahan merupakan proses pengeluaran sel telur dan sperma yang diikuti
dengan perkawinan antara induk ikan betok betina dan jantan. Teknik
Pemijahan pada ikan ada 3 cara/teknik, yaitu pemijahan alami, pemijahan semi
alami, dan pemijahan buatan.
1. Pemijahan Alami
Pemijahan Alami dilakukan, baik pada biota air tawar maupun laut yang
mudah memijah. Pemijahan alami dapat dilakukan dengan beberapa cara,
22

diantaranya yaitu induk-induk yang terpilih dimasukkan ke dalam wadah


yang telah disiapkan, kemudian mencari pasangan masing-masing dan
memijah sendiri. Selain itu, induk juga dapat dipijahkan secara alami
dengan menempatkan induk dalam satu wadah secara berpasangan dan
pelaksanaan pemijahannya bertepatan dengan musim pemijahan biota di
alam.
Cara lainnya adalah dengan melakukan perangsangan atau manipulasi
lingkunagan dengan menggunakan suhu atau permukaan air. Contohnya,
ikan-ikan air tawar yang biasa memijah secara alami di sungai yang kondisi
airnya mengalir dan jernih, dapat dirangsang dengan pengaliran secara
terus-menerus (Kordi K., 2007).
2. Pemijahan Semi Alami
Pemijahan semi alami merupakan pemijahan yang dilakukan dengan cara
menyuntikkan hormon pada ikan yang tidak dapat dipijahkan secara alami,
ataupun ikan yang dapat memijah secara alami tetapi jumlah telur atau
sperma yang dihasilkan sangat sedikit. Penerapan pemijahan semi alami
dengan penyuntikan hormon memiliki beberapa kelebihan,yaitu pemijahan
dapat dilakukan di luar musim pemijahan di alam, produksi telur dan
sperma dapat ditingkatkan, dan produksi benih dapat diatur dan ditargetkan.
(Kordi K., 2007).
Teknik kawin suntik pada ikan air tawar sering menggunakan kelenjar
hipofisa (hipofisasi) yang diambil di bawah otak ikan yang berukuran sangat
kecil dan menghasilkan hormon dan hormon penting dalam pemijahan.
Selain menggunkan kelenjar hipofisa, teknik kawin suntik juga telah
menggunakan hormon buatan pabrik. Hormon buatan yang sering
digunakan untuk merangsang ikan adalah LHRH-a atau HCG (misalnya :
ovaprim dan pregnly) (Kordi K., 2007).
Penggunaan hormon buatan pabrik, dosis penyuntikannya adalah
Internasional Unit (IU) per kilogram bobot ikan atau cc per kilogram ikan.
Pada ikan air tawar, hormon yang sering digunakan adalah ovaprim. Dosis
ovaprim yang digunakan biasanya antara 0,50-0,75 cc/kg induk betina.
23

Dosis tersebut digunakan untuk dua kali penyuntikan. Penyuntikan pertama


dengan dosis 1/3 bagian, sedangkan 2/3 bagian sisanya diberikan pada
penyuntikan kedua (Kordi K., 2007).
3. Pemijahan Buatan
Pemijahan buatan merupakan pemijahan yang dilakukan dengan bantuan
tangan manusia, dengan cara menyuntikkan hormon perangsang ke tubuh
induk, setelah induk ikan disuntik, telur dan sprema dikeluarkan dari induk
dengan cara di stripping atau diurut. Selanjutnya telur dan sperma
ditampung dan dicampurkan dalam suatu wadah sehingga terjadi
pembuahan di dalam wadah (Rahayu, 2012).

C. Teknik Penyuntikan pada Ikan


Penyuntikan pada ikan memiliki berbagai macam tujuan, salah satunya
bertujuan untuk merangsang pemijahan ikan. Saat melakukan penyuntikan
pada ikan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah ukuran
ikan yang akan disuntik, jenis ikan (hias/konsumsi), ukuran alat suntik
(syringe), dan jumlah cairan yang akan disuntikkan.
Dalam melakukan penyuntikan pada ikan ada 4 cara/teknik penyuntikan,
yaitu :

1. Penyuntikan Secara Intramuscular


Penyuntikan dengan cara ini lebih dikenal dengan penyuntikan pada
punggung karena memang cara melakukannya yaitu menyuntik pada tubuh
ikan tepat pada bawah sirip punggungnya. Penyuntikan secara
Intramuskular biasanya lebih disukai karena selalu konstan menyalurkan
hormon menuju organ target. Penyuntikan secara intramuscular hendaknya
bertempat pada otot daging yang paling tebal di bagian punggung ikan.
2. Penyuntikan Secara Intraperitoneal
Penyuntikan dengan cara ini dilakukan dengan menyuntik ikan pada
bagian rongga perut. Sasaran utama dari penyuntikan dengan metode ini
yaitu gonad ikan.
24

Namun penyuntikan ini memiliki kelemahan yakni jika dilakukan oleh


orang yang masih awam dikhawatirkan akan mengenai organ dalam pada
tubuh ikan seperti usus, sehingga akan menyebabkan ikan stress bahkan
kematian pada ikan yang disuntik.
3. Penyuntikan Secara Intracranial
Penyuntikan ini dilakukan pada rongga otak. Karenanya perlu
dilakukan dengan cara yang sangat hati-hati, bila tidak maka ikan akan
mati. Hal ini biasa dilakukan pada ikan yang memiliki rangka kepala yang
lunak sehingga memudahkan untuk melakukan penyuntikan. Walaupun
demikian metode ini sangat tidak dianjurkan karena tetap memiliki resiko
yang besar bagi ikan yang disuntik.
4. Penyuntikan Intravena
Cara yang satu ini lebih jarang dilakukan karena ikan disuntik pada
bagian pangkal ekor. Pada pembenihan ikan penyuntikan dengan metoda
ini juga sangat memungkinkan untuk dilakukan serta resiko yang mungkin
akan terjadi pada ikansangat kecil bagi ikan yang memiliki bobot diatas
500 gr. Tetapi sangat rentanterjadinya infeksi pada ikan yang berukuran
lebih kecil dari 300 gr pasca penyuntikan. (Marwenda, 2014)

D. Proses Pemijahan Ikan Betok Semi Alami


1. Seleksi Induk
Syarat ikan betok yang dijadikan induk minimal mempunyai bobot di
atas 90 g untuk betina dan di atas 30 g untuk jantan. Beberapa persyaratan
ikan betok yang dapat dijadikan induk, yaitu badan terlihat segar, tidak
cacat, gerakannya lincah, mampu menghasilkan telur dalam jumlah cukup
banyak, umur induk lebih dari 10 bulan, dan pertumbuhannya cepat (Akbar,
2012).
Seleksi induk dilakukan dengan menangkap induk ikan betok satu per
satu. Apabila ditemukan induk yang telah matang gonad maka induk
tersebut dipindahkan ke dalam bak fiber atau bak penampungan yang lain
untuk diberok dari pagi sampai sore hari.
25

Ciri-ciri induk betina yang sudah siap pijah adalah tubuh gemuk dan
melebar ke samping, warna badan agak gelap, sirip punggung lebih pendek,
bagian bawah perut agak melengkung, jika matang gonad pada bagian perut
diurut (stripping) akan keluar telur pada organ reproduksinya, dan alat
kelamin berwarna kemerah merahan. Sedangkan induk jantan yang siap
pijah memiliki ciri-ciri tubuh ramping dan panjang, warna badan agak
cerah, sirip punggung lebih panjang, bagian bawah perut rata, dan jika perut
diurut akan keluar cairan sperma pada organ reproduksinya yang berwarna
putih susu (Akbar, 2012).
2. Pemijahan
Ikan betok memijah sepanjang musim penghujan, pada saat musimnya
mampu memijah 2-3 kali dengan jumlah telur (fekunditas) 4.500-35.000
butir. Pemijahan ikan betok dilakukan dalam akuarium (60x50x45 cm) yang
diisi air sebanyak 125 L. Rasio jantan dan betina adalah 1 : 1 dalam ukuran
bobot badan. Akuarium diberi aerasi dengan kecepatan sedang dan diberi
penutup pada bagian atasnya (Akbar, 2012).
Peyuntikan secara intramuscular (penyuntikan langsung pada daging),
yaitu pada 5 sisik ke belakang dan 2 sisik di bawah bagian sirip punggung
ikan. Induk betina 2 kali penyuntikan dan induk jantan 1 kali penyuntikan.
Interval waktu penyuntikan pertama ke penyuntikan kedua adalah 6 jam.
Penyuntikan induk jantan bersamaan pada saat penyuntikan kedua induk
betina (Akbar, 2012). Dosis ovaprim yang digunakan 0,5 mL/kg bobot
induk (Widodo et al, 2006; Marlida, 2008). Proses terjadinya perkawinan
dan ovulasi dilakukan secara alami.
Induk jantan dan betina yang sudah disuntik kemudian dicampur dalam
satu akuarium dengan perbandingan satu ekor induk betina dan empat ekor
jantan (1:1 ukuran bobot tubuh) dengan tujuan agar telur yang diovulasikan
dapat dibuahi semua oleh sperma dari induk jantan. Untuk merangsang
pemijahan, selain hormon ovaprim juga dapat digunakan ekstrak kelenjar
hipofisa 10 mg/kg bobot ikan betok dan hormon HCG 3.000 IU/kg bobot
ikan betok (Akbar, 2012).
BAB III
METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat


3. Hari/tanggal : Sabtu/1 april 2017
Pukul : 15.34, 21.00, dan 01.00 WITA
4. Tempat : Laboratorium Pemijahan, UPT Balai Benih Ikan (BBI)
Tirta mina, Desa Perjiwa, Dinas Kelautan dan Perikanan Kukar.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
1) Serok 1 buah
2) Timbangan 1 buah
3) Wadah plastik 1 buah
4) Alat suntik 1 buah
5) Akuarium 1 buah
2. Bahan
1) Ikan Betok Anabas testudineus 6 ekor
2) Hormon HCG, merk “Ovaprim” 1 botol
3) Cairan NaCl
4) Air

C. Prosedur Kerja
1. Induk ikan betok betina yang siap dipijahkan dan yang sudah diberokkan,
diambil dari kolam pemberokan sebanyak 2 ekor.
2. Kemudian, induk ikan betok betina tersebut dimasukkan ke dalam wadah
plastik lalu diletakkan diatas timbangan dan ditimbang bobot tubuhnya.
(Sebelum induk ikan betok ditimbang, wadah plastiknya ditimbang terlebih
dahulu).
3. Setelah induk ikan betok ditimbang, hasil dari penimbangan bobot tubuh
ikan dikurangi dengan hasil penimbangan wadah plastik, sehingga didapat
27

selisih antara bobot tubuh ikan betok dengan berat wadah plastik, dimana
selisih tersebut merupakan bobot bersih tubuh ikan betok.
4. Kemudian induk ikan betok betina yang telah ditimbang, diberi hormon
HCG dengan menggunakan merek ovaprim yang dosisnya 0,5 mL/kg.
5. Sebelum hormon tersebut disuntikkan ke tubuh induk ikan betok betina,
maka perlu dihitung dosis hormonnya dengan cara :

bobot tubuh ikan (gram)


× 0,5 mL/kg
1000 gram

6. Setelah didapat berapa dosis hormon yang tepat (menggunakan rumus di


atas) yang akan disuntikkan ke induk ikan betok betina, maka selanjutnya
cairan hormon tersebut diambil menggunakan alat suntik sesuai dengan
dosis yang telah dihitung.
7. Sebelum hormon tersebut disuntikkan ke tubuh induk ikan, hormon tersebut
diencerkan terlebih dahulu dengan cairan NaCl, dengan perbandingan
hormon dan NaCl adalah 1:2.
8. Setelah hormon diencerkan dengan cairan NaCl, selanjutnya hormon
tersebut disuntikkan ke tubuh induk ikan betina dengan melakukan metode
2 kali penyuntikkan.
9. Induk ikan betok betina pertama disuntik dengan dosis 30% dari dosis
hormon yang dihitung pada langkah no.5, setelah itu induk ikan tersebut
dimasukkan ke dalam akuarium A.
10. Kemudian induk ikan betok betina kedua disuntik dengan dosis 100%
dari dosis hormon yang dihitung pada langkah no.5 (disuntik dengan semua
cairan hormon yang masih ada di alat suntik, yang digunakaan saat
penyuntikan 30%). Setelah itu, induk ikan tersebut dimasukkan ke dalam
akuarium B.
11. Setelah 4 jam, induk ikan betok betina pertama diambil dari akuarium
kemudian disuntik untuk kedua kalinya dengan dosis 70% dari dosis
28

hormon yang dihitung pada langkah no.5, setelah itu induk ikan tersebut
dimasukkan ke dalam akuarium A.
12. Setelah itu, induk ikan betok jantan yang siap dipijahkan dan yang sudah
diberokkan, dipilih dan diambil dari kolam pemberokan sebanyak 4 ekor.
13. Kemudian, induk ikan betok jantan tersebut dimasukkan ke dalam wadah
plastik lalu diletakkan diatas timbangan dan ditimbang bobot tubuhnya.
(Sebelum induk ikan betok ditimbang, wadah plastiknya ditimbang terlebih
dahulu).
14. Setelah induk ikan betok jantan ditimbang, induk ikan betok jantan
disuntik dengan hormon HCG tapi sebelumnya dosis hormon tersebut
dihitung dengan rumus yang ada pada langkah ke 5.
15. Selanjutnya, ambil cairan hormon tersebut dengan alat suntik sesuai
dengan dosis yang dihitung dan hormon tersebut diencerkan dengan cairan
NaCl dengan perbandingan 1:2
16. Setelah hormon diencerkan dengan cairan NaCl, selanjutnya hormon
tersebut disuntikkan ke tubuh induk ikan betok jantan.
17. Kemudian induk ikan betok jantan yang telah disuntik dimasukkan ke
dalam akuarium A dan B. Masing-masing akuarium berisi 2 ekor induk ikan
jantan dan 1 ekor induk ikan betina.
18. Lalu induk ikan tersebut di tempatkan di ruang gelap dan bagian atas
akuarium ditutup dengan terpal selama 6 jam, untuk dibiarkan memijah
sendiri.
19. Setelah menunggu selama 6 jam, ikan telah memijah diamati.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Hasil dari praktikum pemijahan ikan betok yang dilakukan secara semi
alami menggunakan metode penyuntikan, menunjukkan bahwa penyuntikan
hormon HCG (menggunakan merk ovaprim) pada induk ikan betok betina dan
induk ikan betok jantan berbeda dosis dan metode penyuntikannya, dimana
induk ikan betok betina penyuntikannya dilakukan 2 kali sedangkan induk ikan
betok jantan penyuntikannya 1 kali. Data hasil perhitungan dosis hormon HCG
(menggunakan merk ovaprim dengan dosis 0,5 mL/kg) yang disuntikkan pada
induk ikan betok betina dan jantan dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Dosis Hormon HCG yang disuntikkan pada induk ikan betok betina
dan jantan

Induk
Bobot tubuh Induk Ikan Pukul Dosis Hormon HCG yang
Ikan
Betok (gram) (WITA) disuntikkan (mL)
Betok
131, 2 gram 2 ekor 1. 15.34 30% = 0,075 mL Penyuntikan 2x
♀ 65 gram 1 ekor 2. 20.34 70% = 0,0175 mL
3. 15.35 100% = 0,25 mL Penyuntikan 1x

120,5 gram 4 ekor 20.50-


♂ 0,015 mL
30 gram 1 ekor 21.05

B. Pembahasan
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa dosis hormon HCG yang
disuntikkan pada induk ikan betok betina dan jantan berbeda, hal ini
dipengaruhi karena perbedaan bobot tubuh ikan. Penghitungan dosis hormon
30

HCG yang akan disuntikkan pada induk ikan, menggunakan rumus sebagai
bobot tubuh ikan (gram)
berikut : × 0,5 mL/kg
1000 gram

Penyuntikan hormon HCG pada induk ikan betok betina dilakukan dengan
dua cara. Cara yang pertama penyuntikan dilakukan 2 kali dan cara yang kedua
penyuntikannya dilakukan 1 kali. Penyuntikan 2 kali dilakukan dengan cara
menyuntikkan hormon pada induk ikan betok betina pertama dengan dosis
yang berbeda, dimana pada penyuntikan pertama induk ikan disuntik dengan
dosis 30% kemudian pada penyuntikan yang kedua induk ikan disuntik dengan
dosis 70%. Sedangkan penyuntikan 1 kali dilakukan dengan cara
menyuntikkan hormon pada induk ikan betok betina kedua dengan dosis 100%.
Pada penyuntikan 2 kali, induk ikan betok betina yang pertama disuntik
dengan dosis 0,075 mL (dosis 30%) pada pukul 15.34, kemudian setelah 4 jam
yaitu pukul 20.34, induk ikan tersebut disuntik lagi dengan dosis 0,0175 mL
(dosis 70%). Pada penyuntikan 1 kali, induk ikan betok betina yang kedua
disuntik dengan dosis 0,25 mL (dosis 100%) pada pukul 15.35. Sedangkan
penyuntikan hormon HCG pada 4 induk ikan betok jantan dilakukan dengan
penyuntikan 1 kali dengan dosis 0,015 mL untuk setiap ekornya,
penyuntikannya dilakukan pada pukul 20.55 - 21.05. Penyuntikan pada induk
ikan betok jantan dan betina tersebut dilakukan dengan teknik penyuntikan
intramuscular, yaitu menyuntik pada tubuh ikan tepat pada bawah sirip
punggungnya.
Induk ikan jantan dan betina yang sudah disuntik kemudian dicampur dalam
satu akuarium dengan perbandingan satu ekor induk betina dan dua ekor
jantan. Setelah 8 jam penyuntikan, induk ikan betok jantan dan betina yang
berada di akuarium memijah disertai dengan proses perkawinan. Telur yang
diovulasikan oleh induk betina kemudian dibuahi semua oleh sperma dari
induk jantan. Telur-telur yang terbuahi akan naik dan mengapung di
permukaan air di akuarim. Penyuntikan hormon pada ikan betok bertujuan
untuk mempercepat waktu ovulasi dan masa laten pemijahan ikan betok.
Dalam pengamatan pemijahan pada ikan betok yang dilakukan praktikan,
31

hanya satu akuarium saja yang diamati, yang berisi 2 ekor jantan dan 1 ekor
betina, dimana betina tersebut disuntik 1 kali dengan dosis 100%.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa pemijahan semi
alami dengan menyuntikkan hormon (merek ovaprim) dapat mempercepat
waktu ovulasi dan masa laten pemijahan ikan betok. Serta saat melakukan
penyuntikan, dosis hormon yang akan diberikan pada ikan harus dihitung
terlebih dahulu sesuai perbandingan bobot tubuh ikan.

B. Saran
Pada saat praktikum setiap kelompok bisa secara bergantian untuk masuk ke
laboratorium/ ruang praktikum agar semua peserta praktikum/ praktikan dapat
melihat, mengamati dan melakukan secara langsung bagaimana proses
pemijahan semi alami dengan metode penyuntikan.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebababkan peningkatan
terhadap kebutuhan pangan. Salah satu alternatif solusi yang dapat dilakukan
adalah melalui usaha budidaya ikan. Ikan merupakan salah satu komoditas
pangan yang memiliki kandungan protein cukup tinggi sehigga baik untuk
dijadikan sebagai bahan pangan. Salah satu jenis ikan local yang memiliki
potensi untuk dikembangkan adalah ikan betok Anabas testudineus Bloch. Ikan
betok merupakan jenis spesies blackfish, yaitu ikan yang memiliki ketahanan
terhadap tekanan lingkungan. Ikan betok adalah sejenis ikan air tawar yang
hidup di liar di rawa banjiran serta sungai, dan masih jarang sekali di
budidayakan. Ikan betok termasuk golongan ikan omnivore yang cendureng
karnivora (Mustakim, 2008).
Kendala utama dalam pengembangan budidaya ikan betok adalah
terbatasnya benih, baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Keberhasilan
budidaya ikan betok sangat tergantung pada teknologi pembenihan dan
pemeliharaan larva. Secara umum tingkat mortalitas benih fase larva sampai
berumur satu bulan mencapai 80%. Jenis ikan betok yang paling bagus untuk
dibudidayakan adalah ikan betok hijau. Budidaya ikan betok membutuhkan
perhatian khusus karena ikan ini termasuk dalam jenis ikan liar sehingga sulit
dibudidayakan. Ikan betok sebenarnya sangat mudah dalam pemeliharaan,
namun untuk pengembangbiakan masih sangat sulit untuk dilakukan.
34

B. Tujuan
Praktikum ini dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui bagaimana
perkembangan telur pada ikan betok dengan selang waktu pengamatan 4 jam.

C. Manfaat
Melalui praktikum ini, praktikan dapat mengamati secara langsung
bagaimana pemijahan induk ikan betok yang disertai dengan ovulasi dan
pengeluaran sperma oleh induk betina dan jantan. Selain itu, praktikan dapat
mengamati dan mengetahui perkembangan telur ikan betok yang telah dibuahi
oleh sperma.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tingkat Kematangan Gonad


Musim pemijahan ikan betok biasanya dimulai saat memasuki musim
penghujan, ketika kenaikan massa air memberikan rangsangan bagi ikan untuk
memijah. Di Kalimantan Timur, bulan Oktober merupakan awal musim
penghujan. Pada umumnya puncak musim pemijahan ikan perairan umum
berlangsung pada saat musim penghujan, ketika ikan - ikan sungai beruaya ke
arah rawa banjiran untuk melakukan pemijahan (Utomo et al., 1990 in
Ernawati et al, 2009).
Tingkat kematangan gonad ikan betok jantan dan betina meningkat seiring
dengan bertambahnya ukuran panjang. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan
bahwa ikan jantan pertama kali matang gonad pada ukuran 93 mm (rawa), 107
mm (sungai), dan 102 mm (danau). Ikan betina pertama kali matang gonad
terdapat pada ukuran 91 mm (rawa), 110 mm (sungai), dan 109 mm (danau).
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa ikan betok pertama kali matang
gonad pada ukuran 84-109 mm (Ernawati et al, 2009).

B. Indeks Kematangan Gonad


Secara keseluruhan, IKG ikan betok betina cenderung lebih tinggi
dibandingkan dengan ikan jantan. Nilai IKG ikan betok berkisar antara 0,14-
17,77%, dengan kisaran IKG ikan jantan sebesar 0,14-7,67%, dan ikan betina
sebesar 0,19-17,77% (Ernawati et al, 2009). Bagenal (1973) in Ernawati et al
(2009) , menyatakan bahwa ikan yang mempunyai nilai IKG lebih kecil dari
20% merupakan kelompok ikan yang dapat memijah lebih dari sekali dalam
setahun.
Menurut Tamsil (2000) dalam Ernawati et al (2009 ), umumnya gonad ikan
akan terus berkembang dan akan mencapai nilai maksimum pada TKG IV,
kemudian menurun saat memasuki TKG V, karena ikan sudah melakukan
36

pemijahan. Secara keseluruhan, IKG ikan betok betina cenderung lebih tinggi
dibandingkan dengan ikan jantan. Biasanya ovarium pada ikan betina akan
lebih berat daripada testis pada ikan jantan. Pada umumnya pertambahan bobot
gonad pada ikan betina berkisar 10%-25% dari bobot tubuhnya, sedangkan
pada ikan jantan berkisar 10%-15% (Effendie, 1997) atau 5%-10% (Affandi &
Tang, 2002 in Ernawati et al, 2009).

C. Reproduksi dan Telur Ikan betok


Ikan betok/papuyu berkembangbiak dengan cara induk betina mengeluarkan
telur yang dibuahi induk jantan dengan mengeluarkan sperma. Pembuahan
terjadi diluar dengan cara tubuh induk jantan menjepit tubuh induk betina
sambil mengeluarkan telur dan sperma.
Telur ikan Papuyu berbentuk bulat berwarna bening kekuningan dengan
sifat mengapung di air. 1 ekor induk papuyu dapat memproduksi telur
sebanyak 13.000 – 15.000 tergantung berat dari ikan tersebut (Saputra, 2011).

Gambar 3.

D. Perkembangan posisi inti sel telur ikan betok


Perkembangan posisi inti sel telur ikan terbagi dalam 4 posisi yakni : a.
Posisi central (CGV) posisi inti sel telur berada di tengah, b. Posisi migration
(MGV) di mana posisi inti sel telur bermigrasi dari tengah ke tepi, c. Posisi
peripheral (PGV) posisi inti sel telur berada di tepi, d. Posisi germinal vesicle
breakdown (GVDB) posisi inti sel telur telah melebur dan siap ovulasi.
37

Perkembangan persentase posisi inti sel telur ikan betok adalah seiring dengan
perkembangan persentase sebaran frekuensi
.
E. Perkembangan Embrio
Hasil penelitian yang dilakukan marlida (2001), terhadap perkembangan
Embrio telur ikan betok yaitu proses perkembangan Embrio dan penetasan
telur ikan betok terjadi 21 jam 11 menit setelah pembuahan, dengan tahapan
stadia sebagai berikut: cleavage, blastula, dan organogenesis. Pergerakan
Embrio semakin aktif menjelang penetasan dengan cara berputar dan
menggerakkan ekornya ke kiri dan ke kanan. Tubuh Embrio di dalam cangkang
berada dalam posisi melengkung pada kuning telur yang terlihat bulat dan
besar.
Telur ikan adalah sel gamet betina yang mempunyai program
perkembangan untuk menjadi individu baru, Setelah program perkembangan
tersebut diaktifkan oleh spermatozoa. Vitamin E berperan penting dalam
meningkatkan kualitas telur ikan. Kualitas telur yang baik dapat dilihat dari
derajat tetas telur, abnormalitas larva, dan jumlah total larva yang dihasilkan.
BAB ІІІ
METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat


1. Hari/tanggal : Minggu/2 april 2017
Pukul : 02.00, 06.00, 10.00 WITA
2. Tempat : Laboratorium Pemijahan, UPT Balai Benih Ikan (BBI)
Tirta Mina, Desa Perjiwa, Dinas Kelautan dan Perikanan,
Kutai Kartanegara.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
1) Mikroskop cahaya 1 unit
2) Cawat Petri 1 buah
3) Pipet 1 buah
2. Bahan
1) Ikan Betok Anabas testudineus 6 ekor
2) Air akuarium

C. Prosedur Kerja
1. Telur ikan yang sudah mengapung di atas air akuarium, di ambil dengan
menggunakan pipet.
2. Telur ikan yang sebagian di ambil, kemudian di letakkan di cawan petri dan
diberi sedikit air dari akuarium.
3. Setelah itu, mikroskop cahaya disiapkan untuk mengamati telur.
4. Kemudian telur yang berada di cawan petri diletakkan di atas meja
mikroskop.
5. Lalu, telur diamati dengan seksama.
6. Setelah diamati dengan mikroskop, telur tersebut difoto.
7. Perkembangan telur diamati sebanyak 3 kali pengamatan dengan selang
waktu 4 jam.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Hasil pengamatan pada perkembangan telur ikan betok, setelah penyuntikan
kedua pada induk betina, dimana ovulasi akan terjadi 5 jam berikutnya. Pada
pengamatan telur dapat diketahui perkembangan telur ikan betok pada setiap 4
jamnya, berikut data hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Perkembangan telur ikan betok

No Pukul Gambar dan keterangan

1 02.00 WITA
40

2 06.00 WITA

3 10.00 WITA

B. Pembahasan
Berdasarkan data di atas pengamatan perkembangan telur dilakukan setiap 4
jam. Telur yang diambil dan diamati merupakan telur ikan betok yang
pemijahannya dilakukan secara semi alami dengan menyuntikkan hormon
HCG (merek ovaprim). Telur-telur tersebut diamati menggunakan mikroskop
cahaya setiap 4 jam, untuk mengetahui perubahan dan perkembangan posisi
inti sel telur ikan.
Pada pukul 02.00 inti sel telur terbungkus lapisan telur, dan masih berada di
tengah. Kemudian pada pukul 06.00 ada beberapa telur yang inti sel telurnya
41

masih berada di tengah dan ada juga yang inti sel telurnya sudah tidak berada
di tengah tapi belum berada di tepi lapisan telur. Lalu pada pukul 10.00 inti sel
telur ada yang sudah berada di tepi telur dan ada yang mulai melebur dengan
telur, selain itu di bagian kiri dan kanan telur terdapat tonjolan kecil.
Menurut Suriansyah dan Agus Oman (2011), Perkembangan posisi inti sel
telur ikan terbagi dalam 4 posisi yakni : a. Posisi central (CGV) posisi inti sel
telur berada di tengah, b. Posisi migration (MGV) di mana posisi inti sel telur
bermigrasi dari tengah ke tepi, c. Posisi peripheral (PGV) posisi inti sel telur
berada di tepi, d. Posisi germinal vesicle breakdown (GVDB) posisi inti sel
telur telah melebur dan siap ovulasi.
Perkembangan embrio ikan betok membelah secara meroblastik, yaitu yang
membelah adalah inti sel dan sitoplasma pada daerah kutub anima. Tang dan
Affandi (2000), menjelaskan bahwa pembelahan pada embrio dibedakan
menjadi 2, yaitu 1) pembelahan holoblastik, yaitu seluruh sel telur membelah
menjadi dua bagian, kemudian anak sel tersebut membelah lagi secara
sempurna dan seterusnya, 2) meroblastik, yaitu pembelahan mitosis yang tidak
disertai oleh pembagian kuning telur (kuning telur tidak ikut membelah), yang
membelah diri adalah inti sel dan sitoplasma di daerah kutub anima.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada pengamatan telur ikan betok yang diamati setiap 4 jam dengan 3 kali
pengamatan, dapat disimpulkan bahwa telur ikan betok mengalami
perkembangan. Perkembangan telur tersebut terlihat ketika adanya perubahan
posisi inti sel telur dan pada pengamatan ketiga, dibagian sisi kiri dan kanan
telur terbentuk tonjolan kecil.

B. Saran
Dalam pengamatan perkembangan telur ikan betok, sangat diperlukan
ketelitian dan kesabaran saat mendokumentasikan hasil pengamatan telur pada
mikroskop. Waktu praktikum untuk mengamati perkembangan telur perlu lebih
lama, agar praktikan dapat mengamati perkembangan telur hingga telur
menetas.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Junius. 2012. Ikan Betok: Budidaya dan Peluang Bisnis. Yogyakarta: Eja
Publisher.

Bachtiar, Yusuf. 2006. Panduan Lengkap Budidaya Lele Dumbo, Jakarta: Agro
Media Pustaka.

Etika, Desmi., Muslim, dan Yulisman. 2013. Perkembangan Diameter Telur Ikan
Betok (Anabas Testudineus) Yang Diberi Pakan Diperkaya Vitamin E
dengan Dosis Berbeda. Jurnal Perikanan dan Kelautan.
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=145898&val=2272,
diakses 5 April 2017).

Hernowo, Suyanto dan Rachmatus. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Lele.


Yogyakarta: Kanisius.

Khairuman dan Khairul Amri. 2002. Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif.
Jakarta: Argo Media Pustaka.

Kordi, M. Ghufran. 2008. Budi daya Perairan Buku Kesatu. Bandung: PT Citra
Aditya Bakti.

Santoso, Budi. 1995. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Lele Dumbo. Yogyakarta:
Kartisius.

Soetomo. 2003. Teknik Pembudidaya Ikan Lele Dumbo. Jakarta: Sinur Bara
Algensindo.

Susanto, Heru. 2009. Budi daya Ikan di Pekarangan edisi revisi. Jakarta: Penebar
Swadaya.

Suriansyah, Agus Oman, dan Muhammad Zairin. 2011. Studi Perkembangan


Gonad Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) dengan Rangsangan
Hormon.(http://ejournal.biologi.lipi.go.id/index.php/berita_biologi/
article/viewFile/769/51diakses 9 April 2017).

http://perikanan88.blogspot.co.id/2012/09/ikan-betok-anabas-testudineus-
bloch.html?m=1 ( diakses 9 april 2017).
44

http://duniaprikanan.blogspot.co.id/2014/12/teknik-pada-penyuntikan-ikan.html
(12 april 2017).

http://rakhmathadisaputra.blogspot.co.id/2011/12/manajemen-pembenihan-ikan-
papuyu.html (diakses 13 April).
45

LAMPIRAN

Gambar 4. Praktikan menangkap Induk Ikan Lele dumbo dengan serok

(a)
(b)

Gambar 5: (a) Induk Ikan Lele Dumbo Jantan

(b) Induk Ikan Lele Dumbo Betina


46

Gambar 6. Bahan-bahan yang digunakan untuk pemijahan ikan betok :


Hormon HCG (merk Ovaprim), Cairan NaCl.

Gambar 7. Alat-alat yang digunakan


untuk pemijahan ikan betok : serok, wadah plastik, timbangan, alat suntik.
47

Gambar 8. Praktikan menimbang ikan betok terlebih dahulu, sebelum


disuntik untuk menghitung dosis hormon(yang akan disuntikkan pada induk
ikan betok) berdasarkan perbandingan bobot tubuh ikan.

Gambar 9. Pengambilan cairan hormon sesuai dengan dosis yang telah


dihitung menggunakan alat suntik
48

Gambar 10. Penyuntikan induk ikan betok betina dengan dosis 30%.

Gambar 11. Penyuntikan induk ikan betok betina dengan dosis 70%.
49

Gambar 12. Penyuntikan Induk Ikan betok Jantan

Gambar 13. Proses Pemijahan induk ikan betok


50

Gambar 14. Telur Ikan Betok


51

Gambar 15. Praktikan mengamati telur ikan betok menggunakan mikroskop.

Anda mungkin juga menyukai