Anda di halaman 1dari 82

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dikenal memiliki kekayaan sumber daya perikanan yang cukup


besar, terutama dalam perbendaharaan jenis-jenis ikan. Diperkirakan sekitar
16% spesies ikan yang ada didunia hidup di perairan Indonesia. Menurut data,
total jumlah jenis ikan yang terdapat di perairan Indonesia mencapai 7.000
jenis (spesies). Hampir sekitar 2.000 spesies diantaranya merupakan jenis ikan
air tawar dan sisanya merupakan ikan air laut (Khairuman dan Amri, 2008).
Menginat banyaknya jenis ikan yang ada di Indonesia, bidang ilmu yang
mempelajari bagian luar suatu organisme tentu memudahkan kita untuk
mengetahui tentang organisme tersebut, bagian luar pada organisme dapat
dengan mudah dikenali dan diingat karena berhubungan dengan bentuk tubuh
organisme tersebut. Bidang ilmu ini disebut morfologi.
Pada dasarnya morfologi dari setiap jenis hewan air yang masih dekat
kekerabatanya memiliki kemiripan. Hal yang sama juga akan kita dapati pada
berbagai jenis ikan serta pada berbagai jenis hewan lainya yang paling umum
kita kenal adalah ikan, udang, moluska, amfibi, dan sebagainya. Ikan,
didefinisikan. secara umum sebagai hewan yang hidup di air, bertulang
belakang, poikiloterm, bergerak dengan menggunakan sirip, bernafas dengan
insang, dan memiliki gurat sisi (linea lateralis) sebagai organ
keseimbangannya.
Pada ikan dan hewan air lainnya pada umumnya bagian tubuh dibagi
menjadi tiga bagian yakni bagian kepala, badan dan ekor , namun pada setiap
jenis ikan ukuran bagian-bagian tubuh tersebut berbeda-beda tergantung jenis
ikannya. Oleh karena itu, dirasa perlu untuk mempelajari morfologi organisme
air terkhusus ikan karena banyaknya jenis ikan yang ada di Indonesia.
2

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui ciri morfologi umum pada ikan.


2. Untuk mengetahui perbedaan morfologi ikan air tawar dan ikan air laut.

C. Manfaat

Melalui praktikum ini praktikan dapat mengetahui ciri morfologi umum


pada ikan dan dapat mengetahui perbedaan morfologi dari ikan air tawar dan
ikan airlaut melalui pengamatan dan identifikasi pada ikan tersebut.
II . TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Morfologi

Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme.


Salah satu ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari organisme
adalah memperhatikan bagian luarnya. Adapun yang dimaksud dengan bentuk
luar organisme ini adalah bentuk tubuh, termasuk warna tubuh yang terlihat
dari luar. Pada dasarnya, bentuk luar dari ikan mulai dari larva hingga ikan
tersebut dewasa dapat berubah-ubah, terutama pada ikan yang mengalami
metamorfosis dan mengalami proses adaptasi terhadap lingkungan (habitat).
Namun demikian, pada sebagian besar ikan bentuk tubuhnya relatif tetap,
sehingga jika terjadi perubahan, perubahan bentuk tubuhnya relatif sangat
sedikit.

B. Ikan Gabus

1. Klasifikan Ikan Gabus (Channa striata)


Berikut ini klasifikasi dari ikan gabus menurut Ardianto (2015):
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilim : Vertebrata
Superkelas : Pisces
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Actynopterygii
Superordo : Teleostei
Ordo : Perciformes
Subordo : Channoidei
Famili : Channidae
4

Genus : Channa
Spesies : Channa striata

Gambar 1. Ikan gabus (Channa striata)


Dokumentasi pribadi (2017)

Ikan gabus (Channa striata) merupakan jenis ikan yang hidup di perairan
air tawar di seluruh Indonesia. Ikan gabus bisa ditemukan di perairan umum
sebagai ikan liar. Biasanya ikan ini banyak ditemukan di waduk, sungai
dengan air tenang, rawa-rawa yang airnya cukup dalam, sawah dan danau.
Pada awalnya ikan gabus hanya terdapat di barat garis Wallace (Sumatera,
Jawa, dan Kalimantan). Namun, seiring berjalannya waktu, ikan gabus
diintroduksi (dimasukkan) ke wilayah Indonesia Timur. Oleh karena itu,
ikan ini memiliki banyak sebutan yang berbeda di tiap daerah Indonesia,
seperti haruan (Melayu), kocolan (Betawi), bogo (Sunda), kutuk (Jawa),
bayongan (Banyumas), kabos (Minahasa), dan lain sebgainya. Sedangkan
dalam bahasa Inggris, ikan gabus mendapat sebutan common snakehead,
snakehead murrell chevron snakehead, dan striped snakehead (Ardianto
dalam Neni, 1999).
Channa striata merupakan jenis ikan gabus yang banyak ditemukan dan
memiliki ukuran tubuh relatife kecil. Jenis lain adalah gabus Toman channa
micropeltes dan Channa pleurophalmus. Gabus jenis Toman merupakan
jenis gabus yang memiliki ukuran tubuh besar, bahkan dapat mencapai
panjang 1 meter dengan berat 5 kg (Ardianto, 2015).
5

2. Morfologi Ikan Gabus(Channa striata)


Ikan gabus memiliki kepala berukuran besar dan agak gepeng yang mirip
ular sehingga dinamakan snakehead. Bentuknya pipih dan agak cembung
dibagian atasnya. Pada bagian atas kepala tersebut terdapat sisik-sisik besar,
tubuhnya berbentuk bulat, gilik, dan memanjang, seperti peluru kendali atau
torpedo dan membentuk silinder yang memampat dibagian depan. Warna
tubuhnya kehijauan, kocoklatan, hingga kehitaman. Sementara, panjang
tubuhnya bisa mencapai 90 cm, bahkan lebih.
Sekilas, ikan gabus mirip dengan ikan lele. Namun, jika diperhatikan
dengan cermat, keduanya sangat berbeda. Ikan lele memiliki tubuh licin
sedangkan ikan gabus kasar karena memiliki sisik. Selain itu, ikan gabus
tidak memiliki sirip yang tajam (patil) seperti yang terdapat pada ikan lele.
Sirip punggung ikan gabus memanjang mulai dari tengkuk hingga pangkal
ekor, kemudian sirip ekor membulat pada ujungnya. Sirip dubur ikan gabus
juga memanjang mulai dari dekat dubur hingga pangkal ekor. Warna ikan
gabus biasanya menyerupailingkungan sekitarnya, biasanya sisi atas tubuh
dari kepala hingga ekor berwarna gelap, hitam kecoklatan, atauhijau,
sedangkan sisi bawah tubuh berwarna putuh dan sisi samping bercoret-coret
tebal (striata). Ikan ini juga memiliki mulut lebar disertai gigi-gigi besar dan
tajam (Ardianto, 2015).

C. Ikan Kakap Merah

1. Klasifikasi Ikan Kakap Merah


Menurut Saanin (1984) klasifikasi kakap merah adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
6

Sub Kelas : Teleostei


Ordo : Percomorphi
Sub Ordo : Perciodea
Famili : Lutjanidae
Genus : Lutjanus
Spesies : Lutjanus argentimaculatus

Gambar 2. Ikan kakap merah (Lutjanus argentimaculatus)


Dokumentasi pribadi (2017)

Ikan kakap merah (Lutjanus argntimaculatus) merupakan ikan air laut


yang umumnya menghuni daerah perairan karang ke daerah pasang surut di
muara, bahkan beberapa spesies cenderung menembus sampai ke perairan
tawar. Ikan kakap merah yang tergolong ikan demersal mengandung sedikit
minyak (satu sampai empat persen massa tubuhnya), jika dibandingkan
dengan ikan pelagis yang dapat mencapai 30 persen. Sehingga ikan
demersal termasuk ikan daging putih. Jenis kakap merah berukuran besar
umumnya membentuk gerombolan yang tidak begitu besar dan beruaya ke
dasar perairan menempati bagian yang lebih dalam daripada jenis yang
berukuran kecil. Selain itu biasanya kakap merah tertangkap pada
kedalaman dasar antara 40–50 meter dengan substrat sedikit karang dan
salinitas 30–33 ppt serta suhu antara 5-32ºC (Fadhli, 2015).
2. Morfologi Ikan Kakap Merah (Lutjanus argntimaculatus)
Ikan kakap merah (Lutjanus argntimaculatus) mempunyai tubuh yang
memanjang dan melebar, gepeng atau lonjong, kepala cembung atau sedikit
7

cekung. Jenis ikan ini umumnya bermulut lebar dan agak menjorok ke
muka. Sirip punggung berjari-jari keras 11 dan lemah 14, sirip dubur
berjari-jari keras 3 lemah 8-9. Sirip punggung umumnya berkesinambungan
dan berlekuk pada bagian antara yang berduri keras dan bagian yang berduri
lunak. Batas belakang ekornya agak cekung dengan kedua ujung sedikit
tumpul.
Warna sangat bervariasi, mulai dari yang kemerahan, kekuningan, kelabu
hingga kecoklatan. Ada yang mempunyai garis-garis berwarna gelap dan
terkadang dijumpai adanya bercak kehitaman pada sisi tubuh sebelah atas
tepat di bawah awal sirip punggung berjari lunak. Pada umumnya berukuran
panjang antara 25 – 50 cm, walaupun tidak jarang mencapai 90 cm
(Gunarso, 1985). Ikan kakap merah menerima berbagai informasi mengenai
keadaan sekelilingnya melalui beberapa inderanya, seperti melalui indera
pengelihatan, pendengaran, penciuman, peraba, linea lateralis dan
sebagainya.
Ikan kakap merah tergolong diecious yaitu ikan ini terpisah antara jantan
dan betinanya. Hampir tidak dijumpai seksual dimorfisme atau beda nyata
antara jenis jantan dan betina baik dalam hal struktur tubuh maupun dalam
hal warna. Pola reproduksinya gonokorisme, yaitu setelah terjadi
diferensiasi jenis kelamin, maka jenis seksnya akan berlangsung selama
hidupnya, jantan sebagai jantan dan betina sebagai betina. Secara umum
ikan kakap merah yang berukuran besar akan bertambah pula umur
maksimumnya dibandingkan yang berukuran kecil. Ikan kakap merah yang
berukuran besar akan mampu mencapai umur maksimum berkisar antara
15–20 tahun, umumnya menghuni perairan mulai dangkal hingga
kedalaman 60–100 meter (Gunarso, 1985).
III . METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Ikhtiologi dilaksanakan pada Kamis, 05 Oktober 2017 mulai pukul


09.10 WITA sampai dengan pukul 11.50 WITA di Laboratorium Lingkungan
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Mulawarman.

B. Alat dan Bahan

1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. 1 buah buku gambar
b. Pensil dan penghapus
c. 1 buah nampan plastik

Gambar 3. Nampan plastik


Sumber : www.google.co.id
d. 2 buah Styrofoam

Gambar 4. Styrofoam
9

e. 10 buah jarum pentul

Gambar 5. Jarum pentul


Dokumentasi Pribadi (2017)

2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Ikan gabus (Channa striata)

Gambar 6. Ikan gabus (Channa striata)


Dokumentasi Pribadi (2017)
b. Ikan kakap merah ( Lutjanus argntimaculatus)

Gambar 7. Ikan kakap merah ( Lutjanus argntimaculatus)


Dokumentasi Pribadi (2017)
10

C. Prosedur Kerja

1. Alat dan bahan yang akan digunakan, disiapkan.

2. Ikan diletakkan pada Styrofoam lalu dibentangkan ekor serta sirip-sirp ikan
dibantu dengan jarum pentul agar letak ekordan sirip tidak berubah posisi.

3. Lalu, perbedaan morfologi pada ikan air tawar dan ikan air laut diamati.
4. Setelah diamati, kemudian ciri morfologi dari masing-masing ikan
digambar pada buku gambar dan lembar kerja yang telah disediakan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil pengamatan pada ikan menunjukkan adanya perbedaan antara ikan air
tawar dan ikan air laut. Perbedaan yang sangat jelas terlihat terdapat pada warna
kulit, bentuk kepala, bentuk tubuh, dan bentuk sirip pada ikan. Berikut data hasil
pengamatan morfologi ikan dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.

Tabel 1. Morfologi pada ikan air tawar (Ikan Gabus)


No. Gambar Keterangan
1. Morfologi Ikan
A. Bentuk Tubuh Bentuk Panah

B. Bentuk Mulut

Tidak dapat disembulkan

C. Posisi Mulut

Superior

D. Sungut
Tidak memiliki sungut
12

E. Sirip
 Sirip Punggung (Dorsal fin) Terdiri dari sirip lemah
yang memanjang dari
bagian belakang kepala
sampai ke pangkal ekor.

 Sirip Dubur (Anal fin) Terdiri dari sirip lemah,


yang terletak di depan
pangkal ekor dan di
belakang sirip perut.

 Sirip Ekor (Caudal fin)


Bentuk sirip ekor
membundar.

 Sirip Perut (Ventral fin)


Terdiri dari sirip keras dan
lemah.

 Sirip Dada (Pectoral fin)


Terdiri dari sirip lemah
13

 Posisi Sirip Perut terhadap sirip


dada Sejajar (Torasik)

F. Linnea Literalis
Terletak di atas sirip dada
dan tidak terputus

G. Ciri-ciri khusus pada ikan


Tidak memiliki ciri
khusus
H. Bagian-bagian tubuh ikan
 Bagian Kepala Dari ujung mulut terdepan
hingga ujung tutup insang
paling belakang.

 Bagian badan Bagian yang terletak


antara tutup insang paling
belakang hingga
permulaan sirip dubur.

 Bagian ekor
Bagian yang terletak dari
permulaan sirip dubur
hingga ujung sirip ekor
terbelakang.

2. Sistem Integumen
14

A. Sisik Ikan
Bentuk Ctenenoid

B. Jari-jari Sirip
 Sirip Punggung (Dorsal fin)
D.30.11

 Sirip Dubur (Anal fin)


A.11

 Sirip Ekor (Caudal fin) C.13

 Sirip Perut (Ventral fin)


V.12

 Sirip Dada (Pectoral fin)


P.16

Tabel 2. Morfologi pada ikan air laut (Ikan Kakap Merah)


No. Gambar Keterangan
15

1. Morfologi Ikan
A. Bentuk Tubuh
Bentuk Torpedo

B. Bentuk Mulut
Tidak dapat disembulkan

C. Posisi Mulut
Terminal

D. Sungut
Tidak memiliki sungut

E. Sirip
 Sirip Punggung (Dorsal fin)
Terdiri dari sirip keras, keras-
melemah dan lemah yang
menyatu. Terletak dibagian
belakang kepala sampai
pangkal ekor .

 Sirip Dubur (Anal fin) Terdiri dari sirip keras dan


lemah mengeras. Terletak di
depan pangkal ekor.
16

 Sirip Ekor (Caudal fin) Bentuk sirip ekor bercagak.

 Sirip Perut (Ventral fin) Terdiri dari sirip lemah dan


lemah mengeras. Terletak
dibawah sirip dada.

 Sirip Dada (Pectoral fin) Terdiri dari sirip lemah


mengeras dan lemah.
Terletak di depan sirip
punggung.

 Posisi Sirip perut terhadap sirip


dada
Sejajar (Torasik)

F. Linnea Literalis
Terletak diatas sirip dada dan
tidak terputus.

G. Ciri-ciri khusus pada ikan


Tidak memiliki cirri khusus

H. Bagian-bagian tubuh ikan Dari ujung mulut terdepan


hingga ujung tutup insang
17

 Bagian Kepala

paling belakang.

 Bagian badan
Bagian yang terletak antara
tutup insang paling belakang
hingga permulaan sirip
dubur.

 Bagian ekor Bagian yang terletak dari


permulaan sirip dubur hingga
ujung sirip ekor terbelakang.

2. Sistem Integumen
A. Sisik Ikan

Bentuk Ctenenoid
18

B. Jari-jari Sirip
 Sirip Punggung (Dorsal fin)
D.X.14

 Sirip Dubur (Anal fin)


A.III.8

 Sirip Ekor (Caudal fin)


C.17

 Sirip Perut (Ventral fin)


V.16

 Sirip Dada (Pectoral fin)


P.15
19

B.Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan morfologi pada ikan, ikan air tawar dan ikan
laut menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Perbedaan yang sangat jelas
terlihat terdapat pada warna kulit, ikan gabus memiliki warna kehitaman pada sisi
atas tubuh dari kepala hingga ekor dan sisi bawah tubuh berwarna putih,
sedangkan pada ikan kakap merah warna yang terdapat pada bagian tubuhnya
sesuai dengan namanya yaitu merah dengan warna coklat samar-samar, pada
bagian ekor terdapat warna kuning pada bagian ujungnya.
Bentuk kepala pada ikan gabus berukuran besar dan gak gepeng, bentuknya
pipih dan agak cembung di bagian atasnya serta terdapat sisik-sisik besar. Posisi
mulut pada ikan gabus adalah superior disertai dengan mulut lebar dan gigi-gigi
besar dan tajam. Sedangkan pada ikan kakap merah kepala cembung atau sedikit
cekung. Bagian bawah pra penutup insang ikan kakap merah bergerigi dengan
ujung berbentuk tonjolan yang tajam, umumnya ikan kakap bermulut lebar
dengan posisi mulut terminal, gigi konikel pada taring-taringnya tersusun dalam
satu atau dua baris dengan serangkaian gigi caninnya yang berada pada bagian
depan.
Perbedaan selanjutnya ada pada bentuk tubuh, pada ikan gabus tubuhnya
berbentuk bulat dan memanjang seperti panah. Sedangkan pada ikan kakap merah
bentuk tubuh pipih ke samping. Dan perbedaan terakhir ada pada bentuk sirip dan
jari-jari sirip. Pada ikan gabus bentuk sirip ekor adalah membundar, dan jari- jari
sirip hanya terdapat sirip lemah mengerah dan melemah tanpa adanya sirip keras.
Sedangkan pada ikan kakap merah bentuk sirip ekor adalah bercagak, dan jari-jari
pada sirip terdiri dari sirip keras, lemah mengeras, dan melemah.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada pengamatan morfologi yang dilakukan pada ikan gabus dan ikan kakap
merah terlihat perbedaan yang cukup signifikan. Perbedaan tersebut dilihat dari
warna kulit, bentuk kepala, bentuk sirip, dan bentuk ekor. Dimana perbedaan
tersebut, dapat dipengaruhi oleh lingkungan tempat hidupnya.

B. Saran

Pada pengamatan morfologi ikan ada baiknya ikan yang digunakan dalam
kondisi yang segar sehingga kualitas ikan tersebut masih baik. Hal ini bertujuan
agar bentuk sirip pada ikan tidak rusak, selain itu ikan yang segar sisiknya masih
utuh dan tidak ada yang terlepas sehingga memudahkan praktikan dalam
mengamati dan menghitung jumlah sisik secara benar. Saat praktikum juga ada
baiknya disediakan masker untuk menutup hidung karena ikan yang diamati
memerlukan waktu beberapa jam sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap
dan mengganggu praktikan.
I . PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan merupakan hewan air yang memiliki bentuk, ukuran dan warna yang
berbeda tergantung dari spesies dan dimana ikan tersebut hidup atau
beradaptasi dengan lingkungannya. Kemudian merupakan hewan yang
tergolong dalam vertebrata. Disamping itu, ikan juga didefinisikan sebagai
organisme yang memiliki habitat di perairan , berdarah dingin (poikilotrerm),
umumnya bernafas dengan insang, dan keseimbangan dan pergerakannya
bergantung pada sirip.
Ikan gabus adalah sejenis ikan predator yang hidup di air tawar. Ikan ini
dikenal dengan banyak nama di berbagai daerah: bocek dari riau, aruan,
haruan, kocolan dll. Dalam bahasa inggris juga disebut dengan berbagai nama
seperti common snakehead, snakehead murrel, chevron snakehead, striped
snakehead dan juga aruan. Nama ilmiahnya adalah Channa striata (Bloch,
1793). Ikan kakap merupakan jenis ikan dasar, ikan ini selalu berkelompok ,
biasanya habitatnya di sekitar karang, rumpon/tandes. Ikan ini umumnya
memangsa ikan-ikan kecil, udang. Sebagai penguasa karang, ikan kakap
dilengkapi dengan gigi untuk mengkoyak mangsanya. Ketika ada makanan apa
saja yang hanyut langsung disergapnya. Ikan-ikan yang paling depan untuk
memburu makanan.
Morfometrik adalah ukuran bagian-bagian tertentu dari struktur tubuh
ikan(measuring methods). Ukuran ikan adalah jarak antara satu bagian tubuh
ke tubuh yang lain. Karakter morfometrik yang sering digunakan untuk diukur
antara lain panjang total, panjang baku, panjang cagak, tinggi dan lebar badan,
tinggi dan panjang sirip, dan diameter mata (Hubbs dan Lagler, 1958; Parin,
1999). Ciri pada ikan berbeda-beda yang biasa disebut ciri morfometrik dan
meristik. Setiap ikan memiliki ukuran yang berbeda tergantung pada umur,
jenis kelamin, dan keadaan lingkungan hidupnya. Faktor-faktor tersebut baik
22

secara sendiri maupun bersama-sama mempunyai pengaruh besar terhadap


pertumbuhan ikan. Dengan demikian walaupun dua ekor ikan memiliki umur
yang sama, namun ukuran yang mutlak diantara kedua ekor ikan dapat saling
berbeda.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui cara mengukur morfometrik dan meristik pada ikan


sehingga praktikan dapat mengetahui ukuran dari tubuh ikan tersebut.
2. Untuk mengetahui dan membandingkan ciri morfometrik dan meristik pada
ikan air tawar dan ikan air laut.

C. Manfaat

Melalui praktikum ini praktikan dapat memahami cara pengukuran


morfometrik dan meristik pada tubuh ikan serta dapat mengetahui jarak setiap
bagian-bagian tubuh ikan yang dijadikan sebagai objek dalam praktikum ini.
II . TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Morfometrik dan Meristik

Morfometrik adalah ukuran yang berhubungan dengan ukuran panjang,


lebar, tinggi dari tubuh atau bagian-bagian tubuh ikan . Ukuran ikan adalah
jarak antara satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain. Bagian tubuh ikan
yang biasanya diukur antara lain Panjang total, panjang cagak, panjang standar,
panjang kepala, panjang bagian sirip punggung, panjang batang ekor, tinggi
badan, tinggi batang ekor, tinggi kepala, lebar kepala, lebar badan, panjang
hidung, panjang bagian kepala dibelakang mata, lebar ruang antar mata
diameter mata, panjang rahang atas, panjang rahang bawah, lebar bukaan
mulut, tinggi dibawah mata, panjang dasar sirip punggung, panjang dasr sirip
anal, tinggi sirip punggung, panjang sirip dada, dan panjang sirip perut.
Sedangkan pada ciri meristik adalah ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian
tertentu dari tubuh ikan misalnya pada sirip, sisik dan insang (Rahardjo, M.F,.
1980). Meristik adalah penghitungan secara kuantitatif ciri-ciri (bagian tubuh)
ikan, misalnya jumlah dan ukuran sirip.
Meristik dapat digunakan untuk menggambarkan keterangan-keterangan
spesies ikan, atau digunakan untuk identifikasi spesies yang belum diketahui.
Ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tertentu dari tubuh ikan, yang
meliputi jumlah sirip, perumusan jari-jari sirip, sisik dan insang (Rahardjo,
1980).
Berbeda dengan karakter morfometrik yang menekankan pada pengukuran
bagian-bagian tertentu tubuh ikan, karakter meristik berkaitan dengan
penghitungan jumlah bagian-bagian tubuh ikan (counting methods). (Alamsjah,
1974).
24

B. Fungsi Morfometrik dan Meristik

Untuk mengetahui ukuran dan jumlah tubuh pada suatu organisme dan
menghitung jumlah dari setiap karakter pada ikan tersebut, maka dapat di
lakukan dua metode atau cara pengukuran pada tubuh ikan yaitu pada
morfometrik dan meristik (Saanin, 1984).

C. Ikan Gabus

1. Klasifikasi Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus (Channa striata)


Klasifikasi ikan gabus berdasarkan hasil penelitian dari Anonim, 2012.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actionopterygii
Ordo : Percformes
Famili : Channidae
Genus : Ophiocephalus
Spesies : Ophiocephalus striatus

Gambar 8. Ikan gabus (Ophiocephalus striatus)


Dokumentasi pribadi (2017)
25

2. Ciri Morfometrik dan Meristik


Ikan gabus memiliki bentuk tubuh hampir bulat panjang, makin
kebelakang makin menjadi gepeng. Punggungnya cembung, perutnya rata,
sirip punggung lebih panjang dari sirip dubur, sirip yang pertama disokong
oleh 38-45 jari-jari lunak, sirip yang disebut belakangan disokong oleh 23-
27 jari-jari sirip dada lebar dengan ujung membulat disokong oleh 15-17
jari-jari lunak. Gurat sisi ada 52-57 keping, panjang tubuhnya dapat
mencapai 100cm (Djuhanda: 1981).

D. Ikan Kakap Merah

1. Klasifikasi Ikan Kakap Merah (Lutjanus argentimaculatus )


Menurut Saanin (1984) klasifikasi kakap merah adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Sub Ordo : Perciodea
Famili : Lutjanidae
Genus : Lutjanus
Spesies : Lutjanus argentimaculatus

Gambar 9. Ikan kakap merah (Lutjanus sp.)


Dokumentasi pribadi (2017)
26

2. Ciri Morfometrik dan Ciri Meristik


Ikan kakap merah (Lutjanus sp.) mempunyai ciri tubuh yang memanjang
dan melebar, gepeng atau lonjong, kepala cembung atau sedikit cekung.
Jenis ikan ini umumnya bermulut lebar dan agak menjorok ke muka, gigi
konikel pada taring-taringnya tersusun dalam satu atau dua baris dengan
serangkaian gigi canin-nya yang berada pada bagian depan. Ikan ini
mengalami pembesaran dengan bentuk segitiga maupun bentuk “V” dengan
atau tanpa penambahan pada bagian ujung maupun penajaman. Bagian
bawah pra penutup insang bergerigi dengan ujung berbentuk tonjolan yang
tajam. Sirip punggung dan sirip duburnya terdiri dari jari-jari keras dan jari-
jari lunak. Sirip punggung umumnya ada yang berkesinambungan dan
berlekuk pada bagian antara yang berduri keras dan bagian yang berduri
lunak.
Batas belakang ekornya agak cekung denan kedua ujung sedikit tumpul.
Ikan kakap merah mempunyai bagian bawah penutup insang yang berduri
kuat dan bagian atas penutup insang terdapat cuping bergerigi. Warna ikan
kakap merah sangat bervariasi, mulai dari yang kemerahan, kekuningan,
kelabu hingga kecoklatan. Mempunyai garis-garis berwarna gelap dan
terkadang dijumpai adanya bercak kehitaman pada sisi tubuh sebelah atas
tepat di bawah awal sirip punggung berjari lunak. Umumnya berukuran
panjang antara 25–50 cm, walaupun tidak jarang mencapai 90 cm (Gunarso,
1995).
III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini di laksanakan pada hari kamis 05 Oktober 2017 waktu 09.00 –
12.00 WITA di Laboratorium Lingkungan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman.

B. Alat dan Bahan

1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Penggaris
b. Pulpen dan pensil
c. Alas Pengukur (Styrofoam)

Gambar. 10 Styrofoam
d. Jarum Pentul

Gambar. 11 Jarum Pentul


e. Buku Gambar
28

f. Nampan

Gambar. 12 Nampan
g. Kaca Pembesar

Gambar. 13 Kaca Pembesar

2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus/ Channa striata)

Gambar. 14 Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus/ Channa striata)


b. Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp)

Gambar. 15 Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp)


29

C. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu :


1. Ikan yang dijadikan objek praktikum diletakkan di atas nampan. Diukur
bagian tubuh ikan seperti panjang total, panjang baku dan ukuran tubuh ikan
yang perlu di ukur. Pengukuran harus dilakukan dengan teliti.

2. Setelah pengukuran, ikan yang dipraktikumkan digambar dengan


memperhatikan ukuran morfometrik dan meristiknya.
30

3. Melengkapi tabel lembar kerja dengan hasil pengukuran dan perhitungan


yang dilakukan. Setelah itu, Membersihkan kembali semua peralatan yang
digunakan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Dari hasil pengukuran terhadap ciri morfometrik pada Ikan Gabus dan Ikan
Kakap Merah, Diperoleh data yang dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4.

Tabel 3. Hasil Pengukuran terhadap ciri morfometrik Gabus dan Kakap Merah
didapatkan hasil seperti dalam tabel berikut.
Jenis Ikan
No. Parameter
A (cm) B (cm)

1. Panjang (P.) total 31 19


2. P. ke pangkal sirip ekor 31 18
3. P. baku 26,5 15,5
4. P. kepala 8,5 6
5. P. bagian di depan sirip punggung 8,5 5,7
6. P. dasar sirip punggung dan sirip dubur 16,5 & 8 15 & 6,5
7. P. batang ekor 6 4
8. Tinggi (T.) badan 4,3 6,5
9. T. batang ekor 2,5 1,9
10. T. kepala 3 4
11. Lebar (L.) kepala 6,5 5,5
12. L. badan 4,5 2
13. T. sirip punggung dan sirip dubur 1,8 & 1,8 2 & 1,5
14. P. sirip dada dan sirip perut 4,1 & 2,8 4,8 & 3
15. P. jari-jari sirip dada yang terpanjang 4,1 4,8
16. P. jari-jari keras dan jari jari lemah 0 & 1,8 2 &1,8
17. P. hidung 0,2 1,9
18. P. ruang antar mata 2 1,6
32

19. L. mata 1 1,5


20. P. bagian kepala di belakang mata 6 2,7
21. T. di bawah mata 1,5 1,8
22. P. antara mata dengan sudut 6,5 0,9
preoperkulum
23. Tinggi (T.) pipi 3 2,2
24. P. rahang atas 3,3 2
25. P. rahang bawah 3,5 2,7
26. L. bukaan mulut 1,5 2

Dari hasil pengamatan terhadap ciri meristik Ikan Gabus dan Ikan Kakap Merah,
diperoleh data yang dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 4. Hasil Pengukuran terhadap ciri Meristik Gabus dan Kakap didapatkan
hasil seperti dalam tabel berikut.
Jenis Ikan
No. Parameter A B
1. Jari-jari keras sirip : D - X
C - -
A - III
V - I
P - -
2
Jari-jari lemah mengeras sirip : D 30 7
C - -
A 11 3
V 12 4

3. P 16 1
Jari-jari lemah sirip : D 11 7
C 13 17
A - 5
V - 2
33

P - 14

4. Perumusan sirip : D D.30.11 D.X.14


C C.13 C.17
A A.11 A.III.8
V V.12 V.I.6

5. P P.16 P.15

6. Jumlah sisik pada L.1/l.tr. 50 61

7. Jumlah sisik di depan sirip D 79 379

8. Jumlah sisik pipi 10 25

9. Jumlah sisik di sekeliling badan 12 619

10. Jumlah sisik pada batang ekor 20 23


Jumlah sisik di atas dan di bawah garis 56 & 50 61 & 70

11. rusuk

12. Jumlah tapis insang 4 4

13. Jumlah finlet - -


Jumlah pilorik kaeka - -

B. Pembahasan

Pada pengamatan terhadap ciri morfometrik dan ciri meristik, menggunakan


dua jenis ikan yang terdiri dari satu jenis ikan air tawar dan satu jenis ikan air
laut. Ikan air tawar yang digunakan adalah Ikan Gabus dan diberi kode A.
Sedangkan ikan air laut yang digunakan adalah Ikan Kakap dan diberi kode B.
Secara morfologi, Kakap memiliki bentuk tubuh yang lebar dan memanjang.
Ikan ini juga memiliki bentuk kepala yang gepeng serta agak cembung. Sisi
atas tubuh nya berwarna kelabu. Sementara bagian bawah tubuhnya berwarna
kemerahan. Sedangkan secara morfologi, Gabus memiliki bentuk tubuh
memanjang seperti torpedo. Gabus memiliki kepala yang besar dan agak
gepeng seperti kepala ular. Pada sisi atas tubuh dari bagian kepala hingga ke
34

ekor berwarna hitam kecokelatan. Sementara bagian bawah tubuhnya berwarna


putih.
Pengamatan terhadap ciri morfometrik pada ikan meliputi pengukuran tubuh
tertentu, seperti panjang total tubuh, panjang standar, panjang kepala, tinnggi
badan dan lain-lain (Gusrina, 2014). Pengamatan terhadap ciri meristik ikan
meliputi apa saja pada ikan yang dapat dihitung antara lain jari-jari dan duri
pada sirip, jumalah sisik sepanjang linea literalis (Burhanuddin, Andi Iqbal,
2014).
Dari kedua jenis ikan yang diamati, terlihat adanya perbedaan ciri
morfometrik dan ciri merisitik antara Gabus dan Kakap. Perbedaan ciri
morfometrik tersebut tergantung pada jenis ikan, jenis kelamin, umur, dan
habitat ikan. Selain perbedaan ciri morfometrik, terdapat perbedaan ciri
meristik. Faktor yang dapat mempengaruhi ciri meristik pada ikan yaitu suhu,
kandungan oksigen terlarut, salinitas atau ketersediaan sumber makanan yang
mempengaruhi pertumbuhan larva ikan (Burhanuddin, Andi Iqbal, 2014)
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan mengenai pengamatan ciri morfometrik dan ciri


meristik terhadap Gabus dan Kakap, maka dapat disimpulkan bahwa setiap
ikan memiliki ciri morfometrik dan ciri meristik yang berbeda. Perbedaan ciri
morfometrik tergantung pada jenis ikan, jenis kelamin, umur, serta habitat ikan.
Sedangkan perbedaan ciri meristik tergantung pada suhu, kandungan oksigen
terlarut, salinitas atau ketersediaan sumber makanan yang mempengaruhi
pertumbuhan larva ikan.

B. Saran

Demi pengembangan kegiatan praktikum lebih lanjut, maka penulis


memberikan saran yaitu perlu nya penambahan kuantitas alat-alat penunjang
kegiatan praktikum untuk memudahkan proses pengamatan terhadap
morfometrik dan ciri meristik pada ikan. Untuk para mahasiswa agar lebih
serius saat melakukan praktikum, agar kegiatan praktikum dapat dilakukan
secara maksimal.
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karakterisasi ikan-ikan asli Indonesia perlu segera dilakukan mengingat


pengetahuan tentang jenis ikan asli tersebut masih relatif rendah, Hal ini
dijelaskan oleh Budiman dkk. (2002). Keadaan tersebut menahan lajunya
percepatan pemanfaatan keanekaragaman hayati ikan di Indonesia. Oleh
karenanya, eksplorasi mengenaikeanekaragaman hayati ikan harus menjadi
prioritas untuk segera dilakukan mengingat tekanan yang berat terhadap
habitat dan terjadinya perubahan ekosistem. Manajemen informasi untuk
kepentingan pengelolaan sumberdaya dan promosi konservasi juga harus terus
dikembangkan, karena informasi mengenai keanekaragaman jenis ikan hanya
terdapat pada instansi tertentu.
Ikan memiliki keanekaragaman bentuk, ukuran, habitat serta distribusi
jenis berdasarkan perbedaan ruang dan waktu sehingga membutuhkan
pengetahuan tentang pengelompokan atau pengklasifikasian ikan
(Burhanuddin 2010). Pada umumnya bentuk tubuh ikan berkaitan erat dengan
habitat dan cara hidupnya. Menurut Affandi et al. (1992) secara umum bentuk
tubuh ikan adalah simetris bilateral, yang berarti jika ikan tersebut dibelah
pada bagian tengah-tengah tubuhnya (potongan sagittal) akan terbagi menjadi
dua bagian yang sama antara sisi kanan dan sisi kiri. Selain itu, terdapat
beberapa jenis ikan berbentuk nonsimetris bilateral, yaitu jika tubuh ikan
tersebut dibelah secara melintang (crosssection) maka terdapat perbedaan
antara sisi kanan dan sisi kiri tubuh.
Tidak semua jenis ikan memiliki bentuk tubuh dengan satu kategori,
namun terdapat pula jenis ikan yang memiliki bentuk kombinasi. Misalnya
pada anggota Ordo Siluriformes, terdapat ikan yang memiliki kepala
berbentuk picak, bagian badan berbentuk cerutu, dan bagian ekor berbentuk
pipih. Ordo Siluriformes merupakan kelompok ikan berkumis meliputi
37

beberapa familia dan masing-masing memiliki karakter morfologi yang


spesifik. Oleh sebab itu, praktikan melakukan identifikasi ikan untuk
mengetahui klasifikasi ikan berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada
ikan.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi ikan berdasarkan ciri morfologi


ikan.
2. Untuk memahami cara menyusun klasifikasi ikan berdasarkan buku
panduan yang disediakan.

C. Manfaat

Melalui praktikum ini, praktikan dapat mengetahui cara mengidentifikasi


ikan dengan mengamati ciri morfologi ikan dan dapat memahami penggunaan
buku panduan indetifikasi dan klasifikasi ikan dengan membandingkan ciri
morfologi ikan dengan ciri kunci morfologi ikan yang ada pada buku panduan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Identifikasi Ikan

Identifikasi adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi


individu yang beraneka ragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson
(Ridho, Moh Rasyid dkk, 2012). Prosedur identifikasi berdasarkan pemikiran
yang bersifat deduktif. Dalam kegiatan identifikasi kita harus selalu
berhubungan dengan kunci identifikasi. Identifikasi dan klasifikasi memiliki
pengertian yang berbeda sekali. .
Identifikasi berhubungan dengan ciri taksonomi dalam jumlah sedikit akan
membawa specimen ke dalam suatu urutan kunci identifikasi, sedangkan
klasifikasi berhubungan dengan upaya mengevaluasi sejumlah besar ciri-ciri
dan prosedurnya bersifat induktif (Ridho, Moh Rasyid dkk, 2012). Identifikasi
merupakan kegiatan yang penting bila ditinjau dari segi ilmiahnya, karena hasil
identifikasi yang benar dari suatu spesies bergantung pada urutan kunci
identifikasi yang benar.

B. Klasifikasi Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)

Sepat Siam merupakan komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan


oleh masyarakat luas. Pada tahun 1934, Sepat Siam dimasukkan ke Indonesia
dari Thailand melalui Malaysia. Setahun setelah nya, yaitu pada tahun 1935
ikan ini untuk pertama kalinya berhasil dibudidayakan di Indonesia. Pada tahun
1937, sepat siam sudah tersebar luas ke seluruh wilayah Indonesia.
Secara morfologi, Sepat Siam memiliki bentuk tubuh yang mirip dengan
gurami, tetapi ukuran tubuhnya lebih kecil. Pada bagian tengah batang ekornya
terdapat bintik hitam sehingga ikan ini disebut sebagai spotted gouramy. Selain
39

itu, Sepat Siam memiliki warna tubuh yang belang-belang seperti ular sehingga
ikan ini disebut snakeskinned gouramy.
Berikut adalah klasifikasi dari Sepat Siam menurut Khairuman dan Khairul
Amri (2008) :
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Anabantidae
Famil : Belontiidae
Genus : Trichogaster
Spesies : Trichogaster pectoralis

Gambar 16. Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)


Sumber : Dokumentasi Pribadi (2017)

C. Klasifikasi Ikan Gerot-gerot (Pomadasys maculatus)

Ikan Gerot-gerot merupakan ikan demersal yang memiliki nilai ekonomis


cukup penting di Indonesia. Secara morfologi, Gerot-gerot memiliki bentuk
badan memanjang agak pipih, tertutup sisik sampai bagain kepala. Sirip
punggung pertama dan kedua menyatu. Tepi belakang tutup insang bagian
depan bergerigi. Ciri khusus ikan Gerot-gerot adalah mulut kecil tapi ditutupi
40

oleh bibir yang sangat tebal. Sirip dada lebih panjang dan meruncing dibanding
sirip perut. Ikan Gerot-gerot memiliki nama umum yaitu Blotched grunt dan
biasanya nama lokal yaitu : Ampas tebu, Gerut-Gerut, Kompele Mas, Bibir
Tebal. Berikut adalah klasifikasi dari Gerot-gerot menurut Moh Syarif (2014)
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Actinopterygii
Order : Perciformes
Family : Haemulidae
Genus : Pomadasys
Species : Pomadasys maculatus

Gambar 17 Ikan Gerot-gerot (Pomadasys maculatus)


Sumber : Dokumentasi Pribadi (2017)
III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Ikhtiologi dilaksanakan pada hari Kamis, 19 Oktober 2017 mulai


pukul 09.00 sampai dengan pukul 12.00 WITA di Laboratorium Lingkungan
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Mulswarman.

B. Alat dan Bahan

1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Timbangan Digital
b. 2 buah Styrofoam

Gambar . 18 Styrofoam
c. Lup (Kaca Pembesar)

Gambar. 19 Lup
d. Pinset
Gambar. 20 Pinset
42

e. Alat Tulis
f. Jarum Pentul

Gambar. 21 Jarum Pentul


g. Buku Kunci Identifikasi

2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. 1 Ekor Ikan Air Tawar
b. 1 Ekor Ikan Air Laut

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah dengan cara :


1. Alat dan bahan yang akan digunakan, disiapkan terlebih dahulu.
2. Ikan air tawar dan ikan air laut yang akan diidentifikasi, diletakkan di
masing-masing sterofoam dengan kepala menghadap ke sebelah kiri,
dibantu dengan jarum pentul agar posisi ikan tidak berubah.
43

3. Ikan mulai diidentifikasi satu persatu dengan memperhatikan bagian


bagiannya sambil membandingkan dengan ciri kunci yang ada pada Buku
Kunci Identifikasi.
4. Lalu, karakteristik jenis klasifikasi ikan ditulis dari tingkatan famili sampai
spesiesnya, hingga didapat susunan klasifikasi dari spesies ikan tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan identifikasi yang dilakukan pada ikan air tawar dan ikan air
laut menggunakan Buku Kunci Identifikasi Ikan, didapatkan hasil bahwa ikan
air tawar yang diidentifikasi merupakan spesies Trichogaster pectoralis Regan
(Sepat siam) sedangkan ikan air laut yang diidentifikasi merupakan spesies
Pomadasys maculatus (BI) (Ikan Krot-krot). Data hasil identifikasi ikan air
tawar dan ikan air laut tersebut dapat dilihat pada tabel 4 dan 5.

Table 4. Identifikasi Ikan Air Tawar


Kunci
Keterangan
Identifikasi
1-3 Rangka terdiri dari tulang benar, tertutup insang
Subclass TELESTOI
3-4 Kepala simetris
4-6 Badan tidak seperti ular
6-7 Badan bersisik atau tidak, mempunyai alat penempel, pelekat
atau penghisap
7-9 Garis rusuk jika ada diatas sirip dada
9-10 Tidak demikian
10-12 Lebih dari 2 jari-jari
12-16 Hanya satu sirip punggug atau 2 sirip 2 sirip pumggug hanya
bersambungan atau berdekatan
16-17 Hanya satu sirip punggung, sirip punggung tidak bersatu
17-89 Satu sirip punggung dapat mengambil udara di air (mempunyai
alat labirin)
Ordo LABYRINTCHI
89-91 Sirip punggung dan sirip dubur dengan satu atau lebih dari satu
45

jari jari keras; sirip perut dengan 5 atau kurang dari 5 jari-jari
lemah dan 1 jari-jari keras atau hanya satu jari-jari; rongga
insang neralat berbentuk labirin
91-1193 Gepeng, agak panjang, hidung pendek, mulut kecil, lubang
insang sempit karena bagian gabungan daun insang lebar; jari-
jari keras dan sirip punggung dan sirip dubur berbeda-beda
jumlahnya; sirip dubur panjang.
Familia ANABANTIDAE
1993-1197 Permulaan sirip punggung dibelakang dasar sirip dada. Sirip
punggung lebih pendek daripada sirip dubur.
1197-1202 Tiap-tiap sirip perut dengan 1 jari-jari keras yang sangat pendek
dan 1 jari-jari lemah yang sangat panjang dengan 3 jari jari
lemah yang kecil di belakangnya sisik tidak rata.
Genus TRICHOGASTER
1201-1203 Garis rusuk lengkap, tetapi terputus-putus. Permulaan sirip
punggung dibelakang dasar sirip dada. Sirip punggung lebih
pendek daripada sirip dubur
1203- 1204 Permulaan
Sirip punggung diatas bagian berjari-jari keras dari sirip dubur.
1204 Bagian kepala dibelakang mata 2 atau lebih garis hitam atau
baris bercak-bercak hitam membujur dari hidung kepangkal sirip
ekor melalui tengah-tengah mata.
Spesies Trichogaster pectoralis Regan
Nama Indonesia : Sepat Siam. Sepat Hijau

Klasifikasi Ikan Sepat Siam :


Kingdom : Animalia
Philum :Chordata
Subphilum : Vertebrata
Class : Pisces
Sub Class : Teleostei
46

Ordo : Labyrinthici
Family : Anabantidae
Genus : Trichogaster
Spesies : Trichogaster pectoralis Regan

Gambar 22. Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis Regan)


Sumber : Dokumentasi Pribadi (2017)

Tabel 5. Identifikasi Ikan Air Laut


Kunci
Karasteristik
Identifikasi
1-3 Rangka terdiri dari tulang benar, tertutup insang
Subclass TELESTOI
3-4 Kepala simetris
4-6 Badan tidak seperti ular
6-7 Badan bersisik atau tidak, mempunyai alat penempel, pelekat
atau penghisap
7-9 Garis ruuk jika ada diatas sirip dada
9-10 Tidak demikian
10-12 Lebih dari 2 jari-jari
12-16 Hanya satu sirip punggug atau 2 sirip 2 sirip pumggug hanya
bersambungan atau berdekatan
16-17 Hanya satu sirip punggung, sirip punggung tidak bersatu
17-18 Sirip punggung terdiri dari bagian yang berjari-jari keras
47

langsung berhubungan dengan bagian yang berjari-jari lemah


18-92 Sirip punggung dan sirip dubur tidak panjang
Ordo Percomopri
92-93 Garis rusuk lengkap
93-98 Bersisik sisir (ctenoid), jarang sekli bersisik lingkaran (cycloid),
sisik sedang atau kecil, mulut diujung atau sedikit kebawah
biasanya runcing
Subordo Percoidea
98-100 Bersisik
100-101 Bersisik sisir (Ctenoid)
101-104 Garis rusuk tidak (atau sangat jarang sekali terputus, hanya 1,
mulut umumnya dapat menyembul kemuka, sirip perut didada ,
jari jari keras dan 5 jari-jari lemah., badan memanjang, tulang
tulang insang depan tidak berduri, tutup insang dan pipi
bersisik.
Divisi Periformes
104-107 Sirip punggung berjari jari keras yang kuat dan kaku, atau
berjari-jari yang mengeras dan liat
107-113 Satu sirip punggung, yang mungkin berlekuk antara bagian
yang berjari-jari keras dan bagian yang berjari-jari lemah, tetapi
kedua bagian ini pada dasarnya masih bersambung.
113-114 Tidak ada jari-jari keras yang terpisah dari sisinya sirip dubur
114-117 Jari-jari keras pada sirip dubur 3-7 sebagai kecuali tidak ada
jari-jari keras sama sekali pada sirip dubur.
117-119 Biasanya langit-langit bergigi
119-120 Sirip punggung tidak bertekuk
120-121 Permulaan sirip punggung sebelum
48

121-2019 Garis rusuk tidak terputus dikiri rahang runcing biasanya


dijajaran, kerap kali jajaran luar lebih besar, dengan atau tidak
dengan taring.
Family Lutjanidae

2019-2020 Keping tutup, insang depan bersisik, langit-langit bergigi, atau


tidak bergigi.
2020-2099 Langit-lamgit senantiasa tidak bergigi, jari-jari keras, sirip
punggung dan sirip dubur sangat kuat. Dari sisik muka di muka
mata tulang langit langit sebelah keluara bergigi pada ujung
belakangnya.
2099-2100 Sisik sedang. Sisik garis rusuk 44-6-. 4-9 sisik diantara garis
rusuk dan jari-jari keras di tengah dari sirip punggung.
Genus Pomadasys
2100-2101 Keping tutup insang tidak memanjang ke atas pangkal sirip
dada.
2101-2102 Jari-jari keras kedua dari sirip dubur lebih panjang dari yang
ketiga. A: III 7-9
2102-2103 Sisik garis rusuk 44-53. 4-6 sisik diantara garis rusuk dan jari-
jari keras ditengah sirip garis punggung
2103 Sirip punggung berbercak hitam. Punggung seringkali
berbelang belang melintang.
Pomadasys maculatus (BI)

Klasifikasi Ikan Gerot-gerot


Kingdom : Animalia
Philum :Chordata
Subphilum : Vertebrata
Class : Pisces
Sub Class : Teleostei
Ordo : Percomorpi
49

Divisi : Pericofermes
Family : Lutjanidea
Genus : Pomadasys
Spesies : Pomadasys maculatus (BI)

Gambar 23. Ikan Krot-krot (Pomadasys maculatus (BI) )


Sumber : Dokumentasi Pribadi (2017)

B. Pembahasan

Hasil identifikasi ikan yang dilakukan menunjukkan adanya karakteristik yang


berbeda dari setiap ikan yang diamati. Karakteristik Ikan Sepat Siam
(Trichogaster pectoralis Regan) yaitu bentuk tubuh gepeng, dan agak panjang,
hidung pendek, mulut kecil, mempunyai labirint, garis rusuk lengkap, tetapi
terputus-putus. Ikan ini memiliki gurat sisi (linea lateralis) berbentuk lurus dengan
susunan lengkap dan sempurna dan Tubuh ikan ini berwarna hitam dan abu-abu
dengan perpaduannya menyerupai warna tubuh ular.
Tiap-tiap sirip perut dengan 1 jari-jari keras yang sangat pendek dan 1 jari-jari
lemah yang sangat panjang dengan 3 jari jari lemah yang kecil di belakangnya
sisik tidak rata. Permulaan sirip punggung dibelakang dasar sirip dada. Sirip
punggung lebih pendek daripada sirip dubur.
50

Sedangkan karakteristik Ikan Gerot-gerot (Pomadasys maculates) yaitu bentuk


badan memanjang agak pipih (vertikal), badan tertutup sisik sampai bagain
kepala. Bersisik sisir (Ctenoid). Sirip punggung berbecak hitam. Sirip punggung
pertama dan kedua menyatu. Tepi belakang tutup insang bagian depan bergerigi.
Sirip dada lebih panjang dan meruncing dibadaning sirip perut. Ciri khusus ikan
Gerot-gerot adalah mulut kecil tapi ditutupi oleh bibir yang sangat tebal (sesuai
dengan salah satu nama lokal ikan ini).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil identifikasi ikan air tawar dan ikan air laut yang dilakukan praktikan
diperoleh spesies Trichogaster pectoralis Regan yang merupakan ikan sepat
rawa atau ikan sepat hijau dan Pomadasys maculatus yang ikan gerot-gerot.
Dimana, hasil identifikasi ikan-ikan tersebut didapatkan dengan mengamati
morfologi ikan kemudian mencocokkan atau membandingkan dengan
karakteristik kunci pada buku panduan identifikasi ikan yang digunakan.

B. Saran

Pada praktikum selanjutnya sebaiknya buku indentifikasi diberikan sesuai


dengan jumlah ikan yang akan diidentifikasi agar memudahkan praktikan
untuk membagi tugas dalam mengidentifikasi ikan.
I . PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anatomi merupakan salah satu cabang dari Ilmu Hayat (Biologi) yang
mempelajari organ-organ dalam suatu organisme. Anatomi suatu spesies ikan
sangat penting untuk diketahui karena merupakan dasar dalam mempelajari
jaringan tubuh, penyakit dan parasit, sistematika, dan sebagainya. Bentuk dan
letak setiap organ dalam antara satu spesies ikan dapat saja berbeda dengan
spesies ikan lainnya. Hal ini disebabkan adanya perbedaan bentuk tubuh, pola
adaptasi spesies ikan tersebut terhadap lingkungan tempat mereka hidup, atau
stadia dalam hidup spesies tersebut.
Ikan merupakan organisme akuatik yang memiliki organ yang kompleks dan
terdiri atas beberapa sistem organ yang saling bekerja sama melakukan
aktivitas hidup. Ikan juga termasuk anggota vertebrata poikilotermik (berdarah
dingin) yang hidup di air dan bernafas dengan insang. Ikan merupakan
kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih
dari 27,000 di seluruh dunia. Lele (Clarias sp.) merupakan ikan yang cukup
populer di masyarakat Indonesia. Terdapat beberapa spesies ikan Lele di
Indonesia yaitu Clarias batrachus, Clarias leiacanthus, Clarias maladerma,
Clarias nieuhofi, Clarias teijsmani, dan Clarias gariepinusvar. Lele (Clarias
sp.) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang mudah beradaptasi dalam
ikan lingkungan perairan dangkal dan keruh dengan kadar oksigen rendah.
Secara alamiah, ikan lele termasuk ikan karnivora, yaitu cenderung memakan
daging. Namun, ikan Lele dapat berubah menjadi ikan omnivora atau ikan
yang memakan segala jenis makanan.
Pada praktikum ini, praktikan mengamati anatomi bagian dalam dari ikan
lele ( Clarias batrachus) atau yang dikenal oleh banyak orang yaitu ikan lele
lokal. Dimana, anatomi bagian dalam ikan yang diamati adalah organ-organ
yang digunakan ikan lele dalam sistem pencernaan dan sistem pernapasan. Hal
53

ini, bertujuan agar praktikan dapat mengetahui bentuk dari setiap organ-organ
tersebut.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui cara atau prosedur yang benar membedah ikan untuk
mengetahui anatomi bagian dalam ikan.
2. Untuk memberikan pengetahuan dasar secara visual bagian-bagian dalam
anatomi ikan yang berkaitan dengan proses pencernaan.
3. Untuk memberikan pengetahuan dasar secara visual bagian-bagian dalam
anatomi ikan yang berkaitan dengan proses pernapasan.
4. Untuk meningkatkan kemampuan memaparkan ciri anatomi bagian dalam
ikan lele.

C. Manfaat

Melalui praktikum ini, praktikan dapat mengetahui organ-organ bagian


dalam ikan lele yang digunakan dalam sistem pernapasan dan sistem
pncernaan ikan lele dan meningkatkan kemampuan memaparkan anatomi
bagian dalam ikan lele. Serta praktikan mengetahui prosedur yang benar dalam
membedah ikan untuk melihat anatomi bagian dalam ikan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ikan Lele (Clarias Batrachus)

1. Klasifikasi Ikan Lele (Clarias Batrachus)


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostrariophysis
Family : Clariidae
Genus : Clarias
Species : Clarias batrachus

Gambar 24 . Ikan Lele (Clarias batrachus)

Ikan Lele (Clorias batrachus) merupakan jenis ikan konsumsi air tawar
dengan tubuh memanjang dan kulit licin. lkan Lele bersifat noctural, yaitu aktif
bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, Ikan Lele
berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Ikan Lele tidak pernah
ditemukan di air payau atau asin. Habitatnya di sungai dengan arus air
perlahan, rawa, telaga, waduk dan sawah yang tergenang air. Di alam Ikan Lele
memijah pada musim hujan.
55

2. Morfologi Ikan Lele


Tubuh ikan lele terdiri 3 bagian yaitu kepala (caput), badan {truncus) dan
ekor (caudn). Dimana bagian kepala dimulai dari ujung moncong sampai
dengan batas tutup insang, badan dimulai dari belakang tutup insang sampai
dengan anus dan ekor dimulai dari belakang anus sampai ujung sirip ekor
(Sarwono, 2007).
Bagian kepala memiliki bagian-bagian yaitu organon vlsas (mata),
covum orls (mulut), lekuk hidung dan lima buah kumis atau barbels yang
berfungsi sebagai indera peraba pada saat terdapat ransangan dan pada saat
mencari makanan. Kepala ikan lele berbentuk pipih, simetris dan dali kepala
sampai punggung berwarna coklat kehitaman, mulut lebar dan tidak bergigi,
bagian badan bulat dan memipih ke arah ekor dan memilik patil. Kepala
ikan lele terdapat insang sebagai alat pernafasan tetapi berbeda dengan ikn
nilem, ikan lele memiliki alat pernafasan tambahan yaitu organ arborescent
yang berupa kulit tipis menyerupai spons. Dengan adanya alat pernafasan
tambahan ini ikan lele dapat hidup pada air dengan kondisi kadar oksigen
rendah.
Tubuh Ikan Lele tidak memiliki sisik, tetapi memiliki kulit berlendir dan
pigmen hitam yang dapat berubah menjadi pucat apabila terkena cahaya
matahari, tampak pula alat keseimbangan yang berupa gurat sisi (linea
lateralis) dibagian tengah sisi truncusnya. Ikan Lele mempunyai sirip
punggung dan sirip dubur yang memanjang sampai ke pangkal ekor namun
tidak menyatu dengan sirip ekor, mempunyai senjata berupa patil atau taji
untuk melindungi dirinya dari serangan atau aflcaman dari luar yang
membahayakan, panjang maksimum menapai 400 mm. Ikan lele
mempunyai sirip punggung Qtinna dorsalis), sirip dubur Qtinna analis) dan
sirip ekor Qtinna caudalis) yang disebut ekor tidak berpasangan. Sirip dada
Qtinna pectoralis) dan sirip perut (pinna abdominalis) disebut sirip
berpasangan. Ikan Lele tidak mempunyai gelembung renang (vesica
metatoria) yang merupakan alat keseimbangan naik turun dalam air, hal ini
56

dikarenakan ikan lele lebih sering berada didasar perairan (lumpur) (Jasin,
1989)
3. Jenis-jenis Ikan Lele
Di lndonesia ada 6 (enam) jenis ikan lele yang dapat dikembangkan,
yaitu:
a. Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang
(Sumatera Barat), ikan maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet
(Kalimantan Selatan).
b. Clarias leismania, dikenalsebagai lele Kembang (Jawa Barat), dan
Kalang putih (Padang).
c. Clarias maladerma, vang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan),
ikan wais (Jawa Tengah), dan wiru (Jawa Barat).
d. Clarias nieuhafi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), ikan limbat
(Sumatera Barat), dan ikan kaleh (Kalimantan Selatan).
e. Clarias leiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (sumatera Barat), dan
ikan penang (Kalimantan Timur).
f. Clarias gariepinus, yang dikenal secara umum di lndonesia dengan nama
ikan lele Dumbo, Kingcat fish, yang berasal dari Afrika.

B. Anatomi Bagian Dalam

Anatomi merupakan bagian dalam ikan yang terdiri dari yaitu jantung,
mulut, rongga mulut, oesophagus, faring, lambung, pylorus, usus, rectum, anus,
ginjal, hati, gelembung renang, limpa, empedu. Anatomi merupakan salah satu
cabang dari Ilmu Hayat (Biologi) yang mempelajari organ-organ dalam suatu
organisme. Anatomi suatu spesies ikan sangat penting untuk diketahui karena
merupakan dasar dalam mempelajari jaringan tubuh, penyakit dan parasit,
sistematika, dan sebagainya.
57

Bentuk dan letak setiap organ dalam antara satu spesies ikan dapat saja
berbeda dengan spesies ikan lainnya. Hal ini disebabkan adanya perbedaan
bentuk tubuh, pola adaptasi spesies ikan tersebut terhadap lingkungan tempat
mereka hidup, atau stadia dalam hidup spesies tersebut.
Beberapa organ yang dapat diamati secara anatomis pada tubuh ikan antara
lain: otak, rongga mulut, insang, jantung, hati, empedu, alat pencernaan
makanan, limpa, kelenjar kelamin, gelembung renang, dan lain-lain.
Ada dua tindakan pengamatan yang dilakukan untuk mengamati anatomis
ikan yaitu:
a. Inspectio = mengamati dengan tidak mempergunakan alat bantu.
b. Sectio = membuka dinding badan untuk mengamati bagian dalam tubuh
ikan.
Agar organ-organ yang diamati berada pada kondisi yang baik dan tetap
berada pada posisi masing-masing, maka sebaiknya ikan yang diamati adalah
ikan-ikan yang telah diawetkan sebelumnya. Jika sampel ikan telah diawetkan
maka organ-organ yang lunak dan mudah rusak seperti otak, jantung, hati, dan
lain-lain, telah menggumpal atau mengeras dan tidak akan terganggu pada saat
dilakukan pembedahan. Bahan pengawet yang digunakan adalah larutan
formalin 10%.
1. Insang
Ikan lele mempunyai alat pernapasan berupa insang serta labirin sebagai
alat pernapasan tambahannya. Alat pernapasan lele terletak di kepala bagian
belakang. Insang pada ikan merupakan komponen penting dalam pertukaran
gas. Insang terbentuk dari lengkungan tulang rawan yang mengeras dengan
beberapa filamen insang di dalamnya. Setiap filamen insang terdiri atas
banyak lamela yang merupakan tempat pertukaran gas.
Bentuk alat pernapasan tambahan (labirin) ikan lele seperti rimbunan
dedaunan. Labirin berwarna kemerahan yang terletak di bagian atas
lengkung insang kedua dan keempat. Fungsi labirin ini mengambil oksigen
dari atas permukaan air sehingga dapat mengambil oksigen secara langsung
dari udara. Dengan alat pernapasan tambahan ini, ikan lele mampu bertahan
58

hidup dalam kondisi oksigen (O2) yang minimum. Arboresence terletak di


bagian kepala di dalam rongga yang dibentuk oleh 2 pelat tulang kepala.
Alat pernapasan tambahan ini memiliki warna kemerahan dan berbentuk
seperti tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler-kapiler darah. Di sepanjang
tulang lengkung insang ikan lele terdapat saringan insang (gill rakers)
berbentuk panjang yang fungsinya sebagai penyaring makanan yang berupa
plankton dan jasad renik.
2. Jantung
Jantung nama ruang pada teleost (rayfinned, ikan bertulang), struktur ini
dikenal sebagai konus arteriosus pada elasmobranch (ikan dengan kerangka
tulang rawan dan sisik placoid). Konus arteriosus memiliki banyak katup
dan otot, sedangkan bulbus arteriosus tidak memiliki katup. Fungsi utama
dari struktur ini adalah untuk mengurangi tekanan nadi yang dihasilkan oleh
ventrikel, untuk menghindari kerusakan pada insang yang berdinding tipis.
3. Mulut
Di dalam rongga mulut ikan terdapat gigi-gigi dan lidah yang berfungsi
untuk menelam makanan. Ikan lele tidak memiliki kelenjar ludah, tetapi
memiliki kelenjar lendir yang berguna untuk membantu menelan makanan.
4. Faring
Pada ikan filter feeding proses penyaringan makanan terjadi pada segmen
ini karena tapis insang mengarah ke segmen faring. Lapisan permukaan
faring hampir sama dengan rongga mulut, kadangkala masih ditemukan
organ pengecap. Jika material yang ditelan bukan makanan maka akan
dibuang melalui insang (Radiopoetro, 1984).
5. Oesophagus
Esofagus adalah permulaan dari saluran pencernaan yang berbentuk
seperti pipa, mengandung lendir untuk membantu penelanan makanan. Pada
ikan laut, esofagus berperan dalam penyerapan garam melalui difusi pasif
menyebabkan konsentrasi garam air laut yang diminum akan menurun
ketika berada di lambung dan usus sehingga memudahkan penyerapan air
oleh usus belakang dan rectum (proses osmoregulasi).
59

6. Lambung
Lambung merupakan tempat penampungan makanan. Pada dindingnya
terdapat kelenjar yang dapat menghasilkan enzim dan asam lambung
dimana cairan ini membantu proses pencernaan. Bentuk anatomi lambung
sangat bervariasi tergantung kepada kebiasaan makanan ikan tersebut.
Lambung ikan herbivora berbeda dengan lambung ikan carnivora. Ikan
herbivora tidak mempunyai lambung yang sebenarnya, kalaupun ada maka
merupakan lambung palsu yang merupakan penggelembungan usus bagian
depan. Umumnya ikan carnivora mempunyai lambung yang berbentuk
seperti tabung , sedangkan pada ikan omnivora berbentuk seperti kantung.
Pada beberapa ikan tertentu lambung mengalami modifikasi. Pada ikan
belanak (Liza sp.), lambung mengalami modifikasi menjadi gizzard yang
berfungsi sebagai alat untuk menggiling makanan. Gizzard mempunyai
dinding (lapisan otot) yang lebih tebal dibanding dengan dinding lambung
biasa.
Pada ikan cucut, usus mengalami modifikasi dimana pada bagian
dalamnya membentuk spiral (spiral valve). Dengan adanya spiral valve ini,
daerah penyerapan zat-zat makanan yang telah dicerna semakin luas.
Seluruh permukaan lambung ditutupi oleh sel mukus yang mengandung
mukopolisakarida yang agak asam berfungsi sebagai pelindung dinding
lambung dari kerja asam klorida.
Lambung merupakan tempat pengumpulan makanan sebelum dicernakan
dengan sebenarnya dan memiliki fungsi sebagai:
a. Menyimpan makanan dalam jumlah yang besar setelah selesai makan.
b. Mengaduk makanan dengan sekresi (getah lambung)
c. Pengosongan lambung dan memasukkan isinya ke dalam usus
7. Pylorus
Pylorus merupakan segmen yang terletak antara lambung dan usus
depan. Segmen ini sangat mencolok karena ukurannya yang mengecil. Pada
60

beberapa ikan terdapat usus-usus kecil dan pendek yang disebut pyloric
caeca. Saat menyempitnya saluran pencernaan pada segmen ini berarti
bahwa segmen pylorus berfungsi sebagai pengatur pengeluaran makanan
(chyme) dari lambung ke segmen usus (Fujaya, 2004).
8. Usus
Usus merupakan segmen yang terpanjang dari saluran penceraan. Pada
bagian depan usus terdapat dua saluran yang masuk ke dalam yaitu saluran
yang berasal dari kantung empedu dan yang berasal dari pankreas. Lapisan
mukosa usus tersusun oleh selapis sel epitellium dengan bentuk prismatic.
Pada lapisan ini terdapat tonjolan membentuk sarang tawon pada usus
bagian depan dan lebih beraturan pada usus bagian belakang, terutama pada
ikan lele.
Bentuk sel yang umum ditemukan pada epithelium usus adalah enterosit
dan mukosit. Enterosit merupakan sel yang paling dominan dan diantara
enterosit terdapat mukosit. Jumlah mukosit semakin meningkat ke arah
bagian belakang usus. Enterosit merupakan sel yang permukaan atasnya
mengarah memiliki mikrovili yang berperan dalam penyerapan makanan.
Secara histologis enterosit pada ikan yang telah menyerap zat makanan akan
berwarna keputih-putihan dan berbeda sekali dengan sel yang tidak
menyerap zat makanan. Mukosit merupakan sel penghasil lendir yang
berbentuk piala. Bagian bawah mukosit mengandung mucigen yang akan
berubah menjadi lendir jika telah dilepaskan oleh sel dan bereaksi dengan
air (Fujaya, 2004). Usus pada ikan relatif besar. Terdapat lipatan-lipatan
yang berfungsi untuk memperluas penyerapan makanan kelenjar pencernaan
terdiri dari hati dan pankreas.
9. Rectum
Rectum merupakan segmen saluran pencernaan terujung. Segmen rectum
berfungsi dalam penyerapan air dan ion. Adanya penyerapan air ini dapat
dilihat dari kondisi feces yang umumnya berbentuk kompak, berbeda
dengan keadaannya ketika masih terdapat dalam usus bagian belakang. Pada
61

larva ikan selain fungsi tersebut rectum juga berfungsi untuk penyerapan
protein (Fujaya, 2004).

10. Anus
Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan bertulang
sejati anus terletak di sebelah depan saluran genital. Pada ikan yang bentuk
tubuhnya memanjang, anus terletak jauh dibelakang kepala bedekatan
dengan pangkal ekor. Sedangkan ikan yang tubuhnya membundar, posisi
anus terletak jauh di depan pangkal ekor mendekati sirip dada. Anus
merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan bertulang sejati anus
terletak di sebelah depan saluran genital. Anus berfungsi untuk
mengeluarkan sisa-sisa pencernaan.
11. Ginjal
Ginjal teletak di atas rongga perut, di luar peritonium, di bawah tulang
punggung dan aorta dorsalis, sebanyak satu pasang, berwarna merah,
memanjang. Fungsi ginjal untuk menyaring sisa-sisa proses metabolisme
dan mengambil zat-zat yang diperlukan oleh tubuh diedarkan lagi melalui
darah dan untuk menjaga keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh.
Selain itu ginjal juga berfungsi sebagai organ hemopoietic yang
berperan dalam pembentukan darah pada ikan. Ginjal pada ikan ada
sepasang, terletak memanjang di bagian dorsal rongga tubuh ikan, di
sebelah ventral dari vertebrae. Struktur ginjal ini lunak dan berwarna
merah tua. Pada bagian depan ginjal biasanya terdapat alat untuk
reproduksi.
12. Hati
Hati pada ikan bentuknya besar, berwarna merah kecoklat-coklatan,
letaknya di bagian depan rongga badan dan meluas mengelilingi usus.
Hati berfungsi sebagai :
a. Hati menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu
untuk membanfu proses pencernaan lemak.
62

b. Menghasilkan empedu. Empedu ini adalah salah satu enzim yang akan
membantu dalam proses pencernaan makanan, terutama dalam
memecah lemak. Empedu disimpan dalam suatu kantung, biasa disebut
sebagai kantung empedu. Kantung empedu terletak di bagian depan
hati. Kantung empedu ikan berwarna kehijau-hijauan dan mempunyai
saluran yang menghubungkan kantung empedu dengan usus.
c. Membantu daya absorsi lemak di usus dan mengubah zat yang tidak
dapat larut dalam air menjadi zat yang dapat larut dalam air.
d. Tempat metabolisme karbohidrat yang mencakupi sintesis, penguraian
dan perubahan antar bentuk pada karbohidrat di dalam ikan.
e. Menghancuran sel darah pada ikan. Seperti halnya pada hati manusia
juga mengganti sel darah merah yang telah rusak dengan sel darah yang
baru.
f. Mempertahankan kimia darah yang sesuai pada tubuh ikan. Dalam
darah ini yang terdiri dari eritrosit (sel darah merah), trombosit,
hematrokit, leukosit (sel darah putih dan trombosit diatur keberadaan
kimianya agar bisa bekerja dengan baik sesuai dengan perannya
masing-masing.
g. Menawarkan dan menghilangkan racun. Hati berfungsi untuk
membuang dan membersihkan racun atau limbah-limbah dalam tubuh
ikan. Jalan terjadinya sirkulasi darah dalam tubuh, yang terdiri dari
oksigen dan nutrisi dicerna dikirim ke berbagai organ dalam tubuh
melalui darah, selanjutnya darah mengangkut produk-produk limbah
dari sel ke ginjal dan hati. Di sinilah hati berperan.
h. Berperan dalam mengatur kadar nitrogen dalam proses ekskresi.
13. Gelembung renang
Gelembung renang (vesica natatoria) atau yang biasa disebut dengan
pneumatocyst adalah suatu organ pada ikan yang berupa kantong selaput
berisi campuran gas dengan tekanan yang berubah-ubah. Gas yang
terdapat pada gelembung renang biasanya adalah gas oksigen.
Pneumatocyst terletak di bagian belakang (dorsal) tubuh ikan.
63

Gelembung renang berfungsi untuk mengatur tubuh ikan saat


mengapung di dalam air karena dengan alat itu ikan dapat menyesuaikan
volume tubuh dan berat jenisnya dengan kedalaman air yang direnanginya
sehingga ikan dapat tetap mempertahankan posisinya tanpa harus berenang
secara terus-menerus atau sebagai alat hidrostatik yang menentukan
tekanan air sehubungan dengan kedalaman perairan yang di diami oleh
ikan tersebut.. Gelembung renang dapat ditemukan pada hampir semua
jenis ikan.
Gelembung renang juga berfungsi sebagai ruang untuk beresonansi
dalam menghasilkan atau menerima suara. Beberapa spesies gelembung
renangnya berisi minyak, bukan gas. Gelembung renang tidak ditemukan
pada beberapa ikan bertulang yang berenang pada perairan laut dalam dan
pada semua ikan bertulang rawan seperti. Selain fungsi yang telah
disebutkan di atas, pada ikan paru-paru juga berfungsi sebagai alat
pernapasan. Gelembung renang terletak pada bagian rongga tubuh ikan.
Gelembung ikan dapat mengalami kerusakan atau kelainan yang umum
dijumpai adalah luka dalam akibat berkelahi dan kelainan bentuk tubuh.
14. Limpa
Limpa berfungsi untuk memproduksi sel getah bening dan menyimpan
sel darah merah. Limpa terletak di dekat hati.
III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Ikhtiologi dilaksanakan pada hari Kamis, 26 November 2017, mulai


pukul 09.00-12.00 WITA di Laboratorium Lingkungan Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Mulawarman.

B. Alat dan Bahan

1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Gunting

Gambar 25. Gunting


b. Styrofoam

Gambar. 26 Styrofom
c. Pinset

Gambar . 27 Pinset
65

d. Kaca pembesar

Gambar. 28 Kaca Pembesar

e. Tisu

Gambar. 29 Tisu
f. Baki

Gambar. 30 Baki

2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut ;
Ikan lele (Clarias batrachus)

Gambar. 31 Ikan lele (Clarias batrachus)


66

C. Prosedur Kerja

1. Alat dan bahan yang akan digunakan saat praktikum disiapkan.


2. Ikan yang akan diamati, diletakkan di atas papan bedah atau baki bedah
dengan kepala menghadap ke sebelah kiri dan bagian punggung terletak di
bagian atas.

3. Dengan menggunakan gunting yang tajam, ikan yang akan di amati dibedah
dari arah dubur menuju arah punggung sampai ke kepala, sehingga anatomi
bagian dalam ikan tidak rusak.

4. Satu persatu organ bagian dalam ikan diangkat ke dalam baki dan namanya
ditulis agar mudah untuk di amati.
67

5. Organ-organ bagian dalam ikan yang sudah dipindahkan selanjutnya


digambarkan beserta keterangannya dalam lembar kerja.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan pengamatan anatomi bagian dalam ikan lele, praktikan


mengelompokkan organ-organ dalam ikan sesuai dengan sistem-sitem yang
ada dalam tubuh ikan seperti, sistem pencernaan dan pernapasan. Berikut data
hasil pengamatan anatomi bagian dalam ikan, dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Anatomi Bagian dalam Ikan


N ANATOMI BAGIAN DALAM KETERANGAN
O IKAN
A. SISTEM PENCERNAAN
1. Rongga Mulut Pada rahangnya terdapat gigi-
gigi kecil yang berfungsi
untuk menghaluskan makanan
dan menelan makanan.

2. Faring Merupakan lanjutan rongga


mulut yang terdapat di daerah
sekitar insang yang berfunsi
untuk menyaring makanan.
69

3. Esophagus Sangat pendek dan merupakan


lanjutan dari faring, berbentuk
seperti kerucut dan terdapat di
belakang daerah insang yang
berfungsi untuk membantu
penelanan makanan.

4. Lambung Merupakan lanjutan dari


esophagus dan berupa saluran
memanjang yang agak
membesar yang berfungsi
sebagai tempat penampungan
makanan.

5. Pylorus Terletak antara lambung dan


usus depan. Segmen ini sangat
mencolok karena ukurannya
yang mengecil pylorus
berfungsi sebagai pengatur
pengeluaran. makanan
(chyme) dari lambung ke
segmen usus.
6. Usus berbentuk seperti pipa panjang
yang berkelok-kelok dan sama
besarnya, berakhir dan
bermuara keluar pada lubang
anus yang berfungsi untuk
penyerapan makanan.
70

7. Rectum Rectum merupakan segmen


saluran pencernaan terujung.
Segmen rectum berfungsi
dalam penyerapan air dan ion.

8. Anus Anus merupakan ujung dari


saluran pencernaan.

9. Piloroik Kaeka Tempat pencernaan dan


penyerapan makanan terutama
lemak.
71

B. SISTEM PERNAPASAN
1. Insang Terletak di kepala bagian
belakang, insang warna merah
halus ukurannya lebih besar
dan lebih panjang. Insang
terbentuk dari lengkungan
tulang rawan yang mengeras
dengan beberapa filamen
insang di dalamnya. Setiap
filamen insang terdiri atas
banyak lamela yang
merupakan tempat pertukaran
gas.
2. Operculum Untuk menutupi insang

3. Arborecent Labirin berbentuk bunga


karang berwarna merah terang
dan kontur kasar. Berfugsi
sebagai alat pernapasan
tambahan.

C. SISTEM PEREDARAN DARAH


1. Jantung Jantung terdiri dari dua bagian
yaitu ventrikel (putih) dan
atrium (berwarna merah
pekat). Jantung berfungsi
untuk memompa oksigen
melalai darah keseluruh tubuh
yang membutuhkannya

D. SISTEM UROGENITAL
72

1. Ginjal Ginjal teletak di atas rongga


perut, di luar peritonium, di
bawah tulang punggung dan
aorta dorsalis, sebanyak satu
pasang, berwarna merah,
memanjang. Fungsi ginjal
untuk menyaring sisa-sisa
proses metabolisme dan
mengambil zat-zat yang
diperlukan oleh tubuh
diedarkan lagi melalui darah.
2. Testes/ Ovarium
Organ yang berguna untuk
perkembangbiakan

E.SISTEM SYARAF
1. Otak Otak terdapat pada bagian
tengah kepala, yang berfungsi
sebagai menerima input dan
menginterpretasikan informasi
dari semua organ-organ
sensor, baik intenal maupun
eksternal

F. SISTEM KELENJAR
73

1. Hati Hati pada ikan bentuknya


besar, berwarna merah
kecoklat-coklatan, letaknya di
bagian depan rongga badan
dan meluas mengelilingi usus.

2. Empedu Kantung empedu terletak di


bagian depan hati. Kantung
empedu ikan berwarna
kehijau-hijauan dan
mempunyai saluran yang
menghubungkan kantung
empedu dengan usus, yang
berfungsi untuk membantu
proses pencernaan.

B. Pembahasan

Pencernaan pada ikan dimulai dari mulut dan berakhir di anus. Fungsi
alat pencernaan adalah untuk menghancurkan zat makanan (molekul makro)
menjadi zat terlarut (molekul mikro) sehingga zat makanan tersebut mudah
diserap dan kemudian dapat digunakan pada proses metabolisme di dalam
tubuh ikan. Proses pencernaan pada ikan terjadi dalam dua bentuk yaitu
secara fisik yang terjadi di dalam rongga mulut dan lambung, dan secara
kimiawi yang terjadi di dalam lambung dan usus. Alat pencernaan pada ikan
sering berbeda antar satu spesies dengan spesies lainnya. Hal ini disebabkan
karena adanya perbedaan dalam pola adaptasi terhadap makanannya. Alat
pencernaan yang sering mengalami adaptasi adalah bibir, gigi, mulut, dan
saluran pencernaan.
74

Alat pencernaan terdiri dari dua bagian, yaitu saluran pencernaan yang
meliputi mulut, rongga mulut, faring, esophagus, lambung, pylorus, rectum,
dan anus serta kelenjar pencernaan yang terdiri dari hati, empedu, dan
pancreas.
Pakan yang dimakan ikan lele akan melewati sistem pencernaan. Pakan
tersebut disederhanakan melalui mekanisme fisik dan kimiawi menjadi
bahan yang mudah diserap, diedarkan keseluruh tubuh melalui sistem
peredaran darah. Saluran pencernaanya terdiri dari mulut, rongga mulut,
esofagus, lambung, usus, dan dubur. Usus yang dimiliki ikan lele lebih
pendek dari panjang badannya. Ciri khas jenis ikan karnivora dan memiliki
lambungnya relatif besar dan panjang.
Pencernaan bahan makanan secara fisik/mekanik dimulai dari bagian
rongga mulut, yaitu berperannya gigi dalam proses pemotongan dan
penggerusan makanan. Bahan makanan dicerna di lambung dan usus dengan
adanya gerakan/kontraksi otot. Pencernaan secara fisik/mekanik pada
segmen ini terjadi secara efektif karena adanya aktifitas cairan digestif.
Proses pencernaan makanan dipercepat oleh sekresi kelenjar pencernaan.
Kelenjar pencernaan ikan lele terdiri dari hati dan kantong empedu.
Lambung dan usus juga dapat berfungsi sebagai kelenjar pencernaan.
Kelenjar pencernaan ini menghasilkan enzim pencernaan yang berguna
dalam membantu proses penghancuran makanan. Kelenjar pencernaan pada
ikan karnivora (ikan lele) menghasilkan enzim-enzim pemecah protein
( Wahyudi, 2011).
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan bahwa hasil
praktikum telah sesuai dengan pendapat (Mahyuddin 2008). Saluran
pencernaan lele terdiri dari mulut, rongga mulut, esophagus, lambung usus
dan anus. Usus yang dimiliki ikan lele lebih pendek dari panjang tubuhnya
hal ini merupakan ciri khas ikan karnivora sementara itu lambungnya relatif
besar dan panjang.
Respirasi adalah Proses dimana organisme melakukan pertukaran gas
dengan lingkungannya disebut respirasi. Respirasi dalam biologi adalah
75

proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad hidup melalui pemecahan


senyawa berenergi tinggi (SET) untuk digunakan dalam menjalankan
fungsi hidup.
Pada lele (Clarias batratus) di bagian atas lengkung insang ke-2 dan
ke-3 terdapat kantung insang tambahan yang berbentuk seperti pohon
(arborescent) organ. Fungsi arborescent untuk pernapasan udara, karena
itu ikan ini selalu mengambil udara diatas permukaan air. Insang tidak saja
berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat
ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan
osmoregulator.
Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke
atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan
rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan O2
sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan O2. Contoh ikan yang
mempunyai labirin adalah: ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan
cadangan O2, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang
yang terletak di dekat punggung.
Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan
ekspirasi. Pada fase inspirasi O2 dari air masuk ke dalam insang kemudian
O2 diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang
membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO 2 yang dibawa oleh
darah dari jaringan akan bermuara ke insang dan dari insang diekskresikan
keluar tubuh.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Organ-organ yang meliputi saluran pencernaan pada ikan lele (Clarias


bathracus), berturut-turut yaitu mulut/rongga mulut, faring, esophagus,
lambung, pylorus, usus, rectum, anus. Organ – organ tambahannya berupa
kelenjar hati, kelenjar empedu dan kelenjar pankreas. Hasil praktikum sesuai
dengan referensi yang mengatakan Ikan lele (Clarias bathracus) adalah ikan
karnivora, selain karena makanannya yang menandakan karnivora adalah
panjang usus ikan lele (Clarias bathracus) lebih pendek dari panjang total
tubuhnya. Sedangkan organ-organ yang meliputi sistem pernafasan adalah
insang, operculum dan alborecent.

B. Saran

Pada praktikum selanjutnya alat- alat yang digunakan saat pembedahan ikan
agar lengkap seperti pisau bedah, paku bedah bertangkai, jarum bertangkai dan
adanya bak cuci tangan dengan keran air yang mengalir, sabun cuci tangan,
sikat kuku dan juga handuk kering.
DAFTAR PUSTAKA

Amri, Khairul dan Khairuman. 2008. Buku Pintar Budi Daya 15 Ikan Konsumsi.

Jakarta : AgroMedia Pustaka

Anonim. 2012. Panduan Praktikum Osteichtyes.

(http://www.scribd.com/doc/37990780/Panduan-Praktikum-

Osteichtyes). Diakses pada tanggal 11 November 2017.

Anonim. 2017. Habitat Morfologi dan Klasifikasi Ikan Kakap Merah (Lutjanus

campechanus). (http://www.semuaikan.com/habitat-morfologi-dan-

klasifikasi-ikan-kakap-merah-lutjanus-campechanus/ ) Diakses pada

tanggal 6 November 2017.

Ardianto, Deny. 2015. Buku Pintar Budi Daya Ikan Gabus. Yogyakarta:

FlashBooks.

Atang. 2016. Sistem Pencernaan dan Pernafasan pada Ikan Lele (Clarias

batrachus). Malang : Intimedia

Burhanuddin, Andi Iqbal. 2014. Ikhtiologi Ikan dan Segala Aspek Kehidupannya.

Yogyakarta : Deepublish.

Djuhanda, T,. 1981. Dunia Ikan. Bandung : Armico.

D.Bhagawati dkk. 2013. Fauna Ikan Siluriformes dari Sungai Serayu, Banjaran,

dan Tajum di Kabupaten Banyumas. Jurnal MIPA 36 (2): 112-122

(2013).
78

Fadhli, Muhammad. 2015. Ikan Kakap Merah (Lutjanus argntimaculatus). Online

(http://fadhlipandy.blogspot.co.id/2015/03/ikan-kakap-merah lutjanus.html

diakses pada 09 November 2017)

Fauziah, Rizki, dkk. 2014. Fisiologi Sistem Respirasi. (https : / /www .scribd .com

/doc/ 307558443 Laporan- Fisiologi-Hewan-Sistem-Respirasi), diakses

11 November 2017.

Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metode

dan Taktik Penangkapan. Bogor: Fakultas Perikanan IPB.

Gunarso, 1995.Kebiasaan makanan ikan merah (Lutjanidae). Skripsi : Fakultas

Ilmu Kelautan dan Perikanan.Universitas Hasanuddin.Makassar.

Gusrina. 2014. Genetika dan Reproduksi Ikan. Yogyakarta: Deepublish

Hartini, Rachmawati, dkk. 2014. Sistem Pencernaan Ikan.

(http://muhammadriskiardianto .blogspot.co.id/2014/08/ laporan-

ikhtiologi-sistem-pencernaan.html). Diakses tanggal 09 November

2017.

Khairuman dan Amri, Khairul. 2008. Buku Pintar Budi Daya 15 Ikan Konsumsi.

Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Nurhayati, dkk. 2014. Perkembangan enzim pencernaan dan pertumbuhan larva

ikan lele dumbo, Clarias gariepinus Burchell 1822, yang diberi

kombinasi cacing sutra dan pakan buatan. Bogor.


79

Rahardjo, M.F,. 1980. Ichthyologi. Bogor : Departemen Biologi Perairan,

Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor.

Ridho, Moh Rasyid dkk. 2012. Penuntun Praktikum Iktiologi (www.

eprints.unsri.ac.id/1510/1/PENUNTUN_PRAKTIKUM.pdf). (diakses

pada tanggal 10 November 2017)

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Indentifikasi Ikan. Bandung: Binacipta.

Suryanigsih, Suhestri. 2014. Biologi Ikan Lele. Purwokerto

Syarif, Moh. 2014. Makalah Tingkah Laku Ikan : Ikan Gerot-Gerot (Pamadasys

maculates) (www.guszyarif.blogspot.co.id/2014/12/makalah tingkah-

laku-ikan.html).(diakses pada tanggal 10 November 2017).

Widiarto, Agung sri, dkk. 2012. Pakan Apung Artifisial untuk Budidaya Ikan Lele

Pengaruh NAIC dan Nutrisi Terhadap pertumbuhan Ikan Lele.

Dengan Metode FCR (Feed Conversion Ratio). Semarang


LAMPIRAN

Gambar 20. Ikan diletakkan pada sterofoam dan sirip-siripnya ditusuk dengan
jarum pentul.

Gambar 21. Pengukuran morfometrik terhadap ikan yang


diamati.
81

Gambar 22. Ikan yang sudah diamati ditimbang

Gambar 23. Menggambar bagian-bagian tubuh ikan di buku gambar dan di


lembar kerja.

Gambar 24. Hasil gambar dari ikan-ikan yang digunakan selama praktikum
82

Gambar 25. Ikan-ikan yang digunakan pada saat identifikasi ikan

Gambar 26. Proses membedah ikan yang dilakukan untuk mengetahui anatomi
bagian dalam ikan.

Anda mungkin juga menyukai